Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

ayooo update hu..penasaran sama hubungan debby n surya..apa anto yg ngenalin atau ga..??:bingung:
 
Mulustrasi...


IBU PUTRA / YETI KUSUMAWATI



DEANDRA HATORANGAN



NOVIA TAMARA



AIKO HATORANGAN





Lanjutan nya ya gan...

"Belum mah, macet paling mah. Aku juga dari tadi nunggu abang, tapi gak datang- datang aku udah laper. Eh, tante ibu nya Putra datang bawa nasi aku di kasih, syukur banget lah.."

"Ya sudah mamah naik dulu. Hati-hati yah."

"Iya mah, pasti.."


Dea naik ke lantai tiga ruang ICU.

Sementara itu, di lantai tiga ruang ICU, ibu Putra sudah sampai, ia melihat anak nya dari luar kaca. Masih tertidur. Kemudian ibu itu mencar-cari seoorang sosok yang ingin sekali ia temui.

Dia memutari ruang beranda ICU, tetapi yang dicari tidak dia temukan. Akhir nya ibu kembali ke kaca tempat melihat pasien didalam.

Selang semenit kemudian... seseorang melihat nya.... memperhatikan.. mengamati... dan.... tersenyum..

"Teteh...."



~~~©©©~~~

Si ibu memalingkan wajah, melihat seseorang yang memanggil nya..

Sedetik.. dua detik... tiga detik.. senyap..

Si penegur maju, mendekat... mendekat..

"Teteh akuhh... jangan pergi lagi yahh.. huaaahh... hiks.. hikss.. haaaa... maafin Neng teh.. maafiiinn Neng..." Dea berteriak.

Dea segera menghambur memeluk ibu Putra. Iya.. ibu itu adalah teteh angkat nya.. teh Yeti, Yeti Kusumawati.. kakak yang sangat di cari oleh Dea..

"Aahhh... kamu... bener Neng? Dea? adik ku yang cantik ?? oooohhh... ya Allah.. ya Tuhann.."

Kedua nya berpelukan sangat.. sangat erat.. menangis.. meraung.. saling cium.. melepas kangen, 15 tahun.. tidak ada kabar, tidak ada jejak.. akhir nya bertemu.. di rumah sakit...

"Teteh... jangan pergi lagi... jangan tinggalin aku lagi.. janji ama Neng.. janji teh... Neng tau kenapa teteh pergi... Neng udah tau teh... "

Yeti melepas pelukan Neng, memegang lengan nya dan menatap dengan wajah basah oleh air mata dan mata yang membelalak, seolah tidak percaya..

"Kamuuu... tauu...?"

Neng mengangguk cepat dan jelas..

"iyaahhh... aku tau teh.. aku udah tau.. kenapa teteh tiba-tiba pergi, menjual semua barang teteh, meninggalkan rumah di citepus, dan bersama ibu teteh meninggalkan kami semua, ternyata teteh ke jakarta.. ke kota aku.. oohhh... tehhh.. aku udah paham kok teh.. sudah.. jangan pergi lagiii..."

"Maaafiiinn teteh Neng... maaafff.. teteh maluuu... teteh merasa kotor sekali sekarang.. aaahhh... ampun mu ya Allah"

"Teteh tau... a Anto sampai stress begitu tau kenyataan nya dari kang Ridwan. Kang Ridwan tau dari teh Natmi.. saat tau berita ini, a Anto kusuuut sekali.. belum pernah Neng liat selama berumah tangga ama aa, dia kelihatan begitu kalut nya.. dia merasa menyia-nyiakan kalian teh.. "

"Ahhh... teteh malu... teteh sudah janji.. sudah komitmen.. tidak akan mengganggu kalian..."

"Iya.. benar.. teteh memang sudah melaksanakan janji itu, teteh sudah melakukannya... tapi aku.. aku sudah menemukan teteh.. aku tidak mau teteh begini... tidak.. cukup sudah teteh buktikan janji teteh. Cukuuup.. aku tidak mau melepas teteh ku lagi..."

"Tapi... aku malu Neng.. malu sama mas Anto..."

"Tidakk.. justru aku yang malu.. malu sebagai lelaki yang tidak bertanggung jawab..."

Anto muncul dari belakang..

"Sudah jelas sekarang.. tidak perlu dijelaskan apapun lagi.. aku harus mengambil tanggung jawab ini. Aku, seorang bapak yang tidak bertanggung jawab selama 15 tahun pada anak nya karena ketidak tahuan.. mulai sekarang... izin kan aku... menebus nya teh.." kata Anto dengan mata berkaca-kaca dan wajah tersenyum


Pov Yeti

Aku melihat mas Anto, ter mangu tidak percaya.. tidak pernah sekalipun di pikiranku maupun angan ku akan ini semua. Semenjak terakhir aku menemui dirinya, yang menyelamatkan ku dari percobaan perkosaan para begundal pasar itu. Aku tidak berani walau hanya sekedar berharap, jangan kan berharap, terlintas di pikiran pun aku tidak berani..

Aku melihat ke Neng.. Neng sambil terisak.. mengangguk pelan dan jelas.. jelas.. Neng setuju...

Aku.. tak kuat.. jatuh berlutut... tertunduk.. lalu... tangis ku pecah... tak tertahan.. tak bisa aku bendung lagi... tubuh ku berguncang hebat... teringat semua perjuangan ku, mulai dari mengandung Putra, memulai hidup di tempat baru, merintis dari nol dengan perut membesar, saling bahu membahu dengan almarhumah ibu menunjang kebutuhan hidup kami. Berdua plus anak dalam kandungan ku. Sampai pada melahirkan Putra melalui perjuangan yang sangat.. sangaaat.. keras, bertaruh nyawa akibat ke tidak adaan biaya.. berpindah-pindah tempat tinggal sebab diusir pemilik kontrakan karena tidak bisa membayar kontrakan. Semua ku terima dengan ikhlas, karena menganggap ini adalah hukuman dari yang Kuasa akibat dosa-dosa ku masa lalu.

Sempat aku berpikir untuk kembali ke dunia yang dulu, dunia yang kotor, sampah dan hina. Tapi, aku... tetap bertahan, bertahaaan... sekuat tenaga untuk tetap menjadi orang benar dan baik demi anak ketiga ku ini, yang saat ini menjadi tanggung jawab ku. Anak dari seseorang yang diam-diam... telah... aku cintai dengan segenap hati sejak pertama bertemu.. iya...harus aku akui.. aku, Yeti, mencintai bapak dari Putra, bahkan sejak lama... lama sekali... sekarang.. lelaki itu... pria itu.. datang lagi.. mencari diri ku dan anak nya.. dan.. berkeinginan.. mengambil tanggung jawab nya.. aaahhh... aku sangat bahagia.. aku senang sekali.. tapi.. aku malu.. malu pada adik ku, malu pada Aiko, malu pada anak-anak mereka lainnya, keluarga nya, orang tua nya.. apa aku sanggup menerima kenyataan ini.. Tuhan.. tolong hamba Mu...

Lalu Neng memeluk Yeti dari belakang..

"Teh.. sudah teh... semua penderitaan teteh sudah selesai. Teteh tidak perlu hidup seperti sekarang.. teteh tinggal bersama kami yah.. setelah Putra pulih, kalian tinggal dengan kami.. ya teh.. aku mohoooon..."

Sementara itu, muncul tiga orang bersamaan. Dan...

"Papah.. Dea.. kenapa kalian? (Anto, Dea dan Aku melihat suara itu) ooohh.. ini.. sungguhan?"

"Kak.. iya kak.. ini teh Yeti... yang kita cari selama ini.. teteh itu.. ibu nya Putra.."

Aiko ikut berlutut di depan ku. Wajah nya sekarang tepat di depan ku. Pelukan Neng dilepas nya.. Aiko menatap ku sayu.. sesaat kemudian.. ia memeluk ku.. erat, hangat..


"Teh, kemana ajah... kami mencari teteh. Jangan pergi lagi ya teh. Kami sudah tau apa yang sudah terjadi. Ya.. aku, dan Dea sudah tau."

"Ya Tuhan ku.. aku... semakin merasa bersalah.. aku harus bicara yang sebenarnya mengapa aku mengambil jalan ini. Supaya semua terang benderang.. jelas tanpa ada... prasangka.. iya.. aku... aku... yang salah... hik.. hik.. hik.." aku menundukkan badan ku, kedua tangan menutup muka..

"Sudah.. sudah.. nanti kita bicara kan lagi penyebab nya, ada anak-anak. Yang penting kita tau kenyataan yang sebenarnya.." Anto menunduk memeluk ku dan berbisik. Ya aku tau.. ini bukan untuk konsumsi anak-anak..


Pov 3rd

Novi dan Stevan termenung.. bingung.. dan mencoba memahami...tapi tetap tidak bisa.. mereka hendak bertanya, mereka takut. Melihat orang tua mereka yang banjir air mata. Stevan melipat kedua tangan kebelakang, kepala menunduk sambil sesekali melirik ke arah papa dan mama nya. Novi, dia menutup mulut nya dengan kedua tangan nya. Walau dia tidak paham, tapi hati nya terasa sedih. Ya, dia sedih melihat mama nya dan tante ibu nya Putra menangis sambil berpelukan.

Apa yang sebenarnya terjadi? Mamah kenal dengan tante Wati? siapa sebenarnya ibu nya Putra? batin Novi

Lalu Dea, menuntun Yeti untuk kembali bangun dan berdiri.

Anto memandang Stevan dan Novi. Lalu mendekat ke arah kedua nya yang berdiri ber sisian. Anto memegang ke dua kepala anak nya dengan tangan kiri kanan.

"Nak, kalian pasti bingung dengan apa yang kamu lihat ini kan? papa akan jelasin semua nya. Kalian juga harus tau, kalian sudah besar, sudah bisa mengerti. Ayo jangan disini lama- lama, mengganggu pengunjung lain nya. Kita cari tempat atau.. kamar kosong pun boleh lah, selama belum ada pasien."

Anto menuntun rombongan itu. Dua ruangan dari kamar ICU itu, ada sebuah ruang kosong. Seperti nya ini ruangan kamar cadangan, kalau semua kamar kelas penuh, sedang ada yg membutuhkan sekali atau darurat.

Mereka duduk melingkar, ada juga yang numpang duduk di kasur. Tanpa sepengetahuan yang lain, Anto memberi kode pada anggota nya, agar diawasi dulu sekitar selama kami adakan pembicaraan keluarga.

Anto di kepala kumpulan, semua menghadap ke dia. Dea dan Yeti duduk berdampingan di depan kiri nya. Aiko duduk di depan kanan nya. Stevan di samping Aiko, Novi di samping Dea.

"Jadi... begini, papa mau kasih suatu kebenaran buat anak-anak papa dan mama disini. Kebenaran ini papa ketahui, belum ada dua minggu yang lalu saat om kalian, om Ridwan berkunjung ke kantor papa pagi-pagi, mau main dan juga mengabarkan berita ini."

"Harus papa akui, ini salah papa. Iya, salah papa tanpa ada yang tau, sebenarnya, 16 tahun lalu sebelum papa menikah dengan ke dua mama kalian. Baru status berpacaran, papa ada suatu misi, di cibodas herang, kampung mama kalian, mama Dea atau sewaktu gadis di panggil Neng, untuk menumpas para tentara pemberontak yang menyusup, tapi hal itu dikarenakan ada transaksi penjualan alat militer yang dilakukan kepala desa saat itu, Harris Sanjoyo dan kroni-kroni nya. Alat tersebut di import dari Jepang dari pesaing perusahaan kakek Takeshi. Masalah nya, izin pemasukan barang nya ke Indonesia, mencuri izin resmi dari perusahaan papa. Resmi secara izin, tapi tidak resmi atau mencuri cara mendapatkan nya. Sampai sini kalian paham?"

"Paham pah.." jawab Stevan

"Iya pah.." jawab Novi

"Oke.. waktu itu, papa mendapat kan informasi mengenai adanya pencurian, penyeludupan sampai rencana transaksi alat tersebut, papa dapat kan dari satu nama, yaitu teh Yeti. Atau kalian tau nya tante Wati, ibunda dari teman kalian, Putra. Karena saat itu, teh Yeti yang bisa keluar masuk rumah itu dengan bebas. Karena ada tugas nya saat itu disana."

"Teh Yeti bertaruh nyawa menyerap informasi disana dan membagi nya dengan papa. Resiko nya sangat besar, sampai teh Yeti ketahuan dan tertangkap, keselamatan nya taruhannnya. Tapi teh Yeti juga berharap, dengan ia membagi informasi ini, kejahatan keluarga Sanjoyo akan dikalahkan. Dan ia dan tiga teman nya yang lain saat yang sama-sama terikat di dalam sana itu bisa di bebaskan dengan kalah nya keluarga Sanojoyo."

"Pada keyataan nya, memang misi berhasil, papa dibantu ke dua mama kalian, dan ada 2 rekan atasan papa dari TNI, menyelesaikan misi ini. Sukses. Tapi, papa sadar, juga ada peran teh Yeti sebagai informan papa di kejadian ini."

"Papa ada janji untuk menghibur teh Yeti yang lama terikat suatu kewajiban pada keluarga itu. Bentuk nya bagaimana, papa tidak bisa cerita, inti nya itu suatu hal menyakitkan yang dialami nya. Sebagai apresiasi buat teteh, yang akhirnya... akhirnya disatu-satu nya kesempatan, papa telah menghamili teteh. Tapi papa baru tau sekarang akan hal ini, dan teteh pergi meninggal kan kampung halaman menghindari aib. Dan... anak papa itu.... Putra..."

"Aaaaahhh... " Novi berteriak menutup muka dengan tangan nya

"Ooh.." Stevan sedikit terkesiap

Kenyataan ini juga walau sudah di ketahui Aiko dan Dea, tetap cukup mengejutkan mereka ber dua juga. Sementara Yeti menunduk.

Yeti menangis, air mata nya deras mengalir. Penjelasan Anto seakan membuka lagi luka lama dan tragedi yang menimpanya dan teman-temannya 16 tahun lalu. Dia di jebak dan di jadikan budak nafsu anak keluarga kaya. Tapi, dia juga lega, sudah melubangi kepala orang itu 3 kali dengan tangan nya sendiri. Tapi dampak dari tragedi itu ternyata tidak bisa hilang, mungkin sampai mati.

Senyap suasana di ruangan itu..

Novi menutup muka nya, menangis tanpa suara.. Stevan... memandang Anto, papanya seakan belum percaya. Tapi, kemudian melihat kedua mama nya, melihat Yeti dan terakhir adiknya Novi. Hanya dia yang tau pesasaan Novi ke Putra. Menghadapi kenyataan ini, tentu suatu pukulan buat dia. Harapan dan perasaan nya pupus sebelum berkembang. Stevan tau, Novi mulai suka Putra sejak kelas dua, walau Putra belum menganggap lebih ke Novi. Yah paling mungkin karena Putra pasti minder..

Tiba-tiba, Novi bangkit dan keluar dari ruangan... setengah berlari ke luar.. semua terkejut.. tapi, tidak dengan Stevan dan Anto. Anto memang sudah bisa menangkap gelagat putri nya sejak di pesta ulang tahun itu..

"Mah, coba tenangkan Novi mah.." kata Anto ke Dea..

"Novi ada apa ya pah...??" tanya Dea

"Mah.. Novi itu... aahhh... dia menyukai Putra yang papa liat..."

"Iya mah, sejak kelas dua.." timpal Stevan

"Oohhh.. (menutup mulut seakan menyadari sesuatu).. ya pah, biar mama susul. Kalo sesama wanita pasti lebih paham..."

Dea segera keluar dan menyusul Novi...

Anto, Aiko dan Yeti, saling berpandang an. Karena baru menyadari terjadi sesuatu diantara anak-anak mereka.

"Maafkan aku mas, Aiko.. ini sungguh tidak pernah terbayang sebelumnya. Aku merasa sangat bersalah apalagi sudah melibatkan anak-anak. Hik.. hik.. hik.. ini adalah hukuman untuk ku mungkin, sampai aku pun bisa di benci sama anak ku jika benar mereka saling suka.. oh Tuhan.. apa lagi yang harus aku tanggung, aku pasrah kan padaMu.."

"Sudah lah teh.. ini memang sudah jalan nya seperti ini. Kita bersyukur, kita masih bisa berkumpul. Sakit, memang. Tapi lebih baik sakit sekarang dari pada sudah jauh. Akan menambah dosa dan rasa bersalah pastinya.." kata Aiko

"Yang Stevan tau, Putra tetap selama ini menganggap Novi sama dengan teman yang lain. Tapi dalam hatinya, Stevan tidak tau pah, mah, tante.."

"Ayo kita keluar, sudah terlalu lama kita disini... nanti menimbulkan curiga. Kita datangi Putra dulu.. " kata Anto

"Tapi Novi.. gimana dia.. aku juga wanita, aku tau rasa nya seperti yang di rasa kan Novi. Aku.... aku... pun merasakannya.." tanya Yeti..

Tidak ada yang paham maksud dari Yeti. Pikir mereka Yeti memahami perasaan Novi yang kecewa orang yang disukai mungkin dicintai nya, ternyata adalah saudara kandung se ayah nya. Tapi.. yang di maksud Yeti adalah, Novi mencintai Putra, padahal Putra tidak mengetahui nya. Seperti ia juga telah mencintai Anto diam-diam karena merasa tidak pantas mendapat kan cinta Anto, bahkan sudah sejak lama. Sampai ia rela hamil dari Anto, yang dicintai nya sebagai kenangan yang mungkin akan di bawa sampai mati.

Mereka meninggalkan ruangan itu, dan menuju ruang ICU. Setengah jam lagi waktu besuk akan habis.. mereka bermaksud menjenguk Putra.

"Sebentar, teh, mah, Stevan, ada baik nya berita tadi jangan dulu Putra tau, karena kondisi nya. Pikir papah, nanti saja kita cerita kalau Putra sudah pulang dari rumah sakit, menurut mama dan teteh, juga Stevan gimana?"

"Aku setuju pah, nanti tambah pikiran ke Putra." jawab Aiko

"Iya mas, aku juga setuju.." jawab Yeti

"Oke pah, akur lah.." Stevan pun setuju

Mereka masuk kamar Putra, awal nya tidak boleh sekaligus, tapi Anto minta waktu ama perawat nya yang kebetulan mengenali Anto, yang tadi juga kebetulan yang bertemu di ruang perawat. Tapi diminta jangan lama-lama, tidak berisik, dan memakai pakaian steril yang disediakan disana.

Putra tersenyum melihat ibu nya masuk. Tapi kemudian terlihat cukup heran saat menghetahui ada 3 orang lagi yang masuk. Semua menggunakan baju sejenis jubah warna hijau. Melihat keakraban ibu nya dengan teman baiknya plus kedua orang tua temannya itu, timbul juga pertanyaan dalam hati Putra.

"Ibu.. (Putra mencoba bangun dan salim ke ibu nya, tangan nya sudah bisa diangkat, Yeti seperti terpana sesaat lalu memberikan tangan kanan nya).. ibu sudah lama tiba? biasa ibu tepat waktu..??"

"Iya nak, tadi ada yang ibu bicarakan dengan... bapak dan ibu Stevan..." masih jelas terlihat raut sedih di wajah Yeti sangat mengenalkan Anto dan Aiko.

"Ibu habis menangis?? ada apa bu? cerita ama Putra bu..."

"Bukan.. bukan.. ibu justru senang, lega.. ehh... itu.. kamu kata dokter kondisi nya sangat pesat perkembangan nya.. iya.. kamu hebat.. ibu sangat bangga nak.." Yeti mencoba mengaburkan situasi nya. Iya sadar, ia lupa membersihkan wajah nya dari bekas menangis, terpaksa saat ini ia berbohong.

"Ibu tidak bohong kan sama Putra??"

"Putra.. ibu mu tidak bohong. Perkembangan kesembuhan kamu sangat pesat. Kamu bisa tanya nanti ke dokter yang merawat kamu. Bapak sendiri tadi yang di informasikan.." Anto membenarkan alasan Yeti. Itu juga yang sebenarnya


"Oooohh.. alhamdulillah ya bu.. Putra juga mau segera pulang. Putra harus kerja bu.. boss pasti sudah cari-cari Putra. Putra bisa dipecat bu.. siapa nanti yang bantu ibu cari uang? kita harus bayar sewa rumah kan? Putra juga 5 hari lagi harus test SMU dan bayar uang masuk dan uang gedung." jelas Putra

Yeti tidak dapat menahan kesedihan nya. Dia menangis lagi, membayangkan hal yang akan dihadapi nya ke depan. Di hari berikutnya. Ia sudah 2 hari tidak berjualan Putra pun sudah tidak kerja.

Anto sangat sedih.. dia sampai menutup mata nya dan menarik nafas panjang. Merasakan penderitaan yang selama ini di rasakan oleh Putra dan ibunya.

"Sudah nak, kamu tidak perlu memikirkan itu semua saat ini. Kamu istirahat dan cepat sembuh agar kita pulang. Masalah yang lain, biar ibu ini dan bapak yang memikirkan. Ibu mu juga tidak perlu lagi memikirkan itu.. ibu mu sudah sangat keras berjuang dan tetap lurus, saat nya kalian menerima hasil nya. Putra cepat sehat yah nak." Aiko tiba-tiba menjawab

"Mah... " Anto bertanya ke Aiko

Aiko senyum sambil menganggukkan kepala..

Yeti yang melihat ini, tidak dapat menyembunyikan rasa haru nya. Ia segera berhambur dan memeluk Aiko dengan erat.. erat sekali.. ia tidak tahan lagi, menangis tersedu-sedu layak nya mengalami kesedihan yang teramat sangat. Tapi bukan itu, ini adalah kebahagiaan yang teramat sangat yang ia rasakan. Bisa diterima oleh Aiko, ia dan Putra.

"huuu.. huuu... huuu... kamu sangat baik Aiko, kamu memang berhati emas.. aku sungguh khawatir tadi nya.. terima kasih.. terima kasih.. mau menerima kami..." Yeti menangis dan mengungkapkan ke khawatirannya yang ternyata tidak terjadi.

"Sudah teh, sudah.. sejak awal abang bercerita yang sebenarnya, aku sudah bilang ke abang, kita bisa menerima nya kok, dan sangat memungkinkan untuk itu. Yang terpenting sekarang Putra sembuh. Kita hadapi semua bersama-sama. Karena masih ada buntut dari masalah ini tentunya.."

"Iya Aiko, aku juga berpikir kesana. Pasti masih ada kelanjutan nya ini."

"Kalo masalah itu, serahkan sama papa. Papa berkewajiban melindungi kalian.."

"Papa ???"

Terkejut juga Anto, dia kelepasan bicara. Dia sebenarnya sudah tidak tahan ingin berterus terang, agar Putra bisa tenang.

"Eh.. gini.. maksud nya boleh kan bapak menganggap Putra anak bapak?"

"Iya brother.. papa ku ingin menjadikan kamu anak nya juga. Mau kan?" tanya Stevan

Putra bingung.. tapi tidak di pungkiri, dia pun sangat senang. Karena seumur hidup nya, dia tidak mengenal sosok ayah. Photonya pun dia tidak punya. Hanya membayangkan saja. Dan.. Stevan.. menyebutkan dengan brother, saudara lelaki. Apa benar Stevan menganggap dia saudara lelaki nya? ahh... Gilaaa.. dia menampar sendiri muka nya memastikan ia tidak mimpi.

"Kamu tidak mimpi brother, ini real. Kamu mau kan??" jelas Stevan lagi

Putra senyum.. lebar.. sangat lebar.. dan matanya berkaca-kaca.. la mengangguk..

Stevan maju, mengajak salam komando, salam yang kerap mereka lakukan semasa sekolah di SMP. Lalu Stevan juga memeluk Putra dengan karib..

"Eh, Van.. Novi dimana? tadi dia ada.."

"E.. ee.. lagi diluar bro.. tadi luar ama mama Dea.."

"Hah?? ohh.. iya maaf, mama lo memang dua yah.."

"Iya mama gue memang dua, saat ini.."

"Eh.. kok ada kata saat ini nya?"


"Iya kalo lo jadi anak papa gue, ibu lo gue anggap apa dong? ibu atau mama gue bukan?"

"Hehehe.. iya yah.. tapi.. gue masih merasa ada yang aneh nih. Apaan sih Van?"

"Apa nya yang aneh my brother. Udah, lo jangan mikir aneh-aneh dulu. Hidup ini udah aneh, lo pulih dulu dah yah.. brother"

"Lo baik banget sih ama gue Van? gue gak pernah membayangin kaya gini.."

"Halah.. lo juga baik my brother.. lo baik sama gue dan Novi.."

"Ah, emang gue ngapain?"

"Pake acara gak ngaku lagi. Gue buka nih.."

"Iya apaan"

"Lo kan yang ngerjain LKS gue waktu gue ama Novi ke Jepang. Lo yang daftarin gue ke ekskul silat saat gue kelupaan daftar dan lo tau gue dah nunggu-nunggu buka pendaftarannya. Dan.. lo jadi tameng gue saat anak SMP Bintang nyariin gue mau bales dendam karena temen nya gue tampolin ampe bonyok karena ganggu Novi. Gue gak tau dicariin anak Bintang, kalau gue tau gue juga gak lari. Tapi gara-gara itu.."

"Eh.. lo tau Van?"

"Iya gue tau.. satpam yang kasih tau tiga hari kemudian. Saat lo masuk, kepala lo di balut dan kaki lo di perban. Lo kan di pukul anak Bintang pake kayu kaso sampe bocor, kaki lo juga di hajar sampe bengkak. Demi lo nutupin gue bro.. mulai dari situ, gue mempunyai pandangan dan perasaan beda ke lo brother. Ternyata.. gue tau.. ini sekarang jawaban nya.."

"Satria Raja Putra.. kamu menyembunyikan sesuatu dari ibu?"

"Ee.. ee.. maaf bu.. maaf.. Putra berbohong sama ibu. Putra salah.. Putra tidak berpikir panjang waktu itu. Saat sudah kejadian, Putra bingung gimana mau bilang ke ibu nya.. maaf ya bu.. Putra janji gak akan lakukan itu lagi.. bu.. jangan marah yah.. Putra cuma punya ibu.."

"Iya ibu maaf kan. Tapi ibu tetap wanti-wanti sama kamu, jangan di ulangi. Tujuan kamu itu sedikit pun ibu gak masalah, malah ibu bangga, tapi ketidak jujuran kamu yang ibu kecewa.."

"Iya bu.. Putra gak akan ulangi.. gak berani bu.."

"Maaf brother, gue terpaksa buka ini."

"Gue buka biar lo lega dan gue lega gak ada beban, karena lo gak bisa terus-terus an sembunyiin kebaikan lo ke orang. Yang lo ingat cuma kebaikan orang ke lo. Orang juga bisa kan ingat kebaikan yang udah lo lakukan ke orang lain juga..?? Impas namanya.."

"Ah.. lo emang gila Van.. bisa aja sih lo balikin gue.. gue beruntung banget kenal lo ama Novi."

"Kita selama ini memang kenal sebagai teman, tapi hati gue ngerasa dekat ama lo brother.. ternyata.. gue akhirnya tau alasannya.."

"Apaan?"

"Kalo lo mau tau, cepet sembuh, pulang, ntar gue kasih tau...

"Sialan.. lo bisaan aja motivasi gue buat sembuh.."

"Yoi.. lo musti cepat, secepatnya sembuh. Gue udah gak sabar.."

"Gak sabar apaan?"

"Gak sabar ngalahin lo lagi di Winning Eleven.. MU gue lagi full time nih.."

"Siap PSG gue siap ladenin.."

"
Ini maksud nya Manchester United dan Paris Saint Germain...??" tanya Anto

"Hehehe.. bukan pah.. Madura United sama Per Sib Gan.." jawab Stevan

"Iya pak, aku kan orang sukabumi, idola nya Persib, hehehe..." kata Putra

Tiba-tiba seorang perawat masuk..

"Maaf bapak, ibu.. jam besuk sudah habis. Bisa ibu bapak keluar dan meninggalkan pasien, biar pasiennya istrirahat ya pak. Oh iya, Putra sore ini bisa di pindah ke ruang perawatan yah."

"Sudah dapat ruangan nya suster? ruang berapa?"
tanya Anto

"Ruang VIP 6 pak.."

"Terima kasih suster.."

"Kok mewah sekali mas?"

"
Tidak apa, biar Putra bisa tenang dan bisa di kunjungi kapan pun.."

"Ibu... ibu panggil papa nya Stevan, mas?"
tanya Putra


Yeti sadar ia kelepasan di depan anaknya..

"Ya kan.. biasa kok.. biar akrab ajah.. bukan apa-apa kok.." muka Yeti merah..

Lalu masuk seorang memakai baju putih hitam dengan name tag RS di dada..

"Selamat siang.. dengan bapak Julian Raja Hatorangan?"

Seorang pegawai Rumah Sakit ternyata

"Iya saya, ada apa pak?"

"Maaf pak, nanti bisa datang ke bagian administrasi? mengenai administrasi kamar perawatan pak."

"
Oh iya oke.. buat Deposit yah?" tanya Anto

"Termasuk itu juga pak, sama penyelesaian ICU nya.." jawab pegawai itu.

"
Oke nanti saya kesana. Ini saya selesaikan dulu menjenguk anak yah.."

"Baik pak. Saya permisi pak, bu.."

"Iya..."
jawab mereka

"Bu.. nama Putra sama nama bapak sama-sama ada nama "Raja" nya ya bu? Ini kebetulan atau..?" tanya Putra kritis



Bersambung ya gannn....
Mohon kritik dan saran nya ya suhu..
Maaf update terbatas karena situasi dan kondisi nya..

Selamat malam Jumat, selamat malam libur..

ke hal. 24
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
"Oooohh.. alhamdulillah ya bu.. Putra juga mau segera pulang. Putra harus kerja bu.. boss pasti sudah cari-cari Putra. Putra bisa dipecat bu.. siapa nanti yang bantu ibu cari uang? kita harus bayar sewa rumah kan? Putra juga 5 hari lagi harus test SMU dan bayar uang masuk dan uang gedung." jelas Putra

hasyuuuuu bikin baper... terenyuh pas di sini ini.... :((
 
Bimabet
Alhamdulilah akhirnya jalinan kasih ketemu juga suhu..tolong novi ya jangan sampai patah hati...suhu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd