Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[KOMPILASI] FROM OFFICE AFFAIR (CopasEdit dari Tetangga)

-------------------------------------------------------------------

Cerita 16 – Office Cutie

Chapter 3 : Gairah di Rumah Tua

Rumah Tua Serem

Di pagi hari yang cerah ini.. aku bersiul-siul dengan gembira.. kugiring dan kuparkirkan kendaraan mewahku..
motor bebek dukun berwarna merah keluaran berpuluh-puluh tahun yang silam.

Di depan kaca spion.. kurapikan rambutku dan kusisir dengan rapi..
Ck Ckk. Ckkk.. betapa tampannya aku ini.. bibirku yang tebal selalu menebarkan senyuman yang ramah..
mataku yang bulat besar begitu indah mempesona..

Apalagi jika aku menatap bokong para gadis cantik yang berseliweran di hadapanku. Hehe..
Ahhhh.. ssshhh oohhh.. my office.. my playground.. my PALACE..!!

Sebuah senyuman mengembang di bibir *******.. Gimana rasanya jika aku menjadi atasan di sini..? Pasti asik.
“SELMYYY.. ke sini kamu..!!“ Aku berteriak memanggil seorang pegawai tua yang tergopoh-gopoh menghampiriku..

Ia menunduk ketakutan menatap lantai. Kupandangi sosok kurus itu dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.
Ckk ckkk.. ckkkk.. begitu kotor.. dekil.. tak terawat.

“KAMU TUH BEGO YA..? Muka saya ini ada di sini.. bukan di bawah kaki kamu.. Liat ke sini..!
Coba kamu jawab yang benar.. di mana muka saya..?” Kubentak pegawai tuaku yang tidak berguna itu.

“Di pantat Pakkkkk..!!“ Selmy menatapku.. ia menjawabku dengan mimik wajahnya yang meyakinkan.
“HAHHH..!?” Aku tersentak panik ketika mendengar jawaban SELMY.. pegawai tuaku..

Dengan refleks tanganku meraba-raba pantatku yang sekal.. tiba-tiba .. BLETAKKKK..! ”HEU.. DUHHHHHH...Ehh Ibuu..!?”
Kepalaku terdorong keras ke belakang.. ketika sebuah getokan keras yang berasal dari sebuah payung mampir di jidatku.

Aku gelagapan ketika khayalan tiba-tiba saja berubah menjadi kenyataan..
Di hadapanku kini berdiri sesosok tubuh kurus dengan wajahnya yang keriput..
Matanya mendelik tidak kalah besar dengan mataku yang membeliak karena terkejut..

Sementara tangan kirinya memegangi sebuah payung berwarna biru muda..
Ya.. yang sebelumnya dipakai untuk mengembalikan kesadaranku dengan bunyi kerasnya. –BLETAKKKKK..!!!–

“Kamu nggak denger saya teriak-teriak dari tadi HAHHH..! Dipanggil-panggil MALAH CENGENGESAN NGGAK PUGUH..!!“
Aku terbata-bata ketika seorang wanita tua keriput menimpukiku dengan suaranya yang melengking-lengking.

Nafas Bu Selmy ngos-ngosan karena nafsu amarah yang memuncak sampai ke ubun-ubun.
“Panggil Shasha sama Vania.. suruh mereka ke ruangan saya.. CEPATT..!! Nggak pake lama..!”

“Saaa..saya Buuu..?? –waduhhhh.. apakah aku bakal di foursome bareng sama bu Selmy..?? NGEHEKKKK..!! NOOOO..!–
Mata-ku membesar indah.. aku yang rajin dan teliti mencoba memastikan perintah bu Selmy..

Telingaku kembali terasa sakit ketika mendengar suaranya yang melengking tinggi.
“YA IYA-LAH KAMUU..! EMANGNYA SAYA YANG NAMANYA UJANGG..!? BLAMMMMM..!!!”

Bu Selmy membanting pintu mobilnya.. kemudian dengan sigap si penyihir tua memarkir mobil mewahnya.
DIITTTT.. Diiiiittttt..!! Bunyi klakson mobil Bu Selmy membuatku setengah berlari..

Aku segera melaksanakan perintahnya menjemput Nona Shasha yang cantik.
Tokkk.. Tokkkk.. “Yaa.. Masukkk..!” Terdengar suara merdu Non Shasha..

Aku segera menerobos masuk.. kututup pintu di belakangku.. Kutatap wajahnya yang cantik.. tubuh mulusnya tampak begitu seksi..
Aku lupa diri menyaksikan keindahan sepasang paha mulusnya. Kuraih tubuh mulus Non Shasha yang kelabakan menahan nafsu birahiku..

Kulumat dan kukecupi bibirnya yang mungil.. kuemut dan terus kuemut hingga tubuh mulusnya.
Ia gemetar menahan nafsu birahi yang mulai membakarnya.

Nona Shasha menarik bibirnya untuk mengambil nafas.. wajahnya merona merah ketika kutatap wajahnya..
Untuk sesaat kami hanya berdiri berpelukan.. saling memandang satu sama lain.

Crupp.. Kukecup lembut bibirnya.. kemudian kudorong tubuh mulusnya duduk di pinggiran meja.
Kedua pahanya yang mulus mengangkang ketika kurogohkan tanganku masuk ke dalam rok mininya.

Aku tersenyum.. karena Non Shasha mulai menuruti permintaanku.. Hari ini ia mulai tidak mengenakan celana dalamnya..
Clupp.. kucelupkan jari telunjukku hingga amblas terbenam.. digigit belahan vaginanya.

Kutusuki belahan sempit di selangkangannya hingga ia menggeliat keenakan..
Tengah asik-asiknya aku mengeluar-masukkan jariku.. tiba-tiba aku mengingat perintah Bu Selmy..

“Non Ehmmmm.. itu Nonnnnnn.. Euuuuuuu.. tadi Bu Selmy manggil Non Shasha sama Non Vania..”
Aku berbisik di dekat telinganya tanpa menghentikan gerakan jariku yang semakin aktif menusuk-nusuk belahan vaginanya.

“Ahhh Ahhhh.. Ahhhh.. Hahhhh..!? Aduh Ujang.. kenapa nggak bilang daritadi..? Minggir ah..!! Duhhhh KAMU..!!”
Non Shasha yang tengah sibuk menikmati gerakan-gerakan jari telunjukku tiba-tiba tersentak kaget.. suara-suara ah dan ah-nya mendadak lenyap..

Dengan gemas dijewernya kupingku hingga aku mengaduh kesakitan.. ditepiskannya tanganku hingga jariku terpelanting dari jepitan bibir vaginanya.
Nona Shasha segera merapikan roknya. Setelah menyambar sebuah map di atas meja..

Ia meninggalkanku yang masih horny menatap punggungnya yang menjauh..
Cegluk.. cegluk.. berkali-kali aku menelan ludahku.. kuusap-usap kupingku yang terasa sakit..

Biar sakit namun hatiku terasa begitu gembira... seperti orang yang sedang jatuh cinta.. I love U Non Shasha. Cintaku.. sarung penisku.
“Hnnnhhhhhhhhhhhhhhhh..“ Aku menghela nafas panjang-panjang untuk meredakan nafsu birahiku.

Dengan langkah gontai aku mengekori langkah Non Shasha. Kutolehkan wajahku ketika mendengar langkah-langkah kecil yang terburu-buru.
Ahhhh.. Vaniaku berlari-lari kecil. Pikiran kotorku tiba-tiba meledak dengan keras.

Hmmmm.. apakah Vaniaku yang cantik juga tidak mengenakan celana dalam.. sesuai dengan permintaanku..!?
Aku membalikkan tubuhku kemudian berbelok ke arah dapur.. Lohhhh.. ngapain si Sarif bengong di sisi tangga..?

“Riiffff.. Sariffff.. WOOOIIIII..!!” Aku berteriak keras untuk menyadarkannya.
“HEUUUUUH..! GELO SIAHHH..!!“ Sarif tersentak kemudian mengumpat kesal.

“Lu kenapa Rifffff..?” Aku bertanya padanya.
“Jangggg.. Sini. Tadi gua ngeliat itunya Non Vania. Pas dia turun tangga.. nggak sengaja gua nengok ke atas.. gua ngeliat MEMEKNYA..!!
Gila Jangg.. Gua sampe syok..!!“

Sarif menarikku.. kemudian berbisik di telinggaku. “Ssssttt.. jangan bilang siapa-siapa Rifff.. bahaya tau..!!“
Aku berusaha melindungi kehormatan Non Vania.

“Hahh..?? napa gitu..?”
“Bisa dipecat lu nanti.. disangkanya lu udah berani kurang ajar.. bertingkah mesum..! Melakukan pelecehan seksual.. tidak senonoh..!“

“Oooooooo.. Ehhh.. lu jangan bilang siapa-siapa ya Jang..” bibir Sarif membentuk huruf O.. kemudian ia berbisik dengan cemas.
“Iya Riff.. tapi traktir gue makan siang ya..?“

“Iya.. iya.. Tapi awas lu..!! Jaga bacot lu yang rada bawel itu..”
“Beres Rifff.. Tenang aja.. rahasia lu aman bersama UJANG.. he he he..” kuberikan janjiku sambil menepuk dada.
oOo

Hari Jumat.. jam 19.01

Aku menghampiri mobil Honda Jazz berwarna silver metalik yang menjemputku di depan rumah kostku dan masuk ke dalamnya.
Lalu duduk mengangkang di bangku belakang.. permukaan celanaku menggembung.. membengkak tanpa dapat kukendalikan.

Nona Shasha menyetir di belakang kemudi.. sedangkan Nona Vania duduk di sebelahku.. Ekor mata Vania sering melirik ke arah selangkanganku..
Srett.. kubuka retsleting celanaku kemudian menarik batang penisku keluar.. kuraih tubuh mungil Vania dan kupangku di pangkuanku.

“Ihhhh... Ujangg norakk..!! Ntar ada yang liat.. Ujangg..”
“Ahhh kalemmm aja Nonn.. sepi iniiii..”

“Ujanggg.. ada pengamenn..! Ada anak kecil..!”
Nona Vania tampak khawatir ketika aku memamerkan batang penisku.. seorang pengamen cilik mendekati mobil kami..

Dengan liar kucumbui batang leher Non Vania hingga ia merintih lirih.
“Hahhh..?” Pengamen cilik itu terkejut setengah mati menyaksikanku yang tengah memangku Nona Vania..

Tanganku masuk ke dalam rok mininya.. cup.. cupphhh.. ciumanku mendarat di leher.. rahang dan pipinya..
Kemudian kulumat bibir mungilnya dengan bernafsu.

“Ehhhhh.. Emmm.. jangan bilang siapa-siapa ya.. ^_^..” Non Shasha tersenyum ramah sambil memberikan uang 10 ribuan..
Pengamen cilik itu terus menengok ke belakang.. sebentar menatap Nona Shasha yang tersenyum ramah.. kemudian kembali menengok lagi ke belakang.

“UJANGGG..!! Idihhhh.. Euuuufffhhhh..“ Nona Vania meronta dari pangkuanku ketika aku hendak berbuat lebih jauh. Kubiarkan ia meloloskan diri.
Bukan karena aku rela melepaskan tubuh mungilnya yang mulus.. namun karena mobil yang kami tumpangi mulai memasuki kawasan yang agak ramai.

Jalanan mulai kembali sepi ketika mobil kami memasuki sebuah jalan kecil.. agak berlumpur di daerah pedesaan.
“Di mana ini Nonnn..?” Sambil menengok ke sana ke mari aku bertanya pada Non Shasha.

“Rumah ini baru disita sama bu Selmy.. karena pemiliknya nggak bisa bayar utang..“
Nona Vania menjelaskan secara singkat sambil keluar dari dalam mobil.

“Yaaaa.. sebenarnya sich kami takut waktu bu Selmy meminta kami untuk memeriksa rumah ini.. Karen .. itu kami ngajak kamu, Jang..”
Nona Shasha menjelaskan dengan singkat.. aku buru–buru membuka pintu mobil.

Setelah berada di luar.. kuregangkang tubuhku ke sana kemari untuk mengusir rasa pegal yang menyiksa selama perjalanan..
Hemm.. suasana yang masih asri.. masih banyak pohon-pohon besar di tepi jalan setapak menuju rumah tua itu..

“Ujanggg.. Emmmm.. kamu duluan gihhh..!” Nona Vania dan Non Shasha mendorong punggungku..
“Lohhhh.. kenapa..?? Ehhhh.. Uhhh..“ Entah kenapa aku tiba-tiba bergidik ngeri.

Mataku menelusuri jalan setapak menuju rumah tua besar yang menyeramkan.. berkali-kali kepalaku menengok ke kanan dan kiri.. gelap.. seram..
Duh.. batang penisku sampai berkedut karena ketakutan..

Akhirnya aku sampai juga di depan pintu rumah itu. Lalu dengan tangan kanan kudorong pintu rumah tua itu..
sementara tangan kiriku memegangi emergency lamp yang diberikan oleh Nona Shasha.

Krekeeettttt..!! Bunyi pintu tua itu serasa menyayat telinggaku.. “Hiiii..Hiiii hiiii Hiiii Hiiiii..!”
“ANJRITTT..!!“ Aku berteriak keras.. jantungku melompat keluar mendengar suara cekikikan yang mengerikan..
tepat di sebelah batang kemaluanku.. sementara ’Ujang junior’ terjengkang tak sadarkan diri..

“Awwwww..!!“ Nona Shasha dan Nona Vaniapun menjerit dan melompat saking kagetnya.
Dengan terburu-buru tangan kananku merogoh Hapeku yang mendadak berbunyi..
dengan nada dering alarm yang membuat bulu kuduk kami merinding.

“UJANGGG.. ngapain sihh pake nada kaya gitu..!?“ Nona Vania mencubit punggungku dengan gemas.
“Iya nihhhhhh.. bikin kaget aja..!!!” Satu cubitan keras Non Shasha ikut mendarat di punggungku.

“BEUUUUU..!! Bukan non Shasha sama Non Vania aja yang kaget..!! Saya juga kagettt..!!”
Buru-buru kumatikan dering hapeku yang membuat kami bertiga hampir lari terbirit-birit ketakutan..
Sementara desau angin yang berlari di antara pepohonan membuat suasana hatiku semakin tidak menentu.

Akhirnya kami bertiga memberanikan diri masuk ke dalam rumah tua itu..
jangannnn dorong-doronggg Nonnn.. aku juga tatut nehhhh..! Aku berteriak di dalam hati..–
Sebuah rumah tua di tengah kawasan perkebunan yang jauh dari keramaian..

Dengan korek api kunyalakan lampu cempor yang tergantung di sudut ruangan.
“WAhhhh.. Nonnnn.. koq kaya di warung remang-remang yahh suasananya.. hehehehehe..“
Aku terkekeh sambil mematikan emergency lamp di tangan kiriku.

Nona Vania dan Nona Shasha duduk saling bersebelahan di sebuah kursi sofa tua panjang.
“Kamu sering ya Jangg ke tempat seperti itu..?“ Nona Vania menatapku dengan tatapan mata curiga.

“Enggakkkk.. kan ada Non Vania sama Non Shasha yang lebih cantik dan bohay.. Ngapain saya ke tempat seperti itu..?”
“Dasarrr.. nggak usah ngerayu gitu dehhh.. ngaku ajaa.. kamu sering kan ke tempat seperti itu..?”
Nona Shasha ikut mendesakku sambil menatapku dengan tatapan nakalnya.

“Enggak Nonnn.. Suerrrr..!“ Aku mengacungkan kedua tanganku keatas membentuk huruf V dan.. DHUARRRRR..!!!
GLEKKK.. CEGLUK..!! Aku segera menarik tanganku turun.. ketika tiba-tiba terdengar bunyi geledek yang memekakkan telinga..
– bibirku berkata tidak.. tetapi hatiku menggakui segalanya..–

Deru angin bergemuruh.. berlari kencang di antara pohon-pohon besar yang tumbuh dengan subur di sekeliling rumah tua itu.
“WAhhhh.. sepertinya bakal turun hujan deras ya..?” Nona Shasha bangkit dan melangkah ke dekat jendela..

Tangan mungilnya mendorong daun jendela hingga terbuka merekah ke samping..
”Ughh..” Ia hanya mendesah pelan ketika aku memeluk tubuh seksinya dari belakang.

Satu per satu pakaian Nona Shasha mulai berjatuhan ke lantai.. hingga tubuh seksinya telanjang bulat..
tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya..

Kuremas induk payudaranya dengan gemas.. hingga ia mengaduh kesakitan.
“Ahhh.. Ujangg.. pelan-pelan dong.. mmmhhh.. mmmmnnn..” bibirnya yang mungil agak manyun.

Aku hanya terkekeh sambil menggerayangi dua gundukan bukit susunya yang semakin mengenyal.
Srotth.. kusumpal bibirnya dengan bibirku untuk meredakan keluh kesahnya.

Kupeluk dan kubelit tubuh mulusnya dengan erat.. kudorong hingga ia duduk di tepian jendela..
Kedua kakinya yang halus mulus mengangkang lebar.. seolah-olah memperlihatkan keelokan wilayah intimnya kepadaku..
yang sedang melotot sambil berlutut di antara kedua kakinya yang terbuka lebar.

“WAHHH.. Nonnn.. segerrrrrr.. mulussss.. hehehe..“ kedua tanganku merayapi permukaan pahanya yang halus mulus..
sementara kepalaku mulai terbenam di selangkangannya.

“Aaaaaaa.. Ahhhhhh.. aaaaaaahhsss..!!“
Nafas Nona Shasha tersendat-sendat ketika aku mulai menarikan batang lidahku menggelitiki bibir vaginanya yang merekah..
Hmmm.. aroma harumnya yang semerbak membuatku semakin bergairah.

Slllccckkkk.... Ckkkkkk.. Ckkkk Cpphhhh.. Sllllccckkkkk..
Dengan tekun lidahku berkali-kali mengoreki belahan vaginanya yang mulai basah dilelehi cairan kewanitaannya yang gurih dan lezat.

“Uuhhhh..!? Awwhhhhsss.. aaahhhh..“ Nona Shasha semakin resah gelisah ketika ujung lidahku menusuki clitorisnya..
Kukaiti daging mungil itu hingga pemiliknya tersentak sambil mendesah dan merintih keenakan..
Kuciumi belahan vaginanya dengan rakus sebelum kuemut kuat-kuat bibirnya.

“Aduhhh.. jangannn.. Nonnn saya maluu..“ aku pura-pura malu ketika Non Shasha dan Non Vania melepaskan pakaianku..
Mereka hanya tertawa kecil ketika aku pura–pura ketakutan.

“Iihh.. Ujang.. jangan begitu ah.. sebell..!!”
“Iya..Pura-pura nehhh.. padahal aslinya nggak kaya gini.. buas dalam bercinta hehehehe..”

“WAHHHH.. belajar dari mana Nonn..? Koq jadi pada jago nyepong sihh..?“
Aku memuji ketangkasan lidah dan mulut mereka yang mempermainkan batang kemaluanku.

Kusodorkan batang penisku ke depan masuk ke dalam rongga mulut Nona Shasha yang ternganga..
HAPPPPPP..! Mulutnya mencaplok kepala penisku.. kedua pipinya tampak kempot ketika mengemut-ngemut kepala penisku.

Kutarik bahunya agar ia berdiri.. kurendahkan batang penisku dan kutempelkan kepala penisku hingga menggesek belahan vaginanya..
Desahanku dan rintihan lirih Nona Shasha saling bersahutan ketika gesekan demi gesekan yang nikmat itu..
membuat kami semakin terlena jauh ke alam birahi yang penuh dengan kenikmatan.

“Aaaaaaaaaaaa.. Ahhhhhhhh..” Bllllsshhhh.. kukait belahan vaginanya dengan batang penisku..
Blessepp.. Dengan sedikit paksaan melesatlah penisku mengarungi lorong sempitnya yang terasa hangat dan nikmat..

Lubang vagina Nona Shasha berdenyut-denyut.. mengenyot dan memijati batang kemaluanku yang sedang asik berendam..
semakin dalam menusuk liang vaginanya yang peret.

Dengan terengah Nona Shasha menengadahkan wajahnya menatap wajahku..
Kupandangi wajahnya yang cantik dan sensual.. matanya tampak sayu..
Keringat-keringat lembut mulai membasuh tubuh mulusnya yang mengkilap indah di bawah pancaran sinar lampu cempor.

“Ujanggggggghhhhhh.. enakkkkk.. Ohhhhhhhhh..!!“
Nona Shasha menggeliat resah ketika aku mulai mengayunkan batang kemaluanku.. merojok-rojok belahan nikmat di selangkangannya..

Sesekali penis besarku tertekuk ke kiri dan kanan saking sempitnya belahan vaginanya yang sedang kusodok-sodok..
dengan penuh nafsu binatang yang semakin membara di dadaku

Kedua tanganku mencapit pinggangnya yang ramping.. tubuh mungilnya tampak kewalahan ketika aku semakin mempercepat irama sodokanku..
Sesekali tubuhnya bergetar hebat menahan rasa nikmat yang mendera vaginanya dan menyengat tubuh mungilnya yang putih mulus.

“Awwwwwwwww..” Crrrtttt..rrrtttt..Crrrrrr.. tiba-tiba saja tubuh mungil Non Shasha mengejang selama beberapa saat..
kemudian terkulai lemah sambil bersandar pada tubuhku..
Kupeluk erat-erat tubuhnya.. ia baru saja dihajar rasa nikmat yang begitu kejam memeras tenaga dan keringatnya yang mengucur dengan deras.

“Ujanggg.. jangan di situ.. aku nggak suka..”
Nona Shasha protes ketika aku membalikkan tubuhnya dan berusaha mengait liang anusnya yang mengkerut ketakutan.

Aku sama sekali tidak menghiraukan keluh kesahnya.. dengan paksa aku membongkar lubang duburnya.
“Auhhhhhh.. Ngggghghhh..!! Pelannnhh.. Ohhhhh Pelannnnhhhh..”

Tubuhnya terperanjat ketika dengan kasar kepala penisku menyusup masuk ke dalam jepitan lubang anusnya..
Ia kembali memekik keras ketika aku menghentakkan batang penisku. “Auhhhhhh.. Ngggghghhh..!!

Aku tersenyum merasakan batang besar panjang di selangkanganku tertancap kokoh di jepitan anus Non Shasha.
Kutarik pinggulnya sambil menyodok-nyodokkan penisku menyodomi liang anusnya yang mungil..

Aku semakin bersemangat menyodomi Non Shasha ketika mendengar suara desahan nafasnya yang tersendat..
disertai rengekan-rengekan kecilnya yang terdengar semakin menggairahkan.

“Vaa.. Vaniaaa..?? Ohhhhhh.. mmhhh.. Vania.. jangan ahh.. aduhh mmmhh.. Vania sadarrr.. Ohhhh Mmmmhh Mhhhhh..“
Shasha tampak gugup ketika Vania memeluk tubuhnya sambil menggerayangi bulatan susunya.. bibir Vania melumat dan mengulum bibirnya.

Untuk beberapa saat Shasha berusaha menolak perlakuan Vania..
Namun nikmatnya perlakuan Vania malah membuatnya seperti kehilangan kendali..

Ia lantas memeluk tubuh Vania dan membalas melumat bibir mungil Vania.
Perlahan kuikuti tubuh Shasha yang merosot turun hingga meringkuk menungging di atas lantai kayu..

Kutarik kedua tangannya ke belakang.. tubuhnya tersentak-sentak dengan kencang..
mengikuti irama sodokan-sodokan batang penisku yang semakin cepat dan kuat.

PLOKKK.. PLOKKK PLOKKK..!
Terdengar bebunyian persetubuhan yang semakin memanas ketika aku menunggangi tubuh mungil Nona Shasha dengan liar dan kasar..

Erangan dan rintihan kecilnya terdengar begitu merdu menggairahkan di telingaku.
Clobb.. clobb.. clobb.. Kutusuk dan terus kutusukkan batang penisku menyodomi liang anusnya yang sempit dan kering.

“Ahhhh..aaaaaa.. Aooowwwwwww..!!“ Nona Shasha melolong keras ketika aku menjejalkan seluruh batang kemaluanku..
ke dalam liang anusnya yang mulai memar kemerahan akibat dihajar olehku.

“Ehmmm.. Ujang.. pelan-pelan dong.. Oww.. gggggakkkkkhhhaa.. jangan kasar gitu auhhhh..“
Nona Shasha mencoba merayuku di tengah suara nafasnya yang tersendat-sendat..

Aku terus menyodok-nyodokkan batang penisku merojoki liang anusnya tanpa pernah menghentikan gerakanku sedetikpun.
Semakin keras ia mengeluh.. semakin kuat pula kuhentakkan batang penisku menyodominya.. sementara jariku terus mengucek-ngucek klitorisnya..

Non Shasha hanya dapat meringis pasrah menghadapi serangan brutalku yang sedang menyodomi liang anusnya.
“Awwww..!” Krrrttttt..kkkkrrrtttttt.. kuku Nona Shasha mencakar-cakar lantai kayu itu.. punggungnya berkali melengkung terangkat ke atas..

Tubuh mulusnya gemetar dengan hebat.. ia seperti sedang menahan sesuatu yang akan meledak dengan nikmat di dalam vaginanya..
Terdengar suara erangan kerasnya yang menggairahkan.. di sela-sela desah nafasnya yang tersendat-sendat.

Cuurrrrttttttt crrrutttttt.. tubuh Nona Shasha mengejang ketika aku membenamkan batang penisku dalam-dalam..
Telapak tanganku segera membuka ke atas menampung cairan vaginanya yang meleleh..
kusekakan cairan vaginanya merata pada buah pantat Nona Shasha yang bulat padat..

Aroma cairan vagina non Shasha tercium yang kuat di udara..
membuatku semakin terlena menusuki liang anusnya yang tersungkur-sungkur mengikuti irama sodokan-sodokan kuatku.

PLAKK..!! PLAKKK..!! PLAKKK..!! Buah pantat Non Shasha yang bulat padat terguncang dihantam oleh selangkanganku.
Plophhhhh.. terdengar bunyi letupan keras ketika aku mencabut penisku dari jepitan anus Non Shasha..
kemudian kupukuli buah pantatnya seperti sedang bermain drum.

Non Shasha menarik pinggulnya ketika jari telunjukku menyentuh lingkaran otot anusnya yang memar merekah..
Kutundukkan kepalaku dan kuciumi dubur Non Shasha yang sudah teruji kelayakannya dalam memberikan kenikmatan.. liang anus yang mungil sempit.

“UJANG..!“ Aku menolehkan kepalaku ke arah suara Non Vania yang mendesah memanggilku..
Ia duduk bersandar santai mengangkang di atas kursi sofa tua itu..
kemolekan selangkangan Non Vania seakan menghipnotisku yang merangkak mengejar wilayah intimnya.

“Aahhhhhh.. UJANGhhhhhhhnn..!!” Kedua tangan Non Vania mendekap dan membelai kepalaku yang terbenam di selangkangannya..
Kuhirup aroma vaginanya yang segar.. kujulurkan lidahku mengulas-ngulas belahan vaginanya yang berwarna pink.

“Eummm..” slllccckkk.. ckkk.. ”Mmmm..” ckkk..
”Itu Nonn.. umm siapa nama pegawai baru.. yang bule itu nyammmm.. mmmmm.. yang baru lulus kuliah itu lohhh.. muahhh..”
Sambil menikmati hidangan vagina Non Vania aku mencoba mengumpulkan informasi.. ’daging segar impor’.

“Hati-hati JANG.. ituuu.. ohhhh.. bisa habis nanti kaa.. mhuuhh hhhsss.. dia ahli bela dir” Non Vania berusaha mengingatkanku.
“Wahhh.. kalau soal bela diri saya juga hebat loh Nonn.. pokoknya Ujang mah nggak ada lawannya dehhhhh.. He he he duhhhh memek..!”

Kuemut bibir vagina nona Vania dan kugigit kecil hingga ia terperanjat dan menjewer kupingku..
Lalu aku bangkit berdiri sambil menyodorkan permen loli besar di selangkanganku.

“Hhe he he.. ihhh Ujangggggg..“ Non Vania menggeser posisinya.. diraihnya batang penisku..
Jemari tangannya yang lentik mengelus-ngelus buah terong besar panjang yang menghiasi selangkanganku..

Kemudian.. cuppp.. cupppp.. cupppp.. berkali-kali ciumannya mendarat di kantung pelir.. batang dan di kepala penisku..
Lidahnya yang basah dan hangat menari-nari melingkari permen loli kesukaannya..

Diisap dan diemutnya kuat-kuat kepala penisku hingga bibirku yang tebal termanyun-manyun keenakan..
Bola mataku mendelik ketika Non Shasha ikut mengeroyok batang penisku

Kedua tanganku membelai kepala dua orang gadis Chinese bertubuh mungil putih mulus tengah asik menservice batang kontolku.
Nona Vania mengangkangkan sepasang paha mulusnya ke samping..

Kutatap dalam-dalam matanya yang sayu.. sepasang mata yang haus akan kenikmatan..
Sepasang mata sipit yang mengharapkan kenikmatan dariku.

Plepp.. Kuletakkan kepala penisku pada belahan vaginanya kemudian kucokel-cokel belahan vaginanya dengan kepala penisku.
Slopp.. slopppp.. slllloooppphh..!

“Ujanggg.. jangan digituin ah.. aaaa..!”
“Abis digimanain dong Non..?”

“Ya.. dimasukin dong ahh.. pake nanya lagi he he he..”
Nona Vania mencubit lenganku yang sedang menggerayangi payudaranya.

“Bener nihhh pengen dimasukin..?” Aku menggodanya.
“He-eh..” ia menjawab sambil mengangguk kecil.. Vaniaku yang cantik tersenyum manis menatapku.

“Yaa udahhh.. kalau Non Vania maksa.. saya cuma bisa menuruti keinginan Non Vania..
Tahan dikit nonnnn.. titit saya juga pengen masuk ke dalam liang memek Non Vania yang peret.. hehehe..”

“Nnnngggghhhhh.. Nnnnnnhhh.. ooohhhhhhh..!!” Berkali-kali tubuh mungil Vaniaku yang cantik menggelinjang dan menggigil hebat..
menahan desakan kepala penisku yang berusaha merojok vaginanya..

Mata sipitnya terpejam rapat-rapat.. keningnya mengkerut membentuk angka..’11’. Sedangkan mulutnya membentuk angka O besar..
Disertai desahan panjangnya yang terembus keluar ketika batang penisku menerobos.. membelah belahan liang vaginanya yang mungil.

Nafasnya terengah-engah seperti sedang berlari dipacu oleh nafsu birahi yang menggelora..
Butiran keringat mulai mengucur dengan deras di lehernya. “Uhhhhhh.. Hsssshhhhh.. Uujaanngg..nnnggghhhh..”

Tubuh mungil Vagina menggeliat resah ketika batang penisku tertancap dengan semakin sempurna di jepitan vaginanya.
“Gimana Nonnnn..? Nggak sakit kan..? Rasanya cuma seperti digigit semut aja koqqq..” kedua tanganku mencapit pinggangnya.

“Semutnya.. ehhh semuttt ahhhhhhhhh..“ Nona Vania gelagapan ketika aku mulai mengayunkan batang penisku dengan gerakan yang liar dan brutal..
Sementara Nona Shasha memeluk tubuhku dari belakang.. sebuah bisikan-bisikan mesum dibisikkannya ke telinggaku.

“Terus Ujang.. terussss.. ewe Vania.. iya betul.. entot terus Jangg.. sampai kamu puas.. Gimana rasanya Jangggg..?
Enak ya rasa memek Amoy.. hmmmmmm..? Oohhh UJANGGG.. kamu kuat bangeeetttt sichhhh..”

Cupp cuppp.. cupph.. Nona Shasha menciumi pundakku..
Aku semakin liar mengayunkan batang penisku ketika mendengarkan desahan-desahan mesum Nona Shasha.

“Ahhhh..Aaaaaaaaaa.. sebentarrrrhhh ahhhh Ujjaannggghhhh..”
Nona Vania kewalahan menerima sodokan-sodokan liarku.. bibirnya menceracau tidak karuan..

Aku bertambah nafsu merojoki vaginanya ketika mendengar rengekan-rengekan kecilnya..
Kupompa hingga ia terguncang hebat dan mengejang.. Crrruuuu..crrrrrrrrrrttttt.. penisku disiram oleh cairan vaginanya yang terasa panas nikmat.

Kuaduki vaginanya perlahan-lahan.. kuusap keringat yang mengucur deras di dahinya.. kutundukkan wajahku merapat ke wajahnya..
Bibirku mengecupi bibir mungilnya yang termegap–megap berusaha mengambil nafas-nafas panjang.

Kubalikkan tubuhnya menungging.. kutekankan punggungnya hingga susunya tertekan di bangku sofa.
Kutarik bokongnya ke atas.. kutekan buah pantatnya bagaikan seorang pedagang yang tengah membelah buah duren..

Plepp.. kutempelkan kepala penisku di pintu kenikmatan anal sex..
”Ngggghhhh..” Terdengar lenguhan panjang ketka perlahan-lahan kepala penisku mulai terbenam ke dalam anus Nona Vania.

“Unnnhhhhh.. Ujangggggg.. aaaaaaaaaaa..!!“ Nona Vania mendorongkan tangan kirinya ke belakang.. berusaha menahan gerakan penisku..
Kutarik kedua tangannya ke belakang sambil menghentakkan batang penisku dengan sekuat-kuatnya.

Blesskkk.. “Aaaaarrrrrrhhhhh...!!“
Gejolak nafsuku semakin meledak-ledak ketika punggung Nona Vania melengkung ke atas disertai suara erangan kerasnya yang merdu..

Jantungku serasa berhenti berdetak ketika penisku melesat menyodomi duburnya.
“Aahhhhh haaaahhhhkkkk.. owwwww.. owwwww.. awww.. aaakkkhh..” kutunggangi anus Vania dengan penisku..

Kenikmatan itu seperti asik memeras keringat dit ubuhku dan tubuhnya yang semakin basah kuyup oleh butiran keringat yang mengucur deras..
Mengguyur tubuhku dan tubuh mulusnya yang terayun dan tersentak disodomi oleh batang penisku.

“Hhe he he... gimana non.. asik nggak..?” Tanyaku sambil menggenjot-genjotkan batang penisku merojok liang anus Vania..
Hanya erangannyalah yang kudengar.. ia terlalu sibuk menahan serangan liarku. “Aahhhhhhhh.. aaaaaaaaaaa..” Crrrrrrrr..

Jlebb.. jlbb.. jlebb.. Kujambak dan kutarik rambut Non Vania ke belakang sambil menyentakkan penisku dalam-dalam..
Kujilati belakang telinganya yang tengah menggigil mencapai puncak klimaks.. sementara batang penisku tetap terayun dengan kuat.

DHUARRRr..! ”Ehakkk..” Croottt.. Kecrootttt.. Dentum geledek yang sangat keras membuatku kehilangan kendali..
Mataku mendelik ketika kepala penisku.. ’mengucapkan sumpah serapah’ disertai muncratnya spermaku menyiram liang anusnya..
nafasku bersahutan dengan nafasnya.

“Sialan.. bikin kaget aja..! Tolong Non..“ kusodorkan batang penisku yang sempat kaget dan pingsan ke hadapan Nona Shasha..
Ia tertawa sambil menarik batang penisku. “Hehehe. duhhh kaciannnn.. kaget yaaaaa..?”

Dengan penuh kasih sayang Nona Shasha membelai-belai batang penisku..
Dielus.. dijilat dan dibelainya hingga penisku kembali berdiri dengan tegak perkasa..

Cuphh.. satu kecupan kecilnya mampir di kepala penisku.. lidahnya membelit melingkari kepala kemaluanku..
mulutnya terbuka lebar menganga kemudian mencaplok kontolku.
Kubiarkan Nona Shasha bermain dengan batang kemaluanku yang semakin mengeras.

“Ujanggggg.. aku di atas ya..?” Nona Shasha meminta agar aku terlentang di atas lantai kayu.
“Hemmmm..? Tapiii harus yang liar ya Nonnnnn..!!“ Aku bernegosiasi dengannnya.

“Yeeee.. pake nawar segala.. emangnya di pasar..?” Nona Shasha kemudian merangkak menaiki tubuhku yang tinggi besar seksi hitam legam..
Sungguh cocok jika aku yang.. ’ganteng’ ini bersanding dengan Nona Shasha yang cantik bertubuh mungil putih dan mulus. Hehe..

Kedua tanganku mendekap pinggulnya.. aku tersenyum ketika ia menarik penisku..
Kemudian diletakkannya kepala penisku di tengah-tengah rekahan bibir vaginanya..

Nyutt.. ada rasa geli yang menggelitik ketika kepala penisku mengulas belahan vaginanya.
Pplesetttt.. kepala penisku terpeleset ketika ia berusaha memasukkan batang penisku.

“Mau dibantuin Nonnn..?”
“Nggak.. nggakkk usahhh.. hampir masukkk.. emmmmhh..!”

Mata sipit Non Shasha membeliak lebar ketika aku menyentakkan batang penisku ke atas.
Tubuh mungilnya menggeliat indah.. kedua tangannya bertumpu di dadaku..

Nafasnya tersendat-sendat ketika kedua tanganku menarik pinggulnya untuk turun dan duduk di kursi kenikmatan di selangkanganku.
Aku menatap wajahnya yang merona merah. Untuk beberapa saat kami berdua hanya diam saling berpandangan..

Tanganku mengusap-ngusap pinggangnya yang ramping. “Ayoo Nonnn.. tolong perkosa saya.. hehehe..”
“Begini ya Janggg.. cara merkosa kamu..? Hemmm..“
Nona Shasha tertawa kecil sambil menekan kedua bahuku.. kemudian ia mulai menaik turunkan pinggulnya.

“Lebihh cepat Nonnnn..!!”
“Ini juga udah cepat Janggg.. mmmhhh Hssshhhh.. aaaahhhhh..” Crrrr crrrtttttt..

Belum begitu lama Nona Shasha menaik-turunkan pinggulnya tiba-tiba ia menjerit kecil.
Shashaku yang seksi mencapai klimaks.. segera kudekap tubuh mungilnya yang terkulai lemas..

Kupeluk erat tubuh mungilnya yang mulus.. basah dan hangat. “Wwaduhhhh.. padahal memek Non Shasha baru turun naek sebentar..
Masa’ udah meledak lagi..? Hehehe..” aku mengusap punggungnya yang berkeringat.

“Titit kamu kegedean sich Janggg.. Enakkk..” Nona Shasha menggakui kekalahannya.. telapak tangannya membelai pipiku dengan lembut..
Kuraih tangannya yang sedang mengelus pipiku kemudian kekecup tangannya dengan mesra.

Kedua tanganku merayap semakin turun.. kutekan-tekan bokongnya sambil menyentak-nyentakkan batang penisku keatas..
Kusodoki vaginanya dengan gerakan-gerakan yang kuat dan teratur.. kedua

Kakiku mengangkang menerima kehadiran tubuh mungil Nona Shasha yang terlungkup tanpa daya merintih di atas tubuh hitamku.
Hingga ia akhirnya kembali memekik kecil ketika batang penisku membuat cairan vaginanya meledak–ledak dengan nikmat.

Vania merangkak dan berlutut di sisi kananku..
“Shaaaaa.. geser dongggg.. aku mauuuu..!!” Nona Vania merengek agak Non Shasha turun dari atas tubuhku.

“Nggak bolehhhh.. hehehe..“ Nona Shasha menggoda Non Vania.
Ia mengeluh ketika Vania mencubit pinggulnya yang sedang bergeser dari atas selangkanganku.

Non Shasha memeluk tubuhku dari sebelah kiri.. kepalanya bersandar di dadaku.. sementara tanganku membelit memeluk tubuhnya yang mulus.
“Nnnnggggghhhhh.. mmmmppppphhhh.. aaaaaaaaaaaahhhhhh..!!”

Nona Vania menggigit bibir bawahnya ketika kepala penisku bersusah-payah menyelam ke dalam belahan vaginanya yang mungil sempit.
Ia tampak seperti menderita ketika perlahan-lahan kepala penisku membongkar belahan sempit di selangkangannya.

“Auhhhh.. uhhhhhhh..“ tubuh Nona Vania tersentak-sentak ke atas..
ketika aku menyentakkan batang penisku berkali-kali kusodokkan penisku merojok-rojok belahan vaginanya.

Nona Vania berusaha melawan sodokanku dengan memutar dan menghempaskan vaginanya ke bawah.
Clepppp.. cleppppp.. Cleppppp.. ”Nahhh ini baru benarrrr.. hehehe.. Non Shasha harus belajar dari Non Vania.. Weissshhhtttt..!“

Aku kagum dengan kelihaian Non Vania.. ia begitu liar menaik-turunkan pinggulnya.. jeritan-jeritan liarnya terdengar menggairahkan.
Seiring dengan hempasan-hempasan vaginanya mendesak selangkanganku.

“Ahhhh..!! Ahhhhh..!! Ewe akuuuu.. ohhhh terusss.. entotttt..!! Terus UJANGGG.. terusss.. yaaa.. UJANGG seperti ithuuuhh.. Ohhhh.. nikmatnyaa..!!”
Jeritan-jeritan Vania semakin keras.. ia memekik histeris ketika vaginanya disodoki oleh penisku.

“Woww!! Vania..!“ Non Shasha berlutut di sisi Vania.. ia bengong menatap Vania yang begitu liar dan binal.
“Shaaaa.. peluk akuu Shaaaa.. pelukkkk..!!”

Nona Vania berusaha memeluk tubuh Non Shasha yang tampak risih ketika berpelukan dengan Nona Vania yang tengah diamuk nafsu birahi.
“Ehhhh.. iniii.. ehhh aduhhh mmmhppphhhh..” bibir Nona Vania mengulum bibir Non Shasha..

Tangan kirinya membelit tubuh mulus Non Shasha sementara tangan kanan Vania menggerayangi lekuk liku tubuh Non Shasha yang molek.
“Hmmmmm.. Ckkkk.. mmmmmhhh Vaniaaaa mmmmmpp.. ckk ckk..”

Non Shasha mulai membalas melumat bibir Vania..
bunyi decakan-decakan mulai berkumandang dengan semakin keras ketika bibir mereka saling berpagutan.

Jrebbb.. Blessssshhh.. bluesssshh jrebbbbb.. cleppp..
Kuladeni hempasan-hempasan vagina Vania dengan merojokkan batang penisku kuat-kuat ke atas.

Kuhantam dan terus kuhantam liang sempit di selangkangannya.. berkali-kali..
“Owwwww..” Crrrrtttt..!! Gerakan-gerakan liar Vania tiba-tiba berhenti.. kepalanya bersandar di bahu Shasha..

Kedua gadis cantik bermata sipit itu saling berpelukan dengan mesra.. Shasha memeluk tubuh Vania yang terkulai dan meringis lemah.
“UJANGG.. pelan-pelann dong.. kasihan Vania ihh..!!” Nona Shasha memintaku memperlembut irama sodokan-sodokanku.

“Nnggg.. hakkss nggak apa Shaaaaa.. nggak apa.. Oohhhh..!!” Nona Vania memberikan lampu hijau untukku..
Aku tersenyum sambil menghentakkan penisku ke atas kuat-kuat.

Jrossshhhh.. Jrebbbbbb.. Jrebbbbbbbbbb.. ”Oooww..hhhhh..!!”
Nona Vania melolong liar ketika penisku menyodoki vaginanya dengan kasar..

Kulesatkan dan kupanah memek sempitnya dengan penisku yang masih mengacung perkasa..
tanpa mempedulikan lolongan-lolongan liar Non Vania.

Bergantian mereka menunggangi batang penisku yang memacu mereka hingga bergantian mencapai puncak klimaks..
Bahkan kini Nona Vania menjejalkan vaginanya ke mulutku.. kucaplok vaginanya dan kulahap selangkangannya.

“Unnnhhhh.. crrrr.. crrrrr..” Nona Vania meledakkan cairan kewanitaannya.. cairan gurih itu meleleh ke dalam mulutku..
Srutthh.. kuseruput dan kutelan cairan gurih penambah tenaga itu..

Setelah berhasil menguasai diri.. Nona Vania meggeser tubuhnya ia berbaring di pelukanku sebelah kanan..
kedua matanya terpejam rapat.. bibir mungilnya tersenyum puas.

“Aaaaaaaaaa..!” Crrrrrrrrr.. crrrrrrrrr..! Nona Shasha ambruk menindihku.. cairan vaginanya menyiram batang penisku..
Kupacu dan kurojokkan penisku kuat-kuat.. kupacu vaginanya hingga tubuh mulusnya kelojotan menggeliat gelisah di atas tubuhku.

Crooottttt.. kecrootttttt..!! Spermaku meledak berkali-kali di dalam vagina Shasha..
Kedua tanganku memeluk erat-erat tubuh mulus kedua gadis cantik berwajah oriental itu yang sudah terlebih dahulu terkulai puas.

Aku berbaring di atas lantai kayu sambil memeluk erat-erat tubuh mungil mereka yang putih mulus tanpa cela..
Sesekali tangan kedua gadis bermata sipit itu mengelus dan menarik-narik batang penisku sambil tertawa nakal.

–Hmmmmmm.. jadi cewe bule itu namanya..–
Dalam hati kuukir nama seorang gadis cantik berambut pirang yang baru lulus kuliah dan bekerja di perusahaan XXXX..
tempatku mencari nafkah dan mencari kenikmatan ^_^..

Aku tersenyum sambil mengecupi kening Non Shasha dan Non Vania yang sudah tertidur pulas..
Terlelap dalam pelukan nafsu liarku. To be Contiecrott..
-----------------------------------------------------------------------------
 
-------------------------------------------------------------------

Cerita 16 – Office Cutie

Chapter 4 : Berbagi Lubang Pengantin Baru

Ayhwa

“HOAAAAAMMM..!!“
Aku membuka mulutku lebar-lebar.
Sretttt.. kuturunkan retsleting celanaku dan kutarik Ujang Junior keluar dari dalam celana dalamku yang dekil.
Serrrrrrrr.. serrrrrrr serrrrrrrr.. kusirami sebuah pot keramik di dinding toilet yang sedang menganggur.

Sebuah senyum mengembang di bibirku yang tebal.. membayangkan wajah seorang gadis cantik berwajah pirang berwajah sensual bertubuh seksi.
Si pirang baru saja lulus dan langsung diterima kerja di perusahaanku.. – ehh salahh.. maksudku.. perusahaan Bu SELMY..–
Ia sudah bekerja selama seminggu dan sampai saat ini aku masih belum juga berhasil menemukan kesempatan dalam kesempitan.. – vaginanya..–

EHEMMMM..!! Aku berdehem keras ketika kata ‘sempit’ secara otomatis mengarahkan otak kotorku pada belahan di selangkangan si pirang.
Aku mendesak-desakkan tubuhku bagian bawah mendesak pot porcelain itu.. batang penisku mendadak tegang.

“Ujang sayangg..“
“EeHHHHH..“ aku menghentikan gerakan konyolku ketika sebuah suara memanggil namaku dari belakang..

Dengan refleks aku menengok ke belakang. PRRROOOOTTTT.. “Fuahhh..!!”
“AUHHHH..!! Beuuuuhhh.. Monyong lu..!!” Telapak tanganku mengusap-ngusap wajahku yang terkena semburan air dari mulut Darso..
seorang sahabat karibku yang berperawakan tinggi besar.. gemuk berlemak.

“Paya otak-lu dinginnnnn.. lagi ngapain lu.. Jang..!?“
“He he he he..“ aku terkekeh tanpa menjawab pertanyaamnya. Aku tau Darso hanya menyindirku.

Darso berdiri di sampingku.. kemudian ikut menyirami sebuah pot di sisi potku.. wajahnya tertunduk sambil menghela nafas panjang.
“Hhhhhhhhhhhh.. Jangg.. lu tau nggak..? Non Ayhwa udah balik loh dari bulan madunya..“

“WADUHHHH.. GAWAT..!!!“
“Ehhh napa emang..?? Apanya yang GAWAT..?”

“Udah dijebol donggggg..“
“SOMPRETTT..!! Jangan bikin gua panas dong JANG..!!“

“Panas di hati atau panas di bawah..? Hehehe..”
“Ya dua-duanyalah JANG.. Hhhhhhhhhhhh..”

Aku tidak melanjutkan guyonanku menyaksikan wajah Darso yang hampir menangis..
Sahabat karibku itu menghela nafas panjang untuk melepaskan beban berat di hatinya..

Aku tau sudah lama Darso naksir berat sama Non Ayhwa. Tubuh si pengantin baru ramping sexy mungil..
Kemolekan tubuhnya ditunjang oleh wajah orientalnya yang jelita.. sungguh beruntung pria yang kini menjadi suaminya.

Setelah memasukkan ‘barang’ kami masing-masing.. aku dan Darso mencuci tangan di wastafel sambil mengobrol ke sana ke mari..
Tuink..! Tiba-tiba muncul sebuah ide gila di otakku.

“Psssttt.. lu mau nggak begini sama Non Ayhwa..?”
Aku berbisik sambil menyelipkan jempolku di antara jari telunjuk dan jari tengahku.. sebuah senyuman mesum mengembang di wajahku..

“MONYONG LU JANGG..!!” Darso cemberut.. bibirnya meruncing.
“Hushhhh.. gua serius nihh. Yeee.. ditanya malah bengong..? ya sudahlah..”

Aku hendak berlalu keluar dari dalam toilet.. namun tubuh Darso yang berlemak menghadang langkahku.
“Gimana caranya Jang..?” Darso bertanya kepadaku.. ia tampak antusias sekali dengan ide gilaku.

“Begini.. hehehehe..“ kujejali Darso dengan segudang ilmuku yang sudah kubuktikan dan kupraktekkan pada Non Shasha dan Non Vania.
Aku terus berbisik-bisik di telinganya dan ia mengangguk-anggukkan kepalanya..

Sebuah senyum mesum mengembang di wajahku dan sahabat karibku.. sebuah koalisi tercipta diantara kami berdua..
Koalisi untuk berburu karyawati-karyawati cantik bermata sipit di perusahaan XXXX tempat kami berdua mencari nafkah..

Sebuah perangkap sudah disiapkan untuk menjebak dan memperdaya Non Ayhwa.. si pengantin baru yang cantik jelita.
oOo

Hari Senin siang

Setelah menerima misscall dari Darso di hapeku.. dengan langkah terburu-buru aku segera menuju ke toilet lantai tiga..
Letak toilet itu berada di pojok kiri bersebelahan dengan toilet wanita.. Darso sedang menatap ke arah toilet pria.. nafasnya turun-naik dengan cepat..

Kutepuk pundaknya dari belakang.. “Gimana..?? Berhasil..??“
“Ituu.. ituuu masukkk JANGGG..! Tapi ..“ Darso tergagap menjawab pertanyaanku..

Tanpa menunggu lebih lama aku melompat masuk mengejar mangsaku.. Sebuah senyum mengembang di bibirku ketika telingaku mendengar bunyi..
Berdesir.. serrrrrr.. serrrrrr.. serrrrrr.. dari balik sebuah pintu yang masih menyembunyikan seorang mangsaku yang cantik.

Aku merasa yakin Non Ayhwa tidak dapat bersembunyi dari keganasanku.. Karena di dalam toilet pria itu hanya ada sebuah WC tertutup..
dan lima buah pot keramik.. yang tergantung di dinding.. lalu tiga buah wastafel yang berjejer tertanam pada sebuah meja batu panjang..
berlapiskan keramik berwarna putih.. di bawah sebuah cermin berukuran besar yang terpasang di dinding.

“–.......?????–” Aku terkejut ketika seseorang membekap mulutku dan menyeret tubuhku dari belakang..
keluar dari dalam toilet pria dan terus menyeretku ke tempat yang tersembunyi.

Kutolehkan kepalaku ke samping belakang ketika orang itu melepaskanku.. Aku keheranan menatap raut wajah Darso yang ketakutan..
Dasar kampungan.. mau dikasih yang enak-enak malah ketakutan seperti itu.

“Lhaa.. gimana sihhh lu..!? Belon apa–apa udah keok duluan.. Dasar pengecut.. BADAN AMA ISI SELANGKANGAN AJA YANG GEDE..”
aku mengumpat kesal sambil menyikut perutnya yang buncit.

“Ssssttttt.. Janggg Ituuuu..“ Darso meletakkan jari telunjuknya pada bibirnya yang meruncing kemudian menunjuk ke depan.
Jdugg..!! JANTUNGKU berhenti berdetak KARENA TERKEJUT.. ALAMAAAAKKKK..!!!

“HAHHHHHH.. @#$%@@#$..?? Goblokkk..! Kenapa nggak ngomong daritadi.. AMPIR AJA GUA MAMPUSSSS..!!!“
Aku mendesis keras mengumpat sambil mendelikkan mataku.

“Lohhh..?? Koqq nyalahin gua sihh..? Kan elu sendiri yang nyelonong masuk seenaknya..!!
Makanya dengerin dulu.. kata-kata gua sampe abis.. gua kan belum selesai bicara JANGGG..”
oOo

Hari Selasa.. jam 17.05..

“Jangggg.. lu yakin nggak..?? Ntar kaya kemaren..!! Ampir aja lu ngembatttt Bu Selmy..!!”
“Gua yakinn. Duh bawel amat sih lu..? Udahhhh.. cepetan ah.. ntar nggak keburu dodol..!!”
Aku mulai naik pitam ketika Darso meragukan keampuhan tipu muslihatku.

Darso segera menyambar selembar kertas pengumuman yang kubuat dengan bantuan Non Vania..
Si gemuk menempelkan kertas pengumuman itu tepat di pintu toilet wanita.. ‘Maaf sedang dalam perbaikan..”
Isi kertas pengumuman yang tertempel di depan pintu toilet wanita itu.

Kami berdua segera bersembunyi di tempat persembunyian kami.. aku dan sahabat karibku menanti seseorang yang diharapkan akan datang.
Tidak berapa lama aku dan Darso tersenyum sambil saling berpandangan..
ketika seorang karyawati cantik melangkah terburu-buru menuju toilet wanita yang letaknya bersebelahan dengan toilet pria.

Tubuhnya elok molek.. ramping seksi.. wajahnya cantik jelita.. kedua matanya sipit.. bibirnya yang mungil tampak segar menggoda.
“Aduuhhhhh.. uuhhhh..Hssshhhhh.. nggak tahan.. emmmhhh..” si pengantin baru tampak kebingungan.

Kedua kakinya yang mulus merapat.. seolah-olah sedang menahan sesuatu.. Berkali-kali bibirnya yang mungil mendesis pelan..
Setelah menengokkan kepalanya ke sana ke mari.. tubuh moleknya mulai mendekati pintu toilet pria yang sengaja kubuka dengan lebar.

Ia tampaknya masih ragu-ragu untuk masuk ke dalam perangkap kenikmatan yang sudah kami persiapkan di dalam toilet pria.
Namun akhirnya dengan cepat tubuh molek itu menyelinap masuk ke dalam perangkapku.
Aku dan Darso menahan tawa ketika keragu-raguannya dihantam oleh ‘kebutuhan yang mendesak’.

Darso melangkah mendahuluiku.. kami berdua masuk mengikuti si pengantin baru yang cantik jelita.
Dengan mengendap-ngendap tanpa mengeluarkan suara.. kami menanti di depan pintu kenikmatan yang masih tertutup rapat..

Seeerrrrr..!! Serrrrrrrrr..! Aliran nafsu bejat membuat sesuatu di permukaan celana kami menggembung.
Dengan sabar aku dan Darso menunggu makan siang kami yang pasti lezat..

Krekettttt .. pintu itu terbuka lebar.. sesosok tubuh molek berwajah oriental menampakkan dirinya.
“Hahhhhh..?? Nonn Ayhwaaa..?”
“Waduhhhhhhh..?”
“Awwwwww..!!” Ia berteriak kecil.

Aku dan Darso berpura-pura terkejut.. sementara ia tersentak karena terkejut setengah mati.
Ia tidak menduga kalau aku dan Darso akan memergokinya.

“Lagi ngapain di sini Non..?? Hayoh.. Nggaku..!!“ Darso mulai menginterogasi si pengantin baru bermata sipit.
“Eehh Euuu.. ini.. aku salah masuk..“ si cantik berusaha mencari-cari alasan.

“Nggak Mungkin Nonnnn.. Nggak Liat Itu Apaan..?” Dengan mudah Darso mematahkan alasan si pengantin baru..
dengan menunjuk ke arah lima buah pot keramik yang menggantung berjajar di dinding.

“Pasti Non Ayhwa pengen ngintipin titit.. hayo NGAKUU..!!”
Aku menuduhnya sambil menjulurkan tanganku ke arah dada si cantik yang tengah tergagap oleh tuduhan-tuduhanku dan si gemuk Darso.

“NGGAKKK..!! BUKANNN..!! Akuuu.. ituu.. Heiiii.. jangan kurang ajar kamu UJANGGG..!!”
Ayhwa menepiskan tanganku yang hendak menjamah susunya.

“Situ Yang Jangan Kurang Ajarrr..! Masuk ke dalam toilet pria buat ngintipin titit saya dan Ujang..!“
Darso mendorong bahu Non Ayhwa dan mendesak tubuh karyawati cantik itu ke dinding dekat dudukan wastafel..

Tas si pengantin baru terjatuh di bawah kedua kakinya yang gemetar ketakutan. “Lepaskannn.. heii.. Darsoo.. Lepaskannnn..!! Atau aku teriak nihh..!!“
Non Ayhwa mendorong tubuh Darso yang berusaha untuk memeluk tubuhnya yang molek mungil.. ia berusaha menggertakku dan Darso.

“Coba aja.. kita lihat siapa nanti yang bakal-an menanggung malu..!!”
“Tolonggg Ada Tukang Intippppp..!!” Aku berpura-pura mulai berteriak.

“Kurang keras Jangg.. teriak lagii yang kerassss..!!“
“Toolllooonnggg..!!“ Aku sedikit mengeraskan suaraku.

“Jangann Ujanggg.. jangannnnnn..!” Si pengantin cantik bermata sipit memohon dengan suara memelas.
“Makanya.. nggak usah ngancam mau berteriak-teriak begituuuu.. n’tar kalau ada yang datang gimana..?”

Sikap Darso berubah menjadi lebih lembut.
Aku tersenyum sambil menempelkan kertas pengumuman yang kedua pada pintu toilet pria.. ‘Maaf Sedang Dalam Perbaikan’..
Clickkkkkkk.. kututupkan pintu itu dan kukunci dari dalam.

“Ujanggg.. Darsooooo.. tolong lepaskan akuuuu.. tolong..“
Ayhwa memohon sambil terisak ketika Darso memeluk tubuh mungilnya dan mendudukkannya di atas dudukan meja wastafel..
Kedua kaki mulusnya yang terjuntai merapat ketakutan.

“Non Ayhwa.. saya tidak akan menyakiti-mu percayalah, sayang..”
Darso membelai wajah Non Ayhwa.. kemudian dengan lembut mengusap airmata yang meleleh di pipinya.

Tangan Darso meloloskan blazer berwarna putih yang membalut tubuh mungilnya dan memberikannya kepadaku..
Dengan rapi kulipat jaz blazer Non Ayhwa..

Baru saja aku selesai melipat baju blazer itu..
Darso kembali menyodorkan baju kemeja berwarna krem yang baru dirampasnya dari tubuh mulus si pengantin baru.

“Sialannnnn..!! Lu pikir gua lemari baju hah..?? Bajunya doang yang lu bagi ke gue..“ aku mendesis kesal.
Mataku melotot menatap gundukan putih yang mengintip dari balik bra Non Ayhwa.

“He he he.. sekaliannnnn.. lipet yang rapi ya Jang.. n’tar lu pasti gua bagi..
Tapi gua lagi melepas rindu dulu nihhh sama Non Ayhwa. Jangan ganggu yaaaaa.. hehehehe..”

Cupphhhh.. Darso mengecup pipi Non Ayhwa.
Si cantik melengoskan wajah-nya.. ia berusaha menghindari sebuah ciuman di bibir mungilnya.

Darso tersenyum mesum.. tangannya mengusap-ngusap lutut Non Ayhwa..
Usapannya terus merayap naik sambil menarik rok mininya sedikit demi sedikit ke atas.

“Jangannn..! Jangannn DARSO.. jangannnn.. Toloongggg kasihanilah suamiku.. kasihanilah dia..!”
Non Ayhwa menepiskan tangan Darso yang mengelus pahanya sebelah dalam..

Ia berusaha mempertahankan kesuciannya.. ia tidak rela tangan Darso menjamah tubuhnya..
dan tidak sudi ada tangan lain yang membelai tubuhnya selain tangan suaminya tercinta.

“Nonnn Ayhwaaaaa.. saya ini lebih kasihan daripada suami Non Ayhwa.. siang-malam saya selalu mengimpi-impikan Non..
Saya tersiksa sekali Nonnnnn.. Seminggu yang lalu cinta saya hancur di tengah jalan.. ketika mendengar Non Ayhwa menikahi lelaki itu..
Panas rasanya hati saya ini membayangkan tubuh molek Non dijamah oleh laki-laki lainnnnnn..“
Darso menumpahkan seluruh isi hatinya. Hatiku ikut terenyuh mendengar kata-kata Darso yang berlantunkan nada-nada sedih.

Mata Darso menatap wajah Non Ayhwa yang tertunduk sambil terisak.. tangan kanannya terjulur untuk mencubit lembut dagu si pengantin baru..
kemudian mengangkat dagunya agar wajahnya yang cantik mendongak ke atas.

Lalu dengan rakus bibir Darso mengecupi bibir Non Ayhwa yang berwarna merah muda..
Airmata semakin deras meleleh dari sudut mata si pengantin baru yang jelita.

Ketika Darso melumat dan mengulum bibirnya yang mungil.. sesekali bibir tebalnya mengecupi kedua mata Nona Ayhwa..
Lidahnya menjilati hidung si pengantin baru yang mancung.. setelah itu batang lidahnya bergerak..
mengulas-ngulas lelehan airmata Non Ayhwa yang meleleh di pipinya yang lembut halus.

“Ahhhhhh..!!“ Tubuh molek Non Ayhwa terperanjat ketika tangan Darso merogoh payudaranya sebelah kanan..
Tangan itu meremas-remas sesuatu di dalam bra Non Ayhwa.. sementara bibirnya terus mengecupi bibir si pengantin baru..
yang sesekali mendesah pelan.. menggantikan suara isak tangisnya yang mulai menghilang.

Si cantik bertubuh molek terdiam ketika tangan si gemuk berlemak merayapi belakang punggungnya untuk melepaskan kaitan branya..
Ia tertunduk dengan wajah merona merah dadu ketika Darso menarik bra putihnya.. hingga terlolos melalui kedua lengannya.

Mata Darso dan mataku mendelik melotot menatap dua buah bukit kembar yang putih ranum.
Jemarinya tertekuk mirip seperti cakar.. kemudian mencengkram kedua gunung indah di dada gadis itu.

Kedua jari jempolnya bergerak lembut memijiti pentil Non Ayhwa yang tegak meruncing karena terangsang.
Tangan si pengantin baru berpegangan pada kedua lengan Darso yang sedang asik mencengkram kedua bukit susu di dadanya.

Si cantik merintih dan mendesah kecil.. wajahnya yang cantik yang semula hanya menatap lantai kini mulai terangkat menatap wajah Darso..
Bibirnya yang mungil merekah dan mendesis sambil sesekali memanggil nama si gemuk itu.

“Aaaaaahhhh.. Hsssshhh.. Sssshhssssss.. Darsooooooo.. Hssssssss.. ahhhh..”
Cupphh.. “Emmmmhhh..” Cpppp.. “Mmmmmmh..”

Ayhwa memejamkan matanya ketika Darso kembali menundukkan wajah untuk melumat bibirnya yang mungil.
Dengan rakus si gemuk mengulum bibir Non Ayhwa..

Cumbuan mereka semakin memanas ketika si cantik bertubuh molek mulai berani membalas lumatan-lumatan bibir Darso.
Sambil meremasi payudara Non Ayhwa.. Darso mengecup.. melumat dan mengulum bibir mungil itu sampai puas.

Si gemuk mengecup dahi Non Ayhwa.. kemudian menjulurkan batang lidahnya menjilati sela-sela bibir mungilnya.
Non Ayhwa menjulurkan batang lidahnya menerima ajakan lidah mesum Darso yang terus menggeliat diantara sela-sela bibirnya yang mungil..
dua batang lidah yang tampak basah itu bergerak saling menyapu dan mengelus.

Berkali-kali Darso mengisapi dan mengulum batang lidah si pengantin baru yang jelita.
Darso memposisikan tubuh gadis itu untuk berlutut menghadap ke arah cermin besar yang terpasang di dinding..

Kini melalui bayangan di cermin besar itu Nona Ayhwa dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sediri apa yang sedang diperbuat oleh Darso..
seorang office boy bertubuh gemuk berperut buncit yang tengah menggerayangi kemolekan tubuhnya.

“Ehhssshhhhhh.. ahhhhhhhhhh..“ tubuh mungil itu menggigil ketika Darso melumati dan mencumbui batang lehernya yang putih jenjang..
matanya menatap sayu pada bayangan tubuhnya di cermin..
ia mendesah ketika Darso mengusap bulatan payudaranya bagian bawah kemudian meremas-remas susunya yang semakin membongkah padat.

Sementara bibir Darso mengecupi dan membasuh kedua pundaknya bergantian sebelah kiri dan kanan.
“Iiihhh.. Geli.. Hssshhhhhhh..”
Tangan kiri Nona Ayhwa bergerak ke belakang mendorong kepala Darso yang sedang menggeluti batang lehernya bagian kiri.

Dengan lembut tangan Darso mencekal pergelangan tangan Non Ayhwa dan menariknya ke belakang.
Kemudian ia kembali melanjutkan aksinya menggecupi dan mencumbui bahu..
pundak.. leher.. dan telinga si pengantin baru yang terus mendesah dan merintih pelan.

Tubuh moleknya meliuk ke sana ke mari.. berusaha menghindari serangan-serangan Darso yang geli-geli nikmat.
Sesekali wajahnya yang jelita mendongkak ke atas sambil mendesis dan mendesah..
menahan cumbuan panas dari seorang office boy bertubuh gemuk berlemak.

“Saya buka ya Nonnn.. sup..paya lebih afdool..”
Tangan Darso mencapit retsleting rok mini Non Ayhwa.. kemudian menarik retsleting itu turun dengan sekali sentakan yang kuat.

Setelah meloloskan rok mininya.. tangan Darso bergerak untuk meloloskan secarik celana dalam putih yang melindungi wilayah suci Ayhwa.
“Hhaaaaaaaaaaaa..!?!“ Ayhwa menarik nafas ketika tangan kanan si gemuk meraih menangkup selangkangannya dari belakang.

Tangan kiri Darso semakin aktif menggerayangi dan meremas-remas payudaranya..
Mulut Darso bergerak mengecupi dan menjilati punggungnya..

Entah kenapa ia merasakan suatu sensasi yang merangsang gejolak birahinya..
ketika melalui pantulan cermin besar itu Ayhwa menyaksikan tubuh mungilnya tengah digeluti oleh seorang pria gemuk.

“Slllssshhhhh.. Oohhhhh..!” Bibir si cantik mendesah pelan ketika merasakan jari tengah Darso bergerak menekan..
dan tercelup di antara cepitan bibir vaginanya yang sudah becek sedaritadi.

“Nonn.. memek Non sempit amat ya..? Hehehe.. Saya jadi kepingin tau..
Sebenarnya sudah berapakali sih Non Ayhwa dicolok sama suami Non.. hemmmm..?“

“Ssekahh..li.. Hssshhhhss..”
“HAHHHH..?? Cuma sekaliii..?” Hampir bersamaan aku dan Darso berseru kaget..

Gila..!! Laki-laki sinting mana yang membiarkan santapan lezat seperti Non Ayhwa yang bertubuh molek..
berwajah cantik jelita ini menganggur selama semingguan.

Non Ayhwa menjelaskan kalau sehari setelah menjalani malam pertama..
suaminya dipanggil oleh atasannya karena keadaan yang cukup mendesak hingga batal mengambil cuti.
Rupanya sang suami lebih mementingkan karirnya daripada istrinya yang cantik jelita.

“Waduhhhh Non.. bukannya bilang sama saya.. tau gitu saya yang nemenin Non Ayhwa honeymoon selama seminggu..“
Berkali-kali Darso menarik dan menekankan jari telunjuk-nya yang mulai tercelup-celup ke dalam belahan vagina si pengantin baru yang mendesah..
sambil menekuk wajahnya yang cantik memperhatikan jari tengah Darso yang tengah bekerja dengan giat menusuki belahan vaginanya.

“Enakk Nonn..?“
“He-ehh..“ Non Ayhwa mengangguk kecil..

Sebuah anggukan dari si cantik yang membuat nafsu binatang Darso semakin buas.. Jari tengahnya bergerak semakin cepat.
Batang lidah Darso terayun menjilati lelehan keringat yang mulai mengucur di tengkuk dan leher si pengantin baru bermata sipit yang cantik jelita.

Tubuh moleknya itu menggeliat indah dalam rengkuhan nafsunya yang begitu buas dan liar.
Satu demi satu pakaian si gemuk terlepas dari tubuhnya.. tubuh Darso kini telanjang bulat..
menyusul tubuh molek si pengantin baru yang polos tanpa selembar benangpun menutupi tubuhnya yang molek.

“Enhhhh..!!” Crrruttt cruuuttt..! Si pengantin baru tiba-tiba mencekal pergelangan tangan si gemuk..
sambil menarik pinggulnya ke belakang.. hingga jari tengah Darso tergelincir dan terlepas dari cepitan vaginanya.

Dengus nafasnya tersengal.. merasakan denyutan-denyutan kenikmatan di wilayah intimnya..
seakan-akan sedang memeras cairan vaginanya hingga meleleh ke atas meja batu berlapiskan keramik berwarna putih bersih.

Darso meraup cairan vagina si pengantin baru.. kemudian membasuhkannya pada batang penisnya yang besar panjang..
dengan cairan kewanitaan Non Ayhwa.. untuk menyamarkan bau penisnya yang tidak terawat.

“Nonnn.. jilatin titit saya dong..” si gemuk tersenyum-senyum sambil membantu Non Ayhwa turun dari atas dudukan wastafel.

Setelah menekan bahu si pengantin baru agar berlutut di hadapan selangkangannya.. Darso mengacungkan batang penisnya ke depan..
sambil menarik tangan kiri Ayhwa.. dan meletakkan tangannya pada batang penisnya yang besar dan panjang.

“Iiihhhh.. Darso.. besar amat..!?“ Mata sipit Ayhwa melotot menatap batang penis berukuran jumbo milik Darso..
yang bulatannya jauh lebih besar dari bulatan batang penisku..
walaupun jika dibandingkan dari panjangnya tidak jauh berbeda dengan panjang penisku.

“Gede mana sama punya suami Non Ayhwa..?“
“Yaaaaa.. gede-an punya kamu sihhh..“ wajah si cantik merona merah..

Tangan kirinya mendorong penis Darso hingga menempel sejajar dengan perutnya yang buncit..
Lama sekali tangan kanan Non Ayhwa mengelus-ngelus batang besar panjang di selangkangan Darso yang bertubuh gemuk berlemak..
mirip seperti sosok Rony Dozer di Extravaganza.

“Nonnn.. jangan cuma dielus-elus doang donggg..”
“Eemmm.. Darso maunya diapain..!?”
Ayhwa bertanya menantang sambil menengadahkan kepalanya ke atas.. sebuah senyuman nakal mengembang di wajahnya yang jelita.

“Dijilat.. terus diemut sama Non Ayhwa.. ceilehhh nonnnnn.. pake nanya lagi..? Ayo Non.. jangan malu-malu hehehehe..”
“Digini-in..?” Sllcccckkkk.. ckkk ckkk slllllccckkkkk..

“Uhh–Ahhhhh.. iy iya Nonnn.. terusss.. terusss..” Darso menekuk wajahnya ke bawah.
Bola matanya membeliak keenakan ketika batang lidah si pengantin baru yang basah dan hangat memanjakan batang penisnya.

Kepala Ayhwa terayun-ayun sepanjang kemaluan Darso..
batang lidahnya terjulur-julur dengan gerakan yang teratur menjilati buah pelir dan batang penis si gemuk..

Sesekali lidahnya melingkari kepala penis Darso yang berkali-kali melotot keenakan menikmati basuhan batang lidah itu pada kepala kemaluannya.
–Happppp..– “HEUDEUHHH..!? Aduh Non.. jangan digigit gitu dong..!!“ Si gemuk protes.

Dengan refleks ia menarik penisnya ke belakang ketika gigi Ayhwa terbenam di kepala kemaluannya..
“Hehehehe..” Ayhwa terkekeh nakal sambil menengadahkan kepalanya ke atas..
Matanya yang sipit menatap wajah Darso yang merah padam karena menahan nafsu..

“Duuu-uhhh.. non Ayhwa gemes-in dechhh.. sini Nonnn duduk.. heuppp.. nahhhhh..”
Darso mendudukkan si pengantin baru di pinggiran meja wastafel.. Mata sipitnya menatap sayu ketika Darso berlutut di hadapan kaki mulusnya..

Kedua tangan Non Ayhwa menyilang di dada.. ia berusaha melindungi kedua bukit indahnya yang semakin membuntal padat..
dengan putingnya yang berwarna pink kemerahan dari tatapan mataku yang liar.

“Coba ngangkang Nonn.. Yeeh malah tambah dirapet-in..”
“Malu-ah..“ wajah si cantik bertubuh molek semakin merona karena jengah..

Sementara Darso semakin bernafsu untuk mengangkangkan kaki mulus si pengantin baru.
Dengan sedikit paksaan Darso mengangkangkan sepasang kaki mulus si cantik bertubuh molek.

“Ohhhh.. Darso hh.. hhh..” nafas Non Ayhwa berdesahan ketika kepala si gemuk terbenam di selangkangannya.
Jemari tangannya yang lentik mengelus-ngelus kepala Darso yang tengah mengendusi wilayah intimnya.

DUGGG..!! DUGGGGG..!! DUKKKKK..! Jantung Darso berdetak dengan keras.
Bola matanya memicing menatap tajam kemolekan vagina si pengantin baru..

Cuping hidungnya kembang kempis mengendusi aroma vagina si cantik yang begitu harum merangsang..
sementara kedua tangannya mengusap dan mengelus-ngelus permukaan paha Ayhwa yang putih mulus.

Lidah Darso terjulur memanjang.. slrupp.. dijilatnya belahan vagina si cantik yang terperanjat..
ketika ujung lidahnya mengelus-ngelus lingkaran bibir vaginanya.

Tengah asik-asiknya Darso menjilati vagina Ayhwa.. tiba-tiba terdengar bunyi nada dering MP3 dari tas kecil Ayhwa yang kini tampak pasrah..
Aku membantu mengambilkan telepon genggam milik si pengantin baru.

“Halooooo..?“ –Hai Sayanggg.. aku jemput ya..?–
“Ehhh.. jangannn.. aku lembur.. hari ini mungkin aku pulang agak malam..”

–Wahhhh.. gimana donggg.. padahal aku sudah kebelet nihhh.. pengennnn..–
“Yawdahhh.. kamu istirahat dulu di rumah.. kamu pasti cape setelah bekerja seharian.. tunggu aku pulang..”
sambil menjawab telepon dari seseorang.. wajah si pengantin baru terangkat ke atas.

Ia menggigit bibir bawahnya untuk menahan desisan kenikmatan yang hampir keluar dari bibirnya.. ketika mulut Darso terbuka dan mencaplok vaginanya.
–Hhhhhh.. Kalau gitu aku tunggu kamu pulang ya sayanggg.. Jangan lama-lama yach lemburnya..–
“Mmmmmmmm.. iyah.. aku usahakan dahhhhh..”
–Dahhh muacchhhhhh..!–

Darso menengadahkan wajahnya.. memperhatikan wajah jelita si pengantin baru yang mendadak murung..
Ada kebimbangan yang tersirat di wajahnya setelah menerima telepon dari suaminya tercinta.

“Eehhhh UJANG.. Ahhhhemmmppph..!” Kupeluk tubuh mungilnya dari samping untuk mengusir kebimbangannya..
Kutundukkan kepalaku untuk melumat bibirnya yang mungil..

Kukecupi dan kulumat-lumat bibir mungilnya dengan bernafsu.. hingga tubuh moleknya meronta dalam pelukanku karena kehabisan nafas..
Sementara Darso kembali melumati dan mengemut bibir vagina Non Ayhwa yang semakin becek dilelehi oleh cairan kewanitaannya yang gurih.

Dengan cepat gairah si pengantin baru naik lagi.. semakin menggebu-gebu..
menyadari tubuh mungilnya yang molek kini digeluti oleh dua orang office boy sekaligus.

“AAAA.. Hhnnnnnhhhhh..” Srrrutttt..crrrutttt.. tubuh si pengantin baru menggelepar dan menggigil nikmat..
ketika vaginanya kembali berdenyutan dengan kuat memuntahkan cairan puncak klimaksnya.

Sementara butiran keringat semakin deras mengucur melelehi tubuhnya..
Kedua tanganku meremas-remas lembut sepasang bukit payudaranya yang indah.

“Uhhh.. Darso.. pelan-pelan yachh..”
Non Ayhwa tampak khawatir ketika kepala penis jumbo milik Darso menempel di pintu vaginanya yang mungil.

“HE Ehhhh.. tahan ya Nonnnn..” Darso meraup lelehan cairan bening kental yang meleleh dari sela–sela belahan vagina si pengantin baru..
kemudian membasahi ujung batang penisnya dengan cairan kewanitaan Non Ayhwa.

“Hssshhhh.. Darso.. Hsssss Hsssshhhhh.. Afffhhh..!!” Wajahnya yang cantik tergolek lemas ke samping kanan..
Perutnya yang rata tanpa lemak tampak kembang-kempis.. menahan desakan-desakan kepala penis jumbo milik si gemuk..
yang sedang berusaha menembus cepitan belahan mungil dan rapat di selangkangannya.

BROSSSHHH..! “Owwwhhh..!!!“
Mata si cantik membeliak menatap wajah Darso.. ketika satu sentakan hebat akhirnya membongkar cepitan vaginanya yang mungil.

Kepala penis berukuran jumbo milik seorang OB bertubuh gemuk berlemak kini terbenam hingga sebatas leher penis..
tercepit di antara sela bibir vagina si pengantin baru yang menggeliat-geliat resah ketika Darso menekan-nekankan batang penisnya yang besar panjang.

Sleppp.. slepp.. Centi demi centi batang besar itu melesak semakin dalam.. mendesak liang vagina mungil si pengantin baru..
yang tersiksa kewalahan menerima desakan batang besar milik seorang OB yang terbenam semakin dalam.

“Urrrrhhhhh.. aaaaa.. Ahhhhhhh..” ayunan penis Darso membuat tubuh si pengantin baru yang molek mulai terguncang..
mengikuti helaan batang besar yang bergerak menusuki vaginanya dengan lembut.

Si gemuk membelai wajah Non Ayhwa yang jelita..
sambil terus berusaha mengayunkan penis besarnya yang masih sulit untuk keluar-masuk dalam cepitan vaginanya.

“Oohhhhhhhh.. Darso.. Ahhhhhh..!!“ si pengantin baru mendesah panjang ketika Darso meraih tubuh mungilnya yang bersandar pada cermin besar.
Tangan si gemuk melingkari bokong Non Ayhwa.. sementara yang satu lagi membelit dan mengusapi punggungnya yang basah berkeringat.

Belum begitu lama Darso mendesak-desakkan penisnya.. tubuh si pengantin baru tampak menggelinjang dalam pelukannya.
Wajahnya yang jelita terlihat renyak ketika menikmati denyutan cairan puncak klimaksnya..
yang kembali tumpah digenjot oleh seorang office boy segemuk Rony Dozer.

Darso memeluk erat-erat tubuh si pengantin baru.. tangannya membelai dan mengelus rambut Non Ayhwa yang semakin basah.
Si gemuk membiarkan si pengantin baru untuk beristirahat sejenak dalam pelukan kasih sayangnya.

Aku terkekeh menatap mata sipitnya yang terpejam.. ada sebuah senyum kepuasan di bibirnya yang mungil.
“Nonnn.. sini.. sama UJANG.. hehehe..” aku merebut tubuh mungilnya dari pelukan Darso.

Kubalikkan tubuh mungil itu menghadap ke arah cermin besar yang terpasang dinding toilet..
kemudian kutekankan punggungnya hingga dadanya jatuh merata di atas meja keramik itu.

“AHHHHHH..!” Seiring dengan tubuh moleknya yang tersentak..
aku mendengar desahan keras dari bibir si pengantin baru ketika kepala penisku mengait vaginanya dari belakang.

“Ah Aaaa Ah.. Ahh..“ tubuh molek Ayhwa terayun tersentak-sentak tanpa daya.. ketika aku mulai menembaki cepitan vaginanya yang mungil.
Sementara Darso mengusap-ngusap punggungnya yang basah dibanjiri oleh butiran keringat.

Sesekali si gemuk menundukkan wajahnya untuk mencumbui dan menjilati punggung..
pundak.. bahu dan telinga Ayhwa yang mendesah-desah dengan nikmat.

“Uhhhhhh.. Ujanggg.. Janggg.. Ohh Darsoooo.. Aww..!!” Crettt serrrrrr..! Non Ayhwa kewalahan menahan sodokan-sodokan kuat batang penisku..
dan cumbuan Darso yang kembali menghempaskan tubuh moleknya terkulai di pantai kenikmatan.. puncak klimaks yang nikmat dan indah.

Tubuh molek si pengantin baru terus terayun-ayun dengan teratur..
terdengar bunyi hempasan-hempasan selangkanganku yang beradu dengan buah pantatnya.

“Jam berapa sekarang..?”
“Jamm 6.11 JANG.. hehehe.. nggak kerasa udah satu jam-an yah..?”

“Hehehe..“ aku terkekeh sambil terus memacu batang penisku menyodoki vagina si pengantin baru.
Berkali-kali aku memeras cairan puncak klimaksnya hingga ia mengeluh kecapaian.

“Ennnhhh.. Hssshh Ujangg aku cape.. Uhh..!!”
“Sabar ya Nonnn.. soalnya hari ini Non Ayhwa bakal super cape..”

Darso terkekeh sambil mengecup bahu si pengantin baru yang masih tersentak-sentak.. akibat vaginanya disodoki oleh batangku dari sebelah belakang.
Darso membuka ikatan tikar yang sebelumnya sudah kami persiapkan.. kemudian si gemuk menghamparkan tikar itu di atas lantai toilet..
lalu membaringkan tubuhnya yang gemuk berlemak terlentang dengan pasrah

Aku menoleh ke arah Darso.. kemudian menggodanya.. “Mau ngapain lu pake ngangkang segala..?”
“Sialan.. Udah cepetan.. nggak usah cengengesan begitu..!” Darso memakiku sambil mendelikkan matanya.

“Hehehe..” Ploppfffhhh..! “Non.. naek bom-bom car gihh..!!”
Aku terkekeh sambil mencabut batang penisku.. kemudian menggiring tubuh molek si pengantin baru untuk menaiki penis jumbo Darso.

“Haaa aaaaaa.. Ahhhhhhhh..!!”
Wajahnya yang cantik jelita terangkat ke atas.. mengiringi masuknya sebatang penis jumbo ke dalam jepitan vaginanya yang mungil.

Kedua tanganku memegangi pinggangnya yang ramping dari arah samping.. kemudian kubantu si cantik untuk menaik-turunkan pinggulnya.
Cleppp.. BLEPP.. BLEPPP.. BLEPPP.. Clepphhh..

Rambutnya yang indah basah bergerak bergelombang ketika tubuh moleknya tersentak-sentak ke atas dengan kuat..
saat sebatang penis berukuran jumbo disodokkan oleh pemiliknya menyodoki belahan vaginanya yang mungil.

“Dad.. Darrssoohh pelanhhh-plannhhh.. Annnhhh.. Oww Owww..!!” Darso menghentak-hentakkan batang penisnya dengan sekuat tenaga..
Kedua tanganku kini menarik kedua lengan Non Ayhwa ke belakang hingga susunya membusung ke depan.

Mata si gemuk mendelik menyaksikan payudara Ayhwa yang terguncang hebat dengan gerakan yang indah.
Permainan Darso semakin lama semakin kasar dan liar.. hingga tubuh molek itu terlompat-lompat tersentak kuat tanpa daya di selangkangannya.

Entah berapakali tusukan-tusukan kasar itu merobohkan si pengantin baru dengan hantaman puncak klimaks.
JREBBB.. “Nggeehhhhhhhhhh..” Crrutttt.. crrrut..!! Ayhwa merasakan tubuhnya yang molek terkulai lemas dan roboh dalam pelukan Darso.

Nafasnya tersengal.. dan bibirnya yang mungil termegap-megap kehabisan nafas.
Habis sudah tenaganya yang terakhir disedot oleh puncak klimaksnya yang berdenyutan.

Aku menaiki buah pantat si pengantin baru yang sudah terkulai menungging tanpa daya.
Kutempelkan kepala penisku pada belahan buah pantatnya.

Kedua tanganku mencengkram dan menekan buah pantatnya seperti sedang membelah duren.
Kutatap lubang kecil yang masih perawan di belahan pantatnya yang bulat padat..

Ia melenguh ketika kepala penisku mulai menekan pintu anusnya yang mengkerut-kerut ketakutan..
Bretttpp.. dengan kasar kepala penisku menggedor pintu anus Non Ayhwa yang masih membandel.

“Ngeh.. Ngehh.. Ngehhh nnnnnnngggeeeehhhhhhhhh..“ Ayhwa merengek-rengek ketika merasakan liang anusnya dipaksa semakin melar.
Anusnya terasa sesak ketika batang besar seorang officeboy menyodominya.

“SAKITTTTTTT!! OAAWWWW..!!”
Tubuh moleknya terperanjat kesakitan ketika batang penisku sukses melakukan tugasnya menyodomi liang anusnya.

“Haaaaaaaaaaaa..!!“ Hanya suara itulah yang kami dengar dari mulutnya yang ternganga lebar..
matanya yang sipit membeliak-beliak ketika penisku dan penis Darso bergerak teratur bersamaan.. menusuki vagina dan anusnya sekaligus.

Lalu dengan setia tusukan-tusukan penisku dan Darso mengantarkannya berkali-kali menuju puncak klimaksnya.
Cretttt.. Cretttt.. serrrrr.. Crettt Crettt Serrrrrrr.. Kecrotttt.. Crrrotttt..

“Argggh..”
“Urrrhhhhh.. Crrroooooooottttt..!!

Aku dan Darso melilit tubuh moleknya yang terkulai lemas di antara himpitan tubuh kami berdua.
Si cantik molek termegap bercucuran keringat.. seperti halnya keadaanku dan Darso yang basah kuyup.
Sementara suara desahan dan dengusan nafas kami bertiga terdengar keras saling bersambutan.

Ayhwa terdiam kecapaian.. tubuhnya yang molek terkulai lemas tak berdaya di antara himpitan tubuh dua orang office boy berkulit coklat kehitaman.
Kedua matanya yang sipit terpejam-pejam.. sementara bibirnya yang mungil sesekali termegap berusaha untuk mengambil nafas.
oOo

Sekitar jam 10.30

Seorang karyawati cantik diantar pulang oleh seorang Office Boy dengan menggunakan sebuah sepeda motor bebek dukun berwarna merah..
Dengan lemas tubuhnya yang molek merosot turun.. kemudian melangkah limbung ke dalam rumahnya di daerah perumahan XXXXX.

Ia melangkah mendekati sebuah pintu yang tertutup rapat.. perlahan-lahan tangannya membuka dan mendorong pintu kamar di hadapannya.
Airmata meleleh jatuh di pipinya.. menyaksikan seorang pria yang tengah tertidur dengan pulas di atas sebuah ranjang yang kini telah ternoda.

Sebuah penyesalan terucap dari bibirnya yang mungil. “Maafkan Aku.. Hkk.. Maafkannn.. Hhh Hkkk Hkkkkkk..”
Setelah mengusap airmata yang melelehi pipinya.. dengan perlahan ditutupnya kembali pintu kamar itu.

Ia mengambil handuk dan membersihkan dirinya dengan kucuran air shower hangat.
Di bawah kucuran air shower hangat wajahnya kembali merona merah..

Bibirnya yang mungil mendesis memanggil nama dua orang office boy di kantornya..
“UJANGGG.. Darsooooo.. Hssshssss.. ah ahhhh..!“ To be Contiecrott..
-------------------------------------------------------------------
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd