Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT KISAH CINTA : CINTA PERTAMA (PART 2) 21+

Public Enemy No. 1


Emang nasibku sejak kuliah ini selalu ngenes. Aku jadi rusak karena disiksa oleh kemiskinan. Di awal awal kuliah, aku sangat menderita karena gak punya uang. Aku harus kerja banting tulang jadi tukang rongsok guna ngumpulin uang. Untungnya aku dapet pertolongan dari Dodo sehingga bisa meringankan bebanku dalam membayar tunggakan kostan.

Kerja di los rongsok rupanya menguras energiku tapi penghasilannya sangat sedikit. Aku selalu ngerasa lelah setiap harinya. Aku juga harus menahan malu karena memulung botol-botol bekas yang ada di kampus. Kalo pulang suka bawa karung besar berisi botol. Aku selalu diketawain sama mahasiswa lain, bahkan pernah aku ditegur sama dosen agar gak memulung di kampus karena bisa merusak citra kampus.

Akhirnya aku bisa dapet kerjaan baru di bidang musik. Aku dan Ellen membentuk grup musik Managar atas bantuan Aldric. Dia rajin melatih kita dan memberikan pekerjaan untuk perform di event-event musik maupun cafe. Akan tetapi kerjaan kayak gini datengnya gak menentu dan penghasilannya kecil juga.

Aku pun minta kerjaan sama Jessica. Dia ngasih kerjaan jadi pemandu lagu. Pekerjaan ini memang menghasilkan uang gede, tapi aku harus mengorbankan harga diriku. Aku terpaksa berbuat nakal biar dapet tip banyak dari tamu. Kemarin aku cukup beruntung karena dapet tamu orang kaya yang baik. Ternyata tamu itu adalah ayah kandung Erna. Dia pun senang karena bisa ketemu lagi sama anaknya yang udah terpisah 14 tahun. Erna pun kini mendadak kaya dan gak kerja lagi di tempat karaoke.

Baru aja aku dapet kebahagiaan setelah pacaran sama Aldric secara rahasia, eh aku malah dipermalukan dan diinjak injak sama si lacur Cassandra. Aku gak nyangka, cewek se cute dan se perfect dia bisa berbuat biadab sama aku yang sesama manusia biasa. Aku dulu ngefans sama Cassandra karena dia cantik, baik dan ramah. Aku juga sering belajar sama dia tentang musik, tapi sekarang aku sangat membencinya.

Salahku apa ya? Aku kan ngewe sama Aldric di rumahnya dan rahasia. Aku juga pacaran sama dia karena dia udah jomblo, tapi kok aku dituduh pelakor? Emang cacat logika tuh si Lacur Cassandra.

Aku heran juga sama Aldric, kenapa dia begitu lemah? Kenapa dia gak mencegah penyerangan Cassandra dan gengnya sama aku? Dia malah planga plongo kayak orang bego. Malahan aku ditolong sama cowok-cowok teman Cassandra yang bahkan aku tak kenal.

Aku mendadak inget sama Dodo Gan/Sis. Dia pasti gak bakalan ngebiarin aku dipermalukan kayak gitu. Kalo kasus kemaren itu jatuh di Dodo, dia pasti belain aku habis habisan dan menghindarkan aku dari serangan.

Sepanjang jalan aku menahan tangis. Aku kesel banget saat itu. Berkali kali Aldric nelepon aku, tapi tak kuangkat. Aku juga kesel sama orang itu. Kukira dia bener bener baik, tapi ternyata lebih bego dari Dodo. Duh! Aku kangen sama kamu Do, maafin aku ya Do udah selingkuh.

Sekitar jam 12 siang, aku tiba di kostan. Air mataku udah gak terbendung lagi, ketika masuk halaman kostan, aku langsung nangis. Bang Sandi kaget denger suaraku, dia langsung keluar dari kamarnya. Tanpa basa basi, dia memelukku.

