Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Karir di Dunia Modeling

Bagian 15 : Liburan, Pantai, dan Pesta (Part 1)

Namaku Valerie Alexandra dan aku bekerja sebagai model majalah dewasa. Penampilan yang memukau dengan wajah mempesona dan lekuk tubuh sempurna yang menonjolkan kemolekan tubuhnya mampu membuat setiap pria terkesima kepadaku. Tampil dengan busana yang minim atau tanpa sehelai benang pun di depan kamera merupakan bagian dari pekerjaan yang sangat kunikmati. Dibalik sisi glamor sebagai model, aku mempunyai fantasi untuk beraksi eksibisionis dan bercinta dengan banyak pria untuk memuaskan hasrat seksualku.

Layar yang menampilkan pengumuman menuntunku menuju jalan keluar melewati desakan orang-orang dengan kesibukannya. Langkah demi langkah akhirnya aku tiba di area ruang tunggu kedatangan dimana ada tiga orang yang tengah menunggu dengan semangat, tanpa lama aku mendekati mereka dan barang bawaanku dibawa mereka menuju mobil. Sepanjang kita melangkah tatapan mereka mencoba melirik kepadaku dan memperhatikan tubuhku dari atas ke bawah mengingat ingatan lama mereka yang sangat berkesan.

“Valerie lo tambah cakep aja,” ucap Dheo.

“Thanks, bisa aja kamu,” balas kepada Dheo.

“Makin seksi sumpah Val body lo,” ucap Avan.

“Oh ya, padahal aku nambah 3 kg loh,” balasku bergurau.

“Tapi body lo tetap ramping, malah makin bohay dan montok,” ucap Mas Aji.

“Hihi cabul nih kalian,” jawabku bercanda.

Waktu berselang dan mobil sudah membawa kita pergi keluar bandara. Menyusuri jalan yang asri yang dikelilingi perkebunan tidak terasa dua - tiga jam telah berlalu. Kita terus mengobrol dan mereka terus bertanya mengenai kesibukanku sebagai model. Mereka tampak terkejut ketika mendengar aku bergabung ke sebuah agensi ternama dan mereka semakin terpikat (tergoda) ketika aku menunjukan beberapa foto sesi pemotretan terbaruku.

Aku membiarkan mereka untuk melihat dan menyalin beberapa gambar dari berbagai pemotretan yang kulakukan dengan tema berbeda baik dengan diriku yang dibalut dengan pakaian seksi, bikini, lingerie, sampai tanpa sehelai benang pun. Mata mereka terbuka lebar dan keringat turun dari dahi mereka melihat berbagai aksi nakal yang kulakukan di depan kamera dan di belakang layar.

“Shit Valerie yang ini bukan photoshopkan?” tanya Dheo.

“Hah yang mana? Eitss yang ini foto pribadi gue, haha,” jawabku panik yang mengalihkan gambar ke gambar berikutnya.

“Eh gue mau liat dong.. fuck, lo foto sama BBC,” tanya Avan yang ingin melihat karena dia sedang fokus menyetir.

“Sumpah ini bukan suruhan agensi lo?” Mas Aji ikut bertanya dengan penuh penasaran.

“Bukanlah gila, dulu gue pernah ketemuan sama dia terus nawarin dia mau ikut photoshoot private sama gue. Dianya mau-mau aja,” jelasku singkat tanpa menjelaskan lebih detail.

“Iyalah mau lokal, mau bule, semuanya juga mau foto bugil sama lo,” ucap Dheo yang terdengar cemburu.

“Haha iya-iya, nanti lo gue ajakin deh,” balasku kepadanya.

“Tapi lo udah gituan sama tuh bule Val?” tanya Mas Aji.

“Gak, gue takut. Gede banget sumpah,” jawabku dengan jujur.

“Bohong lu,” ucap Avan.

“Beneran sumpah, meskipun gue nakal gini gue takut kalau main sama yang penis jumbo. Gue sukanya yang rata-rata lokal aja,” balasku meyakinkan mereka.

“Mantap berarti gue masih punya kesempatan dong,” ucap Avan.

“Maunya,” balasku dengan meleletkan lidah.

Aku menjadi mengingat bagaimana sesi pemotretan itu berlangsung. Pada awalnya aku tidak sengaja bertemu ketika aku tengah bermain di pantai dan kita bertukar kontak. Pria kulit hitam itu mempunyai perawakan tinggi dan besar yang membuatku bergidik ngeri dan entah bagaimana kita kembali bertemu di sebuah klub malam. Awalnya aku hanya bergurau ketika aku mengajaknya melakukan pemotretan namun rupanya dia setuju dan kita melakukan sesi pemotretan ala kadarnya.

Di sepanjang sesi pemotretan itu aku mengajak Harris, mantan pacarku untuk menjadi juru kamera foto tersebut. Sama sepertiku Harris tampak canggung dan ragu ketika melakukan pemotretan dan takut tiba-tiba dia memperkosaku. Saat itu kondisiku sudah telanjang dan dia mulai menurunkan celana pendeknya, kemudian sebuah batang penis yang besar mengacung ke arahku dan membuatku bergidik ngeri.

Untung saja dia bersikap profesional dan melakukan pemotretan seperti model amatir biasa. Meskipun beberapa adegan sangat intim dimana tubuh kita bersentuhan dan diakhiri dengan berpelukan, dia tidak melakukan hal-hal yang aneh dan macam-macam denganku. Tubuhku saat itu benar-benar basah oleh keringat ketika dia memelukku dari belakang dan penisnya yang menempel dari pantat hingga punggung. Meskipun foto itu bukan yang tervulgar, sensasinya benar-benar yang membuat ngeri namun terangsang.

Obrolan itu berlangsung panjang hingga akhirnya kita tiba di sebuah resort yang cukup jauh dari pusat kota. Resort dengan arsitektur tropis itu kupilih karena lokasi dan pemandangan yang bisa kudapatkan. Rangkaian pasir putih dan laut yang biru membuatku tertarik dan memilih menginap disini untuk beberapa hari kedepan. Setelah mengeluarkan barang dari bagasi kita langsung masuk dan check-in.

“Baik untuk pilihan kamar berjenis villa dua ruang kamar King Size dan seluruh makan dan minum inklusif atas nama Valerie,” tanya resepsionis.

“Benar,” jawabku sambil melirik ke arah mereka.

Baik Avan, Dheo, Mas Aji maupun staf hotel saling tatap-tatapan ketika mendengarkan pilihan kamar yang sudah direservasi. Pilihan kamar berupa villa dua kamar yang berarti aku akan menginap bersama mereka dan satu orang yang beruntung dapat bermalam di ranjang yang sama denganku. Tampaknya mereka sudah bersemangat untuk membayangkan apa yang terjadi selanjutnya.

Kita pun diarahkan masuk ke dalam kamar dengan Avan yang sedang memarkirkan mobil langsung di depan villa yang membuatku kita tidak perlu pergi ke area lobi untuk keluar hotel. Aku pun langsung menjatuhkan diri ke atas sofa membiarkan cowok-cowok melakukan pekerjaannya untuk membawakan barang bawaanku. Rasanya seperti ratu dan bawahan, haha.

“Val rencana hari ini kita mau langsung pemotretan?” tanya Mas Aji.

“Hmm, kayaknya agak sorean aja deh, diluar masih panas banget. Lagian kita kan bakal beberapa hari disini,” jawabku sebagai model utama.

“Bener juga,” lanjut Mas Aji yang sedang mengecek kolam renang pribadi di area halaman belakang kamar.

Kita pun bersantai dengan duduk dan memakan sajian yang telah diberikan hotel. Sambil beristirahat kita pun mulai mendiskusikan suatu yang penting, siapa yang akan seranjang denganku dan siapa yang harus tidur dengan cowok lain di atas ranjang yang sama. Mereka pun berdebat dan melakukan gunting-kertas-batu untuk menentukan siapa yang menang, aku yang tidak ambil pusing memilih pergi untuk mandi dan mengganti pakaianku.

“Hey kalian! Aku mau tidur kamar yang ini ya. Terserah kalian deh nentuinnya gimana, gue mau mandi,” ucapku yang mulai melucuti pakaianku satu per satu.

Di tengah perdebatan itu pandangan mereka mengarah kepadaku yang berjalan menuju kamar mandi dan sedang membuka pakaiannya. Melepas kemeja celana jeansku mereka dapat melihat pakaian dalamku yang seksi dan kemudian aku mulai menelanjangi tubuhku membiarkan mereka tampak melongo memperhatikan tubuhku yang telanjang. Pantat yang kencang dan padat tampak bergoyang mengikuti langkah kakiku sebelum aku masuk ke dalam kamar mandi.

Menyalakan shower aku bisa mendengar mereka kembali berdebat, duh dasar cowok-cowok. Membersihkan tubuhku dan menyabuni seluruh area permukaan kulitku. Aku membiarkan guyuran air hangat membilas tubuhku dan menikmati waktu pribadiku. Selesai mandi aku langsung membalut tubuhku dengan handuk yang sengaja kuambil yang berukuran kecil membiarkan lekukan tubuhku dapat terlihat dibalik handuk yang hanya dapat menutupi setengah area dadaku dan beberapa sentimeter di bawah selangkanganku, tentu saja area belakang tubuhku terbuka.

“Jadi gimana udah deal kalian?” tanyaku yang sedang mengerikan tubuhku dan langsung duduk di tengah obrolan mereka.

“Tuh si Avan duluan yang menang,” ucap Dheo menatap Avan yang memberikan senyuman lebar.

“Duluan?” tanyaku.

“Jadi setiap malam yang tidur sama lo ganti-gantian gitu,” lanjut Dheo.

“Oh gitu, ufufu,” aku memberikan tawa manis.

Entah mengapa rasanya aku seperti diperebutkan oleh bocah-bocah yang tidak ingin mainan mereka direbut, cowok-cowok ini membuat begitu bernafsu. Karena takut matahari terbenam kita pun mulai melanjutkan obrolan mengenai sesi pemotretan untuk hari ini. Meskipun ini adalah “liburan” aku sebenarnya ditawari oleh agensiku untuk melakukan pemotretan secara bebas dan biaya ditanggung oleh mereka. Karena tidak harus terbatasi oleh rundown acara aku langsung mengiyakan dan memilih mengajak mereka sebagai juru kameraku.

Setelah diskusi singkat kita pun bersiap dan mulai sesi pemotretan yang dilakukan di area lingkungan resort. Beruntung sekali hari ini sedang tidak banyak tamu yang menginap sehingga tidak perlu repot menunggu karena dapat mengganggu mereka menikmati waktu menginap. Dan juga kita sudah mendapat izin dari hotel untuk melakukan pemotretan ini.

Sesi pemotretan pertama dimulai dengan aku yang mengenakan sebuah dress dengan warna dominan ungu yang mempunyai bukaan yang rendah yang membuat dadaku dapat terbuka. Dibalik dress ini aku hanya mengenakan celana dalam tipis yang sebelumnya sudah kupakai dan kita memulai menjelajahi lingkungan hotel untuk mencari spot yang pas.

Melangkahkan kaki menyusuri jalan setapak yang mengelilingi area resort sesekali Dheo memotretku untuk dokumentasi pribadinya. Dia memotret diriku yang tengah merenggangkan tanganku setelah lelah perjalanan, ketiakku yang putih dan mulus menjadi santapan lensanya dan payudaraku yang bulat tampak menyembul dibalik dress ini yang terbuka. Deru angin membawa air laut berhembus melewati tubuhku. Kita menemukan beberapa spot foto yang mungkin dapat menjadi pilihan setelah ini terutama di area kolam dan di pinggir pantai yang jauh dari area utama resort.

julia-1494-010.jpg

Setelah menimbang satu dan lain hal kita pun memutuskan untuk memulai sesi pemotretan dari area halaman villa kamar kita. Tanpa perlu arahan aku bersikap profesional dan mulai berpose di depan kamera. Layaknya bagian dari pekerjaanku aku mulai menampilkan beberapa pose yang begitu sensual yang menunjukan keindahan tubuhku.

Tali yang mengikat dress ini perlahan kutarik dan aku mulai menunjukan aset terbaikku yang mengintip di balik dress ini. Mempertunjukan keindahan kedua gunung kembarku aku membiarkan kamera menangkap setiap senti tubuhku dan memuaskan birahi mereka yang berada di balik layar. Kedua tali yang berada di pundakku terlepas dan sekarang mereka dapat menikmati keindahan payudaraku.

Sepasang buah dada yang besar dan padat aku tunjukan dihadapan mereka. Areola yang sempurna dengan puting yang ranum menjadi titik fokus utama perhatian kamera yang tidak hentinya menangkap gambarku. Sesi pemotretan semakin intens dengan dress ini yang perlahan turun dan menunjukan tubuh telanjangku yang hanya ditutupi celana dalam yang tipis.

julia-1494-014.jpg

julia-1494-018.jpg

Lekuk tubuhku yang sempurna ditunjukan di depan kamera. Perutku yang ramping serta paha yang padat memberikan tampilan sempurna dan vulgar. Dalam satu hitungan celana dalamku sudah terjatuh ke mata kakiku membiarkan mereka dapat melihat tubuhku yang polos tanpa tertutupi sehelai benangpun.

Membaringkan tubuhku di atas kursi aku berpose dengan menunjukan setiap jengkal tubuhku. Area intimku tampak mencolok dibandingkan area lain tubuhku dengan menampilkan bulu tebal yang menyembunyikan vaginaku. Bibir vagina yang tersembunyi dibalik mampu memikat pria yang penasaran dengan kenikmatan yang mampu kutawarkan.

julia-1494-027.jpg

Udara panas dan terik matahari perlahan membuatku berkeringat. Keringat yang membasahi tubuhku tampak begitu seksi dengan memantulkan kilauan cahaya. Mengakhiri sesi awal ini aku berjalan menuju area kolam renang pribadi dan aku mulai perlahan masuk. Tubuhku yang sudah berkeringat terasa begitu segar ketika aku masuk ke dalam air. Aku pun mulai berenang dan membiarkan mereka menangkap gambar diriku.

julia-1494-041.jpg

Di saat aku masuk ke dalam air mereka bertiga mulai melucuti pakaian satu per satu menyisakan celana pendeknya. Dalam satu hitungan mereka melompat masuk dan ikut berenang bersamaku. Mereka tampak asyik bermain air dan melemparkan air kepadaku. Tentu saja mereka menyempatkan diri untuk bisa menyentuh beberapa area tubuhku.

Dibalik celana dalam itu aku bisa melihat penis mereka yang tengah ereksi yang mustahil disembunyi celana pendek mereka. Sebenarnya kita masih ingin bermain-main di air namun cuaca dengan cepat berubah, karena takut hujan kita pun memutuskan untuk masuk dan akan repot bila aku tiba-tiba sakit di tengah waktuku berlibur.

Kita pun kembali masuk ke dalam villa dan membersihkan tubuh kita, kali ini bersama-sama. Mereka tanpa canggung mulai melepaskan celana pendek mereka dan sekarang kita semua dalam kondisi telanjang di dalam kamar mandi. Menyalakan pancuran air aku mulai menyabuni mereka satu per satu layaknya aku sedang memandikan mereka.

Tidak hanya dengan dengan kedua tanganku, aku mengumpulkan busa di dada dan mulai menggesekkannya ke tubuh mereka. Payudaraku yang sudah ditutupi busa aku tempelkan ke tubuh mereka naik dan turun sedangkan cowok lain sedang menggesekan penisnya naik dan turun di punggungku.

“Hmm.. kalian aku ubah syarat yang sekamar sama aku. Yang paling lama bisa nahan kocokan aku sebelum keluar berarti yang menang,” tantangku kepada mereka.

Meskipun Avan awalnya tidak setuju pada akhirnya dia mengiyakan karena cara ini jauh lebih adil dan tentu saja mereka pada akhirnya akan mendapat jatah untuk tidur bersamaku. Dimulailah perlombaan ini untuk bisa menentukan siapa yang telama keluar.

Dimulai dari Dheo, aku langsung berlutut di depan selangkangannya dan mulai mengocokkan penisnya di genggamanku. Memainkan kepala penisnya, aku memijat lembut batang penisnya dan mengocoknya naik dan turun. Mencoba menahan kenikmatan ini Dheo menyandarkan punggungnya ke lantai dan membiarkanku memanjakan penisnya. Karena tidak bisa menahan akhirnya dia langsung ejakulasi dan menembakkan maninya ke arah dadaku.

pppd00687jp-7.jpg

“Sial gue malah udah ngecrot duluan,” keluh Dheo.

“Hihi butuh latihan lagi, oke Avan selanjutnya,” ucapku setelah membersihkan mani Dheo di dadaku.

Sama seperti yang kulakukan kepada Dheo, aku mulai memanjakan penis Avan dengan mengocok dan memijatnya secara lembut. Penis Avan jauh lebih tebal dari penis Dheo dan bisa kulihat urat-urat penisnya yang tengah tegang merasakan sentuhan lembut di tanganku. Namun siapa sangka dengan cepat dia ejakulasi.

“Haha lo udah keluar lagi,” tawa Dheo seolah mengejek.

“Diem lu, lu juga cepet,” balas Avan atas ejekan Dheo.

“Haha kalian ini kayak bocah aja, sekarang berarti Mas Aji,” ucapku ketika mulai berlutut di depan selangkangannya.

Diantara mereka bertiga penis Mas Aji adalah yang terbesar dan dia yang lebih berpengalaman karena pernah menikah sebelum memutuskan bercerai. Penisnya yang gelap dan panjang ini ditumbuhi bulu kemaluan yang lebih lebat. Aku pun mulai memainkan penisnya sama dengan seperti yang kulakukan kepada Dheo dan Avan. Ketika aku menggerakan penisnya naik dan turun aku bisa merasakan penisnya yang sudah ereksi terasa semakin besar, rasanya jauh lebih besar dari yang kuingat.

Menit demi menit berlalu dan Mas Aji belum menunjukan dia akan mencapai klimaks. Aku begitu terkesan dan kuyakin dia bahkan jauh lebih lama daripada Harris yang selalu kumanjakan. Mengakhiri kocokan tanganku aku langsung mengarahkan dadaku menjepit penisnya, bersamaan dengan itu aku mulai memaju mundurkan tubuhku membiarkan penisnya dimanjakan oleh dekapan dadaku yang lembut.

“Kayaknya kita tahu pemenangnya hihi,” ucapku dengan memberikan senyuman.

“Licik Aji lu udah tits job segala,” ucap Dheo.

“Anjir lu pasti sering open BO ya, tahan lama gitu,” ucap Avan menimpali.

“Hehe,” memberikan tawa kecil kedua tangannya bergerak menyentuh pundakku. Kemudian di mulai menggerakan tubuhnya dan menyodokan penisnya di dadaku. Aku pun membiarkan dia melakukan sesukanya karena tanpa perlu sampai ejakulasi Mas Aji adalah pemenangnya dan yang akan meniduriku.. yang akan tidur denganku malam ini.

“Dasar lu gue duluan dah, mau mabar,” ucap Dheo yang memilih membilas tubuhnya di bawah pancuran air sedangkan Avan tampak pergi ke kamar mandi satunya karena sudah pasrah.

Dheo pun selesai berbilas, setelah mengambil handuk dia pun berjalan pergi ke area ruang tengah menyisakan aku dan Mas Aji berduaan di dalam kamar mandi. Mas Aji tampak masih mampu menahan ejakulasinya dan pintu kamar mandi ditutup membiarkan kita mempunyai sedikit privasi.

Di saat aku berbalik setelah menutup pintu mulutku langsung direbut olehnya dan dia memberikan ciuman yang mesra dan membagikan salivanya ke dalam mulutku. Lidah kita saling beradu dengan tangannya yang mulai menjamah tubuhku dari atas ke bawah. Payudaraku diremasnya dan dia mulai memilin putingku, tangan lainnya bergerak menyusuri punggungku dan mulai meremas pantatku.

Aku dibawanya ke atas kloset dan diposisikan dalam posisi mengangkang. Bibir vaginaku yang ditutupi oleh bulu pubis yang tebal mulai dibuka memperlihatkan vaginaku yang tersembunyi dibaliknya. Jari telunjuknya mulai didorong ke dalam menusuk vaginaku dan dilanjutkan dengan kocokan yang cepat.

Jarinya yang panjang bergerak keluar masuk dari vaginaku yang membuatku membuatku mendesah. Merasakan bibir vaginaku sudah basah dia langsung mengarahkan kepala penisnya ke bibir vaginaku, dalam satu hitungan kepala penisnya mulai terdorong masuk dan aku mengangkat kepala merasakan kenikmatan ini.

pppd00687jp-8.jpg

“Aaah enakk mass.. ahh..” racau ku merasakan dorongan penisnya yang perlahan masuk.

“Agh enak.. sumpah lo sempit banget Val.. dari terakhir lo putus belum pernah dijejali kontol ya..” ucap Mas Aji.

“Aahh iyaah.. ahh.. kamu yang pertama Mas dari dua bulan kebelakang,” desahku kepada Mas Aji menjawab pertanyaannya.

Mendengar hal itu Mas Aji semakin bernafsu dan semakin cepat menyodokan penisnya. Penisnya yang besar panjang itu terasa membelah vaginaku yang belum pernah dimasuki penis oleh pria lain dua bulan kebelakang. Sejak aku putus dengan Harris aku belum pernah bercinta dan tanpa kusangka cowok yang kembali menggagahiku adalah Mas Aji.

Dia terus mengocokan penisnya ke dalam vaginaku. Wajah kita saling berhadapan dan kembali membagikan ciuman mesra. Saling membagikan saliva dia mulai memanjakan dadaku dengan terus menghentakan penisnya. Setengah jam berlalu dan dia mencapai klimaks. Menarik penisnya dia mulai menyemprotkan air maninya di atas perutku.

“Aah aku keluar!” teriak Mas Aji.

“Aaahh..” aku mendesah dengan keras.

Penisnya yang besar dan panjang itu kembali kubilas dan kita saling membersihkan layaknya sepasang pasangan. Setelah memakai handuk kita pun berjalan masuk ke dalam villa dan aku bisa melihat Avan yang sudah tertidur setelah lelah menyetir dan Dheo yang tampak sibuk dengan ponselnya.

“Udah ngentotnya?” tanya Dheo tanpa memalingkan pandangannya.

“Belum kan janjinya sampai besok pagi,” balas Mas Aji.

“Idih, sana ngentot lagi,” ucap Dheo yang masih fokus dengan layar ponselnya.

Aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah konyol mereka, dasar cowok-cowok ini. Padahal aku hanya mengatakan siapa yang akan bermalam seranjang di kamarku dan tidak menutup kemungkinan kalau mereka bisa bermain di pagi atau siang di saat waktu lowong. Ya sudah lah.

Kita pun mengakhiri hari dengan menghabiskan makan malam dan melihat sunset. Tidak seperti tadi dengan cuaca yang mendung sore ini langit tampak cerah dan kita bisa melihat matahari terbenam dengan indah. Mengakhiri makan malam Avan langsung naik ke atas kasur dan Dheo memilih melanjutkan bermain di ponsel. Sedangkan aku dan Mas Aji, hihi seru lo.

“Aaahh.. ahhh.. ahhh masss..”

“Fuck.. aghh enaak ahh..”

Tanpa memperdulikan ada dua cowok lain di villa ini aku tanpa malu berteriak dan mendesah. Mas Aji sudah kembali dengan staminanya dan mulai menggempur ku dengan ganas. Kita pun terus bercinta sepanjang malam. Berbagai posisi kita coba dan entah berapa kali aku mengalami orgasme. Panas dan menggairahkan adalah dua kata yang bisa disimpulkan dari permainanku dengan Mas Aji. Setelah lelah bercinta kita pun tertidur di dalam selimut dan saling berpelukan.

Pagi hari tiba setelah menghabiskan sarapan terlihat Dheo dan Avan memandang Mas Aji dengan cemburu karena tahu semalaman dia menggarapku. Disisi lain berarti gantian salah satu dari mereka yang akan bermalam bersamaku dan mereka pun akan menentukannya nanti setelah melakukan sesi pemotretan. Meskipun aku seperti piala bergilir dan terdengar menjijikan aku merasa terangsang dan hasrat nafsuku meningkat membayangkan cowok-cowok berlomba-lomba menggarapku, duh Valerie.

Kita pun bersiap untuk melanjutkan sesi pemotretan di hari kedua, hari ini akan bertemakan dengan piknik, bukan piknik biasa melainkan piknik cewek eksibisionis. Hari ini aku akan all out telanjang di depan kamera dan rasanya aku sudah tidak sabar. Keluar dari kamar kita berempat berjalan menuju taman yang akan menjadi spot foto pertama.

Di atas rerumputan aku mulai menanggalkan pakaianku satu persatu. Memakai topi yang biasa kalian temukan di peternakan memberikanku kesan lembut dariku. Menurunkan rok yang kukenakan lensa kamera menangkap gambar perutku yang ramping dan area bawah dadaku yang terbuka serta vaginaku yang mengintip. Menampilkan pose yang lebih berani aku mengangkat kaos yang kukenakan membiarkan dadaku terbuka dan menunjukan aerolaku.

Puas mengambil gambarku kita pun berjalan dan aku yang hanya mengenakan kaos sebagai atasan membiarkan tubuh bagian bawah terbuka. Penampilanku begitu vulgar dengan kaos yang tidak menutupi sepenuhnya area dadaku sedang area pantat dan area intim terbuka. Kita pun sampai di area pantai dan melanjutkan sesi pemotretan kedua.

Julia-Magic-Garden-13-270x400.jpg

Julia-Magic-Garden-14-270x400.jpg

Tanpa basa basi kita langsung mengambil gambar dan memulai sesi pemotretan. Dalam posisi berdiri aku dengan percaya diri menunjukan tubuh telanjangku. Dadaku yang besar dan padat, pinggul yang ramping, serta area kewanitaanku yang terbuka dengan ditutupi rambut pubis yang tebal, aku menunjukan semuanya di depan mereka.

julia_11-1024x650.jpg

Berbaring di atas pasir, aku bisa merasakan pasir putih yang begitu lembut serta semilir angin laut. Deru ombak yang silih berganti membuatku ingin segera melompat masuk ke dalam air. Kita pun melanjutkan sesi pemotretan sampai waktu siang tiba, setelah selesai menikmati makan siang yang begitu enak serta beristirahat di pinggir pantai kita pun berjalan masuk ke area resort tepatnya area kolam renang tropis.

Dimulailah sesi pemotretan selanjutnya namun kali ini aku mengenakan kaos dalam yang kupinjam dari Avan sebagai pengganti dari bikini, mereka mengatakan sebagai variasi. Aku pun langsung melompat masuk dan otomatis kaos dalam itu langsung melekat di tubuhku dan terlihat lekuk tubuhku yang menonjol yang mustahil disembunyikan di balik kain tipis ini.

Di tengah fokus melakukan pemotretan staf hotel berjalan ke arah kita sambil membawa kudapan dan minuman yang disajikan ke atas meta. Pada awalnya staff hotel itu tidak tahu ada cewek diantara mereka bertiga dan dia langsung diam mematung ketika aku naik ke atas dan berdiri di depannya. Terlihat diriku yang basah dengan kondisi nyaris telanjang dan payudara kiriku terbuka di depannya.

2d66f1b1f5b7b6b231a86ebc88a7c8cbd6d4a8c8.jpg

“Maaf minuman saya belum ya,” godaku kepadanya dengan nada sensual.

“M-maaf s-saya segera ambilkan,” ucap staff hotel itu panik dan berjalan pergi untuk mengambil minum dan kudapan untukku.

Kita pun kembali melakukan pemotretan dengan diriku yang sekarang sudah sepenuhnya telanjang. Setelah selesai staff hotel itu kembali sambil membuang muka dan kita pun bersantai di atas kursi pantai sambil menikmati siang menuju sore ini. Oh ya aku menutupi tubuhku dengan sebuah handuk yang dibawakan.

Sore hari tiba dan yang ditunggu-tunggu aku akhirnya bisa bersantai dengan bermain air di pantai dan menunggu sampai matahari terbenam. Kali ini Avan pergi ke kamar duluan menyisakan aku, Dheo, dan Mas Aji. Kita pun bermain air tanpa perlu repot melakukan pemotretan. Kita saling serang satu sama lain dan menembakan air. Aku yang memang telanjang menjadi sasaran empuk mereka. Kita pun kembali ke kamar dan menikmati jamuan makan malam.

“Sekarang jatahnya si Avan,” ucap Dheo.

“Eh? Kalian engga main taruhan atau lomba gitu,” tanyaku kepada mereka.

“Engga tau tuh, coba tanya si Dheo kenapa dia ngalah. Berarti yuk Val ke kamar,” jawab Avan.

Tanganku ditarik olehnya dan aku dibawa masuk ke dalam kamar. Pintu ditutup dan kemudian dikunci, sebelum aku bisa berkata-kata mataku ditutup sebuah kain dan dituntun ke atas ranjang. Aku tidak tahu Avan mempunyai fantasi seperti ini sampai aku menyadari sesuatu batang yang keras ditempelkan ke bibir vaginaku.

“Aaahh.. ahh.. Avan itu apa? Ahh.. ahh..” aku menjerit ketika benda itu bergetar.

“Surprise, kejutan,” balas Avan.

Aku baru tersadar kalau benda itu adalah vibrator berbentuk dildo yang didorong ke dalam vaginaku. Benda itu terus bergetar yang membuat geli dan terangsang, aku tidak tahu kalau dia sengaja membawa alat-alat seks seperti ini. Kedua mataku dibuka dan aku bisa melihat vibrator itu dia dorong keluar masuk vaginaku yang dia terus kocokan.

Dia terus bermain dengan vibrator dildo itu sebelum menggantinya dengan vibrator yang lain yang berbentuk sebuah pill. Benda itu kecil namun cukup tebal yang dia dorong masuk menyisakan tali di luar bibir vaginaku. Kemudian dia membawa penisnya ke arah wajahku dan mendorongnya masuk ke dalam mulutku. Aku memanjakan penisnya dan mengulumnya.

“Aaahh.. ahhh Vann.. vibratornya pelanin ahh..”

Aku merintih dan mendesah seiring vibrator di dalam vaginaku bergetar begitu kencang yang membuatku mencapai orgasme. Mulutku terus disetubuhi olehnya dengan dia terus memaju mundurkan pinggulnya ke dalam mulutku. Mengakhiri sesi blowjob dia memintaku untuk menungging dan dia mulai menyetubuhi, tapi tanpa kuduga dia langsung mendorong penisnya masuk tanpa menarik vibrator itu keluar.

“Fuck enak banget memek lo Val!”

“Aahh.. k-keluarin dulu vibratornya ahh..”

Ini adalah pertama kalinya aku merasakan bercinta dengan vibrator yang masih ada di dalam vaginaku. Karena ukurannya yang kecil rasanya tidak begitu menyakitkan namun ada sensasi aneh ketika penisnya yang digerakan maju mundur dan vibrator yang bergetar di dalam tubuhku. Aku tidak tahu bagaimana menjelaskan kenikmatan ini, benar-benar sensasi yang berbeda.

cjod00276jp-7.jpg

Payudaraku terus berayun naik dan turun yang terus dia remas dari belakang. Telingaku dia hisap membiarkan titik rangsangan ku dirangsang olehnya. Kita terus bercinta dan tidak lama kita mencapai orgasmenya, menarik penisnya dia menyemprotkan ke atas punggungku.

“Aah aku keluaar..”

“Aahhh..”

Dia menempelkan penisnya ke atas pantatku dan membersihkan kepala penisnya dari sperma. Meskipun aku dan Avan telah selesai bercinta namun masalah lain datang. Tali vibrator itu masuk terlalu dalam sehingga dia sulit menggapainya dengan jari. Setelah beberapa percobaan dia pun pergi keluar dan meminta Dheo yang masih terbangun untuk membantuku.

“Gila kok bisa masuk ke dalem haha,” tanya Dheo dengan penuh tawa.

“Udah diem, bantuin gue keluarin dong,” ucapku panik karena betapa malunya kalau aku harus ke rumah sakit untuk mengambil vibrator yang masuk ke dalam vaginaku.

“Yaudah Van coba lu tahan si Valerie terus disuruh ngangkang ke arah atas, bentar gue nyari sesuatu,” ucap Dheo yang berjalan menuju area meja.

Saat ini aku dalam posisi duduk di atas sofa dalam posisi mengangkang dengan kedua kakiku menghadap atas membiarkan mereka dapat melihat area vaginaku. Jari Avan kemudian membuka lebar bibir vaginaku membiarkan lubang vaginaku terbuka, sepasang pulpen di tangan Dheo didorong masuk ke dalam lubang vaginaku layaknya sumpit.

Sungguh begitu memalukan, ini merupakan salah satu hal terabsurd yang pernah kulakukan. Kedua pulpen itu mengobok-obok vaginaku dan rasanya begitu aneh, berbeda dengan dijejali jari atau penis, pulpen itu terasa kaku dan tipis. Avan pun membantu dengan menyenteri area intimku itu. Merasakan sensasi aneh ini tubuhku terasa panas, serentak tubuhku bergetar dan cairan kewanitaanku mengucur keluar.

“Shit Val, lo orgasme,” tanya Avan.

“S-sorry please kalian cepetan, aku udah gakuat. Aaah..” jawabku dengan rintihan.

Setelah beberapa menit berlalu vibrator itu berhasil dikeluarkan dan terlihat vibrator itu sudah basah kuyup. Aku langsung mengambilnya dari mereka karena mereka terus memandangi mainan seks yang baru saja tersangkut di dalam tubuhku. Setelah itu aku langsung memarahi Avan karena permintaannya yang aneh dan menyuruhnya tidur di sofa di ruang tengah. Avan pun tidak bisa berbuat banyak dan mengiyakan.

Malam itu aku tidur sendiri dengan wajah kemerahan karena merasa begitu malu. Keesokan paginya mereka bertiga tampak menyiapkan tas besar berisi beberapa pakaian layaknya mau pergi yang padahal kita masih ada dua malam di sini dan aku mungkin akan telanjang seharian hari ini. Rencana hari ini aku akan melakukan pemotretan tetapi aku belum tahu dimana lokasinya karena kita sudah puas mengambil banyak foto dilingkungan resort ini. Dan aku masih tidak rela setelah kalah dari taruhan Dheo sebelum sarapan. Yaudah kita lihat nanti gimana, huh.

“Hey guys coba tebak kita lagi sama siapa..” ucap Dheo merekam diriku.

“Udah ah jangan direkam.. malu akuu..” ucap ku merasa malu direkam layaknya dalam vlog-vlog.

“Ngapain malu? Cantik gini sayang banget kalau disia-siain. Iya kan bro? tanya Dheo kepada yang lain.

“Memang mantap bro.. liat susunya goyang-goyang tuhh.. seger banget.” ucap Avan.

Mengangkat kedua tanganku aku membiarkan tubuhku yang telanjang dijamah oleh tangan mereka. Tangan mereka yang gelap dan kasar menuangkan cairan sunscreen ke seluruh permukaan tubuhku. Mereka berempat bersemangat berpartisipasi untuk dapat menyentuh tubuhku dan sesekali memainkannya area intimku.

image.png

“Gimana sesuai janji ya kan? Seharian lo harus telanjang,” ucap Dheo.

“Tau ahh males..” jawabku ketus padahal dua hari kebelakang aku hampir selalu tidak mengenakan pakaian sehelai benangpun.

Membiarkan tubuhku dengan bebas disentuh mereka aku diam-diam berpikir akan “keseruan” yang akan aku hadapi nanti. Memikirkan aku akan menghabiskan hariku tanpa memakai sehelai benangpun mendorong hasrat birahiku serta kepuasan yang kudapatkan dari untuk mengeksplorasi sisi eksibisionisku membuatku bergairah. Aku tidak habis pikir kenapa aku rela memenuhi hukuman mereka, tapi mungkin ini akan menjadi pengalaman yang menarik.

“Hayuk cepetan guys kapalnya harus udah berangkat jam 09.00,” ucap Mas Aji.

“Hah kapal? Lo bilang kita cuman ke pantai?” tanyaku panik.

“Kan aku gak ngomong di pantai mana, hehe,” jawab Dheo dengan santai.

Aku terdiam mendengar jawaban mereka, aku pikir kita hanya jalan-jalan di private beach yang sepi dari pengunjung dan aku bisa telanjang dengan bebas. Berarti aku tidak hanya telanjang secara live di depan mereka berempat, tetapi juga dengan kru kapal yang pasti adalah laki-laki. Duh semakin banyak orang yang ngeliat aku telanjang secara langsung dehh.

Aku kemudian mulai masuk ke dalam mobil dan kita mulai berangkat menuju lokasi pemotretan berikutnya. Hampir satu jam berlalu kita sampai di area pelabuhan kapal-kapal nelayan. Aku bergidik bagaimana aku bisa naik ke kapal dalam kondisi telanjang bulat melewati nelayan-nelayan itu dan tentu saja menghabiskan hari sebagai satu-satunya cewek di kapal.

“Hah aku cuman boleh pakai ini aja?” tanyaku kepada mereka.

Menganggukkan kepala mereka bersama, kemudian serentak menjawab, “cuman boleh di momen tertentu sisanya kamu harus telanjang bulat.”

Pintu mobil terbuka dan aku masih dalam kondisi telanjang bulat berdiri keluar dan memakai kain yang mereka berikan. Kain itu begitu tipis dan pasti akan menunjukan siluet lekuk tubuhku dibaliknya. Mengambil nafas panjang aku pun mulai melangkahkan kaki menuju dermaga melewati keraimaian orang-orang.

julia-1490-098.jpg
 
Terakhir diubah:
Sorry setelah sekian lama akhirnya update juga. Rencananya chapter 15 mau dijadikan satu part cuman bakal terlalu panjang jadi di pecah menjadi dua part. Kedepannya TS bakal lebih banyak update (harapannya). Terimakasih kepada pembaca yang setia menunggu.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd