Pecah Utak
Pertapa Semprot
-------------------------------------------
Cerita 102 – Getah Nikmat
Bagian Pertama
Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak.
Kini saya tinggal di wilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor.. tapi saya bekerja di Jakarta.
Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami..
saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus.. karena saya memang bukan penulis.
Kisah ini awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung –Tahun 1990an..– dan jauh dari orangtua.
Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru..
terutama tentu saja soal seks.. hehe..
Dari info-info yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks.
Penyewaan LD porno –waktu itu belum jaman VCD hehehe..– majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan..
tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi..–kalo ini mah di mana-mana juga banyak–
Kalo soal gaya dan posisi-posisi seks itu sih belajarnya dari film.
Saya sendiri masih perjaka saat itu.. dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya.. –hehehe..–
Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga.
Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat.
Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung.. alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar.
Padahal saya udah dapat banyak ‘ilmu’ dari teman-teman saya terutama dari Rudi, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir.
Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus.
Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya..
meski awalnya dia tidak mau.
Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat.. karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang.. tergantung situasinya.
Trik yang berbahaya memang.. tapi kagak bisa juga dipraktekin juga –karena kejombloanku itu..–
Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan.
Berkat trik dari Rudi itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rudi sendiri.. dan sampai kini Rudi tidak mengetahuinya.
Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Ferry..
anak kost satu lagi teman kita berdua dan aku cuma kecipratan ‘getah’ enaknya saja.
Ceritanya Rudi itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi.
Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani.
Dibilang serius karena kata Rudi dengan Rani inilah dia ingin menikah.
Di mata Rudi, Rani adalah cewek yang sempurna.
Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok.
Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan.
Rani sering berkunjung ke kamar kost Rudi. Entah datang sendiri atau datang bersama Rudi.
Mungkin Rudi menjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda.
Rasanya setiapkali Rani datang berkunjung, mereka selalu ‘main’ dalam kamar Rudi.
Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rudi.
Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh.
Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya.
Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur.
Tapi jika Rudi hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang..
atau sepanjang malam.. tergantung waktu kedatangan Rani.
Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus dari arah kamar Rudi.
Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rudi meski tidak pernah sampai berhari-hari.
Demikianlah, Rudi si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani.
Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui ‘keberuntungan’ Rudi.
Oh, ya.. di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rudi, Ferry dan aku.
Ferry juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim, sehingga menolak melakukan hal-hal yang ‘aneh-aneh’.
Tapi Ferry juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertamakali sejak SMA..
dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta, di mana mereka selalu bercinta setiapkali bertemu.
Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain.
Ferry juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rudi.
Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku.
Baik Rudi, Rani dan Ferry ketiganya berasal dari Jakarta.
Hari itu Rudi mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Ferry asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing.
Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Ferry mengatakan bahwa Rudi masih di kampus..
dan kemungkinan akan pulang tengah malam.
Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rudi saja.
Mungkin Rudi belum memberitahunya sehingga Rani datang ‘terlalu cepat..’
Zaman itu komunikasi belum selancar sekarang.. karena belum zamannya HP maupun pager.
Rani pun masuk ke dalam kamar Rudi dan menunggu pacarnya itu pulang.
Rani memang punya kunci cadangan Rudi.. sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya.
Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rudi sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus.
Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya.
Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan..
tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing.
Ketiga kamar kost kami ada di atas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama..
di mana keluarga ibu kost tinggal.
Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Ferry masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri.
Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu.
Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu.
Aku bisa mendengar percakapan mereka.
Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rudi.
Wah gimana ini.. pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rudi dan kalau sampai memergoki Rani di dalamnya, bisa gawat urusannya.
Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera ke atas dan berpikir untuk memberitahu Ferry.
Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rudi serta Rani.
Aku mengetuk kamar Ferry dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya.
Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya.
“Tunggu sebentar..” katanya.
“Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi..” kataku.
“Sebentar Ri..” katanya lagi dari dalam kamarnya.
Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir.
“Ngapain bos..?” Tanyaku.
“Ah enggak ga apa-apa..” jawabnya.
Kita ke kamar Rudi lalu Ferry pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka.. sehingga Ferry harus mengetuknya lagi.
Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan.
Dari suaranya, aku segera tau bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rudi dan bapak kost kami.
Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Ferry saling berpandang-pandangan dengan panik.
“Ri, do something.. lo ke sana.. cegat mereka..!” Kata Ferry.
“Trus ngapain..?” Tanyaku kebingungan.
“Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan..” perintahnya.
Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan di bawah diujung tangga aku bertemu mereka.
Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat.
Aku beritahu bahwa Rudi masih di kampus mengerjakan tugas..
sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan.
Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rudi sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya.
Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik.
Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.
Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas.
Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rudi dan menyilahkan kedua orangtua Rudi untuk masuk.
Hufff.. sukurlah.. pikirku.. Situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja..
Eh tapi ke mana mba Rani ya..?
Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang..
karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel.
Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah.
Di samping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang..
pasti akan terlihat oleh orangtua Rudi dan bapak kost.
Jadi ke mana mba Rani ya..? Tanyaku dalam hati.
Pintu kamar Rudi telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rudi yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka.
Aku juga tidak melihat Ferry. Apa mba Rani ngumpet di kamar Ferry?
Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku.
Aku segera menemukan jawabannya.. karena Ferry keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan.
Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.
“Ri, lo jangan bilang Rudi ya kalo Rani ke sini malam ini..?” Katanya.
“Loh, kenapa..?” Tanyaku heran.
“Pokoknya jangan deh..” katanya lagi tersenyum nakal.
“Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa..?” Tanyaku lagi masih tidak mengerti.
“Gini aja deh. Lo jangan bilang Rudi dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa..” ujar Ferry berteka-teki.
"Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah..!” Kataku lagi.
Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan ‘rencana busuk’ Ferry.. tapi aku masih belum yakin.
Apakah dia akan..? Ah tidak, tidak mungkin. Ferry dan Rudi berteman baik, tidak mungkin Ferry sampai tega melakukannya.
Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tau. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Ferry dan menunggu perkembangannya.
Kami berdua lantas masuk kamar dan sebelum masuk kamar Ferry mengedipkan matanya padaku.
Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya..?
Apakah Rani mau mengkhianati Rudi..? Semudah itu..? Dan bagaimana caranya..?
Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah..?
Wah.. kalau benar begitu maka inilah malam di mana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rudi tau..?
Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe..
Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar ‘suara-suara aneh’ dari kamar Ferry. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam.
Aku mendengar terus dengan seksama. Yak.. aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Ferry sudah berhasil menyetubuhinya.
Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rudi.
Tapi kali ini bukan Rudi yang melakukannya.. tapi teman baiknya.. Ferry. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu.
Ada rasa bersalah terhadap Rudi tapi nafsuku lebih menguasaiku.
Ini juga sebagai pelajaran bagi Rudi yang suka memamerkan pacarnya sama kami.
Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya.
Duh.. aku tidak sabar menunggu giliranku.
Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang.
Apakah mereka sudah selesai..? Bagaimana kalau mereka tertidur..? Wah.. bisa-bisa aku ‘ga kebagian’.
Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku.
Aku mengetuk kamar Ferry dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Ferry dari dalam kamarnya.
“Siapa..?” Tanyanya pelan.
“Gue, Ari..” jawabku juga dengan pelan.
Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah.
“Udah gak sabaran lu ye..?” Katanya sambil membuka pintu lebar menyilakan aku masuk.
Ternyata Ferry bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya.
Badannya penuh keringat dan tongkolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang.
Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Ferry.
Seorang mahluk cantik yang sangat seksi.. bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat..
yang memantulkan cahaya kamar.. sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa.
Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya. Rani tersenyum agak malu melihatku.
Dia mengubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya.
Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya.
Aku masih terdiam dan melongo. Beberapakali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya.
Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi.
“Hey.. kenapa bengong..? Baru pertama lihat cewek telanjang ya..?” Katanya lagi sambil cekikikan.
Ferry kemudian mendorongku.. “Udah situ.. ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh..”
Ferry dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku.
Tongkolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol.
Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong.
Ferry kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Ferry tidak tau harus bagaimana.
Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. “Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Ferry banyak banget nih..” katanya.
Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental.
Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Ferry hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya.
Sewaktu Rani di kamar mandi, Ferry memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya.
“Buka dong baju lo semua..” kata Ferry kemudian.
Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak peduli lagi di situ ada Ferry.
Begitu aku menarik turun celanaku, tongkolku melenting ke atas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya.
Dia tertawa.. “Duh.. udah langsung gede gitu ya..?” Katanya.
Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat ke arahku.
Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan.
Rani kemudian mengambil lotion di tasnya dan membalurkannya ke tongkolku yang sudah sangat keras.
Ughh.. Rasanya nikmat tongkolku digosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu.
“Mil.. gemukan ini dari punya lo..” ujarnya sambil menatap Ferry. Ferry hanya tersenyum.
“Gitu ya..?” Jawab Ferry.
“Kamu baring deh..” kata Rani kemudian.
Akupun lantas berbaring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam tongkolku.
Detik-detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe..
Slebbb.. Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu..
dan veggynya pelan-pelan menelan tongkolku yang sudah berdiri dengan kerasnya ke dalam lepitan nikmatnya itu.
Ahh.. aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah mengisap tongkolku masuk ke dalamnya.
Ekspresi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar.
Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari tongkolku.
“Ehhhhgggg... duh gemuk amat sih nih burung..” katanya sambil mendesah.
Setelah veggynya menelan habis tongkolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas.
“Kamu udah gak perjaka sekarang..” katanya menggodaku.
“Iya mba, makasih ya..” jawabku sambil mencium bibirnya.
Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik-turun. Blessepp.. Slebb.. clebb.. clebb..
Uuuuuggghhhh.. nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi.
Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya.
Kadang di maju-mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik-turunnya yang erotis itu.
Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya.
Secara insting, aku pun mencoba mengisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka.
Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu.
Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku.
“Gimana rasanya..?” Tanya Rani di sela-sela goyangannya.
“Enak mba.. enak banget..” jawabku sembari mendesah nikmat.
“Kalau mau keluar bilang ya sayang..” katanya tersenyum.
Uhh.. cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis.
Aku sudah tidak peduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak peduli ada Ferry di situ.
Aku melirik sesaat ke arah Ferry. Aku lihat dia menggosok-gosok tongkolnya yang sudah membesar lagi.
Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku.
Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. “Mba.. aku.. mau.. ke.. lu.. arr..”
Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari tongkolku.
Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku.
Dia mengocok tongkolku dan menadahkan mulutnya di hadapan tongkolku.
Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar.
Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada di mulutnya.
Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.
“Sperma perjaka biar awet muda..” katanya sambil tersenyum.
Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas.
Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi tongkolku yang mulai melemas..
ketika Ferry bangkit dari kursinya dan mendekati kami.
Dia berkata, “Rani, kamu masih belum tuntas kan..?” tanyanya sambil memegangi tongkolnya yang ternyata sudah menegang kembali.
“Huu..kamu tuh ya..” Hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat tongkol Ferry yang menghadap ke arahnya.
Ferry pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tau apa yang akan terjadi..
tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya.
Ferry kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya ke belakang dengan agak kasar.
“Hey.. pelan-pelan dong..!” Ujar Rani setengah protes sambil tertawa.
Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi.. “Owwww..!”
Ketika Ferry menjebloskan tongkolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya.
Ferry pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama.
Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya.
Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Ferry.
Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat.. “Aah.. ah.. ah..”
Melihat pemandangan seperti itu.. akupun jadi terangsang lagi dan tongkolku yang tadinya sudah lemas..
pelan-pelan mulai menegang kembali.
Akupun lalu bangkit dan mengangsurkan tongkolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu.
Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi.
Di bawah veggynya digenjot oleh tongkol Ferry dan di atas mulutnya disumpal oleh tongkolku.
Tongkolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Ferry.
Karena entotan Ferry itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam mengisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan.
Malah semakin lama ketika entotan Ferry semakin kencang, Rani hanya memegangi tongkolku tanpa diapa-apakan.
Posisi tongkolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka tongkolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja.
Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua tongkol sekaligus maka akupun mengalah.
Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Ferry.
Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara.
Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama.
Genjotan Ferry semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar.
Sampai akhirnya Ferry dengan suara agak tersengal berkata.. ”Ran.. gue.. udah.. mo.. nyampe..”
Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama.
Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras.. Ferry membenamkan tongkolnya sedalam-dalamnya di dalam liang veggy Rani.
“Aaahh..!!” Teriak mereka hampir berbarengan.
Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut.
Mulutnya terbuka lebar sambil memekik.. “Aahh.. Aaaahh..” berkali-kali.
Pantatnya didorong-dorongkan ke belakang.. seolah ingin menelan habis seluruh tongkol Ferry yang masih tersisa.
Mereka mendapatkan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan.
Slebb.. Ferry mencabut tongkolnya lalu kemudian berbaring telentang di samping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Rani kemudian memutar badannya baring menelentang. Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur.
Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani.
Nggak peduli dengan Rani yang masih kelelahan.. aku lantas naik ke atas ranjang..
lalu menempatkan ujung tongkolku di hadapan bibir veggy Rani yang masih tertidur.
Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi.. tapi masih cukup jelas terlihat.
--------------------------------------
Cerita 102 – Getah Nikmat
Bagian Pertama
Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak.
Kini saya tinggal di wilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor.. tapi saya bekerja di Jakarta.
Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami..
saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus.. karena saya memang bukan penulis.
Kisah ini awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung –Tahun 1990an..– dan jauh dari orangtua.
Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru..
terutama tentu saja soal seks.. hehe..
Dari info-info yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks.
Penyewaan LD porno –waktu itu belum jaman VCD hehehe..– majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan..
tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi..–kalo ini mah di mana-mana juga banyak–
Kalo soal gaya dan posisi-posisi seks itu sih belajarnya dari film.
Saya sendiri masih perjaka saat itu.. dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya.. –hehehe..–
Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga.
Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat.
Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung.. alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar.
Padahal saya udah dapat banyak ‘ilmu’ dari teman-teman saya terutama dari Rudi, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir.
Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus.
Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya..
meski awalnya dia tidak mau.
Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat.. karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang.. tergantung situasinya.
Trik yang berbahaya memang.. tapi kagak bisa juga dipraktekin juga –karena kejombloanku itu..–
Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan.
Berkat trik dari Rudi itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rudi sendiri.. dan sampai kini Rudi tidak mengetahuinya.
Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Ferry..
anak kost satu lagi teman kita berdua dan aku cuma kecipratan ‘getah’ enaknya saja.
Ceritanya Rudi itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi.
Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani.
Dibilang serius karena kata Rudi dengan Rani inilah dia ingin menikah.
Di mata Rudi, Rani adalah cewek yang sempurna.
Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok.
Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan.
Rani sering berkunjung ke kamar kost Rudi. Entah datang sendiri atau datang bersama Rudi.
Mungkin Rudi menjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda.
Rasanya setiapkali Rani datang berkunjung, mereka selalu ‘main’ dalam kamar Rudi.
Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rudi.
Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh.
Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya.
Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur.
Tapi jika Rudi hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang..
atau sepanjang malam.. tergantung waktu kedatangan Rani.
Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus dari arah kamar Rudi.
Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rudi meski tidak pernah sampai berhari-hari.
Demikianlah, Rudi si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani.
Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui ‘keberuntungan’ Rudi.
Oh, ya.. di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rudi, Ferry dan aku.
Ferry juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim, sehingga menolak melakukan hal-hal yang ‘aneh-aneh’.
Tapi Ferry juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertamakali sejak SMA..
dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta, di mana mereka selalu bercinta setiapkali bertemu.
Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain.
Ferry juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rudi.
Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku.
Baik Rudi, Rani dan Ferry ketiganya berasal dari Jakarta.
Hari itu Rudi mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Ferry asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing.
Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Ferry mengatakan bahwa Rudi masih di kampus..
dan kemungkinan akan pulang tengah malam.
Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rudi saja.
Mungkin Rudi belum memberitahunya sehingga Rani datang ‘terlalu cepat..’
Zaman itu komunikasi belum selancar sekarang.. karena belum zamannya HP maupun pager.
Rani pun masuk ke dalam kamar Rudi dan menunggu pacarnya itu pulang.
Rani memang punya kunci cadangan Rudi.. sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya.
Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rudi sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus.
Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya.
Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan..
tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing.
Ketiga kamar kost kami ada di atas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama..
di mana keluarga ibu kost tinggal.
Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Ferry masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri.
Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu.
Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu.
Aku bisa mendengar percakapan mereka.
Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rudi.
Wah gimana ini.. pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rudi dan kalau sampai memergoki Rani di dalamnya, bisa gawat urusannya.
Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera ke atas dan berpikir untuk memberitahu Ferry.
Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rudi serta Rani.
Aku mengetuk kamar Ferry dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya.
Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya.
“Tunggu sebentar..” katanya.
“Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi..” kataku.
“Sebentar Ri..” katanya lagi dari dalam kamarnya.
Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir.
“Ngapain bos..?” Tanyaku.
“Ah enggak ga apa-apa..” jawabnya.
Kita ke kamar Rudi lalu Ferry pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka.. sehingga Ferry harus mengetuknya lagi.
Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan.
Dari suaranya, aku segera tau bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rudi dan bapak kost kami.
Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Ferry saling berpandang-pandangan dengan panik.
“Ri, do something.. lo ke sana.. cegat mereka..!” Kata Ferry.
“Trus ngapain..?” Tanyaku kebingungan.
“Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan..” perintahnya.
Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan di bawah diujung tangga aku bertemu mereka.
Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat.
Aku beritahu bahwa Rudi masih di kampus mengerjakan tugas..
sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan.
Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rudi sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya.
Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik.
Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.
Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas.
Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rudi dan menyilahkan kedua orangtua Rudi untuk masuk.
Hufff.. sukurlah.. pikirku.. Situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja..
Eh tapi ke mana mba Rani ya..?
Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang..
karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel.
Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah.
Di samping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang..
pasti akan terlihat oleh orangtua Rudi dan bapak kost.
Jadi ke mana mba Rani ya..? Tanyaku dalam hati.
Pintu kamar Rudi telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rudi yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka.
Aku juga tidak melihat Ferry. Apa mba Rani ngumpet di kamar Ferry?
Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku.
Aku segera menemukan jawabannya.. karena Ferry keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan.
Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.
“Ri, lo jangan bilang Rudi ya kalo Rani ke sini malam ini..?” Katanya.
“Loh, kenapa..?” Tanyaku heran.
“Pokoknya jangan deh..” katanya lagi tersenyum nakal.
“Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa..?” Tanyaku lagi masih tidak mengerti.
“Gini aja deh. Lo jangan bilang Rudi dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa..” ujar Ferry berteka-teki.
"Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah..!” Kataku lagi.
Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan ‘rencana busuk’ Ferry.. tapi aku masih belum yakin.
Apakah dia akan..? Ah tidak, tidak mungkin. Ferry dan Rudi berteman baik, tidak mungkin Ferry sampai tega melakukannya.
Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tau. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Ferry dan menunggu perkembangannya.
Kami berdua lantas masuk kamar dan sebelum masuk kamar Ferry mengedipkan matanya padaku.
Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya..?
Apakah Rani mau mengkhianati Rudi..? Semudah itu..? Dan bagaimana caranya..?
Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah..?
Wah.. kalau benar begitu maka inilah malam di mana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rudi tau..?
Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe..
Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar ‘suara-suara aneh’ dari kamar Ferry. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam.
Aku mendengar terus dengan seksama. Yak.. aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Ferry sudah berhasil menyetubuhinya.
Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rudi.
Tapi kali ini bukan Rudi yang melakukannya.. tapi teman baiknya.. Ferry. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu.
Ada rasa bersalah terhadap Rudi tapi nafsuku lebih menguasaiku.
Ini juga sebagai pelajaran bagi Rudi yang suka memamerkan pacarnya sama kami.
Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya.
Duh.. aku tidak sabar menunggu giliranku.
Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang.
Apakah mereka sudah selesai..? Bagaimana kalau mereka tertidur..? Wah.. bisa-bisa aku ‘ga kebagian’.
Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku.
Aku mengetuk kamar Ferry dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Ferry dari dalam kamarnya.
“Siapa..?” Tanyanya pelan.
“Gue, Ari..” jawabku juga dengan pelan.
Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah.
“Udah gak sabaran lu ye..?” Katanya sambil membuka pintu lebar menyilakan aku masuk.
Ternyata Ferry bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya.
Badannya penuh keringat dan tongkolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang.
Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Ferry.
Seorang mahluk cantik yang sangat seksi.. bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat..
yang memantulkan cahaya kamar.. sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa.
Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya. Rani tersenyum agak malu melihatku.
Dia mengubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya.
Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya.
Aku masih terdiam dan melongo. Beberapakali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya.
Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi.
“Hey.. kenapa bengong..? Baru pertama lihat cewek telanjang ya..?” Katanya lagi sambil cekikikan.
Ferry kemudian mendorongku.. “Udah situ.. ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh..”
Ferry dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku.
Tongkolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol.
Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong.
Ferry kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Ferry tidak tau harus bagaimana.
Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. “Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Ferry banyak banget nih..” katanya.
Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental.
Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Ferry hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya.
Sewaktu Rani di kamar mandi, Ferry memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya.
“Buka dong baju lo semua..” kata Ferry kemudian.
Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak peduli lagi di situ ada Ferry.
Begitu aku menarik turun celanaku, tongkolku melenting ke atas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya.
Dia tertawa.. “Duh.. udah langsung gede gitu ya..?” Katanya.
Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat ke arahku.
Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan.
Rani kemudian mengambil lotion di tasnya dan membalurkannya ke tongkolku yang sudah sangat keras.
Ughh.. Rasanya nikmat tongkolku digosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu.
“Mil.. gemukan ini dari punya lo..” ujarnya sambil menatap Ferry. Ferry hanya tersenyum.
“Gitu ya..?” Jawab Ferry.
“Kamu baring deh..” kata Rani kemudian.
Akupun lantas berbaring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam tongkolku.
Detik-detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe..
Slebbb.. Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu..
dan veggynya pelan-pelan menelan tongkolku yang sudah berdiri dengan kerasnya ke dalam lepitan nikmatnya itu.
Ahh.. aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah mengisap tongkolku masuk ke dalamnya.
Ekspresi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar.
Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari tongkolku.
“Ehhhhgggg... duh gemuk amat sih nih burung..” katanya sambil mendesah.
Setelah veggynya menelan habis tongkolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas.
“Kamu udah gak perjaka sekarang..” katanya menggodaku.
“Iya mba, makasih ya..” jawabku sambil mencium bibirnya.
Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik-turun. Blessepp.. Slebb.. clebb.. clebb..
Uuuuuggghhhh.. nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi.
Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya.
Kadang di maju-mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik-turunnya yang erotis itu.
Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya.
Secara insting, aku pun mencoba mengisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka.
Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu.
Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku.
“Gimana rasanya..?” Tanya Rani di sela-sela goyangannya.
“Enak mba.. enak banget..” jawabku sembari mendesah nikmat.
“Kalau mau keluar bilang ya sayang..” katanya tersenyum.
Uhh.. cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis.
Aku sudah tidak peduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak peduli ada Ferry di situ.
Aku melirik sesaat ke arah Ferry. Aku lihat dia menggosok-gosok tongkolnya yang sudah membesar lagi.
Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku.
Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. “Mba.. aku.. mau.. ke.. lu.. arr..”
Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari tongkolku.
Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku.
Dia mengocok tongkolku dan menadahkan mulutnya di hadapan tongkolku.
Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar.
Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada di mulutnya.
Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.
“Sperma perjaka biar awet muda..” katanya sambil tersenyum.
Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas.
Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi tongkolku yang mulai melemas..
ketika Ferry bangkit dari kursinya dan mendekati kami.
Dia berkata, “Rani, kamu masih belum tuntas kan..?” tanyanya sambil memegangi tongkolnya yang ternyata sudah menegang kembali.
“Huu..kamu tuh ya..” Hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat tongkol Ferry yang menghadap ke arahnya.
Ferry pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tau apa yang akan terjadi..
tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya.
Ferry kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya ke belakang dengan agak kasar.
“Hey.. pelan-pelan dong..!” Ujar Rani setengah protes sambil tertawa.
Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi.. “Owwww..!”
Ketika Ferry menjebloskan tongkolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya.
Ferry pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama.
Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya.
Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Ferry.
Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat.. “Aah.. ah.. ah..”
Melihat pemandangan seperti itu.. akupun jadi terangsang lagi dan tongkolku yang tadinya sudah lemas..
pelan-pelan mulai menegang kembali.
Akupun lalu bangkit dan mengangsurkan tongkolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu.
Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi.
Di bawah veggynya digenjot oleh tongkol Ferry dan di atas mulutnya disumpal oleh tongkolku.
Tongkolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Ferry.
Karena entotan Ferry itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam mengisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan.
Malah semakin lama ketika entotan Ferry semakin kencang, Rani hanya memegangi tongkolku tanpa diapa-apakan.
Posisi tongkolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka tongkolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja.
Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua tongkol sekaligus maka akupun mengalah.
Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Ferry.
Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara.
Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama.
Genjotan Ferry semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar.
Sampai akhirnya Ferry dengan suara agak tersengal berkata.. ”Ran.. gue.. udah.. mo.. nyampe..”
Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama.
Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras.. Ferry membenamkan tongkolnya sedalam-dalamnya di dalam liang veggy Rani.
“Aaahh..!!” Teriak mereka hampir berbarengan.
Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut.
Mulutnya terbuka lebar sambil memekik.. “Aahh.. Aaaahh..” berkali-kali.
Pantatnya didorong-dorongkan ke belakang.. seolah ingin menelan habis seluruh tongkol Ferry yang masih tersisa.
Mereka mendapatkan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan.
Slebb.. Ferry mencabut tongkolnya lalu kemudian berbaring telentang di samping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Rani kemudian memutar badannya baring menelentang. Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur.
Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani.
Nggak peduli dengan Rani yang masih kelelahan.. aku lantas naik ke atas ranjang..
lalu menempatkan ujung tongkolku di hadapan bibir veggy Rani yang masih tertidur.
Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi.. tapi masih cukup jelas terlihat.
--------------------------------------