"Lu kenapa Mit"

"Bang Sandiiiii"

"Bukannya semalem lu jalan sama si Aldrik?"

"Iya Bang... aku sedih banget"

"Udah udah! Yuk gue anter ke kamar gue"

Bang Sandi membawaku ke kamarnya. Dia ngasih aku minum air teh anget. Teh itu membuat aku sedikit tenang. Aku benar benar butuh sebuah bahu untuk menyandarkan kesedihanku. Bang Sandi lah jawabannya. Aku kembali bersandar di bahunya yang kekar dan item. Bang Sandi merangkul tubuhku, dia mengelus elus rambutku dengan tangan kasar dan gradakan nya.

"Elu kenapa Mit? Elu disakitin sama Aldrik?"

"Enggak Bang, tapi aku disakitin sama temen temennya, terutama si Cassandra"

"Kasandra? Gue baru denger, siapa dia?"

"Dia itu mantan pacar Aldric"

"Kok bisa nyerang elu Mit?"

"Mereka nerobos masuk, maksudnya mau ngasih kejutan ulang tahun buat Aldric, mereka dateng kesitu tanpa diketahui siapapun... aku kan ngewe sama dia pagi hari, pas udah beres mereka langsung masuk dan mendapati kita lagi bugil, jadi mereka marah"

"Apa mereka berbuat kasar sama elu?"

"Iya Bang, mereka menginjak-injak harga diriku, aku dipermalukan, rambutku dijambak, aku dipukulin sambil di kamera... sedih pokoknya mah Bang"

"Si Aldric ngapain aja anjir?"

"Dia malah sibuk berusaha nenangin Cassandra"

"Kurang ajar si Aldrik gobl*k!! Bukannya melindungi elu, malah nenangin cewek itu... kalo dia berani kemari, gue pites pites kakinya... gue gak takut kalo dia badannya lebih gede daripada gue"

"Jangan Bang! Ini bukan salah Aldric!"

"Ya tetep aja Mit, elu diginiin gara gara dia!"

"Pokoknya jangan Bang! Abang jangan sampe ditangkep polisi! Aku sama siapa lagi dong Bang kalo kamu gak ada?"

Bang Sandi pun langsung terdiam setelah aku gituin. Mungkin dia geer atau baper sama aku. Dia kemudian ngelusin kepalaku lagi. Nyaman deh rasanya aku diperlakukan gitu sama Bang Sandi, dari pertama aku dateng kemari, aku selalu diperlakukan baik sama dia.

Aku pun balas mencium pipinya. Kupandangi wajahnya sambil senyum. Walau berat, aku berusaha tegar. Mungkin inilah azab buatku yang selalu berbuat dosa.

"Makasih Bang? Udah selalu baik sama aku"

"Pokoknya gue akan melindungi lu Mit, gue udah nganggep elu adik gue... gue sayang elu"

"Aku juga sayang Abang"

Tiba tiba aja dia nyosorin bibirnya mencium aku. Dasar cowok! Selalu curi-curi kesempatan, tapi gak apa apa deh, lagian aku lagi sedih. Aku pun membuat ciuman itu semakin panas dengan permainan lidah. Meskipun Bang Sandi itu item, jelek, kucel dan bau, tapi dia baik banget. Dia udah mendekati Dodo lah Gan/Sis.

Setelah aku tenang, aku kembali ke kamarku. Bang Sandi membawakan barang barangku yang berat. Di kamar, aku rebahan di kasur untuk menenangkan pikiran.

Kayaknya aku akan dimusuhi satu kampus? Secara si lacur Cassandra itu adalah seleb dan anak fakultas sospol. Udah rahasia umum kalo anak sospol itu pada bar bar dan gaul. Mereka memiliki solidaritas yang tinggi antar sesama. Aku pasti akan diserang sana sini.

Keesokan harinya, aku kembali kuliah. Bang Sandi nganterin aku pergi ke kampus. Apa yang khawatirkan benar terjadi Gan/Sis. Pas masuk area kampus, banyak bertebaran selebaran foto aku dengan tulisan lonte perebut pacar orang.

Orang orang pun langsung menatap tajam dan sinis kepadaku. Bang Sandi marah besar, dia mencabuti poster poster itu sambil marah marah. Aku berusaha menenangkan Bang Sandi biar gak menjadi pusat perhatian.

Aku pun jalan sendiri menuju gedung fakultas. Aku gak nyangka, waktu itu beberapa orang himpunan menyambut ku. Mereka membawaku ke ruang himpunan mahasiswa MIPA. Mereka menanyakan rumor yang beredar diantara mahasiswa.

Aku pun berusaha mengklarifikasi rumor itu. Aku membenarkan kejadian di hari kemarin yang menimpaku, kuceritakan semuanya dengan gamblang dan apa adanya. Mereka pun merasa iba kepadaku karena aku memang gak salah apa apa. Aku pun kembali ke kelas untuk kuliah.

Aku ketemu sama temen temen gengku. Mereka pada khawatir dan kasihan sama aku. Ternyata kejadian pagi kemaren telah direkam sama salah satu temen Cassandra. Video itu telah menyebar di kalangan mahasiswa. Ellen menunjukkan video itu kepadaku. Dalam video, aku terlihat ketakutan sambil menutupi tubuhku pake sprei, lalu dilanjut sama adegan penyiksaan kepadaku.

"Si Cassandra emang gobl*k banget... ini mah gak bisa dibiarin Mit" bentak Rani.

"Kamu gak salah Mit, ini bukan penggerebekan, tapi mereka yang nerobos rumah Aldric" tambah Diah.

"Kita akan pasang badan buat lindungin kamu Mit" lanjut Ellen.

"Gak cuma kita, tapi seluruh fakultas MIPA akan pasang badan belain kamu" pungkas Ayu.

"Makasih banget gays, makasih atas perhatian kalian"

Aku bersyukur karena masih banyak orang yang baik kepadaku. Mungkin ini balasan karena aku juga selalu berbuat baik sama orang.

Video memalukan itu sedikit banyak membuatku terkenal. Banyak orang yang penasaran sama aku. Untungnya sih dulu teknologi belum sepesat sekarang. Jadi video itu cuma nyebar di sekitaran kampus aja. Coba kalo jaman sekarang? Beuh! Bisa bisa aku terkenal se Indokarr.

Gara gara video itu, narasi tentang kejadian yang kualami menjadi berubah. Yang semula kejutan ulang tahun, menjadi penggerebekan mahasiswa yang berzina. Dua minggu kemudian, Aku dan Aldric pun dipanggil dan disidang oleh senat. Hal ini menjadi aib bagi kampus terbaik di negara ini.

Mereka menanyai aku tentang kronologi kejadian itu. Aku gak bisa ngelak ketika para dosen senat neken aku harus ngaku berbuat zina. Begitu pula sama Aldric, dia gak bisa berbuat apa apa. Kita pasrah aja atas keputusan mereka.

Aku dan Aldric dipersilahkan keluar dari ruang sidang untuk menunggu vonis yang akan kita terima. Aku duduk berjauhan sama Aldric, suasana jadi canggung. Aku merasa males liat wajah dia karena masih kesel. Gara gara dia, aku jadi bernasib buruk kayak gini. Aku takut dapet sanksi paling keras yaitu dikeluarkan dari kampus.

"Mitha... apa kabar?" Aldric mulai basa basi.

"Gak baik" jawabku jutek.

"Maafin aku Mit, gara gara aku... kamu jadi terjerumus masalah berat ini"

"Iya... "

"Kamu masih marah sama aku?"

"Hmmm"

"Wajar sih, aku salah... harusnya malem itu aku gak usah tidur di kamarmu... aku gak seharusnya ngelakuin itu"

"Kamu nyesel hubungan sama aku?"

Aldric terdiam, dia langsung menatapku dari kejauhan. Aku balas dia dengan tatapan tajam.

"Enggak Mit! Aku gak nyesel"

"Kenapa kamu malah ngomong gitu?"

"Ya karena... gara gara itu kita kena masalah... "

"Kenapa kamu gak nyalahin mantanmu yang artis itu? Dialah yang merusak semuanya?"

"I... iya sih.. tapi kan kalo kita gak sekamar dan ngewe waktu itu, mungkin Cassandra juga gak bakalan berbuat jahat kayak gitu ke kamu"

"Brengsek kamu Kak!!"

Ketika Aldric mau balas omonganku, seorang dosen masuk ke ruangan untuk manggil kita. Aku dan Aldric jalan bersama memasuki ruang sidang. Aku deg degan banget karena nasibku akan ditentukan sebentar lagi.

Aldric menjadi orang pertama yang mendengar vonis. Dosen membacakan keputusan senat kalo Aldric mendapat hukuman administratif yaitu berupa penangguhan kegiatan kuliah selama satu bulan. Artinya dia dapet skorsing. Aku liat Aldric tampak lega dan bersyukur.

Sekarang giliranku yang mendengar vonis. Dosen membacakan dulu kronologi persidangan dari awal sampe proses pembuatan keputusan. Aku pun makin deg degan.

"Saudari Pramitha!"

"Iya Pak"

"Berdasarkan hasil penyelidikan dan keterangan dalam sidang, kamu telah sah dan meyakinkan telah melakukan perbuatan perzinahan dengan Aldric"

"Iya Pak, saya mengakuinya"

"Untuk itu, keputusan senat adalah memberikan hukuman yang berat untukmu yaitu dikeluarkan dari Universitas Indokarr..."

Seketika tubuhku lemas, jantungku terhenyak dan hatiku hancur mendengar keputusan itu. Rasanya aku pengen mati aja.

"Akan tetapi, merujuk dari riwayat pendidikan dan prestasimu yang luar biasa dalam bidang akademik, kita pertimbangkan kamu tetap kuliah di sini, tapi beasiswa yang kamu dapat dinyatakan dicabut! Bagaimana tanggapanmu?"

"Saya menerima semua sanksi dan konsekuensi dari perbuatan yang saya lakukan"

Tok! Tok! Tok!

Dosen senat mengetuk palu tanda sidang telah berakhir. Walaupun aku tetep kuliah di kampus ini, tapi beasiswa ku dicabut. Itu artinya aku harus bayar biaya kuliah sendiri, sama seperti yang lain. Usahaku untuk mencari beasiswa semasa SMA berakhir sia sia.

Aku heran dengan keputusan para senat, kenapa cuma aku aja yang dapet hukuman berat? Kenapa Aldric cuma kena skorsing aja? Emang bener omongan Erna sama aku dulu kalo hidup di negara ini sangat tak adil buat orang miskin sepertiku, jadi biasakanlah.

Kayaknya orang miskin di negeri ini dilarang berbuat salah dan harus tetap menuruti peraturan yang dibikin orang orang kaya. Keadilan di negeri ini hanya milik mereka yang berduit banyak. Aku pun keluar dari ruang sidang dengan tertunduk. Aku bener bener terpukul atas keputusan ini.

Aldric dateng menghampiriku lagi. Dia memegang tanganku dan kembali minta maaf, tapi aku menafikannya. Aku langsung lari menjauhinya, aku sebel banget sama cowok itu. Aku nyesel udah ngasih kenikmatan duniawi sama dia.

Aku jadi harus berputar otak untuk mendapat duit sebanyak banyaknya untuk membiayai kuliahku. Apa aku harus kayak Jessica yang melonte demi jadi sarjana? Ah pikiran itu kubuang jauh jauh. Aku gak mau sampe jual diri. Solusi dari permasalahan itu adalah aku harus kerja tiap hari jadi pemandu lagu.

Ya betul, selama ini aku cuma kerja di sana seminggu sekali, tapi kali ini aku kerja setiap hari. Untungnya aku sekarang punya sahabat dan kolega di Jakarta yaitu Erna. Jadi aku punya tempat berlindung di kota besar itu.

Setiap sore aku pergi dari Depok ke Jakarta untuk kerja. Aku kerja dari jam 9 malam sampe jam 3 pagi. Abis itu aku langsung balik lagi ke Depok untuk kuliah di pagi harinya. Hal itu sedikit banyak mempengaruhi prestasiku di kampus. Aku kurang tidur dan konsentrasiku berkurang. Perlahan nilai nilai kuliahku mulai terjun bebas.

Aku lebih banyak tidur di tengah tengah jam kuliah. Aku sering gak merhatiin apa yang dijelasin dosen di depan kelas. Aku juga jadi jarang ngerjain tugas. Temen temenku pun terheran heran sama perubahan dalam diriku. Mereka gak tau kalo aku setiap hari kerja jadi pemandu lagu.

Walaupun masalah udah selesai dengan hasil sidang, Cassandra dan gengnya selalu gangguin aku. Kalo aku ketemu mereka, aku selalu kena bully. Suatu hari aku lagi nyelesain tugas di lab sendirian. Waktu itu aku lagi dikejar deadline. Semua temen temenku pada pulang.

Ketika selesai, aku pulang ke kostan sambil membawa beberapa telur bekas percobaan di lab, lumayan lah buat makan malam aku. Tapi pas aku melewati selasar gedung fakultas, aku berpapasan sama artis laknat itu.

Cassandra dan tiga temen ceweknya mencegat aku. Mereka kemudian memaki maki aku sampe mulut mereka berbusa. Salah satu temennya merebut kresek berisi telur yang kupegang. Dia ngeluarin telur itu, lalu kepalaku diceplokin sama telur. Cassandra ngakak liat aku digituin.

Diapun ikut melakukan hal itu kepadaku. Ketiga telur yang kubawa semuanya habis diceplokin ke kepala aku. Seakan gak puas, Cassandra menjambak rambutku, lalu menarikku sampe jatuh. Tubuhku lalu diinjak dan ditendang sama mereka. Seorang temannya malah menaburi rambutku pake pasir. Abis puas siksa aku, mereka meludahiku kemudian pergi.

Aku cuma bisa pasrah menerima semua perlakuan buruk mereka. Aku sama sekali gak mau melawan karena teringat kata kata Erna. Cassandra adalah anak pejabat yang berkuasa, akan sangat rugi kalo aku bales nyerang dia. Aku akan ditangkep polisi lalu dipenjara atas tuntutan penganiayaan. Sebaliknya, kalo dia melakukan penganiayaan kepadaku, maka dia tetap akan bebas.

Aku kembali bangun sambil membereskan buku buku kuliahku yang berserakan. Kumasukan kembali benda benda itu ke dalam tas ranselku. Bajuku kotor sama tanah dan rambutku udah kayak rambut kuntilanak, sangat lengket dan bau amis.

Aku mencari toilet untuk membersihkan rambutku. Kebetulan di sana ada toilet deket lapangan tenis. Aku pun pergi ke sana. Di lapang tenis ada orang lagi pada maen, aku pun masuk aja ke pinggir lapangan karena di sana ada wastafel. Aku pun mencuci rambutku di wastafel itu. Butuh 20 menit bagiku untuk menghilangkan noda telur di rambutku. Setelah selesai, aku berdiri tegak sambil mengibaskan rambutku biar cepet kering. Tiba tiba aja sebuah bola tenis membentur kepalaku.

"Aaaarrrghhh!!"

Aku berteriak sambil memegangi kepalaku. Sakit banget rasanya Gan/Sis, berasa kena lemparan batu.

"Maaf dek, kamu gak apa apa?"

"Gak apa apa?"

Pas aku menoleh, ternyata orang yang barusan ngomong adalah Pak Karim. Rupanya dia lagi main tenis. Tubuhnya tinggi tegap dan rambutnya putih. Walaupun udah kategori Om om, tapi wajahnya masih terlihat muda dan genteng. Akupun terkesima sama dosen ini.

"Gak apa apa kok Pak, hehehe"

"Kamu kok basah kuyup begini?"

"Saya abis cuci rambut, kena telor"

Pak Karim terus memperhatikan wajahku dengan seksama. Aku pun jadi merasa malu dan kegeeran karena diliatin om-om ganteng. Aku udah terbiasa gaul sama om-om karena di tempat kerjaku, mereka adalah tamu tamu yang harus kulayani.

"Maaf Pak, kok liat liat saya?"

"Eh iya... sorry sorry... apa kamu Pramitha?"

"Iya Pak"

"Kamu yang kemarin disidang itu ya?"

"Iya Pak"

"Ooh iya iya... kenalin, saya Karim... saya dosen akuntansi di fakultas ekonomi"

"Salam kenal Pak"

"Saya mau bicara sama kamu sebentar, boleh?"

"Bo... bo... boleh Pak"

Duh! Mimpi apa ya semalem? Aku bisa ketemu sama dosen yang disukai para mahasiswi di kampus ini. Istilahnya ini sehabis penderitaan muncul kebahagiaan atau habis gelap terbitlah terang. Aku abis di bully dan disiksa sama gerombolan iblis pelacur sospol, lalu aku malah diajak ngobrol sama dosen ekonomi paling ganteng dan terkenal.

Aku duduk di bangku besi tepi lapangan. Pak Karim menghentikan permainan tenisnya, dia kemudian menghampiri aku sambil memberikan sebuah handuk dan sebotol air mineral.

"Nih, keringkan kepalamu dek!"

"Makasih Pak"

Aku langsung mengeringkan rambutku pake handuk, lalu aku meminum air. Seger banget Gan/Sis. Tak disangka, Pak Karim meminta kembali botol bekas aku minum, lalu dia ikut meminumnya. Duh! Aku jadi ingat momen dulu sama Dodo pas aku nyuruh dia lari keliling lapangan, terus pas dia kelelahan kukasih dia Aqua, nah abis itu aku meminum dari botol bekas dia.

Pak Karim kemudian duduk di sebelahku. Dia tampak kehausan Gan/Sis. Air di botol sisa aku minum, dihabisin sama dia. Bajunya basah kena keringat sehingga mencetak badannya yang atletis. Emang tua tua keladi nih orang. Makin tua makin menggoda.

"Kamu yang kemaren jalani sidang di senat sama Aldric?"

"Iya Pak"

"Kamu dikeluarkan?"

"Enggak Pak, tapi beasiswa saya dicabut"

"Oh gitu... iya iya... rupanya mereka denger advice dari saya"

"Maaf Pak, emang Bapak ngasih advice apa?"

"Ya saya membujuk anggota senat untuk tak mengeluarkan mu karena kamu berprestasi dan aset berharga kampus ini... kalo dari jenis pelanggaran, kamu itu termasuk berat lho"

"Oh gitu, makasih banyak atas bantuannya"

"Iya Dek, sebenarnya saya gak kenal sama kamu sih, tapi saya kenal banget sama pacarmu Aldric, dia minta bantuanku untuk nolongin kamu"

"Bapak siapanya Aldric?"

"Saya dosennya, selain itu ayah Aldric adalah kolega bisnis saya, jadi udah kenal baik lah"

"Tapi Pak, kenapa hukuman Aldric ringan sementara saya berat?"

"Ya gimana ya, ayah Aldric ini sangat berkuasa, dia alumni kampus ini juga... jadi dia punya pengaruh besar"

"Iya Pak... segini juga saya alhamdulillah banget gak sampe dikeluarin, tapi saya harus banting tulang buat ngebiayain kuliah"

"Sabar yah Dek, saya yakin kamu pasti bisa melewati ujian ini"

"Iya Pak... amiin"

"Ngomong-ngomong kamu asal dari mana?"

"Garut City Pak"

"Oalah!! Kamu dari Garut City?"

"Iya Pak"

"Garutnya dimana? Cibaregbeg, Tarogong, Banyuarta atau Garut Kota?"

"Banyuarta Pak... kok Bapak tau tempat tempat di Garut? Bapak dari sana juga?"

"Oh enggak, saya asli Surabaya... cuman dulu saya pernah tinggal di sana 3 tahunan lah selama SMA... dulu bapak saya ditugaskan di sana, Bapak saya tentara"

"Oh gitu Pak, jadi Bapak SMA nya di Garut City?"

"Iya Dek, makanya banyak temen sih yang ada di sana... duh udah lama banget saya gak ke Garut... ngomong ngomong kamu SMA mana?"

"SMA 69 Garut Pak"

"Wah... wah... kita satu almamater ternyata hahaha"

"Iya Pak hehe... "

"Kamu kerja apa selain kuliah?"

"Aku suka nyanyi Pak, di cafe"

"Hmmm... okey"

Aku jadi salah tingkah Gan/Sis, soalnya Pak Karim ngeliatin aku terus. Duh! Damage aki aki ini gede banget ih! Dia kayaknya seumuran sama Bapakku, tapi kayak umur 30an kalo liatnya dari dekat gini.

"Rambut kamu kenapa? Kok tadi saya perhatikan kamu nyuci"

"Kena telor Pak, tadi saya jatuh kepeleset"

"Oalah... makanya hati hati kalo jalan Dek!"

"Iya Pak"

"Hah, udah mau sore nih! Kamu ada kuliah lagi?'

"Udah beres Pak"

"Kamu tinggal dimana?"

"Margonda Pak"

"Saya anterin pulang yah!"

"Jangan Pak! Takut ngerepotin"

"Enggak kok, hayuk ikut"

"Maaf Pak, enggak mau"

"Ayo Dek... saya ingin mengenalmu, kamu lapar kan?"

"Enggak Pak... hehe"

Tapi lagi lagi perutku bunyi karena lapar. Aku pun tak bisa menolak ajakan Pak Karim lagi. Dia ketawa denger suara konser kroncong di dalam perutku. Akhirnya aku jalan bareng sama dia menyusuri jalan melewati beberapa bagian kampus. Orang orang terhenyak liat aku jalan bareng sama dosen paling populer di kampus.

Mereka memandang sinis dan iri sama aku. Bodo amat lah, inilah pembalasanku sama kalian. Aku malah pura pura caper sama Pak Karim di hadapan iblis iblis betina anak buah Casandra. Puncaknya, kita malah berpapasan sama si ratu iblis lacur Casandra. Hebatnya, Pak Karim malah ngajak Casandra bicara.

Aku liat muka dia kesel banget sama aku. Dia dan teman temannya gak bisa bully aku dan ngatain lonte di depan Pak Karim. Rasain tuh!! Aku pura pura ngajak Pak Karim untuk segera pergi ke restoran, dia pun menuruti aku. Dih! Luar biasa sekali Pak Karim ini, seandainya dia seumuran sama aku, niscaya akan kujadikan kekasih.

Kita akhirnya pergi menuju tempat parkir. Aku menumpang mobil Pak Karim. Mobilnya biasa aja sih gak mewah, cuma avanza, gak kayak mobil Aldric yang lebay mewahnya.

"Pake sabuk pengamannya Dek!"

"Iya Pak"

Dan kita pun cabut dari kampus. Aku menengok ke arah belakang. Kulihat Cassandra dan temen temennya cuman berdiri termenung liat kepergian kita. Kayaknya hati mereka sekarang dipenuhi rasa iri dan dengki kepadaku.

Pak Karim ngajak aku makan di restoran. Aku awalnya canggung dan malu banget, tapi lama lama suasana mencair. Pak Karim sangat ramah dan asik kalo ngobrol. Dia kepo tentang cerita hubunganku sama Aldric. Ya aku ceritain apa adanya aja sama dia. Aku bahkan cerita detil ketika ngewe sama dia. Aku juga cerita kalo kita pernah threesome sama Ellen juga. Dia super kaget denger kabar itu, rupanya grup musik Managar udah dicobain sama Aldric.

Dia terus nanyain aku tapi dirinya sendiri gak banyak cerita tentang dirinya. Aku pun cuman cerita seputar kehidupan percintaan dan perkuliahan di kampus. Banyak hal-hal pribadi yang tak kuceritakan karena bersifat rahasia.

"Dek Mitha, pokoknya kamu tenang aja! Saya akan nego lagi pihak kampus untuk mengembalikan beasiswamu, soalnya yaaah, ini bukan skandal yang kau buat"

"Iya Pak, seandainya Cassandra dan ten temennya gak dateng pagi itu, mungkin kita aman aman aja Pak, lagian apa yang saya dan Aldric lakukan gak ngerugiin orang kok, ini masalah privasi, harus bisa diselesaikan secara tertutup, gak usah dibuka ke publik kayak gini, jadinya kan nama kampus tercoreng"

"Iya betul, nanti saya pertimbangkan untuk memanggil Cassandra ke senat... soalnya semua masalah ini gara gara dia"

"Pokoknya saya harus dapet keadilan Pak, kalo saya kena hukum berat, Cassandra juga harus kena, soalnya dia yang nyebarin video itu... lagian saya mah cuma orang miskin Pak, saya pengen dapet keadilan juga di negeri ini... inget sila kelima Pak!"

Alhamdulillah, aku bisa membujuk Pak Karim untuk bertindak. Memang semua ini gara gara ulah alay Cassandra. Untungnya jaman dulu gak kayak sekarang, jadi video itu gak nyampe nyebar keluar kampus.

Abis makan kita pulang. Pak Karim nganterin aku sampe deket gang menuju kostan. Dia ngasih uang 100 ribu buat aku. Seneng banget deh Gan/Sis, aku berharap dia jadi bapakku sekarang. Tak lama kemudian dia pun pergi.

Aku jalan menuju gang, dari kejauhan, Bang sandi lagi lari nyamperin dengan tergesa-gesa. Aku kaget sama dia, mau apaan sampe lari dengan muka panik. Tiba tiba aja dia mendorong aku dengan kencang sampe ke pinggir jalan. Bang Sandi kena serempet mobil di bagian lengannya. Dia terpelanting ke arah pinggir jalan.

Aku kaget luar biasa, mobil tak dikenal itu terus melaju kencang menjauhi tempat ini. Aku segera menghampiri Bang Sandi yang terkapar sambil memegangi lengan kanannya. Dia meringis kesakitan.

"Bang... Bang... kamu kenapa?"

"Tangan gue terkilir kayaknya"

"Ayo Bang kita pulang!"

"Okeh Mit"

Aku bantuin Bang Sandi bangun, lalu membantunya jalan sampe kostan. Bamg Sandi tadi liat ada sebuah mobil yang sengaja minggir dengan ngebut mendekatiku. Kayaknya mobil itu mau nabrak aku, dengan cepat dia menolongku dari kejadian itu.

Wah parah banget sih ini, gara gara aku jadi public enemy nomer 1 di kampus, sampe sampe ada orang yang mau bunuh aku. Gila pisan Gan/Sis, untungnya Bang Sandi menyelamatkan nyawaku. Aku gak bisa menduga duga siapa orang yang mau nabrak aku. Soalnya gak ada yang liat pengemudi mobil itu.

...


Next Chapter : Tamu Tak Terduga

Masih Pup Mitha
Update di page 127
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd