Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[Kompilasi] Rumput Tetangga 'Nampak' Selalu Lebih Hijau.. (CoPasEdit dari Tetangga)

------------------------------------------------

Cerita 87 – Rumah di Dekat Kos Putri


Asna

Sudah lama Asna tertarik dengan sebuah rumah di sebelah rumah kosnya.
Bukan.. bukan tertarik dengan rumah yang sejak dulu selalu terlihat sepi itu.. bukan..
Lebih tepatnya.. kini dia tertarik dengan penghuni tunggalnya.. seorang cowok keren dan unyu-unyu.

Sepintas perawakannya mirip Barry Prima.. bintang film aksi bertubuh kekar jaman dahulu kala.
Wajahnya ganteng, jantan dengan kecenderungan melankolik tapi bad boy, persis Roy Marten.

Awalnya.. Asna tidak terlalu peduli dengan cowok itu yang hampir setiap malam..
sejak sekitar dua minggu lalu selalu muncul di balkon rumah.. berdiri mematung lama sekali. Biasanya malah sampai dinihari.

Asna pun hobi bertengger di balkon rumah kosnya sejak dulu.. maka kebiasaan cowok itu tidak luput dari perhatiannya.
Apalagi balkon rumah kosnya dengan balkon rumah cowok itu tidak terlalu jauh.. hanya terpisah tembok setinggi tiga meteran.
Jadilah balkon sana dengan sini hanya seperti berdampingan saja.

Asna menduga-duga.. cowok itu sedang depresi berat.. paling tidak ada yang sedang mengganggu pikirannya.
Seorang cowok ganteng.. berdiri di balkon tiap malam tanpa melakukan apa-apa.. bagi Asna jika bukan orang stres.. pasti hantu.
Hantu..? Sepertinya bukan.

“Woi..!” Sapa Asna pertamakali. Cowok itu diam saja.
“Woi..! Situ yang hobi bengong malem-malem..!?”

Masih diam saja. Kesal.. Asna melemparkan pecahan-pecahan kecil tegel lantai balkon ke arah si cowok.
Sekali.. duakali.. tigakali.. empatkali.. kebangetan.. sampai lemparan ke-127 baru itu cowok bereaksi.
Tegel lantai balkon padahal sudah hampir habis 9 kotak dipethil-pethil Asna.

“Please, jangan ganggu aku..!” Kata si cowok akhirnya, tapi dia lalu memutar tubuh memunggungi Asna.
“Slompret.. malah mungkur..! Situnya pikir saya menakutkan apa..?”
“Menakutkan sih nggak. Tapi aku memang sudah nggak mau peduli apapun lagi. Nggak ada yang bisa menakuti aku di dunia ini..!”

Sip.. pikir Asna. Akhirnya dia punya teman ngobrol. Beda dengan penghuni kos putri ini, kebanyakan tidak cocok dengannya.
Tidak ada yang bisa diajaknya mengobrol.
Jam segini sudah pada mengkeret semua di dalam selimut. Dia saja sampai sering jengkel sendiri.

“Situ kenapa tiap malam berdiri di situ..? Cari inspirasi apa cari-cari kesempatan buat loncat ke sini..?”
“Loncat ke situ mau ngapain, coba..?”

“Ngapain aja bisa to..? Masuk ke kamar cewek-cewek yang lagi tidur.. nyuri celana dalem.. daster.. beha..
jeroan-jeroan yang bentuknya aneh kaya punya si Latif itu atau pasang kamera tersembunyi..”

“Enak aja..! Emang saya cowok apaan..?” Cowok itu berbalik.
Masya Allah.. gantengnya.. pikir Asna. Benar-benar perpaduan antara Barry Prima dan Roy Marten.

Kalau sudah jelas terlihat wajahnya begini, tambah Herman Felani juga masih masuk. Tentu saja dia langsung jatuh cinta.
“Apaan coba..?”
“Please, jangan ganggu aku..”

Tapi namanya Asna.. semakin dilarang dia semakin menjadi.
Memang kemudian dari awalnya seperti itu, mereka bisa jadi akrab. Ngobrol ngalor-ngidul.

Malahan setiap malam mereka seakan-akan sudah punya schedule tersendiri untuk bertemu.
Antar balkon atau dari balkon ke balkon.

Asna jadi tau.. Agus.. nama cowok itu sedang punya masalah berat dan kompleks.
Dari putus dengan pacarnya sampai putus hubungan kerjaan.

“Aku bangkrut..” kata Agus mulai curhat.
Itu hari kesekian setelah perkenalannya dengan Asna dan rasa-rasanya mereka memang semakin lengket dan saling cocok.

“Sudah bangkrut, Susanti punya cem-ceman lain. Sakit hati aku..”
“Jadi itu yang bikin situ kaya orang gila baru yang suka merenung di balkon.. padahal sebelumnya tidak pernah..?”

“Aku memang sudah gila. Kadang memang aku berpikir untuk loncat saja dari atas balkon..”
“Memang seberat itu dan situ nggak sanggup menanggung..? Jadi laki-laki kenapa cengeng begitu..? Lemah..!”

“Justru lelaki itu adalah mahluk terlemah di dunia.. tapi mereka tidak tau. Jika mereka ada di posisiku sekarang, mereka pasti mengerti..”
Asna merasa kasihan juga. Disentuhnya pipi Agus dengan lembut, seolah ingin memberinya kekuatan.

Entah kenapa, dengan Agus ini rasa sayangnya langsung jatuh.
Seakan ada daya tarik yang membetotnya untuk menjadikan cowok itu sebagai kesayangannya selama-lamanya.

Saat itu Agus berada di balkon rumah kos yang ditempati Asna..
setelah lebih dulu menyeberang dengan menggunakan tangga yang dilintangkan mirip jembatan antar balkon.
Mereka duduk berdampingan dan sesekali bersentuhan lengan.

Merasa ada yang peduli padanya.. Agus hatinya menjadi besar. Tangannya pun jadi ringan.
Dibalasnya sentuhan Asna itu.

Asna mencubit pipi Agus.. Agus membalas. Mereka cubit-cubitan jadinya. Tertawa cekikikan berdua.
Agus memegang dagu Asna, Asna membalas dengan menarik jenggot Agus.
Mesra.. seperti Pai Su Chen dan Si Han Wen dari legenda ular putih.

Lama kelamaan.. suhu berubah. Entah siapa yang memulai.. mereka tiba-tiba saja sudah berpelukan erat.
Satu sama lain seakan tidak ingin lepas.
Asna merasakan napas Agus yang gemuruh di telinganya.. juga debaran jantungnya yang meningkat beberapakali lipat dari normal.

Saat kemudian.. bibir Agus pelan-pelan merayapi pipi.. lalu meniup-niup matanya..
Dia hanya mendesah.. seperti memberikan permit agar Agus melakukan yang lebih dari itu.

Bibir tipisnya yang pucat kemerahan dibiarkannya jadi tempat bibir Agus meletakkan kecupan-kecupan penuh birahi.
Bibir mereka pun berpagutan.. lidah mereka saling mencari dalam kehangatan rongga mulut yang basah.
Melingkar-lingkar seperti sepasang lintah yang bergumul dalam lumpur.

Belaian.. sentuhan.. bahkan remasan-remasan nakal nan lembut di setiap jengkal tubuh Asna..
membuatnya melayang dalam keindahan tiada tara.

Sekejap.. Agus mendorong tubuh Asna dan mereka rapat berguling di atas lantai balkon.
Tangan Agus liar melucuti pakaian Asna.. demikian pula Asna yang sibuk melepaskan pakaian Agus.
Telanjang.
Mereka berdua telanjang. Hanya jilbab merah yang tersisa di tubuh bugil Asna sekarang.

Keindahan lekuk tubuh perempuan bagai semua dimiliki Asna.
Wajah ayu dengan tatapan mata yang sayu dalam birahinya.. kedua buah dadanya yang penuh tegak menantang..
kulitnya yang mulus.. lalu farji.. yang berhiaskan seribu pesona..

Suram cahaya lampu balkon menembak itu semua.. lalu memantul seperti menyilaukan mata Agus.
Dia sungguh terpesona menatap tubuh indah nan telanjang di hadapannya.

Asna mengangkat dagu.. lalu menarik leher Agus mendekat pada tubuhnya dengan tidak sabar.
Pun malu dengan tatapan Agus yang seakan menelan keseluruhan tubuhnya bulat-bulat.
Kedua kakinya melingkari pinggang si cowok.

Tanpa basa-basi.. Agus menindih tubuh Asna.. menyebabkan gadis cantik yang seksi itu terhimpit ke lantai.
Keduanya sudah seperti diburu oleh nafsu yang bergejolak tak tertahankan.

Agus menerkam tubuh putih mulus yang sintal dan padat itu dengan penuh gairah.
"Aihhh..!" Asna menjerit manja menyambutnya.

Mereka berguling-gulingan saling berciuman.. saling meremas.. saling menindih dalam gelora syahwat menggelora.
Pakaian mereka yang berserakan jadi berantakan dibuatnya.

Agus segera mengambil inisiatif kala tubuh mereka sudah terasa panas dan bergejolak.
Didorongnya Asna dengan lembut agar berbaring menelentang. Lalu dia berjongkok di antara kedua kaki gadis itu.

Asna dengan tegang menunggu layanan istimewa dari kekasihnya.
Inilah permainan pembukaan yang selalu dinantinya dengan penuh antisipasi.

Belum apa-apa Asna sudah bergidik menahan geli yang akan segera datang.

Agus sudah mulai menciumi pahanya yang putih mulus.. ditumbuhi bulu-bulu halus itu.. membuat Asna mengerang dan mengejang pelan.
Apalagi kemudian Agus mulai menjilati pahanya.. menelusuri bagian bawah lututnya. Asna menggelinjang kegelian.

Dia merasa pahanya bergetar lembut ketika lidah Agus terus menjalar mendekati selangkangannya.
Panas dan basah rasanya lidah itu.. meninggalkan jejak sensasi sepanjang perjalanannya.

Asna menggeliat kegelian ketika akhirnya lidah itu sampai di pinggir bibir kewanitaannya yang telah terasa menebal.

Ujung lidah Agus menelusuri lepitan-lepitan di situ.. menambah basah segalanya yang memang telah melembab dari tadi.

Terengah-engah, Asna mencengkeram rambut Agus dengan satu tangan..
Ia perlahan menekan.. memaksa pria itu segera menjilatnya di daerah yang paling sensitifnya.

Dengan satu tangan lainnya.. Asna menguak lebar-lebar bibir basah di bawah itu..
memperlihatkan liang kemerahan yang berdenyut-denyut kencang, dan sebuah tonjolan kecil di bagian atas yang telah mengeras padat.

Lidah Agus menuju ke sana, perlahan sekali.
Asna mengerang.. "Ughh.. kamu nakal.." bisiknya gelisah.

Rasanya lama sekali.. membuat Asna bagai layang-layang yang sedang diulur pada saat seharusnya ditarik.
Dia mati rasa. Tak berdaya.. tetapi sekaligus menikmati ketidak-berdayaan itu.

Agus akhirnya menjilat bagian kecil yang menonjol itu.. menekan-nekan dengan ujung lidahnya..
memutar-mutar sambil menggelincirkannya.

”Auw..!” Asna menjerit tertahan, kedua tangannya melayang lalu jatuh mencengkram sprei.
Geli sekali rasanya.. ia sampai menggeliat mengangkat pantatnya.. menyorongkan lebih banyak lagi kewanitaannya ke mulut sang kekasih.

Unngghh.. Serasa seluruh tubuhnya berubah menjadi cair.. menggelegak bagai lahar panas.

Agus kini mengisap-isap tonjolan yang seperti sedang lari bersembunyi di balik bungkus kulit kenyal yang membasah itu.
Tubuh Asna berguncang di setiap isapan.. sementara mulutnya tak berhenti mengerang.

Terlebih-lebih ketika satu jari Agus menerobos liang kewanitaannya.. lalu mengurut-urut dinding atasnya..
mengirimkan jutaan rasa geli bercampur nikmat ke seluruh tubuh Asna.

Kedua kakinya yang indah terbuka lebar.. terkuak sejauh-jauh mungkin.. karena Asna ingin Agus menjelajahi semua bagian kewanitaannya. Ya.. Semuanya..!

Maka Agus pun melakukannya. Ia tidak hanya menjilat dan mengisap.. tapi juga menggigit pelan..
memutar-mutarkan lidahnya di dalam liang yang panas membara itu.. mendenguskan nafas hangat ke dalamnya..
membuat Asna berguncang-guncang merasakan nikmat yang amat sangat.

Dua jari Agus kini bermain-main di sana.. bergerak keluar-masuk dengan penuh gairah..
menggelitik dan menggosok-gosok.. menekan-nekan dan mengurut.

Cairan hangat memenuhi seluruh kewanitaan Asna, mulai membasahi bibir dan dagu Agus.
Jari-jari yang keluar-masuk itu pun telah basah, menimbulkan suara kecipak yang seksi.

Asna menggelinjang tak tahan lagi merasakan puncak birahi melanda dirinya.
Matanya terpejam menikmati sensasi yang meletup-letup di sela-sela pahanya.. di pinggulnya.. di perutnya.. di dadanya..
Di kepalanya.. di mana-mana..!

Agus merasakan kewanitaan Asna berdenyut liar.. bagai memiliki kehidupan tersendiri.
Warnanya yang merah basah.. kontras sekali dengan rambut hitam keriting yang tumbuh di sekitarnya..
dan dengan tubuh Asna yang putih seperti pualam.

Dari jarak yang sangat dekat.. Agus dapat melihat betapa liang kewanitaan gadis itu membuka dan menutup..
serta dinding-dindingnya berdenyut-denyut kencang.. sepertinya jantung Asna telah pindah ke bawah.

Agus juga bisa melihat betapa otot-otot di pangkal paha Asna menegang seperti sedang menahan sakit.
Kedua kakinya terentang dan sejenak kaku sebelum akhirnya melonjak-lonjak tak terkendali.

Agus terpaksa harus memakai seluruh bahu bagian atasnya untuk menekan tubuh gadis itu agar tidak tergelincir jatuh.

Begitu hebat puncak birahi melanda Asna.. sampai dua menit lamanya perempuan yang menggairahkan ini bagai sedang dilanda gempa.
Ia menjerit.. lalu mengerang.. lalu menggumam.. untuk kemudian terengah-engah pelan.

Agus bangkit setelah Asna terlihat agak tenang. Berdiri.. ia melepas celana dalamnya.
Kelaki-lakiannya segera terlihat tegak bergerak-gerak seirama detak jantungnya yang berdegup keras.

Asna masih menggeliat-geliat dengan mata terpejam..
menampakkan pemandangan sangat seksi di atas hamparan karpet tipis berwarna biru muda.

Tangan Asna mencengkram karpet itu bagai menahan sakit.. kedua pahanya yang indah terbuka lebar..
kepalanya mendongak menampakkan sepasang buah dada yang mulus menggairahkan..
Jilbab merahnya terurai membingkai wajahnya yang sedang berkonsentrasi menikmati puncak birahi.

Tersenyum.. Agus menempatkan dirinya di antara kaki Asna.. lalu mengangkat kedua paha gadis itu..
membuat kewanitaan Asna semakin terbuka.

Asna yang tersadar dari buaian orgasmenya.. dengan segera menuntun kejantanan Agus memasuki gerbang kewanitaannya.

Tak sabar.. ia menjepit pinggang pemuda itu dengan kedua kakinya.. membuat Agus terhuyung ke depan..
Clebb.. dan dengan cepat kelaki-lakiannya yang tegang segera melesak ke dalam tubuh Asna.

Bagi Agus.. rasanya seperti memasuki cengkraman licin yang panas berdenyut.
Bagi Asna.. rasanya seperti diterjang batang membara.. yang membawa geli-gatal ke seluruh dinding kewanitaannya.

Belum apa-apa.. Asna sudah terlanda gelombang puncak birahinya yang kedua. Begitu cepat..!

Agus pun segera melakukan tugasnya dengan baik.. mendorong.. menarik kejantanannya keluar-masuk dengan cepat.
Gerakannya ganas.. seperti hendak meluluh-lantakkan tubuh putih Asna yang sedang menggeliat-geliat kegelian itu.

Tak kenal ampun.. kejantanan Agus menerjang-nerjang, menerobos dalam sekali..
sampai ke dinding belakang Asna yang sedang berkontraksi menyambut orgasme.

"Aihhh.. aahh.. ahhh.. ohhh.. ohhh..!" Asna menjerit-jerit nikmat.. menyuruh Agus lebih keras lagi bergerak..
Mengangkat seluruh tubuh bagian bawahnya.. sehingga hanya bahu dan kepalanya yang ada di atas lantai.

Agus mengerahkan seluruh tenaganya untuk memenuhi permintaan Asna.
Otot-otot bahu dan lengannya kelihatan menegang dan berkilat-kilat karena keringat.

Pinggangnya bergerak cepat dan kuat bagai piston mesin-mesin di pabrik.
Bunyi berkecipak terdengar setiapkali tubuhnya membentur tubuh Asna.. ramai sekali.

Asna tak lagi sadar sedang berada di mana. "Oghhhh..! Ampuuunn.. ahhh.. sedapnyaa.. hhhh.."
Ia berteriak bagai kesetanan merasakan kenikmatan yang ganas dan liar itu.

Seluruh tubuhnya terasa dilanda kegelian dan kegatalan yang membuat otot-ototnya menegang.
Kewanitaannya terasa kenyal menggeliat-geliat, mendatangkan kenikmatan yang tak terlukiskan.

Setiapkali kejantanan Agus menerobos masuk.. ia merasa bagai tersiram berliter-liter air hangat yang memijati seluruh tubuhnya.
Setiapkali Agus menariknya keluar.. Asna merasa bagai terisap pusaran air yang membawanya ke sebuah alam penuh kenikmatan belaka.

Dengan mata terus terpejam Asna menjeritkan penyerahan.. sekaligus pengesahan atas datangnya puncak birahi yang tak terperi.

Agus sendiri merasakan kejantanannya bagai sedang dipilin dan diisap oleh sebuah mulut yang amat kuat sedotannya.
Ia pun tak tertahankan lagi.. memuncratkan seluruh penantian panjangnya.. memuntahkan seluruh rasa terpendamnya..
Ccrrttt.. crrtt.. crrtt.. crrttt..!
Bercipratan membanjiri seluruh rongga kewanitaan Asna yang sedang megap-megap dilanda orgasme.

Asna mengerang merasakan siraman birahi panas yang seperti hendak menerobos setiap pori-pori di tubuhnya.
Asna mengerang dan mengerang lagi.. sebelum akhirnya terjerembab dengan tubuh bagai lumat di atas lantai.
Agus menyusul roboh menimpa tubuh putih yang licin oleh keringat itu.

Nafas mereka berdua tersengal-sengal bagai perenang yang baru saja menyelesaikan pertandingan di kolam renang.

"Oh.. kamu ganas sekali, Gus. Betul-betul ganas.." kata Asna pada akhirnya.. setelah ia berhasil mengendalikan nafasnya yang memburu.

Agus cuma menggumam dan menenggelamkan kepalanya di antara dua payudara Asna yang besar dan lembut..
Ia menggigit putingnya cukup keras.. sehingga Asna tersentak dan membalasnya dengan meremas penis Agus keras-keras.

Mereka berdua tertawa-tawa seperti anak kecil bermain gulat.
Cairan-cairan cinta mereka berjatuhan menimpa karpet.. melekat di tubuh mereka berdua..
sebuah perpaduan tubuh putih mulus dan tubuh coklat gelap.

Malam itu mereka bercumbu tak henti-hentinya sampai pagi.
Bagi Asna.. inilah cumbuan pertamanya.. sekaligus juga yang terakhir..
Karena sejak kejadian malam itu.. rasa-rasanya hubungan mereka berdua malah jadi canggung.

Mereka tetap bertemu setiap malam.. tapi seperti ada jarak yang memisahkan.
Asna merasakannya.. Agus sudah sedikit berubah. Mungkinkah karena kejadian malam itu..?

“Kamu berubah..” kata Asna yang tidak tahan. Kali itu giliran dia yang menyeberang ke balkon rumah Agus.
“Berubah apanya..?” Tanya Agus.

“Sedikit lebih diam. Sama seperti waktu pertama kita kenal. Ada yang dipikirkan..?
Kalau ini tentang kejadian malam itu, saya nggak terlalu pusing kok. Itu kan kita lakukan suka sama suka.
Kamu nggak usah terbebani begitu.. saya tidak akan menuntut apa-apa..”

Agus menghela napas. “Bukan itu, karena aku merasa apa yang kita lakukan itu indah. Tapi aku tidak bisa ..”
Agus menghentikan kata-katanya. Kepalanya menunduk.

“Tidak bisa apa..?” Kejar Asna.
“Tidak bisa lari dari perasaan.. mencintai kamu..”

“Kamu mencintai aku..? Memangnya ada apa dari saya yang bisa bikin kamu jatuh cinta..?”
Asna tertawa keras mendengar kata-kata Agus.

Agus menggelengkan kepalanya. “Entahlah. Mungkin kamu datang di saat yang tepat buat aku. Itu saja..”

Asna tertawa lagi. Tertawa dan terus tertawa seakan-akan hal itu sedemikian lucu bagi dirinya.
Agus hanya diam.. sadar bahwa dengan menyatakan perasaannya kepada Asna tidak membuat segalanya mudah bagi cintanya.

Keheningan lalu berlaku begitu lama di antara mereka. Tanpa kata-kata.. sedemikian lamanya.
Begitu saja hingga Asna berlalu.. kembali ke rumah kos putri itu.

Sebenarnya.. jika Agus bisa mengerti.. tawa Asna dan sikap diamnya adalah untuk menutupi kesedihannya.
Dia pun merasa ada benih-benih cinta yang tumbuh..
tapi segera harus disingkirkannya karena dia tidak merasa pantas dan mampu untuk itu.
------------------

Berminggu-minggu Asna tidak muncul di balkon tempat biasanya dia mengisi malam setelah pengakuan cinta Agus.
Dia hanya banyak berdiam dalam kamar di lantai teratas rumah kosnya itu.

Rindu pada Agus selalu datang bertubi-tubi, tapi dia tidak ingin menumbuhkannya semakin perkasa.
Dia harus segera membunuhnya. Mereka berdua tidaklah ditakdirkan untuk bersama.. pikir Asna.

Karena itu.. di puncak kejenuhannya dia lalu turun..
turut berkumpul dengan beberapa penghuni kos putri yang sedang ngobrol di ruang tamu lantai bawah.
Siapa tau dengan demikian rasa sepinya akan lenyap.

“Baunya busuk banget. Inget nggak beberapa hari lalu aku sudah mulai mengeluh soal bau busuk itu..?”
Terdengar Latifah.. mahasiswi paling senior di rumah kos itu berkata.

“Kejadian, kan..? Baru deh hari ini bisa hilang tuh bau. Ada yang lihat waktu mayatnya dievakuasi tadi pagi..?”

Serempak.. hampir semua menggeleng.

“Orangnya juga tinggal sendirian sih..” sahut Ajeng..

“Jadinya nggak ada yang tahu sampai berhari-hari begitu. Padahal orangnya ganteng loh.. aku pernah lihat dia.
Masih muda, punya rumah besar.. tinggal sendirian.. tapi ternyata hidupnya nggak bahagia.
Siapa yang bisa mengira dia punya kecenderungan bunuh diri gitu..?”

“Kemungkinan sudah lebih dari seminggu dia tergantung di sana.. bahkan lebih.
Nggak ada pesan terakhir.. tapi dugaan pertama sih motifnya karena putus cinta..”

“Pada ngomongin apa, sih..?” Tanya Asna penasaran.
“Cerita itu lagi. Jangan mulai lagi deh. Takut nih..” kata Nisa.

Tapi Latifah cuek saja. Dia malah terkesan ingin menakut-nakuti teman-temannya.
“Tau nggak.. kalau orang bunuh diri karena putus cinta.. biasanya arwahnya bakalan ngelanglang ke mana-mana mencari cinta.
Kos putri ini jangan-jangan dijadikan ajang buat arwahnya Agus mencari cinta nantinya..!”

“Hiaaaaaaa..!!” Hampir semua yang ada di sana menjerit.. sementara Latifah cekikikan kesenangan.

Asna terkejut bukan main. Agus.. cowok penghuni rumah sebelah bunuh diri..?
Agus yang mencintainya dan kini selalu dirindukannya itu kini sudah mati..? Benarkah..?


Sulit menahan perasaan yang kalut.. dipukulnya kepala Latifah yang sedang menggoda teman-temannya dengan keras.
Plak..!! Tentu saja Latifah langsung terjungkal dari duduknya.
“Jangan bercanda gitu..! Ceritamu tadi betul nggak..?” Tanya Asna. Perasaannya sudah hampir kacau.

Wajah Latifah pucat pasi terduduk di lantai.. sementara teman-temannya menatapnya dengan heran.
Tapi pintar juga dia menutupi keterkejutannya dengan canda lagi.

“Hantu Agus datang..! Lihat..! Buktinya, aku dipukul dari belakang sampai njungkel..! Hiii..!!” Katanya.
“Hiaaaaaaaa..!!!”

Asna tidak peduli lagi dengan mereka. Secepatnya.. dia segera berlari menuju lantai teratas.. keluar menuju balkon.
Di balkon seberang dilihatnya Agus. Berdiri bersidekap dan tersenyum kepadanya.

“Apa yang kamu lakukan..?” Tanya Asna.
“Tidak ada..”
“Bohong..!”

“Hanya gantung diri, apa hebatnya..?”
“Untuk apa..?”
“Kamu kira untuk apa..?” Dia tertawa lagi.

Lalu dengan sekali loncatan.. sampai dia di balkon rumah kos putri itu.
Asna tidak mampu berkata-kata saking takjubnya.
Tapi hanya sebentar.. setelahnya dia justru tertawa lepas. Bahagia dan lega rasanya.

“Sejak dulu aku ragu-ragu untuk mengakhiri hidupku.. biarpun hanya itu yang selalu kupikirkan tiap berdiri di balkon itu.
Tapi sejak bertemu lalu mencintai kamu.. aku menjadi yakin..” kata Agus. Dikecupnya dahi Asna dengan mesra.

“Sebagai orang hidup.. aku gagal. Siapa tau setelah mati aku bisa sukses..”

Untuk Asna.. sepertinya tiada akan ada lagi hari-hari sendirian duduk mencangkung di balkon rumah kos putri itu.
Tiada lagi pula sepi di kamarnya.. kamar yang selalu tertutup dan tidak pernah lagi disewakan sebagai kamar kos oleh Haji Kusnadi..
sejak dirinya meloncat dari balkon beberapa tahun lalu.

Sekarang hari-harinya akan jadi sempurna. Ada Agus.. hantu kesayangan yang mirip Barry Prima..
Roy Marten dan Herman Felani sekaligus.. menemani dirinya untuk selama-lamanya. (. ) ( .)
--------------------------------------------------------
 
----------------------------------------

Good Malem All.. :beer:
:nenen: Met dikenyot yaaa..

Moga Terhibur n KEEP SEMPROT..!!
 
------------------------------------------------------

Cerita 88 – Pembantu Tetangga

Imas

Aku
tinggal di satu kompleks perumahan.. gak mewah sih, biasa-biasa aja.
Tetanggaku seorang janda.. usia 50 tahunanlah.
Dia tinggal sendiri dengan seorang pembantu dan seorang supir yang mengantarkan si ibu kalo akan beraktivitas.

Si ibu itu orangnya tinggi besar dan gemuk.. mungkin beratnya 90 kiloanlah beratnya.
Aku sih gak tertarik sama si ibu.. tapi sama pembantunya.. Nyi Imas.

Imas, dari namanya orang akan tau bahwa dia orang sunda..
tepatnya orang Banten.. sejak Banten berdiri sebagai satu propinsi yang terpisah dari Jabar.
Walaupun pembantu.. Imas kelihatan seperti layaknya ABG gedongan kalo dia pergi dengan si ibu.

Pakaiannya selalu modis.. walaupun tidak bermerek..
jins dan kaus ketat seperti yang umumnya jadi seragam wajib para ABG kalo mo mejeng.

Layaknya perempuan Sunda.. Imas kulitnya putih terang.. wajahnya manislah. Sayangnya agak chubby.
Sebenarnya aku tidak terlalu senang dengan perempuan yang chubby.. tapi karena tiap hari ketemu.. lama-lama jadi tertarik juga.

Seperti kata pepatah Jawa; yen trisno jalaran soko gak ono liane – ha..ha.. sudah dimodifikasi rupanya pepatah jawa ini..–
Yang artinya kira-kira dengan terjemahan bebas; karena sering ketemu lama-lama jadi suka.
Aku sering juga ngobrol sebentar dengan Imas kalo pas papasan di depan rumah.

Suatu waktu aku sedang membersihkan mobilku. Imas sedang nyapu halaman..
sopirnya sudah mudik duluan mo lebaran di kampungnya yang juga di daerah Banten.. satu kampung dengan Imas.

“Kamu gak pulang Mas..?” Aku membuka pembicaraan sembari mengelap mobilku.
Tembok pembatas antara rumahku dan rumahnya gak tinggi.. sehingga kita masih bisa saling lihat.
“Enggak om..” memang dia biasanya memanggil aku om kalo ketemu.

“Napa..?” Tanyaku.
“Ibu mau liburan ke Bali sama sodara-sodaranya.. jadi Imas gak dikasih pulang. Disuruh nungguin rumah..”

“Gak takut kamu sendirian di rumah..? Kalo lebaran kan biasanya kompleks kita ini sepi banget..”
“Takut sih om. Om sendiri gak liburan..?”
“Aku mah di rumah saja, nemenin kamu deh biar gak takut..” godaku sambil tersenyum.

“Om sih tinggal sendiri.. gak punya istri ya om atau.. dah cerai..?”
“Aku dah cerai Mas. istriku tinggal di Cirebon sama Ortunya. Kami memang belon punya anak..” jawabku menjelaskan.

“Maaas..!!” Terdengar panggilan dari dalam rumahnya.. rupanya si ibu manggil.
“Bentar ya Om..” kata Imas sambil meninggalkan aku.. masuk ke rumahnya.

Tak lama kemudian Imas keluar lagi, nemenin aku ngobrol.
“Napa Mas..?” Tanyaku.
“Ibu nyuruh Imas cari taksi.. dia dah mo berangkat ke rumah sodaranya.
Rencananya besok mereka berangkat ke Bali. Imas tinggal dulu ya om..”

Imas keluar rumah, jalan mencari taksi keluar kompleks. Aku memandangi Imas dari belakang.
Pantatnya yang besar bergerak sensual sekali mengikuti ayunan langkahnya.

Imas sehari-hari selalu mengenakan celana gombrang 3/4 dan kaos yang longgar.
Walaupun celananya gombrang.. pantatnya yang bahenol itu menarik untuk diperhatikan.

Mendadak Imas nengok ke arahku dan dia tersenyum. Aku jadi tersipu-sipu karena ketauan lagi memandangi dia dari belakang..
terpesona melihat geolan pantatnya.

Aku dah selesai membersihkan mobilku.. aku memang tinggal sendiri.. pembantuku yang part time.
–hanya datang untuk membersihkan rumah, nyuci dan setrika saja, sudah lama mudik duluan.

Tak lama terdengar ibu sedang bicara dengan Imas.. aku hanya melongok dari jendela..
kulihat Imas sedang memasukkan koper si ibu ke bagasi taksi dan tak lama kemudian taksi melaju meninggalkan Imas sendiri.

Segera aku keluar rumah. “Dah brangkat ya Mas..?”
“Dah om. Tadi om ngeliatin Imas aja, napa sih..?”
Hmm.. berani juga Imas mengajak aku membicarakan kelakuanku.

“Abis pantatmu bahenol banget, Mas..” godaku.
“Iihh.. si om mulai genit deh, mentang-mentang ibu dah berangkat. Kalo ada ibu om gak brani yaa..” dia bales menggangguku.

“Imas mo ditemeni gak..?” Aku to the point aja nawarin.
“Iya om.. sebenarnya Imas takut sendirian kalo malem..”

“Ya udah, nanti malem Imas tidur di rumahku aja, ada kamar kosong kok. Atau mo sekamar sama aku..?” Godaku lebih lanjut.
“Iihh.. si om makin genit aja..” kulihat Imas tersipu-sipu mendengar gurauanku yang makin menjurus.

“Kalo mau, aku gak tersinggung loh..”
“Tersinggung apanya om..?”
“Tersinggung itunya..”
“Ya udah, ntar abis magrib deh ya om, Imas mo beberes dulu..”

Aku bersorak dalam hati ketika Imas mengiyakan tawaranku. Aku dah lama memendam napsuku melihat bodi Imas.
Biar chubby Imas merangsang juga. Toketnya lumayan gede.. bulu tangan dan kakinya panjang-panjang..
lagian di atas bibir mungilnya ada kumis yang sangat tipis. Pastilah jembutnya lebat dan napsunya gede.

Sorenya, setelah magrib, terdengar Imas memanggil-manggil,
“Om, om..!!” Aku segera keluar rumah. Kulihat sepi sekali sekitar rumah kami. Imas tampak cerah dengan ‘seragam rumahnya’.
Rambutnya yang sebahu cuma diikat dengan karet saja. Satpam kompleks belum beredar.

“Dah dikunciin semuanya Mas..? Lampu luar dinyalain. Lampu dalem nyalain juga satu yang watnya kecil..
biar gak disangka rumah kosong. Gas buat kompor dan water heater dah dimatiin..?”

“Dah kok om, Imas ke tempat om sekarang ya..”
“La iyalah, masa’ mo besok ke tempatku..?” Imas segera mengunci pager rumahnya dan masuk ke rumahku.

“Om, punya makanan mentah gak, kalo ada Imas masakin..” katanya sambil ngeloyor ke dapur.
Karena rumah di kompleksku dibangunnya seragam, maka pembagian ruangnya sama, gak heran Imas tau di mana letak dapur.

Aku mengeluarkan sayuran dan daging dari lemari es, dan memberikan ke Imas. Segera Imas sibuk menyiapkan masakan buat aku.
Aku segera mandi dan ketika sudah selesai mandi makanan dah tersedia di meja makan. Nasi sisa tadi siang pun sudah diangetin.

“Yuk Mas, kita makan bareng..” ajakku.
“Enggak ah, masa’ Imas makan semeja bareng om..?”

“Ya gak apa kan, kamu kan bukan pembantuku, malem ini kamu tamuku. Dah bagus tamu ngebantuin nyiapin makan malem..”
aku menarik tangannya dan mendudukkan di kursi di sebelah kursiku.

Karena Imas hanya menyediakan 1 piring dan sendok garpu serta segelas air minum..
aku segera ke dapur untuk mengambil peralatan makan buat Imas.

“Gak usah om, biar Imas ambil sendiri..” Imas bergerak bangun dari kursinya.
“Gak apa, gantian. Kamu dah masakin buat kau, aku cuma ngambilin peralatan makan aja kok buat kamu..”

Suasana segera menjadi cair, kami ngobrol ngalor ngidul sembari makan. Imas menceritakan latar belakangnya.
Dia sebenarnya janda.. masih muda sekali.
Dia dikawinkan dengan seorang kakek-kakek di desanya, sewaktu baru umur 15.. sekarang Imas umur 19.

Alesannya klasik. Bapaknya Imas utang ama si kakek dan gak bisa ngelunasin..
maka Imas ‘digadein’ sebagai pelunas utang bapaknya.. kayak cerita sinetron aja yach..?

Perkawinan cuma tahan setahun.. terus Imas diceraikan.
Karena gak ada kerjaan di kampung.. Imas merantau ke Jakarta dan mencari kerja sebagai PRT.. dan tentunya ketemu aku (ha ha).

“Trus suami kamu keenakan dong merawanin ABG bahenol kaya kamu..”
“Ah.. Imas mah cuma menunaikan tugas sebagai istri aja. Cepet banget om.. baru masuk.. goyang sebentar.. dah keluar.
Imas mah gak pernah tuh ngerasain nikmat seperti yang orang-orang suka bilang kalo kawin itu nikmat”

“Kasian deh kamu, kalo aku yang ngasih nikmat mau gak..” omonganku makin menjurus saja.
“Om makin lama makin genit ih, ntar Imas balik ke rumah lo kalo digenitin terus..” katanya sambil senyum manja.

“Oh gak mau cuma digenitin toh, abisnya Imas maunya diapain..?”
“Gak tau ah..” katanya sambil cemberut tapi tersenyum.
–Hayo.. gimana tuh ekspresi orang yang cemberut campur tersenyum, bingung kan. gue aja bingung kok..–

“Kamu setahun kawin kok gak hamil Mas, dicegah ya..?”
“Iya om, suami Imas gak mo punya anak lagi. Anaknya dari istrinya yang laen dah banyak katanya..”

“Terus kamu gak pernah kepingin ngerasain nikmatnya Mas..?”
“Kepingin sih om, tapi kan gak ada lawannya..”

“Sekarang ada kan..?”
“Siapa om..?”
“Aku..”

“Ih si om, Imas mo pulang aja ah..” kembali dia cemberut..
tapi aku tau kalo dia sebenarnya senang dengan gangguanku karena dia tetap saja tidak beranjak dari kursinya.

Makan malam selesai. Berdua kami membereskan meja makan, Imas nyuci prabotan makan..
sementara aku menyiapkan film bokep untuk memancing Imas ke arah yang lebih asik.
Pintu rumah dah kututup.. gorden jendela dah kuturunkan juga.

Suasana di ruang tamu kubuat temaram dengan hanya menghidupkan lampu kecil saja.
Suasananya berubah jadi rada romantis. Aku duduk di sofa, Imas menghampiri aku dan duduk di ubin.

“Jangan di ubin atuh Mas.. sini duduk di sebelah aku. Inget kamu bukan pembantu aku lo..”
Imas segera duduk di sebelahku, walaupun berjauhan.

“Kok lampunya digelapin sih om..?”
“Kan kita mo nonton film, kamu pernah nonton bioskop gak..?”
“Pernah sih om, waktu abis kawin Imas diajak suami nonton bioskop..”

“Di kampung kamu ada bioskop juga..?”
“Iya om bioskop murahan..”
“Kalo mo maen filmnya lampu di bioskop digelapin kan..?”

“Iya om.. emangnya kita mo nonton film apaan sih..? Seru gak om filmnya..?”
“Ya pasti serulah.. mungkin kamu belum pernah nonton film seperti yang mo aku putar..”

“Film apaan sih om..?” Imas sepertinya jadi penasaran.
“Dah nonton aja..”

Aku memutar filmnya. Gak seperti lazimnya film bokep.. film yang kuputar ada critanya.
Jadi pendahuluannya dipertunjukkan sepasang manusia beda warna kulit.. yang ceweknya orang Asia.. sepertinya orang Thai..
dan cowoknya negro.

Adegan awal menceritakan bagaimana mereka ketemu.. jalan bersama dan akhirnya pacaran.
Settingnya berubah ke rumah si negro, mereka ciuman di sofa sambil mulai saling meraba dan meremas.

“Iihh.. kok gak malu ya om, gituan ditunjukkan ke orang-orang..?”
Kulihat Imas menatap seru ke layar tv.. dia mulai hanyut dengan adegan saling cium dan remas.

Ceweknya dah tinggal pake bra dan celana dalem.. begitu juga cowoknya.
Penis si negro yang dah ngaceng.. nongol di bagian atas celana dalamnya.

“Iihh.. gede banget yak..!? Punya suami Imas gak segede itu..!” Seru Imas sambil terus menatap ke layar tv..
sehingga dia gak sadar kalo aku pelan-pelan menggeser dudukku merapat ke arahnya.

Satu tanganku kulingkarkan ke bahunya, walaupun masih di atas pinggiran sofa.
Waktu cowoknya mulai memasukkan penis ke vagina si cewek, mulailah terdengar serenade wajib film bokep.. ah.. uh.. no.. yesss.

Imas kelihatannya makin larut dalam adegan yang diliatnya.
“Pernah nonton film ginian Mas..?”
“Belum pernah om..”

Aku mulai aksiku. Tanganku meraba-raba tengkuknya.
“Om geli ah..” Imas merinding.

Aku meneruskan aksiku. Dudukku makin merapat, Imas kupeluk dan kucium pipinya.
“Om, ah..” tapi matanya tetep aja lekat ke tv melahap adegan doggie sambil ah uh.

Aku mengelus-elus pundaknya dengan tangan satunya.. pipinya kusentuh dan kucium lagi.
Sekarang Imas diam saja. Jariku makin ke bawah saja.. mengelus pipi, terus ke leher.
Imas menggeliat kegelian tapi tetep diam saja. Sepertinya dia sudah hanyut karena ngeliat tontonan syur itu.

Pelan-pelan kusentuh toketnya, terasa besar dan kenyal.
Karena Imas diam saja, aku makin berani, kuremas pelan toketnya sambil kembali mencium telinganya.

Imas mendesah pelan.. tapi membiarkan elusan di toketnya berubah menjadi remasan.
“Ooom..” lenguhnya lagi menikmati remasanku di toketnya.

Aku mematikan film dengan remote, segera Imas kurengkuh dalam pelukanku dan kucium bibirnya.
Dengan penuh napsu kuremas-remas toket Imas. Imas menggeliat-geliat saja, sepertinya napsunya makin berkobar.
Remasanku di toketnya berpindah-pindah dari satu toket ke toket yang lain.

“Mas, aku buka ya kaos kamu biar bisa ngeremes langsung. Rasanya beda deh Mas kalo diremes langsung. Suami kamu juga kaya gini..?”
“Enggak om.. suami Imas dulu mah langsung masuk aja gak pake pendahuluan.. eegh..”

Kaosnya langsung kubuka ke atas. Imas menaikkan tangannya ke atas.. sehingga mempermudah aku melepas kaosnya.
Toketnya yang besar kenceng sepertinya gak tertampung di branya.

Kembali aku mencium bibirnya, sembari tanganku meraba ke punggungnya untuk melepas kaitan branya.. ctik.. dan berhasil.
Bra segera kusingkirkan dari tempatnya. Toket Inas yang bundar dan kencang dihiasi pentil yang kecil kecoklatan.

Aku segera melanjutkan ciumanku di bibir mungil Imas.. lidah kujulurkan masuk ke mulut Imas.
Rupanya dia mengerti mesti ngapain dengan lidahku.

Dia mengisap-isap lidahku dan menyentuhkan lidahnya.
Lidah kami pun saling bebelit.. sementara pentilnya kuplintir-plintir pelan.. sehingga pelan-pelan mengeras.

Imas melenguh terus, ketika aku mulai menggosok selangkangannya dari luar celana gombrangnya. “Ooom..” lenguhnya.

Selangkangannya terus kogosok lembut sambil tangan satunya memelintir-melintir pentilnya.. kadang meremes-remes toketnya.
Imas dah pasrah saja dengan apa yang aku lakukan terhadap tubuh bahenolnya.

“Mas.. aku lepasin ya celana kamu..?” Gak nunggu persetujuannya, aku membuka ritsleting celana Imas dan memlorotkannya.
Imas mengangkat pantatnya untuk mempermudah aku melepas celana gombrangnya.
Tinggallah Imas pake celana dalam yang tipis.

Benar dugaanku.. jembutnya lebat sekali.. sampe beberapa helai nongol pada lingkar pahanya.
Kuelus-elus terus belahan memeknya dari luar celana dalamnya.
Celana dalamnya dah basah.. rupanya Imas dah sangat bernapsu jadinya.

“Mas, jembut kamu lebat sekali.. pasti napsu kamu besar yach..?”
Imas hanya menggeliat-geliat saja.. dan melenguh-lenguh keenakan menikmati aktivitas tanganku pada dada dan selangkangannya.

“Mas, kamu dah napsu ya, cd kamu dah basah begini. Aku lepas ya..?” Srett.. aku segera menarik celana dalamnya ke bawah.
Sekali lagi Imas mengangkat pantatnya.. sehingga meluncurlah celana dalamnya meninggalkan tubuhnya.

Sekarang Imas sudah bertelanjang bulat di depanku. Tubuhnya yang putih dengan toket besar dan masih kencang sekali..
Pentil kecil yang dah mengeras dan sekumpulan jembut lebat berbentuk segitiga yang puncaknya mengarah ke memeknya.

“Mas, terusin di kamarku yuk..” aku menggandeng tangannya dan menariknya ke kamarku.
Imas segera kubaringkan di ranjang dan segera aku melepaskan semua yang melekat di badanku.

“Om, gede banget penisnya, kaya yang di film tadi..” Imas membelalak melihat penisku yang sudah ngaceng dengan kerasnya.
Memang penisku ukurannya extra large buat standard Indonesia..
tapi itu yang membuat perempuan yang pernah aku entot terkapar lemes dan nikmat.

Kami berdua telah bertelanjang bulat. Aku segera berbaring di sebelah Imas.
Pentilnya kupilin membuat Imas mengerang kenikmatan.
Kemudian paha Imas kukangkangkan, jembutnya yang lebat menutupi daerah memeknya.

Aku telungkup di selangkangannya dan mulai menjilati memeknya. Imas makin mengerang-ngerang.
Serangan kulakukan bergantian di semua titik sensitif di tubuh Imas.
Bergantian dengan bibir bawahnya.. aku juga melumat bibir atasnya sambil meremas-remas toketnya yang juga mulai mengeras itu.

Kemudian aku kembali ke bawah menjilati pahanya sambil kedua tanganku masing-masing bergerilya pada toket dan memek Imas.
“Aduh om, nikmat banget. Ahh..” kata Imas.

Jilatanku mulai merambat naik hingga akhirnya kulumat dan kuremas toket Imas secara bergantian..
sementara tanganku masih saja mengobok-obok memeknya.
Desahan Imas tertahan karena sedang berciuman denganku. Tubuhnya menggeliat-geliat merasakan nikmat.

Puas menetek pada Imas.. aku bersiap memasuki memek Imas dengan penisku.
Aku memposisikan diriku di antara kedua belah paha Imas dan memegang penisku ke arah memeknya.

“Aagh..” erang Imas ketika aku mendorong penisku dengan bernafsu.
“Napa Mas, nikmat..?” Tanyakku sambil meremasi kedua toketnya yang sudah basah dan merah akibat kusedot-sedot.

“Gede banget om, memek Imas ampe sesek rasanya..”
“Tapi nikmat kan..?”
“Nikmat banget om.. Imas blon pernah ngerasain ngentot senikmat ini..”

Jlebb.. Aku menyodokkan penisku dengan keras.. sehingga Imas pun tidak bisa menahan jeritannya.

Aku mulai menggarap Imas dengan genjotanku. Dengan terus menyodoki Imas.. aku meraih toketnya yang kiri..
mula-mula kubelai dengan lembut tapi lama-lama aku semakin keras mencengkramnya.

Aku juga mencaplok toket yang satunya.
Imas yang mengerti apa mauku, segera membusungkan dadanya ke depan.. sehingga toketnya pun makin membusung.

Aku menjulurkan lidahku untuk menjilati pentilnya.. sehingga makin mengeras saja. Imas merasa geli bercampur nikmat.
Dia mendesah tak karuan merasakan kenikmatan yang belum pernah dirasakannya.

Ciumanku merambat naik dari toketnya hingga hinggap di bibirnya..
kami berciuman dengan penuh nafsu sampai ludah kami bercampur baur.

“Aahh.. oohh.. Imas mau pipis rasanya.. om..” erang Imas bersamaan dengan tubuhnya mengejang.

Melihat reaksi Imas.. aku semakin memperdahsyat sodokanku dan semakin ganas meremas toketnya.
Akhirnya Imas nyampe, tubuhnya mengejang hebat dan cairan memeknya berleleran dipahanya.

Erangannya memenuhi kamar ini membuat aku semakin liar.
“Itu bukan pipis Mas, itu tandanya kamu mo nyampe, nikmat kan..?”
“Banget om.. aaah..”

“Mas ganti posisi yuk, kamu sekarang nungging deh..” kataku sambil mencabut penisku dari memeknya.
Penisku berlumuran cairan lendir Imas yang menyembur dahsyat ketika dia nyampe.

“Mo dimasukin ke pantat ya om..? Gak mau ah..”
“Ngapain di pantat Mas, memek kamu peret banget, enak banget dientotnya..”
“Abis penis om gede banget sih.. memek Imas kan belum pernah kemasukan penis segede terong om, makanya kerasa peret banget..”

Imas pun nungging di pinggir ranjang dan aku berdiri di belakangnya.
Tubuhnya yang dalam posisi tengkurap kuangkat pada bagian pinggul.. sehingga lebih menungging.

Aku membuka lebar bibir memeknya dan menyentuhkan kepala penisku di situ.
Slebb.. Benda itu pelan-pelan mendesak masuk ke memeknya.

“Heghh..heghmm..” lenguhnya saat penisku masuk. Imas mendesis dan mulai menggelinjang.
Kepala penisku perlahan-lahan mulai menguak bibir memeknya yang sangat basah.

Aku menekan penisku sedikit demi sedikit. Imas mulai mendesah-desah.
Lantas dengan tiba-tiba kusurukkan penisku ke dalam memeknya.
“Aaahhh..!!” Jeritnya keras. Matanya membelalak. Penisku menancap dalam sekali di memeknya.

Kemudian aku mulai menggerak-gerakkan penisku keluar-masuk.
“Lebih keras lagi om..” erangnya. Aku memompa penisku keluar-masuk semakin bersemangat.

Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya.
”Om, Imas mau pipis lagi..” katanya terputus-putus.
“Aku juga..” sahutku.

Aku meningkatkan kecepatan genjotan penisku.
Imas menjerit-jerit semakin keras, dan merangkulku erat-erat. Dia sudah nyampe.

Akhirnya dengan satu hentakan keras aku membenamkan penisku dalam-dalam.
Imas menjerit keras. Crott.. crott.. crott.. crott.. crott.. Pejuku muncrat di dalam memeknya 5 atau 6 kali.

“Gila Mas, memek kamu enak banget, sempit banget..” katanya.
“Penis om juga keras banget, enak..” jawabnya.

Aku ambruk kecapaian. “Istirahat dulu ya Mas..”
“Emangnya om masih mo lagi..?”

“So pasti dong mas, enak begini mah gak bole disia-siakan. Kamu nikmat juga kan, masih mau lagi juga kan..?”
“Iya om, nikmat banget..”

“Iya nikmat apa iya mau lagi..”
“Dua-duanya om..”

Plep.. penisku yang melemas terlepas dari jepitan memek peretnya.
Aku segera mengambil minum untuk Imas dan aku sendiri.

Imas seneng dengan layanan yang aku berikan, mungkin dia belum pernah seumur-umur diambilkan minum.
“Om.. Imas suka deh ama om, om memperlakukan Imas seperti istri om..”
Aku terharu juga mendengar ucapannya. Gairahku masih tinggi.

Setelah aku merasa Imas cukup istirahatnya, aku segera memulai ronde kedua, pemanasan lagi, biar Imas napsu banget.
Akupun berbaring di sebelahnya, Imas menyambut aku dengan pelukannya.

Aku mengelusi punggungnya, terus turun hingga meremas bongkahan pantatnya.
Sementara tangan Imas juga turun meraih penisku.

“Gila nih penis, udah keras lagi.. kan baru ngecret om..?” Tanyanya waktu menggenggam penisku yang mulai mengeras.
Akupun mulai menciumi telinganya, lidahku menelusuri belakang telinganya, juga bermain-main di lubangnya.

Dengusan nafas dan lidahku membuat Imas merasa geli dan menggeliat-geliat.
Kemudian aku melumat bibirnya dengan ganas, lidahku menyapu langit-langit mulutnya. Imas merespon dengan mengulum lidahku.

Makin ahli dia berciuman, siapa dulu gurunya dong (ha ha).
Tanganku meraba-raba ke bawah ke memeknya yang sudah basah lagi, karena napsunya ternyata telah demikian tingginya.

Aku tak sabar untuk segera ngentoti Imas lagi. Segera Imas kunaiki. Pahanya kukangkangkan.
Ketika kuraih penisku kutuntun ke arah memeknya, tangan kanan Imas ikut menuntun penisku menuju sasaran.

Saat kepala penisku menyentuh bibir memeknya, aku menekannya ke dalam..
mulutnya menggumam tertahan karena sedang berciuman denganku.
Lalu kutekan lagi dengan keras.. sehingga penisku menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam memeknya.

Imas menghentak-hentakkan pantatnya ke atas agar penisku masuk lebih dalam lagi.
Imas terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan aku mulai mengenjotkan penisku.

Imas memutar-mutar pantatnya untuk memperbesar rasa nikmat.
Toketnya tergoncang-goncang seirama dengan genjotanku di memeknya.
Matanya terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahan rasa nikmatnya.

Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan.
Imas tak kuasa menahan rintihannya setiap aku menusukkan penisku..
tubuhnya bergetar hebat akibat tarikan dan dorongan penisku pada memeknya.

Pinggul Imas naik turun berkali kali mengikuti gerakanku. Jeritannya makin menjadi-jadi.
Kubungkam jeritannya dengan mulutku. Lidahku bertemu lidahnya.
Sementara di bawah sana penisku leluasa bertarung dengan memeknya.

“Ohhh..” erangnya. “Lebih keras om.. lebih keras lagi..! Lebih keras.. Oooaah..!”
Tangannya melingkar merangkul aku ketat. Kuku-kukunya terasa mencakari punggungku.
Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir memeknya seirama dengan enjotan penisku.

“Aku mau ngecret, Mas..” bisikku di sela-sela nafasku memburu.
“Imas juga om..” sahutnya.

Aku mempercepat enjotan penisku. Keringatku mengalir dan menyatu dengan keringatnya.
Bibir kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam kedua toketnya.

Diiringi geraman keras aku menghentakkan pantatku dan penisku terbenam sedalam-dalamnya.
Pejuku kembali memancar deras.

Imas pun melolong panjang dan menghentakkan pantatnya ke atas menerima penisku sedalam-dalamnya.
Kedua pahanya naik dan membelit pantatku. Imas pun mencapai puncaknya.

Penisku terasa berdenyut-denyut memuntahkan pejuku ke dalam memeknya.
Beberapa detik kemudian badanku terkulai lemas, begitu juga Imas.
Dia terkapar di ranjang, kedua toketnya nampak bergerak naik turun seiring desah nafasnya.

Kami terkapar dan tertidur kelelahan, gak tau berapa lama.
Tapi kemudian aku terbangun karena merasa ada remasan di penisku.

Kulihat Imas sedang menelungkup di kakiku. penisku dielus dan dirermas-remasnya. “Om, Imas kok pengen lagi ya..?”
Bener kan.. perempuan dengan jembut yang lebat napsunya gede banget.. pengennya dientot berulang-ulang..
padahal dia tadi sampe teler aku entot.

Dia merundukkan badan untuk memasukkan penisku ke mulutnya.. benda itu dikulumnya dengan rakus.
Aku segera memutar badanku.. sehingga kami berada pada posisi 69.

Aku mempergencar rangsangan dengan menciumi kakinya mulai dari betis, tumit, hingga jari-jari kakinya.
Imas jadi makin gila dengan perlakuan seperti itu.

“Ahh.. om, kok mau sih nyiumin kaki Imas..?”
“Gak papa Mas, kamu isep terus dong penisku..”

Jilatanku kemudian pindah kepahanya.
Imas otomatis mengangkangkan pahanya.. sehingga aku bisa mengakses daerah memeknya dengan mudah.

“Om enak banget.. masukin aja sekarang..” rintihnya manja sambil mengocok-ngocok penisku yang sudah sangat keras itu..
kemudian diemutnya kembali.

Akhirnya aku menyudahi serangan awal. Imas kunaiki dan aku menggesekkan penisku ke bibir memeknya.
Kemudian kudorong penisku membelah memek Imas diiringi desahan nikmat.

Aku meremas toket kirinya dan memelintir-melintir pentilnya.
Imas yang juga sudah napsu tambah menggelinjang ketika aku mempercepat kocokanku pada memeknya.

Seranganku pada memek Imas semakin cepat.. sehingga tubuhnya menggelinjang hebat.
“Aaakhh.. aahhh..!” Jerit Imas dengan melengkungkan tubuhnya ke atas. Imas telah nyampe.

Tanpa memberi kesempatan istirahat, aku menaikkan Imas ke pangkuanku dengan posisi membelakangi.
Kembali memek Imas kukocok dengan penisku.

Walaupun masih lemas dia mulai menggoyangkan pantatnya mengikuti kocokan penisku.
Aku yang merasa keenakan hanya bisa mengerang sambil meremas pantat Imas, menikmati pijatan memeknya.

Bosan dengan gaya berpangkuan, aku berbaring telentang dan membiarkan Imas bergoyang di atas penisku.
Dengan tetap berciuman aku mengenjotkan penisku ke memeknya..
Blesseppp.. penisku yang sudah sangat keras tanpa halangan langsung menerobos memeknya.. bersarang sedalam-dalamnya.
Urgghh.. Terasa nikmat sekali.

Kedua toketnya kuremas-remas dengan penuh napsu.
Aku mengenjotkan penisku dari bawah dengan cepat.. ini membuat Imas mengerang keras dan sepertinya sudah mau nyampe lagi.

Baru sebentar goyang dia sudah mau nyampe saking nikmatnya. Imas menjadi semakin liar dalam menggoyang pantatnya.
Dia sudah makin terangsang.. sehingga akhirnya badannya mengejang-ngejang diiringi erangan kenikmatan.

“Auuhh.. omhhh..!” Jeritnya. Untuk beberapa saat kami terdiam. Ia memelukku erat-erat.
“Mas, aku belum ngecret kok kamu udah nyampe..?” Kataku.

“Habis, nikmat banget sih rasanya penis om nyodok-nyodok memek Imas..” jawabnya terengah.
“Kita terusin ya..?” Imas hanya mengangguk lemas.

Aku menyuruh Imas nungging dan membuka pahanya lebar-lebar. Aku mendekat dari belakang.
Kusapu lembut pantatnya yang mulus padat.
Imas menggigit bibirnya dan menahan napas.. tak sabar menanti masuknya penisku yang masih keras.

Segera kuarahkan penisku ke lipatan memeknya. Slebb..
Perlahan-lahan kepala penisku yang melebar dan berwarna merah mengkilap itu menerobos memeknya.
"Ahhhh.. Ommhh.." Imas mendongak dan mendesis kenikmatan.

Sejenak aku berhenti dan membiarkan dia menikmatinya.. lalu secara mendadak kuhentakkan pantatku keras ke depan..
sehingga Jlebb.. terbenamlah seluruh penisku di memeknya.
“Aacchh..!!” Imas mengerang keras. Rambutnya kujambak.. sehingga wajahnya mendongak ke atas.

Sambil terus menggenjot memeknya.. tanganku meremas-remas kedua toketnya yang berguncang-guncang karena enjotanku yang keras, seirama dengan keluar masuknya penisku di memeknya.
Terdengar bunyi kecipak cairan memeknya, Imas pun terus mendesah dan melenguh.

Mendengar itu semua, aku semakin bernafsu. Enjotan penis kupercepat,.. sehingga erangan dan lenguhannya makin menjadi-jadi.
“Oohh..! Lebih keras om. Ayo, cepat. Cepat. Lebih keras lagii..!”

Keringatku deras menetesi punggungnya. Wajahku pun telah basah oleh keringat. Rambutnya semakin keras kusentak.
Kepalanya semakin mendongak. Dan akhirnya dengan satu sentakan keras, aku membenamkan penisku sedalam-dalamnya.
Imas menjerit karena kembali nyampe.

Aku terus meremas-remas toketnya dengan penuh nafsu.. dan makin keras juga menghentakkan penisku keluar-masuk memeknya..
sampai akhirnya pejuku menyemprot dengan derasnya di dalam memeknya.
Rasanya tak ada habis-habisnya. Dengan lemas aku menelungkup di atas punggungnya.
-----------

Besok paginya aku terbangun ketika jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh pagi..
dan aku hanya mendapati Imas yang masih terlelap di sebelah kiriku.

Kuguncang tubuh Imas untuk membangunkannya. “Gimana.. puas semalem..?” Tanyaku.
“Gila.. Imas om entotin sampe kelenger, kuat banget sih om..?”

“Imas suka kan kuentot..? Kapan-kapan kalo ada kesempatan mau enggak ngentot lagi ama aku..?”
“Mau banget om.. tapi jangan sampe ibu tau ya om. Imas belon pernah bangun jam 10 gini..
enak ya om gak usah ngerjain tugas rumah tangga. Om gak laper..? Ntar Imas siapin..”

“Katanya gak mau ngerjain kerjaan rumah tangga. Kita pelukan di ranjang lagi. Masih mau lagi gak..?” Ledekku.
“Kalo om bisa napa enggak.. Imas nikmat kok dientot om.. mau deh terus-terusan dientotnya, biar lemes juga..” Imas berkata lugu.

Aku memeluk dan mencium bibirnya.. tanganku aktif menelusuri tubuhnya.
Ketika tanganku sampai ke bawah.. kubelai bibir memeknya sekaligus mempermainkan itilnya.
“Uuhh.. ommhh..!” Imas menjerit kecil dan mempererat pelukannya padaku.

Imas mendekatkan wajahnya padaku dan mencium bibirku.. selama beberapa menit bibir kami berpagutan.
Sepertinya Imas amat menikmati belaian pada daerah sensitifnya.

Dengan tangan kanan aku memainkan toketnya.. pentilnya kupencet dan kupilin hingga makin menegang..
tangan kiriku meraba-raba memeknya.

Imas menikmati jari-jariku bermain di memeknya sambil merintih-rintih keenakan.
“Maen lagi yuk Mas..?”
“Ayuk om, Imas dah pengen dientot lagi..”

Luar biasa nih perempuan.. gak ada matinya. Pikirku salut pada stamina Imas.
Napsunya besar banget.. padahal semalem dah aku entot sampe dia lemes banget, masih aja mau lagi.

Aku meremes-remes toket kirinya sambil sesekali memelintir pentilnya.
Lalu aku membungkuk dan mengarahkan kepalaku ke toket kanannya yang langsung kukenyot.

Imas memejamkan mata menghayati suasana itu dan mengeluarkan desahan.
“Mo pake gaya apa Mas..?”
“Imas paling nikmat kalo dientot dari belakang om..”

Langsung aku menyuruhnya menungging.. kuarahkan penisku ke arah memeknya.
Jembutnya yang hitam lebat itu kusibak.. sehingga tampaklah bibir memeknya yang berwarna merah muda dan basah berlendir.

Clepp.. Kuselipkan kepala penisku di antara bibir memeknya. Imas mendesah.
Kemudian perlahan tapi pasti aku mendorong penisku ke depan. Slebb.. penisku menerobos memeknya.

Imas menjerit kecil sambil mendongakkan kepalanya ke atas.
Sejenak aku berhenti dan membiarkan dia menikmatinya.

Ketika Imas tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang..
mendadak aku menyodokkan penisku ke depan dengan cepat dan keras.. sehingga penisku meluncur ke dalam memeknya.

Imas tersentak dan menjerit keras. “Aduh om, enak..!” Aku mempercepat enjotan penisku di liang memeknya.
Semakin keras dan cepat enjotanku, semakin keras erangan dan jeritannya. “Aa..hhhhh..!” Jeritnya nyampe.

Kemudian Imas kutelentangkan di ranjang. Aku menaiki tubuhnya, pahaku menempel erat di pahanya yang mengangkang.
Kepala penis kutempelkan ke itilnya.
Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telinganya, kepala penisku bergerak-gerak mengelilingi bibir memeknya yang sudah basah.

Imas merem melek menikmati penisku di bibir memeknya.. akhirnya kuselipkan penisku di memeknya.
“Aahh..!!” Jeritnya keenakan. Imas merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit kumasukkan penisku.

Imas menggoyangkan pantatnya.. sehingga penisku hampir seluruhnya masuk. “Om, enjot dong penisnya, rasanya nikmat sekali..”
Kuikuti permintaannya.. perlahan aku mulai mengenjot penisku keluar-masuk memeknya. Pahanya di kangkangin lebar-lebar..
hingga akhirnya kakinya melingkar di pantatku supaya batang penisku masuk sedalam-dalam ke memeknya.

Imas berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakinya di pantatku. Aku membenamkan penisku seluruhnya di dalam memeknya.
“Om.. Imas nyampe lagi.. Ahh.. Ahh.. Ahhhhh..!!” Jeritnya penuh nikmat mencapai orgasmenya.

Beberapa saat kemudian, dia membuka sedikit jepitan kakinya di pantatku..
Pahanya dia buka lebar-lebar.. dan akhirnya dengan cepat kuenjot penisku keluar-masuk liang memeknya.
Clebb-clebb-crebb-crebb-crebb-crekk-crekk-clekk-clekk-clekk-clebb-clepp-clepp.. Erghhh.. Nikmat sekali rasanya.

Setelah delapan sampai sembilan enjotan penisku di memeknya.. akhirnya.. croot.. croot.. croot.. croot..
”Mas, aku ngecret..” erangku melepas beban. Pejuku kembali muncrat banyak sekali memenuhi memeknya.

Setelah mandi kami baru menyiapkan makan pagi dan menyantapnya bersama.
“Mesra banget ya om.. kaya penganten baru aja..” komentar Imas.. aku cuma tersenyum.

Ahhh.. Sungguh nikmat tinggal bersama Imas selama majikannya berlibur ke Bali.
Gak keitung berapakali aku mereguk kenikmatan bersama Imas.
Demikian juga Imas.. yang sepertinya ketagihan sodokan penisku. Hahaha.. (. ) ( .)
----------------------------------------------------
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd