Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Mantap bener nih, apakah suami Ririn akan mulai berubah pendiriannya kali ini ?

Kita nantikan saja update selanjutnya !
Tetap stay tune
 
Onani
POV Iwan

Kuterduduk di pinggiran tempat tidurku sambil menundukkan kepala. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa istriku akan mengabaikan permintaanku. Kukira dia bakal menolak saat ayah menumpahkan spermanya di memeknya. Nyatanya dia diam saja dan justruk tampak lebih menikmati kejadian itu.

Pagi harinya aku terbangun dan istriku sudah ada di dalam kamar. Ia mengenakan pakaian yang sama dengan semalam saat pergi menemani ayah tidur. Aku menatapnya tajam.

“Kamu bohong,” ucapku.

“Bohong apa, Mas?” tanya istriku.

Aku berdiri di hadapannya. “Kenapa kamu biarkan saja saat ayah mengeluarkan spermanya di dalam?”

Istriku terdiam dan menunduk. “Aa…aa…ku….”

“Kamu kenapa?” suaraku mulai meninggi.

“Maaf, Mas,” katanya langsung memelukku. “Aku tidak bisa mengontrol.”

“Kamu berani mengabaikan permintaanku,”

“Maaf, Mas. Aku minta maaf,” ucap istriku sambil menangis. “Aku tidak bisa menahan kenikmatannya. Aku salah.”

“Ya. Kamu memang salah,” aku membentaknya.

Saat itu aku benar-benar marah pada istriku karena dia sudah berbohong padaku. Ingin rasanya aku menamparnya saat itu tapi aku masih bisa menahan emosi. Aku pun akhirnya lebih memilih pergi dari rumah. Aku pergi ke pondok dan menginap di sana.

Mungkin bisa dibilang aku ini adalah suami yang bodoh; rela membiarkan istrinya dinikmati orang lain. Apalagi oleh ayah kandungnya sendiri. Tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri bahwa nafsuku bangkit saat melihat istriku mesra dengan orang lain. Ada gejolak yang ingin meledak saat melihat istri tercintaku sedang telanjang bulat bersama laki-laki lain.

Oleh karena itu, setelah perdebatan panjang dengan diriku sendiri aku merelakan ia tidur dengan ayah. Apalagi aku melihat istriku juga bahagia saat bersama ayah. Jujur saja aku tidak bisa sepenuhnya memuaskan istriku di ranjang. Maka dari itu, biar saja istriku mendapat kepuasan dari laki-laki lain yaitu oleh ayahku sendiri.

Meski demikian, aku tidak merelakan sepenuhnya apalagi jika sampai harus mengeluarkan spermanya di dalam. Memang semua ini adalah ideku. Semua berjalan atas kemauanku. Tapi rasanya aku belum siap jika nanti istriku hamil oleh ayah. Silakan nikmati istriku tapi jangan sampai buat dia hamil. Ayah boleh memuaskannya kapan saja, tapi tugas untuk menghamilinya adalah aku, suaminya.

Tapi aku tidak bisa memungkiri bahwa sepasang manusia yang bercinta akan bisa mengendalikan puncak kenikmatan mereka. Mungkin itulah yang dialami oleh ayah dan istriku. Mereka terlalu menikmati sampai lupa untuk mencabut kontolnya sebelum spermanya keluar.

Bagaimana jika istriku hami? Aku tidak siap.

Di pondok sawah aku banyak merenung soal itu. Aku lebih memilih menginap di sana daripada pulang ke rumah. Aku pulang hanya siang hari karena mengambil peralatan untuk berjualan kerupuk. Ayah sendiri sudah beberapa hari tidak ke sawah. Apa mungkin dia sudah tau kalau aku ada di sana? Atau mungkin dia ke sana saat aku pergi bekerja?

Selama tiga hari, tiap aku kembali ke rumah di pagi hari, aku tidak menemukan kejadian aneh. Aku hanya melihat istriku yang sedang menyapu atau memasak. Dia menyapaku tapi aku mengabaikannya. Tapi di hari ketiga, saat aku pulang untuk mengambil motor, kejadian seperti beberapa malam sebelumnya terulang lagi.

Pintu depan terkunci. Aku ke belakang. Saat melewati samping kamarku, kudengar ada suara desahan. Bisa kutebak bahwa itu ayah dan istriku. Aku segera lewat pintu belakang agar bisa masuk. Rupanya tidak dikunci, aku pun masuk dan segera menuju kamarku.

Aku mencari celah yang bisa melihat ke bagian dalam. Kalau aku melihat dari arah pintu, kemungkinan besar akan ketahuan. Setelah menemukan celah, aku bisa melihat istriku sedang duduk di atas kontol ayah sambil menggoyangkan pinggulnya. Sementara ayah sibuk menyusu pada kedua payudara istriku.

“Ahh…ahh….yaahh…ohh…” desah istriku sambil tetap menggoyangkan pinggulnya.

“Mmpphh…mpphh….” Ayah masih menikmati kedua gunung kembar menantunya itu.

“Yaahh…ee…naakk….”

“Apanya…sayang?”

“Ah…kon…ttolll….nyaa…”

“Kamu…sukkaa?”

“Ii..yaa…Yaahh…ahhh…ee…naakk…”

“Nikmati, sayang…ini…kontol…milikmuuu….”

“Aahhh…yaahh…”

“Goyang…terus, sayang…”

Istriku menuruti kemauan ayah. Ia terus menggoyangkan pinggulnya. Ayah menelusuri leher istriku dengan mulutnya. Saya yakin ia semakin naik birahinya karena rangsangan ayah. Birahiku sendiri juga mulai bangkit. Kontolku mulai tegang. Secara otomatis, tanganku mengeluarkannya dari dalam celana dan mulai mengocoknya. Kini kulihat goyangan istriku semakin cepat.

“Yaahh…aa…kkuuu….” desahnya. Sampai akhirnya pinggul istriku bergetar beberapa kali sambil memeluk erat tubuh ayahku. “Ahh…ah…ahhh…”

Sembari istriku menikmati orgasmenya, ayah menaikturunkan pantatnya. Kontolnya pun keluar masuk di memek istriku. Istriku jadi bergerak naik turun. Tidak lama kemudian, ayah juga ikut mendesah dan tubuhnya menegang.

“Aahhh…aahhh…” Ayah juga mencapai puncaknya. Ayah kembali menyemprotkan spermanya ke memek istriku.

Aku sendiri terus mengocok kontolku dan kini semakin cepat. Sampai akhirnya, spermaku juga muncrat dan berjatuhan di lantai. Segera aku gosok dengan sandalku secara perlahan agar tidak menimbulkan suara. Segera pula kumasukkan kontolku ke dalam celana lagi.

Sementara ayah dan istriku berbaring di atas tempat tidur. Posisinya, istriku tidur di dada ayahku. Sementara tangan kiri ayahku memeluk tubuh istriku.

“Gimana? Puas?” tanya ayah.

“Pasti dong, Yah.”

“Goyanganmu hebat banget,” kata ayah. “Hampir aja tadi ga kuat.”

“Kalo Mas Iwan pasti ga kuat, Yah. Makanya ga pernah suka sama posisi gitu.”

Memang benar apa yang diucapkan istriku. Aku selalu kalah jika istri sudah mengambil posisi seperti itu. Katanya posisi itu makin membuat wanita cepat orgasme.

“Ya sudah. Kamu goyangin kontol ayah aja,” ucap ayah.

“Pasti dong ayah,” jawabnya lalu disambut oleh kecupan bibir mereka.

Mereka kembali berciuman dan tangan istri langsung bergerak ke selangkangan ayah. Meraih kontolnya dan mulai mengocoknya. Kocokan tangan istriku membuat kontol ayah kembali tegak. Ia langsung berbalik arah menindih istriku sambil tetap berciuman.

“Ah, gila. Mereka mau mulai lagi.” ucapku dalam hati.

Tiba-tiba ayah bangkit dari tempat tidur. “Sebentar ya, ayah mau ke kamar mandi dulu. Mau pipis,” kata ayah.

Aku langsung buru-buru keluar dari rumah dan bersembunyi di tempat yang aman. Kulihat ayah keluar dari dalam rumah. Ia bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek. Tidak lama kemudian, ia kembali lagi. Aku menunggu suara dari dalam untuk memastikan mereka melanjutkan permainan. Setelah kudengar ada desahan, aku masuk lagi. Kembali ke posisi yang tadi.

Kulihat mereka berciuman sambil berdiri. Tangan istriku sambil mengocok kontol ayah dan tangan ayah memainkan memek istriku dengan jarinya. Ciuman mereka tampak panas sekali. Salah satu tangan ayah naik ke payudara istriku dan memainkannya.

Cukup lama mereka saling berpagutan bibir, lalu kini ayah menidurkannya di ranjang. Ayah pun langsung menindihnya. Ayah sepertinya tak mau berlama-lama, ia mulai menusuk memek istriku dengan kontolnya.

“Ahhh…” desah istriku. Melihat adegan itu tak bisa dipungkiri kontolku kembali tegang.

Selanjutnya persetubuhan itu dilanjutkan dengan adegan-adegan yang tak kalah panasnya dengan persetubuhan sebelumnya. Ayah kembali menyemprotkan spermanya di rahim istriku. Aku pun kembali menumpahkan spermaku setelah beronani melihat istriku digagahi oleh ayah mertua.

“Ayah benar-benar hebat,” ucap istriku sambil berbaring menikmati sisa orgasmenya.

“Lebih hebat mana sama Iwan?”

“Jauuhhhh…”

“Yaudah sekarang biar ayah aja yang puasin kamu ya?” tanya ayah.

“Iya, Ayah.” jawab istriku sambil mengecup bibir ayah.

“Oh ya, kamu kenapa dengan Iwan?”

“Gapapa, Yah. Biasa masalah rumah tangga.”

“Dia cemburu dengan kita?”

“Udah, Yah, jangan dibahas. Biar aku dan Mas Iwan yang nyelesaikan.”

“Yaudah,” jawab ayah. “Kita ga usah pikirin dia dulu. Kita bercinta aja sepuasnya sekarang.”

Istriku tersenyum. Mereka saling mengecup bibir.

“Sayang, ayah laper nih. Kamu udah masak?” tanya ayah.

“Gimana mau masak? Ayah tadi maksa banget mau main,”

“Oh iya, yaudah kamu bikin mie aja sekarang ya.”

“Iya, Yah.” sahut istriku. Ia bangkit dan mengambil baju untuk dikenakannya. Tapi tiba-tiba ayah melarangnya.

“Ga usah pake baju. Kan ga ada orang,” kata ayah. “Siapa tahu habis makan ayah pengin lagi.”

“Dasar nakal,” ucap istriku sambil berjalan ke arah dapur. Aku pun buru-buru keluar rumah dan segera kembali ke pondok sawah.

Di jalan aku membayangkan mereka pasti akan bercinta lagi. Mereka sudah layaknya suami istri. Aku sendiri tidak bisa berbuat apa-apa dan malah menikmati perseggamaan mereka. Aku justru juga puas dengan beronani menyaksikan istriku digaghi oleh ayahku.

Apakah aku harus menerima semua ini?

Bersambung…
 
Kalau kurang sih ya jelas hu,kalau ceeita yang bagus itu seharianpun bacanya ga akan bosan hu,tetap semngat jangan biarkan koment yang ga jelas bikin rusak mood mu hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd