Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Kumpulan Cerita Pendek 2

•••••

7. Dibalik Kesetiaan Isteri Pak Lurah



SABTU itu sekitar jam 1 siang, Bu Sumirah meminta izin kepada suaminya Pak Parmo untuk pergi ke kantor kelurahan tempat suaminya bekerja, karena Bu Sumirah hendak menghadiri acara yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK kelurahan setempat.

Dengan senang hati Pak Parmo mengizinkan istrinya itu pergi, namun ia berpesan agar setelah selesai acaranya langsung pulang ke rumah. Kemudian Bu Sumirah meraih tangan Pak Parmo dan menciumnya sebelum akhirnya ia meninggalkannya.

Pak Parmo merasa bangga melihat istrinya yang selalu aktif dalam setiap acara yang diselenggarakan oleh kelurahan yang dipimpinnya itu.

Selain itu istrinya itu juga mampu memberikan pelayanan sebagai ibu rumah tangga, baik kepada dirinya maupun terhadap keempat anaknya, sehingga ia merasa percaya sepenuhnya kepada istrinya itu.

Sesampainya di kantor kelurahan Bu Sumirah yang mengenakan baju panjang dan kain penutup kepala serta bertubuh wangi semerbak itu disambut oleh Pak Dodi salah satu pegawai staff di kantor kelurahan yang telah menunggunya dari tadi.

Diraihnya tangan Bu Sumirah dan dibimbingnya menuju ke ruangan yang berada di paling pojok kantor kelurahan. Ruangan itu adalah ruangan tempat dimana Pak Dirman tinggal.

Pak Dirman sendiri adalah salah satu pesuruh di kantor kelurahan tersebut. Meski ruangan itu tidak ada apa-apanya namun memiliki kasur sekedar tempat untuk tidur dirinya.

Pak Dirman terpaksa tinggal di situ karena semenjak cerai dengan istrinya dan sampai saat ini laki-laki berumur 53 tahun itu belum mampu mengontrak rumah.

Kemudian Pak Dodi mengeluarkan kunci dari saku celananya hendak membukakan pintu ruangan tersebut. Kunci tersebut didapatkan Pak Dodi dari Pak Dirman pada hari sebelumnya.

Mereka berdua masuk dan tidak lupa menguncinya dari dalam. Sebelum mengajak Bu Sumirah ke kasur, Pak Dodi sempat menanyakan kepada Bu Sumirah saat dirinya masih di rumahnya. “Say, tadi gimana di rumah? Suamimu curiga ga kalo kamu sebenarnya ga ada acara dengan ibu-ibu PKK?” tanyanya.

“Ngga, baginya aku adalah istri setia, jadi dia percaya aja kalo aku ada acara, Akang tenang aja.” jawab wanita berjilbab berusia 43 tahun tersebut.

“Baguslah kalo gitu, kamu hebat (bohongnya), sayang.” puji Pak Dodi.

Kemudian Pak Dodi membawa Bu Sumirah membaringkannya di kasur. Keduanya tertawa kecil penuh kemenangan. Mereka tampak seperti remaja yang sedang memadu kasih, canda-tawa; manja; dan romantis berbaur menjadi satu menghiasi suasana saat itu.

Satu demi satu Pak Dodi melepaskan pakaian Bu Sumirah dan hanya menyisakan bra dan celana dalam yang berwarna putih serta melepaskan bajunya sendiri namun tidak dengan celana panjangnya.

Sambil saling melumat bibir masing-masing, tangan Pak Dodi memburu memek Bu Sumirah yang masih terbungkus oleh celana dalam, diusap-usap serta digesek-gesekkannya tangannya di sekitar vagina Bu Sumirah. Dirasakannya gumpalan daging yang tebal itu oleh Pak Dodi sangat kenyal, sekenyal dodol ketan.

Tubuh Bu Sumirah sedikit terguncang karena merasakan nikmat gesekan tangan Pak Dodi pada kemaluannya itu. Meski sudah beranak empat namun tubuhnya masih tampak segar, kulitnya yang putih dan mulus membuat Pak Dodi semakin terangsang.

Kini Pak Dodi benar-benar melepaskan celana panjangnya itu serta celana dalamnya begitu juga dengan bra dan celana dalam Bu Sumirah kini sudah dilucuti oleh laki-laki perkasa berusia 40 tahun itu.

Mereka kembali berciuman, sementara Bu Sumirah yang berbaring terlentang di kasur dan kedua pahanya terbuka mengangkang, lubang memeknya sedang dirogoh dengan 3 jari Pak Dodi sekaligus masuk.

Biji itiel Bu Sumirah diurut-urut dan dipijit-pijit oleh jari jempol Pak Dodi. Kadang ketika jari Pak Dodi sekaligus mengocok lubang basah milik Bu Sumirah hingga mengeluarkan bau amis, selain cairan cinta Bu Sumirah yang licin dan lengket.

“Say, kontolku nih, kamu ituin juga ya...” suruh Pak Dodi sambil memasang posisi berbaring. Bu Sumirah tidak menjawabnya hanya tersenyum kecil karena sudah mengerti apa yang diinginkan Pak Dodi. Kemudian Bu Sumirah meraih kontol yang keras dan gemuk panjang itu dengan tangan dan mulai mengulumnya sepenuh perasaan.

“Akh...” erang Pak Dodi sambil matanya terpejam-pejam dengan wajah menatap ke langit-langit kamar, seakan ia menatap surga karena merasakan nikmatnya kuluman mulut Bu Sumirah pada batang kontolnya.

Sedangkan Bu Sumirah belum pernah mengulum kontol suaminya Pak Parmo sekalipun.

Kurang lebih dilakukannya selama 10 menit. Bu Sumirah yang sudah terangsang itu langsung saja menindih tubuh Pak Dodi dengan posisi kedua paha sedikit dilebarkan mencoba memasukan lubang memeknya ke kontol Pak Dodi. Setelah masuk, Bu Sumirah mulai menggoyang-goyangkan tubuhnya naik-turun dengan gesit dan profesional. Sesekali menghentikan goyangannya itu dan bibirnya mendekat ke bibirnya Pak Dodi dan saling berciuman sambil kontol Pak Dodi masih berada di dalam lubang memeknya terus digoyang maju-mundur.

Pak Dodi merasa batang kontolnya itu mau patah saja dengan goyangan pinggul Bu Sumirah itu, namun nikmat sekali apalagi sambil diremasnya kedua tetek Bu Sumirah yang montok.

Sementara di rumah Pak Parmo tampak Pak Parmo setia menunggu istrinya pulang. Pikirannya merasa cemas karena sampai waktu telah menunjukan jam 5 sore, istrinya belum juga pulang.

Kemudian ia mencoba menghubunginya ke ponsel istrinya itu, namun tidak berhasil karena rupanya hape istrinya sedang tidak diaktifkan.

Karena khawatir terjadi sesuatu menimpa istrinya Pak Parmo lantas pergi menyusul hendak meyakinkan keadaan istrinya itu. Sesampainya di kantor kelurahan tak tampak satu batang hidungpun, suasananya sangat sunyi sekali.

“Apa mereka sudah pada bubar?” gumam Pak Parmo dalam hati. Namun demikian ia masih penasaran dan segera menuju ruangan demi ruangan.

Usahanya hampir saja sia-sia karena sudah semua ruangan diperiksanya dan masih tidak mendapatkan seseorangpun yang berada di sana.

Kemudian ia hendak pergi ke ruangan yang berada di pojok dan berniat menemui Pak Dirman untuk menanyakan perihal acara yang baru saja diadakan oleh istrinya dan ibu-ibu PKK.

Setelah dekat sekali dengan ruangan tersebut dan tepat berada di depan pintu Pak Parmo mendengar samar-samar suara yang aneh di dalam ruangan tersebut. Kemudian ia berhati-hati memasang telinganya dan menempelkannya ke pintu itu.

Kini suara itu terdengar sangat jelas. Itu adalah suara ritihan seorang perempuan namun Pak Parmo tidak bisa mengenali suara siapa itu.

"Ahhh... ooohh... aahh... ahhh..." rintih Bu Sumirah menerima semprotan peju Pak Dodi di dalam lubang memeknya.

“Siapa perempuan itu, dan sedang bersama siapa di dalam sana?” batin Pak Parmo, lurah yang berusia 47 tahun ini.

“Apa itu perempuan bawaan Pak Dirman, kalo iya kenapa Pak Dirman berbuat seperti itu...?” hati Pak Parmo berkecamuk menimbulkan banyak sekali pertanyaan. “Apa itu istrinya Pak Dirman.. bukankah ia sudah bercerai dengan istrinya...?” batin Pak Parmo lagi.

Setelah agak lama telinganya ditempelkan ke pintu, ia tidak lagi mendengar suara-suara seperti tadi di dalam sana.

Mungkin mereka menyudahinya, pikirnya. Kemudian dengan langkah hati-hati ia pergi dari tempat itu dan menyembunyikan diri untuk mengintip siapa yang akan keluar dari ruangan tersebut.

Rupanya dugaan Pak Parmo benar, karena di dalam sana Bu Sumirah dan Pak Dodi sudah tidak melakukannya lagi dan terlihat Bu Sumirah sedang membersihkan memeknya yang kena sodokan kontol dan limpahan air mani Pak Dodi itu dengan tissu dan Pak Dodi sendiri tengah memakaikan pakaiannya kembali.

Ketika pintu dibukakan, bukan main kagetnya Pak Parmo. Ternyata yang keluar itu adalah istrinya sendiri bersama anak buahnya sendiri Pak Dodi.

Dikecupnya pipi Bu Sumirah oleh Pak Dodi dengan mesranya, “Say, kamu masih hebat tadi, kapan-kapan kita main lagi ya...” puji Pak Dodi.

“Pasti dong say, kamu juga masih hebat, masih seperti dulu.” Bu Sumirah membalas pujian Pak Dodi.

Namun mereka berdua terhentak kaget mendengar teriakan yang suara terdengar tak jauh dari tempat mereka.

“Hey... biadab kalian!!” teriak Pak Parmo.

Kemudian mereka berdua menoleh ke arah suara itu dan mereka lebih dikagetkan lagi karena ternyata itu adalah Pak Parno, suami Bu Sumirah sendiri.

Bu Sumirah yang melihat itu adalah suaminya langsung berlutut merangkul kaki Pak Parmo seraya meminta maaf, “Pak, maafin saya, saya menyesal.” pintanya.

“Huh, minggir kamu...!” teriak Pak Parmo sambil tangannya mendorong tubuh Bu Sumirah sehingga terjatuh dan terus berjalan agak cepat menuju Pak Dodi.

Sementara itu Pak Dodi yang curiga Pak Parmo akan melakukan sesuatu terhadapnya langsung berlari pergi meninggalkan mereka berdua. “Eh b*ngs*t, kembali kamu!!” teriak Pak Parmo sambil mencoba mengejarnya. Namun usahanya tidak berhasil karena kakinya ditahan olah kedua tangan Bu Sumirah.

Kembali tubuh Bu Sumirah didorong sehingga terjatuh lagi, kali ini Pak Parmo meninggalkannya sendirian tanpa bicara sedikit pun.

Sesampainya di rumah Bu Sumirah diinterogasi oleh Pak Parmo dengan banyak sekali pertanyaan.

Namun dari sekian jawaban dari Bu Sumirah, yang membuat Pak Parmo lebih kaget sekaligus marah dan kecewa sekali dengan istrinya itu adalah ternyata bahwa istrinya telah melakukan perselingkuhan yang terencana itu sudah dilakukannya setelah satu tahun anak pertama mereka lahir.

Kini anak pertamanya sudah berumur 19 tahun. Jadi sudah kurang lebih 18 tahun istrinya diam-diam berselingkuh dengan Pak Dodi.

Meskipun demikian Pak Parmo yang sangat mencintai istrinya itu tidak melakukan penganiayaan malah ia banyak memberikan nasihat kepada istrinya itu agar nanti ketika ia hidup bersama dengan orang lain agar tidak mengulangi perbuatannya itu, ia juga tidak melarangnya untuk suatu waktu ingin menemui keempat anaknya.

Akhirnya Pak Parmo menceraikan istrinya dan mengembalikan kepada kedua orangtuanya. Setelah kejadian itu Pak Dodi tidak pernah terlihat lagi di kantor.

Setelah enam bulan sejak ia resmi bercerai dengan istrinya, diketahui bahwa istrinya itu tidak dinikahi oleh Pak Dodi yang sudah pindah ke luar kota bersama keluarganya. (.)(.)
 
●●●●●


8. Tongkat Ajaibku Memulihkan Kesehatan Mami Temanku



RAI RAFLES ANTALANTA adalah namaku. Pada suatu hari aku diajak oleh temanku ICONG KOMBES ke rumahnya. Icong Kombes adalah teman kuliahku. Ternyata mami Icong Kombes sudah duduk di kursi roda.

"Mami gua kurang gaul, Bro." kata Icong padaku. "Sejak Papi meninggal, Mami jatuh sakit parah sampai harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu. Mami gua stroke, Bro. Ayo, gua kenalin lo sama Mami gua." kata Icong padaku.

Diwaktu masih muda mungkin mami Icong itu cantik, sehingga ketika ia duduk dikursi roda ia kelihatan masih tetap cantik. "Mam, ini temanku, namanya Rai." Icong memperkenalkan aku pada maminya.

"Oh.. kamu satu sekolah dengan Icong, ya?" tanya mami Icong.

"Iya, Tante." jawabku mengulurkan tanganku menyalami maminya Icong.

“Duduk Rai," suruh maminya Icong menyalami aku dengan tangan kirinya. "Tangan kanan Tante sudah nggak bisa digerakkan Rai." kata maminya Icong padaku.

"Harus diusahakan Tante, pasti Tante bisa..." jawabku duduk di sebelah kursi roda maminya Icong memberikannya semangat. "Tante masih bisa sehat seperti semula asal Tante semangat dan berusaha,"

"Iya, sudah kubilang, tapi Mami ngeyel Rai, Mami maunya cepat mati saja ikut Papi." balas Icong.

"Nggak boleh begitu dong, Tante." kataku memegang tangan kanan mami Icong yang diletakkan di sandaran tangan kursi roda. "Mati bukan urusan kita, jangan diminta, Tante. Hidup ini harus kita syukuri, nikmati saja seperti nenek Rai, umurnya sudah hampir 100 tahun lho, Tante. Bukan Rai menasehati Tante lho ya, Tante..." ujarku.

"Tante senang Rai, kamu bisa datang ngobrol dengan Tante hari ini." jawab maminya Icong.

"Kalau kita bisa ketemu hari ini, bukan kebetulan Tante..., Rai juga senang bertemu dengan Tante dan Rai harap Tante sih cepat kembali sehat ya, Tante. Sudah berapa lama Tante duduk di kursi roda begini?" tanyaku.

"Sudah hampir 3 tahun kali, Rai."

"O, sudah lama ya, Tante. Tapi percayalah, Tante masih bisa sembuh total kok." ujarku.

"Si Icong suka ngomelin Tante, Rai."

"Mami bandel sih, suruh minum obat gak mau, dikasih pembantu nolak. Pernah jatuh tuh Mami di kamar mandi, Rai. Maka itu nurut, kita maunya Mami sehat. Ngapain duduk dikursi roda, emangnya enak.." kata Icong.

"Iya Tante, Rai juga ingin melihat Tante bisa sehat kembali. Pokoknya kalau Rai datang kesini lagi, Tante harus lebih sehat, ya." kataku. "Janji ya, Tante."

Demikianlah perjumpaanku dengan maminya Icong siang itu. Maminya Icong bernama LINDA HARTINI. Aku tahu nama maminya Icong karena KTP-nya dibawa oleh Icong untuk di foto copy. Umurnya 45 tahun. Tidak beda jauh dengan umur mamiku, hanya selisih 2 tahun. Usia mamimu 43 tahun. Icong mempunyai seorang kakak dan seorang adik.

Hidup mereka cukup baik menurutku. Punya rumah bagus, punya mobil 2 karena dulu papinya Icong kaya, sehingga membuat maminya Icong menjadi sombong, tidak mau bergaul dengan tetangga. Makanya Icong ngomong maminya kurang gaul. Ketika saat jatuh sakit begini, saudara nggak dekat, tetangga menjauh, frustrasilah mami Icong.

"Mami gua minta lo datang ke rumah lagi, Bro." kata Icong setelah beberapa hari aku ketemu dengan maminya.

"Dengan lo, dong." jawabku.

"Iya, Mami gua pengen ngobrol lagi dengan lo. Sekarang Mami gua sudah mau minum obat, mau diurus oleh pembantu...."

Oh... syukurlah, kataku dalam hati.

“Tuh Mami gua, Bro... sudah kelihatan cantik kan?” kata Icong mengantar aku ke tempat duduk maminya di ruang tengah yang sedang nonton televisi.

“Mami lo memang cantik, Bro...” balasku. “Apa kabar, Tante...” kuraih tangan kiri tangan maminya Icong untuk bersalaman.

“Tante nyangka kamu gak mau datang lagi, Rai?”

“Mau dong, Tante... apalagi Rai dengar dari Icong bahwa Tante sudah mau minum obat, tentu saja dengan senang hati Rai akan datang bertemu dengan Tante dan ngobrol dengan Tante agar cepat sembuh...” jawabku.

“Duduklah, Rai...” suruh Tante Linda.

(~~~ biar kuganti menyebut ‘maminya Icong’ dengan sebutan ‘Tante Linda’ saja ya, biar gak nyelimet membacanya ( ~~~)

Aku duduk di bangku yang disediakan di sebelah kursi roda Tante Linda. Tante Linda berkata pada Icong, “Inah mau minta izin pulang Cong, katanya minta libur sehari, anaknya sakit.”

“Nggak apa-apa Mi, biar nanti Icong yang nyuapin Mami makan dan mandiin Mami nanti sore...” jawab Icong. “Sudah siang Rai, lo mau makan apa? Nasi padang aja, ya? Gua mau beliin nih, sekalian beliin nasi buat Mami.” kata Icong.

“Terserah lo, Bro... gua sih gak makan juga gak papa, gua sudah seneng melihat Mami lo gembira banget hari ini. Ya kan Tante?”

Tante Linda tersenyum.

Ah, betapa indahnya senyumanmu, Tante Linda, desahku dalam hati. Kalau boleh kucium bibirku... kalau boleh kubalut luka batinmu dengan tubuhku...

Tante Linda memegang tanganku. Berdesir darahku merasakan kehangatan dan kemulusan tangan Tante Linda. Sebuah cincin emas melingkar di jari manisnya.

Tante Linda memandangku dengan mata tak berkedip.

Tanpa kata-kata, tanpa suara Icong berjalan belum sampai di depan pintu rumah, Tante Linda merebahkan kepalanya di bahuku, lalu kusegerakan memeluk pundak Tante Linda dan menghadiahkannya sebuah kecupan indah di bibirnya yang tipis, tapi sudah kering.

Berhasil juga gua mencium bibirmu, sayang... desahku dalam hati.

Tante Linda tidak menolak kecupan bibirku, malahan ia memejamkan matanya sehingga membuat aku berani mengecup bibirnya sekali lagi. Lebih lama....

Oh... fantastis...

Kali ini Tante Linda merangkul leherku lalu ia menggeluti bibirku dengan panasnya.

Dalam sakitnya ternyata di dalam tubuh Tante Linda, mami dari Icong ini masih terkandung birahinya yang meledak-ledak, apalagi ia bertemu dengan aku yang masih muda.

Mendapat kesempatan seperti ini tentu saja aku tidak tinggal diam. Lidahku merangsek masuk ke dalam rongga mulut Tante Linda. Di sana lidahku saling bergelut dengan lidah Tante Linda, sehingga tidak bisa dihindari lagi kami saling bertukar ludah.

Rumah yang sepi hanya tinggal kami berdua membuat tanganku juga ikut sibuk meremas-remas payudara Tante Linda yang masih berbalut kaos dan BH.

Detik berikutnya, tanganku berhasil masuk ke dalam kaos Tante Linda mendorong naik cup BH-nya. Payudara Tante Linda yang tidak seberapa besar dan masih kenyal itu langsung kuremas-remas. Putingnya yang kecil kujumput dengan jariku dan kupelintir dengan gemas.

Sudah pasti napsu Tante Linda nyalanya semakin membumbung tinggi. Suara yang keluar dari hidungnya menderu-deru.

Dulu setelah suaminya meninggal, napsu Tante Linda hanya berupa tumpukan sekam yang kering, sehingga sekarang tanpa perlu disiram minyak tanah atau bensin, hanya menyalakan sebatang korek api saja, tumpukan sekam itu langsung menyala.

Aku tidak memikirkan Icong lagi. Dan entah dari mana aku mendapat kekuatan yang berlebihan. Kuangkat Tante Linda dari kursi roda, lalu kubopong Tante Linda masuk ke kamarnya.

Kubaringkan Tante Linda di tempat tidur, kembali kami berciuman panas. Tante Linda lebih agresif dari aku. Satu tangannya yang masih bisa digerakkannya meremas-remas tonjolan besar yang terdapat di celana jeansku.

Sehingga sebentar saja tubuh Tante Linda sudah kutelanjangi. Tak terlihat sama sekali kalau wanita bertubuh masih mulus itu sakit stroke. Setelah itu aku melepaskan pakaianku juga.

Pahanya kukangkangi. Vaginanya kucium. Ahh...

Di atas vagina Tante Linda menyebar banyak bulu berwarna hitam tipis. “Setubuhi Tante, Rai... ayo, Rai...” pinta Tante Linda tak sabar lagi ingin segera liang vaginanya kumasukkan penisku yang keras.

Berhubung liang vagina Tante Linda sudah cukup basah, dan lagi pula takut Icong keburu pulang membeli makanan, segera kudekatkan kepala rudalku ke liang vagina Tante Linda. Blesekk... slepp... srett... tidak mudah aku menyambungkan kontolku ke lubang vagina Tante Linda. Mungkin sudah lama tidak disetubuhi, liang vagina Tante Linda jadi agak macet.

Kuusahakan agar penisku bisa masuk semua ke dalam liang vagina ibu dari temanku itu agar Tante Linda puas. Kugoyang penisku dengan penuh napsu sambil kujilat dan kuhisap puting payudara Tante Linda. Payudaranya juga masih cukup padat.

“Sesttt... aahhh... ooohh... ooohhh... ooohhh...” desis Tante Linda merasa kontolku enak di vaginanya.

Blessss... ohhh...

“Memek Tante masih sangat enak, aaahhh...” kataku mendiamkan penisku di dalam vagina Tante Linda yang menjepit kuat batang kontolku. Kuusap rambutnya dan kucium keningnya.

“Puaskan Tante, Rai... ayooo...” minta Tante Linda. Tante Linda berusaha menggoyang pantatnya.

Kusambut goyangan pantat Tante Linda dengan menarik dan mendorong penisku maju-mundur keluar-masuk di vaginanya yang mulai membasah. Rasanya sangat nikmat liang vagina Tante Linda, seperti ia wanita normal.

“Seesttt... ahhhh... enak Rai, penismu...” desis Tante Linda. “Ayoo.... trussss... Raiiii... ahhh... ahhhh...”

“Rai sudah gak tahan, Tante. Memek Tante memabukkan Rai. Bagaimana dengan Tante?”

“Keluarkan saja manimu Rai, kalau kamu sudah gak tahan, Tante sudah sekitar 4 tahun sejak papinya Icong tidak mampu, vagina Tante sudah gak pernah merasakan hangatnya air mani... ooohh, Raiii... ayooo...”

“Ooohhh.... Tanteee... ooohhh Lindaku, sayang...” balasku mencium bibir Tante Linda bersamaan dengan itu kusumbatkan kontolku lebih jauh masuk ke dalam liang vagina Tante Linda.

Sejurus kemudian, “Terimalah air maniku Lindaku sayang, biar penyakitmu cepat disembuhkan....” racauku.

Crroottt.... crrrooottt.... crrooottt.... air maniku menembak kuat dan kencang di rahim Tante Linda. Meskipun tubuhku lemas, segera kulepaskan penisku dari liang vagina Tante Linda.

“Di meja ada tissu, Rai...” kata Tante Linda padaku.

Aku menarik beberapa lembar tissu dari tempatnya, lalu kubersihkan vagina Tante Linda terlebih dahulu. Setelah vagina Tante Linda bersih, kupakaikan kembali pakaiannya, baru kemudian aku berberes-beres.

Icong pulang membeli makanan, aku sudah mendudukkan maminya kembali di singgasananya. Tentu saja Icong sangat senang melihat suasana maminya yang senang dan gembira. Icong barangkali menyangka aku menghibur maminya dengan kata-kata, tapi bukan. Aku menghibur maminya dengan batang ajaibku.

Batang ajaibkulah yang membuat maminya senang dan maminya bisa bangun dari kursi roda dan berjalan perlahan-lahan membawa tongkat pada suatu hari.

Tongkat ajaibku yang telah memulihkan penyakit stroke Tante Linda, meskipun tidak sempurna, paling tidak bisa aku mengajaknya jalan-jalan di mall dan nonton film di bioskop.

Kadang-kadang aku pula yang memandikan Tante Linda, karema aku ingin menjadikan Tante Linda istriku ketika aku tahu ia tidak menstruasi pada suatu hari dan Icong juga mau menerima aku mendampingi maminya yang sudah hamil 2 minggu.

Icong sudah pasti tau berasal dari mana kehamilan maminya kalau bukan dari aku yang sering menyetubuhi maminya... (2020)
 
♡♡♡♡♡

9. Ssssttt... Selingkuh Lagi...



KAMI sekeluarga tinggal di rumah kontrakan milik seorang wanita berusia kira-kira 40 tahun. Aku memanggilnya dengan sebutan Bu Yuyun.

Rumah Bu Yuyun sendiri berada di belakang rumah kontrakanku. Bu Yuyun dan suaminya memiliki usaha di bidang penjualan berbagai macam keperluan alat kantor dan sekolah seperti buku, alat tulis dan juga melayani foto copy.

Usaha mereka maju pesat dan saat ini mereka tergolong keluarga yang sukses dan kaya di lingkungan tempat tinggal kami. Tetapi keluarga Bu Yuyun hidup kurang harmonis, dan itu disebabkan karena kelakuan suaminya yang diam-diam menjalin hubungan gelap dengan mantan pacarnya.

Bu Yuyun sudah memiliki 3 orang anak. Wajah Bu Yuyun mirip seperti wajah wanita keturunan India dan tubuhnya agak sedikit gemuk. Kalau aku nonton film bokep India yang bergenre tante-tante atau aunty, aku suka membayangkan bercinta dengan Bu Yuyun.

Hari itu aku akan mengantar istri dan anakku ke rumah mertuaku di luar kota yang berjarak sekitar 5 jam perjalanan dari tempat tinggalku.

Setelah mempersiapkan segala sesuatunya, datang Bu Yuyun menghampiriku. Katanya ia mau ikut aku ke rumah saudaranya. Ia menyuruh aku jangan ngomong pada istriku bahwa ia sebenarnya pergi dari rumah.

Tentu saja aku tidak bisa menolak Bu Yuyun ikut mobilku pergi ke rumah saudaranya. Dan beruntung istriku juga tidak bertanya macem-macem dengan Bu Yuyun sehingga perjalanan kami menjadi lancar dan aman penuh dengan kekeluargaan di dalam mobil.

Sesampai di tempat tujuan aku tidak langsung mengantar Bu Yuyun ke rumah saudaranya, karena rumah saudara Bu Yuyun lebih jauh dari rumah mertuaku.

Aku turunkan dulu istri dan anakku, lalu aku baru mengantar Bu Yuyun ke rumah saudaranya.

Tetapi setiba kami di rumah saudara Bu Yuyun pintu rumahnya tertutup rapat, lalu Bu Yuyun mencoba menghubungi telepon genggam saudaranya.

Ternyata suami dari saudara Bu Yuyun, kakaknya meninggal dunia tadi pagi secara mendadak sehingga saudara Bu Yuyun lupa menghubungi Bu Yuyun bahwa mereka sekeluarga sedang pergi melayat ke luar kota.

Bu Yuyun mengatakan pada saudaranya bahwa ia akan pulang saja. Akupun berpikir kenapa aku tidak mengambil keuntungan dari peristiwa ini?

Tentu saja Bu Yuyun tidak akan pulang sendiri naik angkot, bus atau kereta, pasti ia akan pulang ikut aku lagi. Sedangkan aku tidak mungkin segera pulang karena aku belum ke rumah mertuaku dan aku juga tidak mungkin mengajak Bu Yuyun ke rumah mertuaku.

"Bu, Ibu beristirahat di hotel saja ya, mau nggak?" tanyaku. "Nanti sore aku jemput. Biaya hotel, aku yang tanggung deh nggak papah... dan Bu Yuyun juga belum makan siang kan, nanti sekalian makan siang di hotel aja..." kataku. "Bagaimana, Bu...?"

"Boleh deh," jawab Bu Yuyun membuat aku senang bukan main dan jantungku sampai berdebar-debar tidak menentu arah.

Setelah aku mengajak Bu Yuyun ke hotel, sesampai aku di rumah mertuaku, aku melihat istriku jadi seperti melihat Bu Yuyun dan rasanya aku tidak sabar lagi ingin buru-buru meninggalkan istriku memburu Bu Yuyun di hotel.

Aku hanya sanggup bertahan sekitar 2 jam di rumah mertuaku, lalu aku berusaha mencari segala cara untuk segera meninggalkan istri dan anakku di rumah mertuaku, mereka akan menginap selama seminggu di sini.

Ternyata jalanku lancar dan mulus untuk bertemu dengan Bu Yuyun di hotel. Sekitar jam 3 sore aku sudah berada di kamar hotel bersama Bu Yuyun.

Kami ngobrol sambil duduk di kasur. ”Ini lho Dek Tedi... saya sama Mas Andi kok sering sekali ribut ya, Dek... padahal masalahnya cuma hal yang sepele aja...” kata Bu Yuyun.

”Ya, namanya juga rumah tangga, Bu... ribut itu biasa...”

”Ya tapi ini beda Dek Tedi...”

”Beda gimana Bu?”

”Kami tuh kalo ribut lama akurnya.”

”Ya harus ada yang ngalah Bu... biar cepat selesai masalahnya...”

”Apa emang kami sama-sama keras kepala kali ya Dek Tedi?”

”Iya Bu... trus.... kalo lagi ribut gitu gimana, Bu?” tanyaku memancing.

”Gimana apanya Dek Tedi?”

”Ya... kalo lagi akur kan Ibu tidurnya seranjang berdua, terus kalo lagi ribut gitu, gimana dong?”

”Ya tidur sendiri-sendirilah Dek Tedi...”

”Lalu... aktifitas itunya, gimana dong, Bu...?”

”He.. he...” Bu Yuyun menjawabku dengan tertawa.

”Sama sekali nggak ya, Bu... sampai berapa lama...? Sampai akur lagi ya Bu, atau bagaimana...?"

"Terkadang tersiksa juga Ibu, Dek Tedi... Ibu ini kan bukan termasuk orang yang berani minta-minta dengan suami... Ibu tergantung pada suami, terkadang sampai 2 bulan Ibu baru digituin oleh suami, Dek Tedi...”

”Aku kasihan dengan Ibu...” balasku. "Istriku saja, seminggu nggak dikasih sudah gak tahan. Kalau boleh aku bantu Ibu..." ujarku menjulurkan tanganku memegang tangan Bu Yuyun dengan dada bergemuruh.

"Ya Dek Tedi, bantulah Ibu," minta Bu Yuyun.

Semoga berhasil, kataku dalam hati.

Setelah itu aku tidak mau membiarkan waktu berlalu begitu saja. Merasa Bu Yuyun sudah bisa kupegang, aku segera mencium keningnya dan bertanya, ”Ibu mau begitu dengan aku?”

Bu Yuyun menjawabku dengan menunduk malu. ”Emang Dek Tedi mau sama Ibu yang udah tua gini?”

”Mau dong, Bu..." jawabku. ”Sebenarnya aku sudah lama menginginkan Ibu, tetapi baru sekarang khayalanku itu menjadi kenyataan...”

”Ya sudah Dek, mumpung sekarang kita lagi berdua, lakuin saja apa yang Dek Tedi mau...” jawabnya manja.

Lalu aku pun mulai menciumi bibir Bu Yuyun dengan mesra. Sementara tanganku meraba-raba tubuhnya. ”Mmmmccccchhhh... mmmmcchhhh...” suara ciuman kedua bibir kami berpadu.

Kami tak henti-hentinya saling melumat bibir satu sama lain hingga terasa nikmat sekali. Lalu aku lepaskan ciumanku dari bibir Bu Yuyun. Setelah itu aku melepaskan kaos yang dipakainya, sehingga tampak payudara Bu Yuyun yang besar itu terbungkus BH berwarna merah.

Bu Yuyun malu-malu denganku saat kupegang dan kuremas-remas payudaranya. "He... he... nggak ah, Dek Tedi... hi... hi..."

Aku lepaskan saja bra merah yang menutupi payudara Bu Yuyun. Setelah branya terbuka aku melihat sepasang payudara besar menggelantung di dada Bu Yuyun. Kuciumi payudara Bu Yuyun dan ia pun mendesah. “Aaaaggghhhh... ssshh... mmmhhhh... iya gitu Dek Tedi... sedot nenenku Dek... ayo terus Dek... aaaagghhh... enak Dek....”

Aku terus merangsang Bu Yuyun agar gairahnya memuncak. Kujilati perutnya hingga ke bagian paha dekat memeknya yang masih tertutup celana dalam. Ia membuka pahanya lebar-lebar sambil menggelinjang keenakan.

”Ooouuugghhhh... geli Dek... enak banget tapi rasanya Dek... ayo Dek... teruuusss... memekku gatal pengen dijilat Dek... aaagggghhhh...” Bu Yuyun ngeracau.

Aku membuka celana dalam yang dipakainya dan setelah itu aku jilati bagian luar memeknya sambil tanganku meremas-remas payudaranya.

Memek Bu Yuyun bau sesuatu dan di bagian atas memeknya tumbuh banyak rambut hitam ikal pendek yang kasar.

”Hhhhmmmmmm memekku geli Dek... tapi enakkk Dek... ayo Dek... jilat itilnya... sssshhhhh... oooohhh... oooohhhh....”

”Iya Bu, aku suka memekmu Bu... suka banget... wangi...” kataku sambil terus menjilati memek Bu Yuyun penuh nafsu.

K0ntolku juga sudah tegang dan membesar sejak tadi. Puas aku menjilati memek Bu Yuyun, aku pun mengarahkan k0ntolku ke mulutnya untuk menikmati kulumannya pada k0ntolku.

”Kulum k0ntolku ya Bu.. mau kan...?” kataku.

Ia mengangguk dan ia pun memegang k0ntolku dan diarahkan ke mulutnya. Ia mengulum, menjilat dan mengocok k0ntolku dengan mulutnya. Aku merasakan nikmat yang luar biasa pada k0ntolku.

”Oooohhhhh Bu... kontolku ngilu Bu... hangat rasanya... sssshhhh.... terus Bu... sssshhhh.... aaagggghhhh... aaagggghhhh...”

Bu Yuyun melakukannya cukup lama dan setelah itu kami saling menjilati memek dan k0ntol kami dalam posisi 69. Nikmat sekali rasanya berada dalam posisi ini dan desahan kami pun saling barsahutan. ”Ooouuggghhhh... aahhhhh... ssshhhhhh... nnmmnhhhhh...”

Keringat kami berdua bercucuran menikmati permainan itu. Kami saling jilat satu sama lain hingga beberapa menit kemudian Bu Yuyun melepaskan kulumannya di k0ntolku dan langsung tidur dengan posisi mengangkang.

Aku pun tau maksud Bu Yuyun. Ia ingin agar aku segera membenamkan k0ntolku ke dalam memeknya.

”Ayo Dek... masukin kontolmu ke memek saya Dek... udah gak tahan nech...”

“Iya Bu...” jawabku.

Lalu aku pun mengarahkan kepala k0ntolku ke arah memek Bu Yuyun dan tangan Bu Yuyun membantu menuntun k0ntolku untuk dapat masuk ke memeknya.

Akhirnya masuklah kepala k0ntolku ke memek Bu Yuyun. Aku pompa pelan-pelan kepala k0ntolku ke dalam memek Bu Yuyun. Ia mengerang dan mendesah penuh napsu.

”Oooowwwhhhhh... mmmmhhhhmmm... sssshhhhh... terus Dek... kontolmu enak Dek... ayo Dek... teruuusssss.... aaaagggghhhhh...”

Aku menikmati rasanya k0ntolku keluar-masuk dalam memek Bu Yuyun hingga lama kelamaan aku pompa seluruh bagian k0ntolku ke dalam memek Bu Yuyun hingga beberapa lama dan akhirnya kami pun mau mencapai klimaks.

”Aagghhh... aggghhhh... aaaagggghhhh... aku mau keluar Bu... mmmmmhhhh... iya Dek... aku jugaa... kita barengan Dek.... oooougggghhhh....”

Hingga akhirnya tubuh kami berdua menegang dan desahan kami makin seru terdengar. ”Ooooohhhh Dek... saya nyampe Dek... aaaagghhhhhhh... aaaaggghhhh aku juga Bu... ooouuuughhhh....”

Crroott.... crrooott... crrroott...

Air maniku menyembur di dalam memek Yuyun. Sejenak aku mengejang nikmat. Kemudian tubuh kami berdua lemas tiada daya sambil aku membiarkan k0ntolku masih berada di dalam memek Bu Yuyun.

Lalu kucabut kontolku. ”Makasih ya Bu... udah buat saya puas...”

”Iya Dek Tedi.. saya juga...” jawab Bu Yuyun dan kulihat memeknya bekas kemasukan k0ntolku. Ternyata k0ntolku sakti juga bisa membuat memek Bu Yuyun berlobang menganga mengeluarkan pejuku yang berwarna putih.

Kami berdua tidur tanpa sehelai benang pun menempel di tubuh kami.

Sampai larut malam kami baru terbangun dan melakukan hubungan suami istri lagi.... (.)(.)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd