Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kegagahan Ayah Mertua

Bimabet
Rencana

Berhari-hari aku memikirkan ide ayah untuk ‘membawa’ Mas Iwan ke dukun agar ia bisa mengijinkan aku bersama ayah. Sebenarnya aku tidak terlalu yakin dengan idenya, namun aku hanya mengiyakan saja rencana itu. Tetapi suatu kali aku berpikir bahwa bagaimana jika sebenarnya Mas Iwan mengijinkan aku bersama ayah tanpa harus membawanya ke dukun. Apakah itu mungkin?

Hal itu membuatku kepikiran dan penasaran. Aku mencari cara agar bisa mengobati rasa penasaranku itu. Meskipun sebenarnya aku belum siap dengan kenyataan bahwa Mas Iwan akan mengijinkan aku bersama ayah. Tapi aku percaya bahwa Mas Iwan akan tetap menghargaiku sebagai istrinya.

Suatu siang aku berbicara pada ayah soal rasa penasaranku. Aku juga mengutarakan rencanaku untuk mengobati rasa penasaranku itu.

“Nanti aku akan bilang ke Mas Iwan bagaimana jika memancing ayah untuk mengintipku waktu lagi mandi?” tanyaku. “Nanti ayah pura-pura ngintip. Kita lihat bagaimana respon Mas Iwan.”

“Kamu yakin?”

“Kita coba dulu, Yah.”

“Kalo Iwan marah ke ayah?” tanya ayah.

“Saya kira gak mungkin, Yah.”

“Baiklah kita coba dulu,”

Malam hari saat aku berbaring berdua di atas tempat tidur bersama Mas Iwan, aku mulai mengutarakan rencanaku padanya.

“Mas, gimana rencana untuk ayah?” tanyaku.

“Belum aku bicarakan lagi,”

“Mas, tapi apa bener ayah masih punya hasrat untuk menikah lagi?”

“Buktinya mas lihat sendiri kok,”

“Ya mungkin itu hanya bawaan laki-laki yang nafsunya tidak tersalurkan saja.”

“Itu kan artinya masih nafsu,”

“Tapi kenapa saat ada aku ayah biasa aja? Tidak menujukkan gelagat nafsu?” tanyaku.

“Kamu kan menantunya,”

“Kalo emang dia benar-benar butuh wanita atau istri, harusnya saat ada aku, dia juga nafsu,” jawabku. “Buktinya dia biasa-biasa aja. Bahkan aku selesai mandi dan memakai handuk terus tidak sengaja berpapasan, ayah tidak masalah,”

“Kamu yakin?” tanya Mas Iwan.

“Iya, Mas.”

“Tapi itu kan hanya mengenakan handuk, gak tau kalo lebih dari itu,”

“Maksud kamu?” Mas Iwan penasaran.

“Ya lebih dari sekadar cuma pakai handuk,”

“Kok kamu ngomong gitu?”

“Jujur ya, Mas, sejak Mas Iwan cerita soal kelakukan ayah, aku jadi berpikir, jangan-jangan ayah sesekali pernah mengintip aku lagi mandi atau apa, waktu Mas Iwan ga ada di rumah,”

“Kamu jangan ngomong yang bukan-bukan deh,”

“Ya namanya juga khawatir, Mas.”

“Tapi kamu pernah merasa diintip?”

“Ya aku ga tau, Mas. Gimana cara ngerasainnya? Tapi kan bisa jadi,”

“Iya sih,” jawab Mas Iwan mulai terpengaruh ucapanku.

“Apa kita coba pancing aja?” tanyaku. “Kita pancing Mas Iwan pura-pura gak di rumah waktu sore hari, kita lihat ketika aku mandi, ayah mengintip apa ngga,”

“Gila kamu!” sahut Mas Iwan.

“Bukan gitu, Mas. Justru kalo gak dibuktikan dan ternyata hal itu beneran terjadi, aku takutnya malah tambah parah ke belakangnya.

“Bener juga sih kamu,” ucap Mas Iwan mulai percaya ucapanku.

“Gimana?” tanyaku memastikan.

“Baiklah kita coba. Semoga dugaan kita semua salah.”

Saat ada kesempatan aku langsung menyampaikan hasil obrolanku dengan suami kepada ayah. Kami langsung menyiapkan rencana agar Mas Iwan bisa memergoki ayah sedang mengintipku mandi. Aku jadi penasaran bagaimana sikap Mas Iwan mengetahui ayahnya berbuat mesum kepada istrinya.

***​

Suatu sore rencana kami pun dimulai. Suamiku pura-pura keluar sebentar dan ia akan kembali setelah aku menghubunginya. Ayah sudah ada di kamarnya dan bersiap untuk melakoni perannya.

Aku pun mulai menghubungi suami dan berkata bahwa aku sudah bersiap untuk mandi. Aku bilang padanya untuk mematikan motornya sebelum masuk rumah. Mas Iwan mengiyakan. Aku bisa membayangkan bagaimana perasaan suamiku itu.

Aku memasuki kamar mandi. Aku mulai membuka pakaianku satu per satu sampai bagian terakhir yaitu celana dalam hingga akhirnya aku telanjang bulat. Perlahan aku mulai menyiram badanku. Saat aku sedang menyabuni badan, kurasakan ayah mulai mengintipku tapi aku pura-pura tidak mengerti. Yang membuatku penasaran adalah reaksi Mas Iwan melihat ayah sedang mengintipku.

Sampai aku selesai mandi, tidak ada reaksi apa pun yang kudengar di luar kamar mandi. Aku pun keluar dan kembali lagi ke kamar. Saat aku kembali ke kamar, Mas Iwan sudah duduk di atas tempat tidur. Kulihat dia tampak lesu. Ia langsung menyerahkan HP-nya kepadaku. Tampak di sana sebuah foto ayah sedang mengintip di kamar mandi dan mengocok kontolnya. Aku langsung terdiam melihat foto itu. Lebih terdiam lagi karena sikap Mas Iwan.

“Bener-bener di luar dugaanku,” kata Mas Iwan.

Aku tidak menjawab dan hanya terdiam.

“Kemungkinan selama ini ayah sering mengintip kamu,” lanjut Mas Iwan.

“Kamu bener-bener tidak merasa?”

“Ngga, Mas,” jawabku. “Ngga ada tanda apa-apa tadi. Bunyi atau apapun, ga ada sama sekali.”

Mas Iwan terdiam. Tidak menjawab apa pun.

“Gimana, Mas?” tanyaku.

“Jangan-jangan dulu waktu Mas memergoki, ayah lagi ngebayangin kamu.”

Aku hanya diam saja.

“Apa mungkin dia menolak usul ayah gara-gara sebenarnya dia menginginkan kamu?” tanya Mas Iwan.

“Semoga itu hanya pikiran mas aja,” jawabku. Walaupun sebenarnya aku tahu alasan kenapa ayah menolak.

“Tapi kalo ternyata beneran gimana?”

“Aku ga tau, Mas,” jawabku.

Sebenarnya aku juga bingung dengan sikap Mas Iwan. Sama sekali tidak ada rasa marah dalam raut wajahnya. Kulihat ia hanya tampak pasrah dan bingung mengetahui kenyataan ayah kandungnya punya hasrat seks pada istrinya sendiri.

“Tapi kenapa setiap kali aku berada di dekat ayah, ayah ga menunjukkan hasratnya sama aku?” tanyaku.

“Mungkin dia takut,”

“Apa mungkin dia selamanya akan takut, Mas?”

“Entahlah,” jawab Mas Iwan. “Gimana kalo kita pancing lagi?”

“Hah? Pancing apa lagi?”

“Bikin dia berada di dekat kamu dan kita lihat gimana reaksinya,”

“Tapi, Mas. Kalo misal ayah nekat?”

“Ayah tidak akan berani. Kita coba saja,”

Malam harinya Mas Iwan mengajakku bercinta. Kurasa malam itu Mas Iwan tampak bernafsu sekali dalam permainannya. Tidak sama seperti malam-malam biasanya. Apakah itu karena kejadi tadi sore setelah ia memergoki ayahnya mengintip istrinya sendiri? Mungkinkah itu bagian dari amarahnya?

***​

Besok harinya aku menyampaikan semuanya kepada ayah. Termasuk rencana Mas Iwan untuk memancing ayah jika berada dalam situasi yang ‘panas’ denganku.

“Sepertinya dia suka kalo ada yang seneng sama istrinya,”

“Kok ayah bisa ngomong gitu?” tanyaku.

“Kalo ngga, ngapain dia mau bikin rencana gini?”

“Mungkin penasaran, Yah.”

“Ga mungkin,” jawab ayah. “Iwan udah bikin rencana nanti bakalan gimana?”

“Belum, Yah.”

“Nah, kita bikin rencana aja gimana? Nanti kamu usul ke Iwan.”

“Rencana gimana, Yah?”

“Nanti kamu bilang ke Iwan untuk pura-pura tidur di kamar. Terus Iwan minta tolong ke ayah untuk ke kamarmu. Ayah akan pura-pura tertarik untuk lihat kamu. Terus ayah akan menggodamu yang sedang tidur. Nah, kita lihat reaksi Iwan gimana.”

“Ayah yakin?” tanyaku.

“Kita coba saja,”

Rencana itu aku sampaikan pada Mas Iwan. Mas Iwan awalnya terlihat agak ragu dengan usulanku. Tetapi setelah aku coba meyakinkan, akhirnya Mas Iwan mengiyakan dan sudah siap dengan segala rencananku.

Besok harinya aku memulai rencananya. Malam hari aku sudah masuk ke kamar duluan. Aku memakai daster yang agak pendek hingga pahaku agak terlihat dan bahkan celana dalamku. Ayah dan Mas Iwan sedang berada di ruang tamu. Aku harus pura-pura terlelap sambil menunggu ayah masuk dan mulai melancarkan rencananya.

Tak lama berselang, tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang masuk ke kamar. Lalu ia duduk di pinggir tempat tidur. Aku tetap pura-pura tidur. Tiba-tiba kurasakan ada tangan yang meraba-raba pahaku. Itu pasti ayah.

Tangan ayah terus meraba-raba dan bergerak ke arah selangkangan. Aku langsung pura-pura bangun dan kaget dengan kehadiran ayah.

“Ayah, apa yang ayah lakuin?” tanyaku. Pura-pura menepis tangannya.

“Sttt… Nanti Iwan denger.”

Tiba-tiba ayah bangun dan berdiri dekat tempat tidur. Tanpa kuduga, ia menyingkap sarungnya ke atas dan memperlihatkan kontolnya yang sudah bangun. Aku terkejut. Ini tidak ada di rencana. Lalu ayah membisikkan sesuatu kepadaku.

“Pegang,” katanya. “Nanti pura-pura aku bacain kamu mantra dan kamu langsung nurut.”

Aku sama sekali tidak menyangka ayah bakal punya rencana seperti ini. Entah apa tujuannya aku tidak mengerti. Aku langsung saja mengiyakan perintahnya. Aku mulai menyentuh kontolnya yang sudah mengeras. Aku menggenggamnya. Ayah memintaku untuk mulai mengocoknya. Lagi-lagi aku menuruti kemauannya. Perlahan aku pun mulai mengocok kontol ayah.

Entah suamiku di mana, aku yakin ia pasti sudah melihat adegan ini. Tapi kenapa tidak ada teguran darinya? Apa ia sengaja membiarkan semua ini terjadi? Atau benar kata ayah, Mas Iwan suka melihat istrinya digoda laki-laki lain apa lagi ayahnya sendiri?

Saat aku semakin keras mengocok kontol ayah, tiba-tiba suamiku memanggil dari ruang tamu.

“Ayah….”

Kami langsung menghentikan semua kegiatan. Ayah merapikan sarungnya dan ia kembali ke ruang tamu. Tak lama berselang, Mas Iwan masuk ke kamar. Aku langsung meminta maaf padanya.

“Mas, maafin aku ya. Aku tidak bermaksud…”

“Sudahlah. Kamu ga salah kok,”

“Aku seperti dihipnotis, Mas. Ayah membisikkan kata-kata yang tidak jelas. Setelah itu aku langsung mengikuti kata-katanya.”

“Ternyata bener dugaanku, ayah punya hasrat padamu.” kata Mas Iwan.

Aku tidak menjawab apa pun karena tidak tahu bagaimana aku harus meresponnya. Tapi tiba-tiba saja Mas Iwan memintaku melayaninya malam itu. Kurasakan juga mainnya cukup buas. Apakah semuanya karena melihat aku dengan ayahnya sendiri?

Bersambung….
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd