kroda
Semprot Holic
- Daftar
- 25 Jul 2015
- Post
- 343
- Like diterima
- 2.466
Warning:
Index:
Part 2 -> Page 1
Part 3 -> Page 2
Part 4 -> Page 3
Part 5 -> Page 4
Part 6 -> Page 5
Part 7 -> Page 7
Part 8 -> Page 8
Part 9 -> Page 10
Part 10 -> Page 11
Part 11 -> Page 14
Part 12 -> Page 16
Part 13 -> Page 17
Part 14 -> Page 19
Part 15 -> Page 21
Part 00 -> Page 21
Part 16 -> Page 22
Part 17 -> Page 24
Illustrasi (Mulustrasi):
Part 1 -> Page 6
Part 01
Hari itu, adalah hari yang cerah di sekolah. Para murid belajar dengan tenang, beberapa melakukan aktivitas di luar seperti berolah raga dan bercengkrama. Di sekolah menegah ini, para murid tingkat akhir bersiap untuk memutuskan studi mereka selanjutnya. Sebagian dari mereka akan melanjutkan sekolah ke institut untuk bekerja sebagai peneliti atau menempati pos penting di lembaga-lembaga kerajaan. Sebagian lagi akan melanjutkan sekolah di sekolah jurusan, di mana mereka akan dilatih untuk menjadi orang-orang profesional. Kelak mereka akan menjalankan roda administrasi kerajaan yang sedang berada di masa puncaknya.
Widya (18 tahun)
Widya adalah salah satu murid itu. Ia adalah murid yang cerdas dan dikagumi banyak teman serta guru. Ia berasal dari keluarga administrator terpandang di biro urusan dalam negeri kerajaan. Ayahnya adalah orang yang sangat terhormat. Widya digadang-gadang akan masuk ke institut hubungan luar negeri. Sebuah institut yang prestisius, hanya 1 dari 5,000 pelamar dapat masuk ke institut itu.
“Kamu benar-benar beruntung ya Wid, kamu punya segalanya.” Kata Nami, salah satu teman sekalas Widya. “Kamu punya keluarga yang terpandang, kamu cerdas, dan juga cantik luar biasa.” Katanya, “kamu benar-benar membuat kita semua iri.”
“Iya, aku berdoa lho, tiap hari biar bisa jadi kayak kamu. Udah pinter, cantik, lengkap lah. Kamu benar-benar sempurna Widya.” Kata Jessie. Teman dekat Widya.
Widya hanya tersipu malu mendengar perkataan teman-temannya, di usianya yang menginjak 18 tahun, memang kecantikan Widya terpancang sempurna. Tahun depan, ia akan memasuki institut, dan 3 tahun lagi ia diharapkan sudah lulus dan menempati pos penting di kerajaan. Siapa yang tidak iri dengan kehidupan yang Widya jalani. Ayahnya mempunyai banyak koneksi, ia pun gadis yang cerdas. Banyak lelaki yang ingin meminangnya, bahkan tidak sedikit bangsawan yang sudah menyatakan cintanya kepadanya. Widya sendiri sampai sekarang memilih untuk single. Ia tidak ingin berpacaran atau memadu cinta. Ia ingin fokus terhadap studinya terlebih dahulu.
Para murid-pun yang tadi bercengkrama setelah istirahatpun menjadi diam. ‘Ada pengumuman apa?’ kata mereka bisik-bisik. ‘Pengumuman apa ini? Mengapa kepala sekolah sampai terburu-buru?’ tanya yang lain?
“Widya, tau ada apa ndak?” Kata Jessie kepada temannya itu. Mereka memang duduk bersebelahan, jadi dengan mudah mereka dapat bercengkrama.
“Ndak tau sih Jess, mungkin ada pengumuman terkait pendaftaran institut atau sekolah jurusan?” Jawab Widya.
Tiga orang berseragam hitam memasuki ruang kelas itu. Dari seragamnya, jelas mereka adalah Gestapo atau polisi politik. Dua diantara mereka laki-laki sedangkan satu diantaranya adalah perempuan. Muka mereka masam dan judes, khas wajah-wajah Gestapo.
“Gestapo, mengapa mereka di sini.” Bisik para murid.
“Siapa yang berurusan dengan mereka? Aku tak mau berurusan dengan Gestapo.” Kata yang lain.
Gestapo di Kerajaan itu mempunyai reputasi yang sangat menyeramkan. Tak ada yang mau berurusan dengan mereka. Jika sampai mereka terlibat dengan Gestapo, nyawa bisa-bisa menjadi taruhan atau lebih dari itu.
“Siapa yang di sini bernama Widya. Widya Rispantikusuma.” Kata anggota Gestapo perempuan itu dengan suaranya yang lantang.
Jantung Widya sontak seperti berhenti, ia tak percaya dirinyalah yang berurusan dengan Gestapo. Ia coba menenangkan diri, mungkin ayahnya yang meminta mereka untuk datang karena suatu urusan.
“Sa, saya madam.” Kata Widya berdiri dan berkata terbata-bata.
“Kesini!” Perintah Gestapo perempuan itu.
Dengan langkah ketakutan, Widya mendekati anggota gestapo. Gestapo perempuan itu membawa sebuah gulungan kertas. Sebuah pengumuman akan dibacakan dihadapan Widya. Sebuah pengumuman yang hampir pasti bukan sebuah berita baik.
“Berdiri di sini.” Kata anggota Gestapo itu.
Dengan bergetar, Widya berdiri di depan kelas. Menghadap para gestapo yang bermuka garang itu. Sosok Widya sebenarnya masih begitu memukau, meskipun nampak kalau ia ketakutan. Rambutnya indah, tergurai dengan panjang sedikit di bawah pundaknya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Perutnya ramping dan dadanya berukuran sedang namun sangat pas dengan lekuk tubuhnya.
“Mandat dari Perdana menteri untuk keluarga Rispantikusuma. Keluarga Rispantikusuma dinyatakan bersalah terahadap kerajaan. Saudari Widya dinyatakan tidak berhak lagi menyandang status sebagai warga negara. Seluruh kepemilikan pribadi yang ia miliki harus dilucuti. Dan Saudari Widya mulai hari ini akan diturunkan status kastanya sebagai budak milik negara. Saudari Widya tetap diperbolehkan meneruskan sekolah, dengan seluruh fasilitas menyesuaikan status yang Widya miliki.”
Pengumuman itu benar-benar membuat Widya pucat pasi. Ia tidak tahu kesalahan apa yang telah dilakukan keluarganya sehingga ia harus bernasi semalang ini. Hanya beberapa waktu lalu, teman-temannya iri terhadap kehidupan yang Widya miliki. Kini hanya dalam sesaat, semua itu sirna begitu saja.
“Ini pasti kesalahan, aku mohon, periksa kembali madam.” kata Widya sambil menangis.
“Semua sudah diputuskan.” Kata anggota gestapo perempuan itu. “Kau harus menurutinya, atau seluruh keluargamu akan dihabisi. Ayahmu mempunyai salah kepada kerajaan. Ia mulai sekarang mendekam di gulag, ia akan bekerja sebagai budak penambang batu-bara. Jika kamu berulah, maka ayahmu akan menerima akibatnya. Mungkin juga ibumu.”
Widya tertunduk lemas mendengar berita itu. Ayahnya yang begitu ia banggakan dan cintai kini tidak lain adalah musuh negara. Seluruh hidupnya akan berubah 180 derajat. Ia tidak lagi mempunyai hak seperti manusia pada umumnya. Ia akan menjadi makhluk yang hanya sedikit diatas hewan.
“Sekarang, lucuti seluruh bajumu. Atau aku akan meminta dua orang di belakangku ini melakukannya.”
Widya sungguh tercengah mendengar perintah itu. Ia tahu jika budak di kerajaan ini tidak diperbolehkan mengenakan pakaian layaknya orang pada umumnya. Namun apakah ia harus menelanjangi tubuhnya sekarang? Dihadapan teman-teman sekelasnya?
Index:
Part 2 -> Page 1
Part 3 -> Page 2
Part 4 -> Page 3
Part 5 -> Page 4
Part 6 -> Page 5
Part 7 -> Page 7
Part 8 -> Page 8
Part 9 -> Page 10
Part 10 -> Page 11
Part 11 -> Page 14
Part 12 -> Page 16
Part 13 -> Page 17
Part 14 -> Page 19
Part 15 -> Page 21
Part 00 -> Page 21
Part 16 -> Page 22
Illustrasi (Mulustrasi):
Part 1 -> Page 6
- Cerita ini mengandung unsur pelecehan, perkosaan, dan slavery. Jika tidak berminat atas hal tersebut. Mohon untuk tidak meneruskan membaca cerita berikut.
- Penulis masih newbie di sini, mohon bimbingan dan masukannya agar penulisan cerita ini lancar sampai akhir.
- Tulisan ini mungkin rawan macet, penulis mohon maaf sebelumnya jika sampai tulisan ini berhenti di tengah-tengah.
- Meskipun background sekolah, diusahakan untuk tidak ada unsur underage. Di cerita dunia fantasi ini, usia sekolah menegah akhir berada diantara umur 18 tahun. Dan semua tokoh berada diatas kisaran umur itu.
- Walaupun cerita ini mengandung unsur slavery, pemerkosaan, dan penistaan terhadap wanita tetap hargailah wanita di dunia nyata. Karena tidak ada makhluk yang lebih indah selain wanita. Jika anda mempunyai fantasy yang mungkin tidak wajar. Salurkanlah secara wajar, salah satunya dengan membuat cerita seperti ini.
- Terimakasih dan selamat membaca...
Index:
Part 2 -> Page 1
Part 3 -> Page 2
Part 4 -> Page 3
Part 5 -> Page 4
Part 6 -> Page 5
Part 7 -> Page 7
Part 8 -> Page 8
Part 9 -> Page 10
Part 10 -> Page 11
Part 11 -> Page 14
Part 12 -> Page 16
Part 13 -> Page 17
Part 14 -> Page 19
Part 15 -> Page 21
Part 00 -> Page 21
Part 16 -> Page 22
Part 17 -> Page 24
Illustrasi (Mulustrasi):
Part 1 -> Page 6
Part 01
Hari itu, adalah hari yang cerah di sekolah. Para murid belajar dengan tenang, beberapa melakukan aktivitas di luar seperti berolah raga dan bercengkrama. Di sekolah menegah ini, para murid tingkat akhir bersiap untuk memutuskan studi mereka selanjutnya. Sebagian dari mereka akan melanjutkan sekolah ke institut untuk bekerja sebagai peneliti atau menempati pos penting di lembaga-lembaga kerajaan. Sebagian lagi akan melanjutkan sekolah di sekolah jurusan, di mana mereka akan dilatih untuk menjadi orang-orang profesional. Kelak mereka akan menjalankan roda administrasi kerajaan yang sedang berada di masa puncaknya.
Widya (18 tahun)
Widya adalah salah satu murid itu. Ia adalah murid yang cerdas dan dikagumi banyak teman serta guru. Ia berasal dari keluarga administrator terpandang di biro urusan dalam negeri kerajaan. Ayahnya adalah orang yang sangat terhormat. Widya digadang-gadang akan masuk ke institut hubungan luar negeri. Sebuah institut yang prestisius, hanya 1 dari 5,000 pelamar dapat masuk ke institut itu.
“Kamu benar-benar beruntung ya Wid, kamu punya segalanya.” Kata Nami, salah satu teman sekalas Widya. “Kamu punya keluarga yang terpandang, kamu cerdas, dan juga cantik luar biasa.” Katanya, “kamu benar-benar membuat kita semua iri.”
“Iya, aku berdoa lho, tiap hari biar bisa jadi kayak kamu. Udah pinter, cantik, lengkap lah. Kamu benar-benar sempurna Widya.” Kata Jessie. Teman dekat Widya.
Widya hanya tersipu malu mendengar perkataan teman-temannya, di usianya yang menginjak 18 tahun, memang kecantikan Widya terpancang sempurna. Tahun depan, ia akan memasuki institut, dan 3 tahun lagi ia diharapkan sudah lulus dan menempati pos penting di kerajaan. Siapa yang tidak iri dengan kehidupan yang Widya jalani. Ayahnya mempunyai banyak koneksi, ia pun gadis yang cerdas. Banyak lelaki yang ingin meminangnya, bahkan tidak sedikit bangsawan yang sudah menyatakan cintanya kepadanya. Widya sendiri sampai sekarang memilih untuk single. Ia tidak ingin berpacaran atau memadu cinta. Ia ingin fokus terhadap studinya terlebih dahulu.
***
Seorang pria memasuki kelas dengan wajah yang cukup serius secara tiba-tiba. Ia adalah kepala sekolah menengah ini. “Anak-anak, ada pengumuman penting.” Kata pria paruh baya itu. “Semuanya harap tenang.”Para murid-pun yang tadi bercengkrama setelah istirahatpun menjadi diam. ‘Ada pengumuman apa?’ kata mereka bisik-bisik. ‘Pengumuman apa ini? Mengapa kepala sekolah sampai terburu-buru?’ tanya yang lain?
“Widya, tau ada apa ndak?” Kata Jessie kepada temannya itu. Mereka memang duduk bersebelahan, jadi dengan mudah mereka dapat bercengkrama.
“Ndak tau sih Jess, mungkin ada pengumuman terkait pendaftaran institut atau sekolah jurusan?” Jawab Widya.
Tiga orang berseragam hitam memasuki ruang kelas itu. Dari seragamnya, jelas mereka adalah Gestapo atau polisi politik. Dua diantara mereka laki-laki sedangkan satu diantaranya adalah perempuan. Muka mereka masam dan judes, khas wajah-wajah Gestapo.
“Gestapo, mengapa mereka di sini.” Bisik para murid.
“Siapa yang berurusan dengan mereka? Aku tak mau berurusan dengan Gestapo.” Kata yang lain.
Gestapo di Kerajaan itu mempunyai reputasi yang sangat menyeramkan. Tak ada yang mau berurusan dengan mereka. Jika sampai mereka terlibat dengan Gestapo, nyawa bisa-bisa menjadi taruhan atau lebih dari itu.
“Siapa yang di sini bernama Widya. Widya Rispantikusuma.” Kata anggota Gestapo perempuan itu dengan suaranya yang lantang.
Jantung Widya sontak seperti berhenti, ia tak percaya dirinyalah yang berurusan dengan Gestapo. Ia coba menenangkan diri, mungkin ayahnya yang meminta mereka untuk datang karena suatu urusan.
“Sa, saya madam.” Kata Widya berdiri dan berkata terbata-bata.
“Kesini!” Perintah Gestapo perempuan itu.
Dengan langkah ketakutan, Widya mendekati anggota gestapo. Gestapo perempuan itu membawa sebuah gulungan kertas. Sebuah pengumuman akan dibacakan dihadapan Widya. Sebuah pengumuman yang hampir pasti bukan sebuah berita baik.
“Berdiri di sini.” Kata anggota Gestapo itu.
Dengan bergetar, Widya berdiri di depan kelas. Menghadap para gestapo yang bermuka garang itu. Sosok Widya sebenarnya masih begitu memukau, meskipun nampak kalau ia ketakutan. Rambutnya indah, tergurai dengan panjang sedikit di bawah pundaknya. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek. Perutnya ramping dan dadanya berukuran sedang namun sangat pas dengan lekuk tubuhnya.
“Mandat dari Perdana menteri untuk keluarga Rispantikusuma. Keluarga Rispantikusuma dinyatakan bersalah terahadap kerajaan. Saudari Widya dinyatakan tidak berhak lagi menyandang status sebagai warga negara. Seluruh kepemilikan pribadi yang ia miliki harus dilucuti. Dan Saudari Widya mulai hari ini akan diturunkan status kastanya sebagai budak milik negara. Saudari Widya tetap diperbolehkan meneruskan sekolah, dengan seluruh fasilitas menyesuaikan status yang Widya miliki.”
Pengumuman itu benar-benar membuat Widya pucat pasi. Ia tidak tahu kesalahan apa yang telah dilakukan keluarganya sehingga ia harus bernasi semalang ini. Hanya beberapa waktu lalu, teman-temannya iri terhadap kehidupan yang Widya miliki. Kini hanya dalam sesaat, semua itu sirna begitu saja.
“Ini pasti kesalahan, aku mohon, periksa kembali madam.” kata Widya sambil menangis.
“Semua sudah diputuskan.” Kata anggota gestapo perempuan itu. “Kau harus menurutinya, atau seluruh keluargamu akan dihabisi. Ayahmu mempunyai salah kepada kerajaan. Ia mulai sekarang mendekam di gulag, ia akan bekerja sebagai budak penambang batu-bara. Jika kamu berulah, maka ayahmu akan menerima akibatnya. Mungkin juga ibumu.”
Widya tertunduk lemas mendengar berita itu. Ayahnya yang begitu ia banggakan dan cintai kini tidak lain adalah musuh negara. Seluruh hidupnya akan berubah 180 derajat. Ia tidak lagi mempunyai hak seperti manusia pada umumnya. Ia akan menjadi makhluk yang hanya sedikit diatas hewan.
“Sekarang, lucuti seluruh bajumu. Atau aku akan meminta dua orang di belakangku ini melakukannya.”
Widya sungguh tercengah mendengar perintah itu. Ia tahu jika budak di kerajaan ini tidak diperbolehkan mengenakan pakaian layaknya orang pada umumnya. Namun apakah ia harus menelanjangi tubuhnya sekarang? Dihadapan teman-teman sekelasnya?
Index:
Part 2 -> Page 1
Part 3 -> Page 2
Part 4 -> Page 3
Part 5 -> Page 4
Part 6 -> Page 5
Part 7 -> Page 7
Part 8 -> Page 8
Part 9 -> Page 10
Part 10 -> Page 11
Part 11 -> Page 14
Part 12 -> Page 16
Part 13 -> Page 17
Part 14 -> Page 19
Part 15 -> Page 21
Part 00 -> Page 21
Part 16 -> Page 22
Illustrasi (Mulustrasi):
Part 1 -> Page 6
Terakhir diubah: