Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

Balak 6

Tukang Semprot
UG-FR
Daftar
21 Nov 2015
Post
1.414
Like diterima
5.077
Lokasi
Jakarta, Makassar
Bimabet
Selamat siang, para Momod, king, pertapa, suhu, master dan para reader semua yang terhormat.

Izinkan nubie yang hijau kuncup ini ikut sekedar meramaikan cerita bersambung. Cerita ini sambungan dari cerita sebelum nya tetapi dengan latar yang sudah berbeda.

Mohon maaf jika ada kesalahan dan jika ada kesamaan nama dan tempat, dapat di pastikan itu adalah ketidak sengajaan dan hanya kebetulan semata.

Ini dia...

story of

LONELY ADVENTURE 3 -
I Promise


Nb..

No Index.. ikuti aja hu perlembar update an akan ada tujuan lembar berikut nya.. kaya sistem nya koran atau majalah hu..

:beer::beer::beer::beer:
 
Terakhir diubah:
Yessss.......lama ditunggu klanjutannya akhirnya nongol juga. Makasih hu...
 
MULUSTRASI : (google pic)


Aiko Hatorangan



Deandra Hatorangan




story of
LONELY ADVENTURE 3


Bab I. Ini lah sekarang


Aku membelah jalan Jenderal Sudirman, menuju kantor ku di kawasan Jl. MH. Thamrin. Pagi ini aku ada meeting dengan team dari Samarinda. Kami ingin membicarakan peluang bisnis dan kerjasama. Aku satu mobil dengan istri ku Aiko, yang saat ini menjadi wakil ku di kantor. Sedang istri ku Dea menjadi Direktur Keuangan. Ayah dan papa Takeshi sudah pensiun full. Adikku yang ke dua, Riska, sudah menikah dan ikut suami nya ke Surabaya, dia menjadi istri angkatan juga. Di sunting oleh lulusan AAL (Akademi Angkatan Laut), dinas di surabaya. Adikku yang terkecil sudah jadi dokter internist . Tahun ini mungkin akan tesis dia. Tapi masih sendiri. Dia yang kadang jadi tameng dari para ponakan nya jika di marahi oleh mamah nya. Yah, mamah mereka malas berdebat dengan Debby, adikku itu. Paling akan bilang, "Deb, kamu atur ajalah dek. Tapi bikin yang baik ya dek." dan akan di jawab "Gitu dong kak, kasian anak di omelin atuh." Akhir nya istri ku yang mengalah. Dan Debby memang sayang sekali dengan anak-anak. Sejak dulu sih, mungkin karena dia anak bungsu, kepengen punya adik tapi tidak kesampean. Debby lah satu-satu nya di keluargaku yang tidak memiliki bakat dari tenaga itu. Anak ku yang lelaki ke dua nya punya, tapi anak perempuan ku yang dua tidak punya semua. Memang ini rahasia Tuhan, kepada siapa Dia memberikan anugrah nya, hanya DIA saja yang tau punya otoritas untuk itu.

Aku janji meeting pukul 09.00, tapi pukul 08.30 aku sudah tiba. Aku masuk ruangan ku, Aiko juga masuk ruangan nya. Aku sudah minta Aiko menyiapkan semua bahan meeting ini.

Sebagai mana biasa, waktu 30 menit aku gunakan untuk memberi arahan pada team di bawah ku. Aku juga memeriksa dokumen dan menandatangani semua yang perlu dan butuh tanda tangan ku.
Tidak terasa, jam 08.57 aku bergerak ke ruang meeting, istriku bergabung dengan aku. Sekretaris ku sudah menyiapkan semua.

Aku bertemu dengan sebuah konsorsium dari kalimantan, tepat nya Samarinda. Ini adalah perusahaan pertambangan. Dimana mereka mengajak perusahaan ku untuk ikut mengerjakan shelter pengeboran di dalam hutan, lokasi di wilayah Serawak, Malaysia. Jadi ini juga bekerja sama dengan perusahaan dari Malaysia. Perusahaan ku di gandeng untuk memfasilitasi kebutuhan akan alat-alat komunikasi. Yang biasa sampai khusus yang di pergunakan di tengah hutan kalimantan ini.

Aku menemui mereka, 4 orang lelaki. Dua masih muda dan dua sudah setengah baya. Ternyata satu yang setengah baya adalah seorang Warga Negara Malaysia. Aku didampingi oleh Aiko. Yang kukenalkan sebagai assisten ku. Aku ingin tetap propesional, tidak membawa status dalam pekerjaan.

Mereka semua terkesima melihat Aiko. Apalagi saat ini Aiko sudah jauh lebih dewasa, dan perawakan nya lebih berisi dan matang. Pertengahan 30 an. Walau sudah melahirkan 2 anak, istriku ini tubuh nya tidak kendor, malah semakin padat dan montok. Rambut masih sepundak, putih, mulus, tanpa cela. Aku sungguh beruntung memiliki nya. Mata si orang Malaysia tidak lepas dari Aiko. Dia menatap sambil mencuri pandang ke Aiko. Aiko mengetahui hal itu, tapi dia berusaha tidak mengindahkan dan bersikap normal

Setelah meeting itu, aku diajak untuk makan siang di restoran yang di pilihkan oleh mereka. Aiko di undang juga ikut sama Mr. Ibrahim Daud, seorang saudagar dari Sewarak itu. Tapi Aiko menolak secara halus sebab dia masih ada hal penting lain yang akan di urus. Tampak ada rasa kecewa di muka Mr. Ibrahim Daud. Ah, dasar mata nya nakal.

Kami makan siang di restoran chinesse food di kawasan Manggala Wana Bhakti. Selepas itu kami berpisah, dan saling bertukar no kontak. Aku melangkah pulang karena hari sudah sore. Aku mau olah raga sore ini. Aku tetap rutin latihan, ke dua istriku juga. Mereka sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan semua kemampuannya padaku. Apa yang perlu di sembunyikan juga. Umurku jalan 37. Maka itu aku harus sering melatih diri agar energi ku tidak tebuang dan menghantam liar.

Enam tahun lalu aku membeli sebuah bekas hall badminton yang sudah tak terpakai di bagian belakang komplek ku.
Saat tiba di rumah, aku yang sudah lebih dulu menghubungi ke dua istriku kalau aku pulang duluan, menemui anak-anak ku yang sudah ada di rumah.

Tampak sebuah mobil Fortuner hitam terparkir di halaman rumah. Aku kenal mobil ini, mobil ayah ku. Yah, mungkin dia kangen ama cucu nya. Iya dia bangga, sebab sudah mempunyai cucu lelaki sebagai penerus pembawa klan keluarga.

Aku masuk, dan memberi salam ke semua. Anak ku yang terbesar, Stevan anak dari Aiko segera menghambur padaku, saudara nya seorang wanita, Novi anak dari Dea juga tidak mau kalah. Aku langsung memeluk putra putri ku dan memberi salim ke dua nya. Anak ku yang dari Dea satunya lelaki, Romi sudah kelas 1 SMP dan yang paling bungsu juga sudah masuk SMP, Jessica anak dari Aiko.

Setelah di dalam, aku menemui ayah dan mama ku.

"Sudah lama pak, ma?"

"Sudah juga, dari tengah hari tadi."

"Sudah makan bapak, mama?"

"Sudah.. sudah.."

"Tidak kabari kami bapak sama mama mau kesini. Sama siapa bapak mama kesini?"

"Hanya kami dua saja. Di Jono libur dia izin anak nya sakit katanya. Mungkin besok baru dia masuk lagi." jelas ayah ku mengenai supir keluarga nya

"Aduh, jangan setir sendiri lah pak. Kasian bapak."

"Ah, kau pikir bapak mu ini sudah begitu lemah nya kah? Kangen bapak sama cucu-cucu ku ini. Bukan sama kau. Tau aku sibuk kau, jadi susah waktu mu toh. Itu maka nya bapak sama mama saja kesini, sedang kosong juga kami. Sabtu besok ada arisan pula. Jadi hari ini lah."

"Ooh.. si Debby kemana ma?"

"Ke Rumah Sakit, katanya ada tindakan dia."

"Aku kedalam dulu ya pak, ma. Mau olah raga sebenarnya ini."

"Ya, kalau kau mau latihan, latihan lah. Jangan lupa, kaku semua nanti badan mu."

"Iya pak, rutin kok. Aiko dan Dea juga masih sering latihan kita sama-sama pak"

"Kau latih juga cucu ku yah, Si Stevan sama Si Romi. Biar bisa dia atur nanti badan nya."

"Iya pasti lah pak."

Aku masuk kamar, dan keluar tidak lama dengan kaos dan celana training panjang. Sudah jam setengah 5 sore, aku harus segera ke gedung latihan. Ku ambil kunci nya. Ku keluarkan motor matic, yang biasa di pakai untuk urusan rumah dan untuk jalan dekat-dekat saja. Setelah pamit, aku meluncur ke hall pribadi ku. Aku membeli sebuah hall badminton yang sudah tidak dipakai 6 tahun lalu. Aku renovasi sana sini. Dan menjadi tempat latihan ku dan keluarga. Aku buka, dan mulai persiapan. Gedung ini ada yang merawat setiap dua hari, aku membayar jasa seorang bapak yang tinggal tidak jauh dari sini. Kunci juga dia ada pegang.

Lima menit kemudian aku sudah mulai.

Setengah jam tidak terasa, aku sudah keringat an. Lewat 20 menit kemudian aku mulai mengendurkan latihan. Yah aku tidak berencana lama, karena ada ke dua orang tua ku di rumah, dan istriku belum ada yang pulang juga. 10 menit kemudian aku sudah selesai. Aku siap-siap akan pulang. Aku kunci pintu dan bersiap menuju motor. Aku kontrol sebentar ke sekeliling bangunan ini. Di belakang ada kebun pisang dan kandang ayam pak Jamil yang menjaga gedung ini dan rumah nya di dekat kandang ayam itu. Mata ku memangkap sesuatu. Aku melihat ada sesuatu bergerak di balik rimbun nya pohon pisang. Lalu terdengar seperti ada teriakan yang tertahan. Insting berkata ada sesuatu yang tidak beres.

Aku datangi tempat itu..

Tampak ada tiga orang lelaki sedang memegangi seorang wanita, sepertinya hendak memperkosa. Si wanita tampak sangat ketakutan dan meronta-ronta. Aku yang menyadari sesuatu, seorang lelaki sudah mengeluarkan penisnya dan mau mengarahkan ke vagina si perempuan yang sekilas aku liat umur 40 tahunan.

"Woi.. enak bener lo pada !! maen paksa aja.. belum pernah lo yang di paksa yah?"

"Heh, siapa lo gangguin urusan orang? cari mati lo?"

"Gue lagi nyari jangkrik tadi, dapat nya monyet ama anjing kurap. Lo masuk tanah orang gak izin, persis kaya anjing kurap."

"Banyak bacot lo.. Heh Cing, ajar adat tuh si bangsat. Dia gak kenal Sapri kali yang pegang pasar Sawah?" jawab seseorang yang bernama Sapri, yang badan paling besar, menjawab dengan keras, menegaskan siapa dia nya.

Orang yang di panggil Cing, entah apa maksud nya melepas pegangan nya pada si wanita. Sadar ada yang lepas, sang wanita segera berontak dan lari ke belakang ku. Pakaian nya berantakan, dan ada yang robek di bagian dada. Rambut sepunggung nya berantakan menutupi wajah.

"Ibu, tunggu di pinggir. Ini gak akan lama."

Cing yang suruh tadi mendekat, tiga yang lain juga mendampingi nya.

"Anjing lo, ganggu kesenangan orang. Gue balik mulut lo ke belakang."

Si Sapri menyerang, pukulan kanan nya menghantam ke depan, aku menunduk menghajar perut nya yang terbuka dengan pukulan kanan pendek. Di susul tendangan kiri ke rusuk seorang di samping si cing. Aku memutar, menghantam siku ke rahang si Cing, dan tendangan samping kanan ke dada si Sapri yang masih bertahan berdiri. Semua terjengkang. Dan mengerang kesakitan. Aku tidak ingin mencelakakan mereka hanya ingin membuat mereka jera. Aku bangkit, aku tarik leher nya si Sapri.

"Gue peringatin ama lo, jangan coba-coba lo muncul lagi disini dan gangguin warga sini. Ini cuma peringatan kecil. Sekali lu kepentok gue lagi, gue gak kasih ampun lo... Ngerti !!!"

"Iya bang.. iya.. iya.."

Aku lepas kerah di leher nya.

"Pergi lo.."

Sapri bangkit, dan dua temannya juga.

"Awas lo.. belom selesai ini. Gue balas lo... cabutt..." Sapri mengancam sambil kabur dengan teman-teman nya. Aku bisa saja dengan mudah menangkap nya. Tapi cari urusan dengan orang kaya gini bikin capek. Bisa juga si Sapri sebenernya takut, tapi demi gengsi di depan anak buah, terpaksa pura-pura mau ngancem. Hah, dasar orangan sawah. Aku berpaling pada ibu tadi, eh.. dia kemana?

Ternyata si ibu sudah pergi tanpa aku sadari. Yah sudah lah.. pulang saja..


Pov 3rd

Wanita itu sebenarnya sudah setengah jam sebelumnya sudah di luar gedung itu. Dia kebetulan hendak istirahat sehabis pulang berjualan sayuran, tiba di pelataran gedung. Dia sebetulnya sudah 2x lewat sini, dan pintu gedung selalu tertutup. Kali ini dia seperti mendengat ada sesuatu di dalam gedung. Dia mencoba mengintip dari sela pintu yang tidak terlalu tertutup rapat. Dia melihat seseorang lelaki, sedang berlatih beladiri seorang diri. Cukup lama dia mengamati dan terkejut melihat lelaki itu. Tampak dia termenung, sekelumit senyum tapi juga setetes air mata mengalir di pipi nya. Ia usap. Kemudian ia berlalu dari pintu, menuju samping gedung dan berencana mau potong jalan melalui kebon pisang. Rumah nya ada di kampung sebelah, sudah di luar komplek. Kembali si wanita termenung. Tiba-tiba ada sepasang tangan membekap mulut nya. Lalu sepasang tangan lagi memiting tangan nya ke belakang. Ia meronta, tapi mulut nya di sekap oleh satu orang lagi dari depan. Lalu dia merasa kaki nya diangkat, dan dia di bopong. Sedang mulutnya di ikat saat tadi tangan nya di piting ke belakang. Terbayang hal yang akan dia alami, ketakutan dan kepanikan melanda si wanita. Dia diseret ke semak-semak, jelas ingin di perkosa. Kalau hanya diperkosa masih mending, kalau langsung juga di bunuh? dia terbayang wajah anak satu-satunya yang masih berumur 15 tahun. Pasti tidak akan mempunyai orang tua lagi.

Ketiga preman itu memaksa dia, memegangi tangan dan kaki nya, sedang seorang yg sepertinya pimpinan nya, mulai melecehkannya. Tubuh nya di gerayangi, gunung nya di remas-remas, dan mulai membuka paksa baju kemeja nya. Dan kemeja kumal itu sobek. Tampak bra nya juga di paksa tarik ke atas. Setelah puting nya itu terlihat, si pimpinan dengan ganas menciumi dan meremas gunung montok putih itu. Si boss mulai membuka celana 3/4 si wanita dengan paksa. Celana kain longgar bermotif bunga itu, mulai turun sedikit. Dan sedikit lagi, terpampang lah seonggok lubang yang di hiasi bulu tipis. Tapi bibir di lubang itu masih terlihat bagus, tanpa ada yang terlihat menggelambir. Si boss makin kesetanan. Dia sudah mengeluarkan penis nya dan siap di paksa masuk lubang sempit itu.
Disaat kritis, tampak sebuah suara..

"Woi.. enak bener lo pada !! maen paksa aja.. belum pernah lo yang di paksa yah?"

Seperti suara malaikat dia dengar suara itu. Timbul suatu harapan di hati nya. Tetapi juga bercampur ke khawatiran.
Lalu dia merasa pegangan lelaki itu entah bagaimana terasa melemah, dia merasa ini waktu nya. Si wanita berontak, dan melepaskan diri lalu berlari ke belakang tuan penolong nya itu.

Dia kalut, dia bingung, dia tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi kemudian. Setelah sadar bahwa preman sudah kalah, si wanita yang sekarang bingung. Secepat nya dia lari sebelum terlambat. Tapi kemana? Akhir nya di sembunyi di sisi dalam cor tiang yang menjorok keluar. Dia merapatkan diri nya ke tembok. Setelah menyadari situasi sepi. Dia masih menunggu. Andai si lelaki memeriksa sisi sebelah lagi dari gedung itu, pasti akan menemukan si wanita. Tapi dia memilih pulang, karena dia pikir si wanita yang di tolong nya sudah pergi.
Si lelaki segera menyalakan motor dan pergi dari lingkungan gedung, diikuti tatapan kosong seseorang. Seorang wanita, wanita lemah yang juga ketakutan dan khawatir. Si wanita hanya berbisik pelan.."Maaf kan aku... maaf kan aku..."


Pov Anto

Malam ini keluarga ku makan malam di rumah ku. Anak dan istri plus orang tua ku makan bersama.

"Gimana kabar papa kamu Aiko? bapak belum kontak lagi ama si lae itu"

"Sehat pak, baik. Bulan depan mau datang, kan mau ulang tahun Jessica pak."

"Oh iya, cucu perempuan ku sudah mau ulang tahun yah. Nanti, mama mau pilih dulu hadiah nya lah. Nanti minggu antar mama ya pak.." kata mama ku.

"Iya ma.. nanti bapak mau cari hadiah juga.."

"Ah, yang penting doa nya ya pak, biar sehat semua ya pak. Jauh lah dari sakit, celaka dan mara bahaya.. " kata ku

"Amin.." jawab semua serentak

"Tadi ada kejadian kurang baik di belakang gedung kita pak, ma.. tadi aku selesai latihan, hendak pulang, aku kontrol sekitar sesaat. Ternyata, di semak semak di kebun pisang di belakang kandang ayam pak Jamil, ada seorang wanita yah sekitar 39 atau 40 an, mau di perkosa tiga lelaki pak, mah, sayang. Dia di sekap gitu, sudah nyaris. Tapi aku pergokin. Lalu aku batalkan. Mereka marah, si wanita lepas, lari ke belakang aku, aku suruh nunggu di teras. Lalu, aku kasih pelajaran para preman itu, aku pukuli tapi tidak sampai aku lukai sih. Kemudian mereka aku lepas, tapi ternyata sambil lari masih sempat ngancem. Aku biarkan, tapi begitu aku datangi lagi perempuan tadi, dia juga sudah kabur."

"Jangan-jangan mereka sekongkol kali bang. Pura-pura kesulitan, gak tau nya komplotan."

"Iya bisa juga itu Julian. Kalau dia perempuan itu merasa kau selamatkan, kenapa pula dia kabur juga kan? aneh itu.." kata ayah

Hmmm, aku tidak menolak argumen istri dan ayah ku. Masuk akal memang.

"Tapi, mungkin si wanita masih takut kali a, atau ada perlu lain.. kalau gak ada yang penting masa dia gak sempat sekedar bilang terima kasih yah." kata istri ku Dea

"Aku sih gak sampai gila ucapan terima kasih. Mengetahui bisa menyelamatkan seorang yang sedang susah pun, aku sudah senang. Hanya aku khawatir, si perempuan itu masih akan kena nasalah
Nama dan rumah nya saja aku gak tau, kasihan." kata ku lagi

"Pak, aku juga diajak kerja sama dengan pengusaha asal samarinda. Mau buka tambang. Aku di minta menyediakan alat komunikasi nya. Lokasi nya di serawak pak. Ada pengusaha serawak nya juga, Mr. Ibrahim Daud." jelas ku

"Ibrahim Daud? seperti nya bapak tau nama itu.. Dia kalau tidak salah seorang miliuner di Serawak. Tapi dia punya reputasi tidak bersih, abu-abu. Punya lahan kelapa sawit ribuan hektar, tapi katanya dia terlibat pembakaran hutan. Dan sempat ada isyu, dia juga mendanai pergerakan para teroris yang berkedok agama. Salah satu nya jaringan Dr yang beberapa waktu lalu katanya di tembak mati Densus 88 di Malang."

"Wah, ini sungguh perlu di perhatikan ya pak. Tapi kok katanya di tembak Densus 88? Memang sebenarnya apa pak?."

"Hehehe.. tim "Arek Bonek 3" yang sudah bereskan itu. Baru di kasih ke Densus. Tim dari Surabaya. Gabungan dari Jalamengkara dan Kopassus. Yang di bilang baku tembak itu, tembakan satu arah itu. Mana ada rekaman live nya, semua yang meliput dari jauh itu."

Kami selesaikan makan malam dengan santai. Kedua istri ku juga bercengkrama riang. Setelah selesai, aku dan ayah duduk santai di teras.

"Pak, sudah tidak merokok lagi ini?"

"Tidak, sudah stop bapak. Sekarang hanya kopi saja teman ku kalau santai. Sudah hampir 80 umur ku. Biar sehat terus, biar bisa ku tengok cucu ku besar."

"Betul pak, masih sangat penting bapak buat kami, terutama buat aku. Masih banyak ilmu bapak yang harus aku pelajari."

Aku dan ayah masih berbincang. Tak terasa anak ku sudah mau tidur. Aku bangkit sebentar dan memberi kecupan pengantar tidur kepada ke empat anak ku. Malam ini aku tidur dengan Dea. Aku kembali menemani ayah bincang di teras.

Tak terasa sudah jam 10 malam. Kami berpisah untuk istirahat. Aku segera mencuci muka dan mengganti dengan pakaian tidur. Aku masuk kamar, istriku sudah menunggu di kasur sambil bermain medsos, anak kami tidur di tempat tidur lebih kecil tapi beda kamar. Mereka punya kamar masing-masing. Aku segera naik keatas tempat tidur dan berbincang santai.

"Mah, kita bulan depan jiarah ke kubur aki yah. Nggak terasa aki sudah pergi sudah dua tahun. Papa masih sangat kehilangan sampai sekarang mah. Papa gak akan bisa lepas dari itu, di tubuh papa mengalir bagian dari aki."

"Iya pah, mama juga tadi nya mau usul ke papa, tapi papa sudah bilang dulu, mama setuju sekali. Sudah hampir satu tahun kita tidak pulang cibodas herang."

"Ridwan juga denger nya bulan lalu udah jadi ketua pengurus koperasi dia mah. Setelah tahun lalu jadi kades ganti kakek, sekarang jadi ketua pengurus dia."

"Iya pah, tidak terasa, kayanya cepat bener ya pah. Padahal dulu mamah bukan apa-apa dan gak bisa apa-apa, mimpi juga tidak bisa begini pah."

"Mama bahagia hidup sama papa? bahagia mendampingi papa?"

"Iya sayang. Sangat bahagia. Apa lagi alasan yang bikin mama tidak bahagia? Mama punya suami yang baik, gagah, bertanggung jawab, ada juga saat ini dua anak yang mama cintai, yang siapapun ibu pasti menginginkan anak yang sehat, sempurna, cantik dan gagah kaya Novi dan Romi, belum lagi ada Stevan dan Jessica yang juga sudah jadi anak mama juga pah. Mama gak mau beda in mereka, karena aku dan kak Aiko sudah sepakat untuk bersatu mengurus keluarga ini."

"Heem.. papa senang dan bahagia dengar nya."

"Pah, mas Surya ada kabar nya gak pah? mama sudah lama lho gak di hubungi sama mas.. selama kita disini saja baru tiga kali singgah.."

"Bulan lalu sempat sms aja ama papa. Kata mas, dia mau selesaikan tugas akhir nya bulan ini. Mungkin bulan depan mas Surya sudah selesai kuliah nya. Kalau mas Surya lulus kuliah Ilmu Kepolisian nya, pangkat juga jabatan bisa naik mah. Kalau ada kesempatan dan masih mau, kamu bisa lanjut ke S2 nya mah. Mamah mau kuliah lagi ambil S2?"

"Ih mas Surya, keenakan ber karir, sampai lupa nikah sih. Umur nya kan sama kaya papa itu.."

"Iya mungkin lagi kejar karir mah. Orang lelaki sih nikah agak terlambat gak apa. Mama mau gak ambil S2?"

"Ah, gak lah pah. Kemarin nyambung dari D2 ke S1 ajah mamah udah ngos-ngos an. Untung ada papa dan kak Aiko semangatin terus. Kalau nggak, mamah bisa nangis terus, stress..."

"Hehehe... papa gak akan biarin yayang ku stress lah.. " aku rangkul bahu istriku, dan ia masuk dalam dadaku.

"Mah, anak-anak dah tidur kan? Kita o yess yuk." ajak ku

"Udah pah... Kakak, dedek.. tidur nyenyak yah, mama mau di suntik papa dulu. Mama udah pada pegel badan nya perlu di encuss papa nih..."



Bersambung ya
LONELY ADVENTURE 3





Bab I. Ini lah sekarang





Aku membelah jalan Jenderal Sudirman, menuju kantor ku di kawasan Jl. MH. Thamrin. Pagi ini aku ada meeting dengan team dari Samarinda. Kami ingin membicarakan peluang bisnis dan kerjasama. Aku satu mobil dengan istri ku Aiko, yang saat ini menjadi wakil ku di kantor. Sedang istri ku Dea menjadi Direktur Keuangan. Ayah dan papa Takeshi sudah pensiun full. Adikku yang ke dua, Riska, sudah menikah dan ikut suami nya ke Surabaya, dia menjadi istri angkatan juga. Di sunting oleh lulusan AAL (Akademi Angkatan Laut), dinas di surabaya. Adikku yang terkecil sudah jadi dokter internist . Tahun ini mungkin akan tesis dia. Tapi masih sendiri. Dia yang kadang jadi tameng dari para ponakan nya jika di marahi oleh mamah nya. Yah, mamah mereka malas berdebat dengan Debby, adikku itu. Paling akan bilang, "Deb, kamu atur ajalah dek. Tapi bikin yang baik ya dek." dan akan di jawab "Gitu dong kak, kasian anak di omelin atuh." Akhir nya istri ku yang mengalah. Dan Debby memang sayang sekali dengan anak-anak. Sejak dulu sih, mungkin karena dia anak bungsu, kepengen punya adik tapi tidak kesampean. Debby lah satu-satu nya di keluargaku yang tidak memiliki bakat dari tenaga itu. Anak ku yang lelaki ke dua nya punya, tapi anak perempuan ku yang dua tidak punya semua. Memang ini rahasia Tuhan, kepada siapa Dia memberikan anugrah nya, hanya DIA saja yang tau punya otoritas untuk itu.



Aku janji meeting pukul 09.00, tapi pukul 08.30 aku sudah tiba. Aku masuk ruangan ku, Aiko juga masuk ruangan nya. Aku sudah minta Aiko menyiapkan semua bahan meeting ini.



Sebagai mana biasa, waktu 30 menit aku gunakan untuk memberi arahan pada team di bawah ku. Aku juga memeriksa dokumen dan menandatangani semua yang perlu dan butuh tanda tangan ku.

Tidak terasa, jam 08.57 aku bergerak ke ruang meeting, istriku bergabung dengan aku. Sekretaris ku sudah menyiapkan semua.



Aku bertemu dengan sebuah konsorsium dari kalimantan, tepat nya Samarinda. Ini adalah perusahaan pertambangan. Dimana mereka mengajak perusahaan ku untuk ikut mengerjakan shelter pengeboran di dalam hutan, lokasi di wilayah Serawak, Malaysia. Jadi ini juga bekerja sama dengan perusahaan dari Malaysia. Perusahaan ku di gandeng untuk memfasilitasi kebutuhan akan alat-alat komunikasi. Yang biasa sampai khusus yang di pergunakan di tengah hutan kalimantan ini.



Aku menemui mereka, 4 orang lelaki. Dua masih muda dan dua sudah setengah baya. Ternyata satu yang setengah baya adalah seorang Warga Negara Malaysia. Aku didampingi oleh Aiko. Yang kukenalkan sebagai assisten ku. Aku ingin tetap propesional, tidak membawa status dalam pekerjaan.



Mereka semua terkesima melihat Aiko. Apalagi saat ini Aiko sudah jauh lebih dewasa, dan perawakan nya lebih berisi dan matang. Pertengahan 30 an. Walau sudah melahirkan 2 anak, istriku ini tubuh nya tidak kendor, malah semakin padat dan montok. Rambut masih sepundak, putih, mulus, tanpa cela. Aku sungguh beruntung memiliki nya. Mata si orang Malaysia tidak lepas dari Aiko. Dia menatap sambil mencuri pandang ke Aiko. Aiko mengetahui hal itu, tapi dia berusaha tidak mengindahkan dan bersikap normal



Setelah meeting itu, aku diajak untuk makan siang di restoran yang di pilihkan oleh mereka. Aiko di undang juga ikut sama Mr. Ibrahim Daud, seorang saudagar dari Sewarak itu. Tapi Aiko menolak secara halus sebab dia masih ada hal penting lain yang akan di urus. Tampak ada rasa kecewa di muka Mr. Ibrahim Daud. Ah, dasar mata nya nakal.



Kami makan siang di restoran chinesse food di kawasan Manggala Wana Bhakti. Selepas itu kami berpisah, dan saling bertukar no kontak. Aku melangkah pulang karena hari sudah sore. Aku mau olah raga sore ini. Aku tetap rutin latihan, ke dua istriku juga. Mereka sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan semua kemampuannya padaku. Apa yang perlu di sembunyikan juga. Umurku jalan 37. Maka itu aku harus sering melatih diri agar energi ku tidak tebuang dan menghantam liar.



Enam tahun lalu aku membeli sebuah bekas hall badminton yang sudah tak terpakai di bagian belakang komplek ku.

Saat tiba di rumah, aku yang sudah lebih dulu menghubungi ke dua istriku kalau aku pulang duluan, menemui anak-anak ku yang sudah ada di rumah.



Tampak sebuah mobil Fortuner hitam terparkir di halaman rumah. Aku kenal mobil ini, mobil ayah ku. Yah, mungkin dia kangen ama cucu nya. Iya dia bangga, sebab sudah mempunyai cucu lelaki sebagai penerus pembawa klan keluarga.



Aku masuk, dan memberi salam ke semua. Anak ku yang terbesar, Stevan anak dari Aiko segera menghambur padaku, saudara nya seorang wanita, Novi anak dari Dea juga tidak mau kalah. Aku langsung memeluk putra putri ku dan memberi salim ke dua nya. Anak ku yang dari Dea satunya lelaki, Romi sudah kelas 1 SMP dan yang paling bungsu juga sudah masuk SMP, Jessica anak dari Aiko.



Setelah di dalam, aku menemui ayah dan mama ku.



"Sudah lama pak, ma?"



"Sudah juga, dari tengah hari tadi."



"Sudah makan bapak, mama?"



"Sudah.. sudah.."



"Tidak kabari kami bapak sama mama mau kesini. Sama siapa bapak mama kesini?"



"Hanya kami dua saja. Di Jono libur dia izin anak nya sakit katanya. Mungkin besok baru dia masuk lagi." jelas ayah ku mengenai supir keluarga nya



"Aduh, jangan setir sendiri lah pak. Kasian bapak."



"Ah, kau pikir bapak mu ini sudah begitu lemah nya kah? Kangen bapak sama cucu-cucu ku ini. Bukan sama kau. Tau aku sibuk kau, jadi susah waktu mu toh. Itu maka nya bapak sama mama saja kesini, sedang kosong juga kami. Sabtu besok ada arisan pula. Jadi hari ini lah."



"Ooh.. si Debby kemana ma?"



"Ke Rumah Sakit, katanya ada tindakan dia."



"Aku kedalam dulu ya pak, ma. Mau olah raga sebenarnya ini."



"Ya, kalau kau mau latihan, latihan lah. Jangan lupa, kaku semua nanti badan mu."



"Iya pak, rutin kok. Aiko dan Dea juga masih sering latihan kita sama-sama pak"



"Kau latih juga cucu ku yah, Si Stevan sama Si Romi. Biar bisa dia atur nanti badan nya."



"Iya pasti lah pak."



Aku masuk kamar, dan keluar tidak lama dengan kaos dan celana training panjang. Sudah jam setengah 5 sore, aku harus segera ke gedung latihan. Ku ambil kunci nya. Ku keluarkan motor matic, yang biasa di pakai untuk urusan rumah dan untuk jalan dekat-dekat saja. Setelah pamit, aku meluncur ke hall pribadi ku. Aku membeli sebuah hall badminton yang sudah tidak dipakai 6 tahun lalu. Aku renovasi sana sini. Dan menjadi tempat latihan ku dan keluarga. Aku buka, dan mulai persiapan. Gedung ini ada yang merawat setiap dua hari, aku membayar jasa seorang bapak yang tinggal tidak jauh dari sini. Kunci juga dia ada pegang.



Lima menit kemudian aku sudah mulai.



Setengah jam tidak terasa, aku sudah keringat an. Lewat 20 menit kemudian aku mulai mengendurkan latihan. Yah aku tidak berencana lama, karena ada ke dua orang tua ku di rumah, dan istriku belum ada yang pulang juga. 10 menit kemudian aku sudah selesai. Aku siap-siap akan pulang. Aku kunci pintu dan bersiap menuju motor. Aku kontrol sebentar ke sekeliling bangunan ini. Di belakang ada kebun pisang dan kandang ayam pak Jamil yang menjaga gedung ini dan rumah nya di dekat kandang ayam itu. Mata ku memangkap sesuatu. Aku melihat ada sesuatu bergerak di balik rimbun nya pohon pisang. Lalu terdengar seperti ada teriakan yang tertahan. Insting berkata ada sesuatu yang tidak beres.



Aku datangi tempat itu..



Tampak ada tiga orang lelaki sedang memegangi seorang wanita, sepertinya hendak memperkosa. Si wanita tampak sangat ketakutan dan meronta-ronta. Aku yang menyadari sesuatu, seorang lelaki sudah mengeluarkan penisnya dan mau mengarahkan ke vagina si perempuan yang sekilas aku liat umur 40 tahunan.



"Woi.. enak bener lo pada !! maen paksa aja.. belum pernah lo yang di paksa yah?"



"Heh, siapa lo gangguin urusan orang? cari mati lo?"



"Gue lagi nyari jangkrik tadi, dapat nya monyet ama anjing kurap. Lo masuk tanah orang gak izin, persis kaya anjing kurap."



"Banyak bacot lo.. Heh Cing, ajar adat tuh si bangsat. Dia gak kenal Sapri kali yang pegang pasar Sawah?" jawab seseorang yang bernama Sapri, yang badan paling besar, menjawab dengan keras, menegaskan siapa dia nya.



Orang yang di panggil Cing, entah apa maksud nya melepas pegangan nya pada si wanita. Sadar ada yang lepas, sang wanita segera berontak dan lari ke belakang ku. Pakaian nya berantakan, dan ada yang robek di bagian dada. Rambut sepunggung nya berantakan menutupi wajah.



"Ibu, tunggu di pinggir. Ini gak akan lama."



Cing yang suruh tadi mendekat, tiga yang lain juga mendampingi nya.



"Anjing lo, ganggu kesenangan orang. Gue balik mulut lo ke belakang."



Si Sapri menyerang, pukulan kanan nya menghantam ke depan, aku menunduk menghajar perut nya yang terbuka dengan pukulan kanan pendek. Di susul tendangan kiri ke rusuk seorang di samping si cing. Aku memutar, menghantam siku ke rahang si Cing, dan tendangan samping kanan ke dada si Sapri yang masih bertahan berdiri. Semua terjengkang. Dan mengerang kesakitan. Aku tidak ingin mencelakakan mereka hanya ingin membuat mereka jera. Aku bangkit, aku tarik leher nya si Sapri.



"Gue peringatin ama lo, jangan coba-coba lo muncul lagi disini dan gangguin warga sini. Ini cuma peringatan kecil. Sekali lu kepentok gue lagi, gue gak kasih ampun lo... Ngerti !!!"



"Iya bang.. iya.. iya.."



Aku lepas kerah di leher nya.



"Pergi lo.."



Sapri bangkit, dan dua temannya juga.



"Awas lo.. belom selesai ini. Gue balas lo... cabutt..." Sapri mengancam sambil kabur dengan teman-teman nya. Aku bisa saja dengan mudah menangkap nya. Tapi cari urusan dengan orang kaya gini bikin capek. Bisa juga si Sapri sebenernya takut, tapi demi gengsi di depan anak buah, terpaksa pura-pura mau ngancem. Hah, dasar orangan sawah. Aku berpaling pada ibu tadi, eh.. dia kemana?



Ternyata si ibu sudah pergi tanpa aku sadari. Yah sudah lah.. pulang saja..





Pov 3rd



Wanita itu sebenarnya sudah setengah jam sebelumnya sudah di luar gedung itu. Dia kebetulan hendak istirahat sehabis pulang berjualan sayuran, tiba di pelataran gedung. Dia sebetulnya sudah 2x lewat sini, dan pintu gedung selalu tertutup. Kali ini dia seperti mendengat ada sesuatu di dalam gedung. Dia mencoba mengintip dari sela pintu yang tidak terlalu tertutup rapat. Dia melihat seseorang lelaki, sedang berlatih beladiri seorang diri. Cukup lama dia mengamati dan terkejut melihat lelaki itu. Tampak dia termenung, sekelumit senyum tapi juga setetes air mata mengalir di pipi nya. Ia usap. Kemudian ia berlalu dari pintu, menuju samping gedung dan berencana mau potong jalan melalui kebon pisang. Rumah nya ada di kampung sebelah, sudah di luar komplek. Kembali si wanita termenung. Tiba-tiba ada sepasang tangan membekap mulut nya. Lalu sepasang tangan lagi memiting tangan nya ke belakang. Ia meronta, tapi mulut nya di sekap oleh satu orang lagi dari depan. Lalu dia merasa kaki nya diangkat, dan dia di bopong. Sedang mulutnya di ikat saat tadi tangan nya di piting ke belakang. Terbayang hal yang akan dia alami, ketakutan dan kepanikan melanda si wanita. Dia diseret ke semak-semak, jelas ingin di perkosa. Kalau hanya diperkosa masih mending, kalau langsung juga di bunuh? dia terbayang wajah anak satu-satunya yang masih berumur 15 tahun. Pasti tidak akan mempunyai orang tua lagi.



Ketiga preman itu memaksa dia, memegangi tangan dan kaki nya, sedang seorang yg sepertinya pimpinan nya, mulai melecehkannya. Tubuh nya di gerayangi, gunung nya di remas-remas, dan mulai membuka paksa baju kemeja nya. Dan kemeja kumal itu sobek. Tampak bra nya juga di paksa tarik ke atas. Setelah puting nya itu terlihat, si pimpinan dengan ganas menciumi dan meremas gunung montok putih itu. Si boss mulai membuka celana 3/4 si wanita dengan paksa. Celana kain longgar bermotif bunga itu, mulai turun sedikit. Dan sedikit lagi, terpampang lah seonggok lubang yang di hiasi bulu tipis. Tapi bibir di lubang itu masih terlihat bagus, tanpa ada yang terlihat menggelambir. Si boss makin kesetanan. Dia sudah mengeluarkan penis nya dan siap di paksa masuk lubang sempit itu.

Disaat kritis, tampak sebuah suara..



"Woi.. enak bener lo pada !! maen paksa aja.. belum pernah lo yang di paksa yah?"



Seperti suara malaikat dia dengar suara itu. Timbul suatu harapan di hati nya. Tetapi juga bercampur ke khawatiran.

Lalu dia merasa pegangan lelaki itu entah bagaimana terasa melemah, dia merasa ini waktu nya. Si wanita berontak, dan melepaskan diri lalu berlari ke belakang tuan penolong nya itu.



Dia kalut, dia bingung, dia tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi kemudian. Setelah sadar bahwa preman sudah kalah, si wanita yang sekarang bingung. Secepat nya dia lari sebelum terlambat. Tapi kemana? Akhir nya di sembunyi di sisi dalam cor tiang yang menjorok keluar. Dia merapatkan diri nya ke tembok. Setelah menyadari situasi sepi. Dia masih menunggu. Andai si lelaki memeriksa sisi sebelah lagi dari gedung itu, pasti akan menemukan si wanita. Tapi dia memilih pulang, karena dia pikir si wanita yang di tolong nya sudah pergi.

Si lelaki segera menyalakan motor dan pergi dari lingkungan gedung, diikuti tatapan kosong seseorang. Seorang wanita, wanita lemah yang juga ketakutan dan khawatir. Si wanita hanya berbisik pelan.."Maaf kan aku... maaf kan aku..."





Pov Anto



Malam ini keluarga ku makan malam di rumah ku. Anak dan istri plus orang tua ku makan bersama.



"Gimana kabar papa kamu Aiko? bapak belum kontak lagi ama si lae itu"



"Sehat pak, baik. Bulan depan mau datang, kan mau ulang tahun Jessica pak."



"Oh iya, cucu perempuan ku sudah mau ulang tahun yah. Nanti, mama mau pilih dulu hadiah nya lah. Nanti minggu antar mama ya pak.." kata mama ku.



"Iya ma.. nanti bapak mau cari hadiah juga.."



"Ah, yang penting doa nya ya pak, biar sehat semua ya pak. Jauh lah dari sakit, celaka dan mara bahaya.. " kata ku



"Amin.." jawab semua serentak



"Tadi ada kejadian kurang baik di belakang gedung kita pak, ma.. tadi aku selesai latihan, hendak pulang, aku kontrol sekitar sesaat. Ternyata, di semak semak di kebun pisang di belakang kandang ayam pak Jamil, ada seorang wanita yah sekitar 39 atau 40 an, mau di perkosa tiga lelaki pak, mah, sayang. Dia di sekap gitu, sudah nyaris. Tapi aku pergokin. Lalu aku batalkan. Mereka marah, si wanita lepas, lari ke belakang aku, aku suruh nunggu di teras. Lalu, aku kasih pelajaran para preman itu, aku pukuli tapi tidak sampai aku lukai sih. Kemudian mereka aku lepas, tapi ternyata sambil lari masih sempat ngancem. Aku biarkan, tapi begitu aku datangi lagi perempuan tadi, dia juga sudah kabur."



"Jangan-jangan mereka sekongkol kali bang. Pura-pura kesulitan, gak tau nya komplotan."



"Iya bisa juga itu Julian. Kalau dia perempuan itu merasa kau selamatkan, kenapa pula dia kabur juga kan? aneh itu.." kata ayah



Hmmm, aku tidak menolak argumen istri dan ayah ku. Masuk akal memang.



"Tapi, mungkin si wanita masih takut kali a, atau ada perlu lain.. kalau gak ada yang penting masa dia gak sempat sekedar bilang terima kasih yah." kata istri ku Dea



"Aku sih gak sampai gila ucapan terima kasih. Mengetahui bisa menyelamatkan seorang yang sedang susah pun, aku sudah senang. Hanya aku khawatir, si perempuan itu masih akan kena nasalah

Nama dan rumah nya saja aku gak tau, kasihan." kata ku lagi



"Pak, aku juga diajak kerja sama dengan pengusaha asal samarinda. Mau buka tambang. Aku di minta menyediakan alat komunikasi nya. Lokasi nya di serawak pak. Ada pengusaha serawak nya juga, Mr. Ibrahim Daud." jelas ku



"Ibrahim Daud? seperti nya bapak tau nama itu.. Dia kalau tidak salah seorang miliuner di Serawak. Tapi dia punya reputasi tidak bersih, abu-abu. Punya lahan kelapa sawit ribuan hektar, tapi katanya dia terlibat pembakaran hutan. Dan sempat ada isyu, dia juga mendanai pergerakan para teroris yang berkedok agama. Salah satu nya jaringan Dr yang beberapa waktu lalu katanya di tembak mati Densus 88 di Malang."



"Wah, ini sungguh perlu di perhatikan ya pak. Tapi kok katanya di tembak Densus 88? Memang sebenarnya apa pak?."



"Hehehe.. tim "Arek Bonek 3" yang sudah bereskan itu. Baru di kasih ke Densus. Tim dari Surabaya. Gabungan dari Jalamengkara dan Kopassus. Yang di bilang baku tembak itu, tembakan satu arah itu. Mana ada rekaman live nya, semua yang meliput dari jauh itu."



Kami selesaikan makan malam dengan santai. Kedua istri ku juga bercengkrama riang. Setelah selesai, aku dan ayah duduk santai di teras.



"Pak, sudah tidak merokok lagi ini?"



"Tidak, sudah stop bapak. Sekarang hanya kopi saja teman ku kalau santai. Sudah hampir 80 umur ku. Biar sehat terus, biar bisa ku tengok cucu ku besar."



"Betul pak, masih sangat penting bapak buat kami, terutama buat aku. Masih banyak ilmu bapak yang harus aku pelajari."



Aku dan ayah masih berbincang. Tak terasa anak ku sudah mau tidur. Aku bangkit sebentar dan memberi kecupan pengantar tidur kepada ke empat anak ku. Malam ini aku tidur dengan Dea. Aku kembali menemani ayah bincang di teras.



Tak terasa sudah jam 10 malam. Kami berpisah untuk istirahat. Aku segera mencuci muka dan mengganti dengan pakaian tidur. Aku masuk kamar, istriku sudah menunggu di kasur sambil bermain medsos, anak kami tidur di tempat tidur lebih kecil tapi beda kamar. Mereka punya kamar masing-masing. Aku segera naik keatas tempat tidur dan berbincang santai.



"Mah, kita bulan depan jiarah ke kubur aki yah. Nggak terasa aki sudah pergi sudah dua tahun. Papa masih sangat kehilangan sampai sekarang mah. Papa gak akan bisa lepas dari itu, di tubuh papa mengalir bagian dari aki."



"Iya pah, mama juga tadi nya mau usul ke papa, tapi papa sudah bilang dulu, mama setuju sekali. Sudah hampir satu tahun kita tidak pulang cibodas herang."



"Ridwan juga denger nya bulan lalu udah jadi ketua pengurus koperasi dia mah. Setelah tahun lalu jadi kades ganti kakek, sekarang jadi ketua pengurus dia."



"Iya pah, tidak terasa, kayanya cepat bener ya pah. Padahal dulu mamah bukan apa-apa dan gak bisa apa-apa, mimpi juga tidak bisa begini pah."



"Mama bahagia hidup sama papa? bahagia mendampingi papa?"



"Iya sayang. Sangat bahagia. Apa lagi alasan yang bikin mama tidak bahagia? Mama punya suami yang baik, gagah, bertanggung jawab, ada juga saat ini dua anak yang mama cintai, yang siapapun ibu pasti menginginkan anak yang sehat, sempurna, cantik dan gagah kaya Novi dan Romi, belum lagi ada Stevan dan Jessica yang juga sudah jadi anak mama juga pah. Mama gak mau beda in mereka, karena aku dan kak Aiko sudah sepakat untuk bersatu mengurus keluarga ini."



"Heem.. papa senang dan bahagia dengar nya."



"Pah, mas Surya ada kabar nya gak pah? mama sudah lama lho gak di hubungi sama mas.. selama kita disini saja baru tiga kali singgah.."



"Bulan lalu sempat sms aja ama papa. Kata mas, dia mau selesaikan tugas akhir nya bulan ini. Mungkin bulan depan mas Surya sudah selesai kuliah nya. Kalau mas Surya lulus kuliah Ilmu Kepolisian nya, pangkat juga jabatan bisa naik mah. Kalau ada kesempatan dan masih mau, kamu bisa lanjut ke S2 nya mah. Mamah mau kuliah lagi ambil S2?"



"Ih mas Surya, keenakan ber karir, sampai lupa nikah sih. Umur nya kan sama kaya papa itu.."



"Iya mungkin lagi kejar karir mah. Orang lelaki sih nikah agak terlambat gak apa. Mama mau gak ambil S2?"



"Ah, gak lah pah. Kemarin nyambung dari D2 ke S1 ajah mamah udah ngos-ngos an. Untung ada papa dan kak Aiko semangatin terus. Kalau nggak, mamah bisa nangis terus, stress..."



"Hehehe... papa gak akan biarin yayang ku stress lah.. " aku rangkul bahu istriku, dan ia masuk dalam dadaku.



"Mah, anak-anak dah tidur kan? Kita o yess yuk." ajak ku



"Udah pah... Kakak, dedek.. tidur nyenyak yah, mama mau di suntik papa dulu. Mama udah pada pegel badan nya perlu di encuss papa nih..."







Bersambung ya gan...



ke hal 4
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mantappp, lanjut gan, roman" nya dari awal ada di deket mereka itu teh ....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd