Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurus Sakti Tapak Sedasa

CHAPTER 8: THE HOSPITAL EXPERIENCE

"saya akan kabari ya untuk proses selanjutnya" ucap bu Vira dengan matanya yang sedikit sayu karena kelelahan meskipun sedikit tersembunyi dibalik kaca matanya, dan rambutnya sedikit berantakan setelah selesai bercinta denganku di dalam mobil. Rok mininya dibiarkan masih tersingkap ke atas, menunjukkan pangkal pahanya yang tidak terlindungi celana dalam. Bu Vira mencium pipiku dengab lembut, kemudian aku melangkah keluar dari mobil fortuner putih, turun tepat di depan gedung kosku.

"Silahkan kopernya pak" ujar seseorang dari belakang, rupanya sopir dari mobil fortuner kedua menyerahkan koperku. Sejurus kemudian dua mobil fortuner itu pergi ke jalanan Jakarta yang saat itu ternyata tidak begitu macet meskipun di hari Senin.

Aku masih merasa sangat lelah, tetapi rasa penasaranku sangat kuat untuk membuatku tidak langsung tidur. Ada beberapa hal yang membuatku penasaran.

Setelah masuk kedalam kamar kos, kuletakkan koperku ke lantai, dan pelan-pelan membukanya. Kemudian aku membuka telepon genggamku, kubuka foto isi koperku sesaat sebelum terbang dan kubandingkan dengan urutan baju yang kutumpuk di dalam koper. Dan ternyata berbeda !

Ya, ternyata firasatku benar, bu Vira mengajakku bercinta di mobil, sedangkan orang di mobil lainnya sengaja membuka isi koperku. Pasti mereka ingin mendapatkan kedua gulungan kulit yang kuterima dari eyangku. Entah darimana mereka tahu bahwa aku memegang dua gulungan kulit dari eyangku? Apakah Seseorang berbaju putih bercelana dalam motif harimau yang kulihat di hotel sewaktu di jogja ? Yang jelas, Eyang memang benar, aku harus berhati-hati, mungkin saja ada yang mengawasiku setelah aku memiliki ilmu tapak sedasa ini.

Tetapi aku tidak bodoh !

Orang-orang tadi tidak akan menemukan gulungan kulit di dalam koperku!

Ya, aku tahu bahwa aku harus berhati-hati. Pada saat aku di hotel di Jogja, aku sengaja ke lobby dan telepon genggamku menunjukkan seakan-akan aku memanggil taksi online, padahal sebenarnya aku memanggil teman lamaku untuk menjemputku di mobil, dan kuserahkan kedua gulungan kulit itu, supaya dikirimkan lewat paket kilat ke Jakarta, ke lokasi temanku yang lain, bukan ke alamat kosku. "Bu Vira, kau tidak bisa menipuku" ucapku dalam hati penuh kemenangan.

Kini rasa penasaranku beralih ke kedua gulungan kulit yang sudah kufoto lewat telepon genggamku dan kukirim ke email pribadiku. Kubuka laptopku, kemudian kuperhatikan baik-baik foto kedua gulungan kulit itu. Aku mencoba mencari daftar huruf Thailand serta mendownload font bahasa Thailand, kupelajari satu-satu, kemudian kubaca tulisan dari gulungan kulit yang pertama, dan kutulis ulang menggunakan font bahasa Thailand di microsoft word. Menulis ulang gulungan kulit yang pertama dan kedua memakan waktu sampai hampir 2 jam. Rencanaku adalah setelah semuanya kutulis ulang, aku akan berusaha melakukan search dari setiap kata yang ada di tools penerjemah google, dengan cara itu, semoga aku bisa mengerti apa isi dari kedua gulungan kulit itu.

Aku terbangun di sebidang tanah di tengah hutan, dengan beberapa candi-candi yang terbuat dari batu bata. Di hutan ini ada banyak pohon beringin dengan akar-akar yang menjuntai lebat. Tiba-tiba aku mencium bau yang sangat wangi, dan dari balik pohon, munculah seorang wanita sangat cantik berkulit putih dengan kain putih yang menutup dada dengan rapi, kemudian kebawah menjuntai-juntai beberapa lembar kain putih transparan yang hampir tidak dapat menutupi pangkal pahanya. Aku terkesima dengan pemandangan itu. Kemudian wanita cantik itu mengajakku untuk ke balik pohon yang sangat besar, dan aku mengikutinya. Saat aku ke balik pohon, ternyata di sana ada harimau yang sangat besar tetapi tertidur. Aku sangat terkejut dan takut. Aku hanya bisa berdiri saja, tidak tahu harus berlari atau berjalan mendekat ke wanita cantik itu. Kemudian wanita cantik itu berjalan lagi mengitari pohon sehingga tidak kelihatan lagi, dan sejurus kemudian, harimau yang besar itu bangun. Aku ingin berlari, tetapi entah kenapa kakiku tidak bisa digerakkan. Sementara harimau itu mulai menyadari kehadiranku. Matanya bengis, sadar bahwa makanannya sudah tersedia didepannya.

"Tiing !!!"

Aku terbangun dengan kaget. Suara notifikasi whatsapp di telepon genggamku berbunyi. Ternyata aku hanya bermimpi !

Aku pergi ke toilet sebentar, menyegarkan wajahku yang memang belum beristirahat sejak turun dari pesawat dan bercinta dengan bu Vira. Aku kembali ke depan laptop, tanpa memeriksa whatsapp di telepon genggamku. Kini aku mencoba untuk mengerjakan gulungan kulit yang pertama, semua kata-katanya kumasukkan ke google translate, dan kuterjemahkan ke tulisan latin. Anehnya, yang muncul adalah nama-nama khas Thailand yang terkesan acak dan disurun tak beraturan. Aku mencoba mencari di google search dari beberapa nama yang muncul, dan hasil pencarian tidak mengerucut ke satu orang, tetapi banyak orang. Tampaknya nama-nama ini adalah nama yang umum dipakai di Thailand. Tetapi apa istimewanya gulungan kulit yang pertama ini? Hanya berisi nama-nama acak yang tidak ada artinya ? Atau mungkin caraku saja yang salah untuk menerjemahkannya ?

Aku mencoba ke gulungan kedua, dimana isinya adalah kata-kata yang disusun acak dan tidak berarti. Contohnya, alam laut aku api kapal pohon kami tombak buah. Aku rasa pasti ada yang salah dengan metodeku dalam menerjemahkan gulungan kulit ini.

Tak terasa hari sudah menjelang malam, dan aku sudah menghabiskan waktu sampai 5 jam untuk mengartikan dua gulungan kulit ini, tetapi masih saja tidak terbaca maksudnya. Akhirnya aku menyerah, dan kubaringkan badanku ke tempat tidur. Kuambil telepon genggamku, tanpa sengaja aku membuka aplikasi outlook yang biasa kugunakan untuk membuka email pekerjaan. Ada beberapa email masuk tentang pekerjaan, tetapi ada yang menarik. Ada satu email berisi farewell email dari Cik Tania! Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan kaget, karena Cik tania adalah bosku yang membuatku sering lembur akhir2 ini. Masih teringat erangan-erangan Cik Tania waktu kukerjai dengan jurus tapak sedasaku.

"Wah, berarti akan ada bos baru" ucapku dalam hati.

Sejurus kemudian telepon genggamku berbunyi.

"Halo Pak Riki" ucap seorang wanita.

"Halo. Bu Vivi ya ?" tanyaku, karena nomer yang masuk adalah nomer kantor, jadi aku tidak tahu identitasnya. Aku sangat ingat benar suara bu Vivi. Ya, tentu saja, yang kuingat sangat jelas adalah erangan lembutnya saat dia mewawancaraiku.

"Iya benar, pak. Saya diberitahu bahwa wawancara pagi tadi sudah dilakukan dengan bu Vira ya pak?" tanya bu Vivi.

"Ya sudah" balasku singkat.

"Well, barusan bu Vira telepon saya pak, dia sangat terkesan dengan profil bapak, sehingga Pak Riki bisa mengikuti proses selanjutnya" jelas bu Vivi.

"Oh, okay. Proses selanjutnya apa kalau sayaboleh tahu?" tanyaku.

"Seperti yang Bu Vira info, bahwa user pak Riki adalah Miss Jenny di Singapore. Jadi nanti akan ada wawancara tahap akhir dengan Miss Jenny. Akan tetapi, sebelum ke proses itu, kami akan meminta kesediaan bapak untuk medical checkup dulu pak" ucap bu Vivi.

"Oh, jadi medical checkup dulu ya sebelum diterima" tanyaku keheranan. Biasanya medical checkup dilakukan setelah diterima oleh perusahaan tempat kita melamar.

"Iya pak, ini permintaan khusus Miss Jenny" balas bu Vivi.

"Well, ok. kapankah ?" tanyaku.

"Hmm, apakah Pak Riki bersedia untuk medical checkup besok jam 8 pagi ? lokasinya di Serpong" tanya bu Vivi.

"Berarti saya harus puasa malam ini ya?" tanyaku.

"Iya pak, makan malam paling lambat jam 8 malam, setelah itu hanya boleh minum air putih saja" jelas bu Vivi.

"Okay" ucapku singkat.

"Thanks pak atas kesediaannya, besok Pak Riki cukup membawa KTP saja dan ditunjukkan ke klinik yang kami sediakan ya pak" ucap Bu Vivi.

"Ok Siap" balasku tanpa pikir panjang.

========================================================================

Pagi pecah di langit.

Aku sedang berada di rumah sakit di daerah Serpong. Seperti biasa untuk medical check up, aku harus berpuasa 12 jam sebelumnya. Proses pengambilan urine dan sample darah sudah selesai, kemudian setelah ini ada pemeriksaan mata seperti tes buta warna dan tes membaca jarak jauh. Kedua tes itu bisa kulewati dengan baik, karena memang aku tidak ada permasalahan kesehatan. Biasanya nanti di akhir ada sesi pemeriksaan kesehatan oleh dokter. Aku sedang menunggu di ruang tunggu untuk sesi terakhir ini. Jam menunjukkan pukul 8.30 pagi. Rumah sakit ini terbilang cukup sepi, semua sesi kujalani di lantai 1.

"Bapak Riki" kudengar namaku dipanggil oleh seorang suster di bagian administrasi.

"Ya, saya" aku menghampiri bagian administrasi.

"Silahkan bapak membawa folder ini dan pergi menuju ke lantai 5 lewat lift di dekat ruang tunggu ya, kemudian berjalan ke sebelah kiri, dan silahkan masuk ke ruangan dokter Yuna." ucap suster itu, yang langsung aku iyakan.

Aku berjalan menuju lift, dan menuju ke lantai 5. Begitu sampai, kulangkahkan kakiku ke kiri dan menyusuri lorong yang benar-benar sepi. Aku merasa sedikit takut, karena rumah sakit rata2 terkenal ada hantunya, tetapi karena masih pagi, kuberanikan diri untuk terus berjalan. Akhirnya kutemui bagian administrasi di lantai ini.

"Permisi, saya perlu ke Dokter Yuna" ucapku tanpa basa basi.

Kulihat di bagian administrasi ini ada seorang dengan dandanan suster yang sedang berada di depan komputer.

"Ok pak, sebentar saya lihat dokumennya dulu" ucap suster itu. Kuserahkan dokumenku kepadanya.

"Pak Riki, bapak silahkan ke ujung lorong ini, di dekat lift itu pak, bapak langsung masuk saja ke dalam" ucap suster itu. Aku langsung mengiyakan.

"Dr. Yuna" akhirnya kutemukan ruangan dokter ini. Akupun mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku mencoba membuka pintu yang tidak terkunci, dan tidak ada orang didalamnya. Aku menoleh ke suster di bagian administrasi yang terpisah sekitar 20 langkah, dan dia memberikan aba-aba agar aku masuk saja.

Aku masuk ke ruangan dokter ini. Ada satu meja, kursi dokter dan kursi pasien, dan satu ranjang pasien. Satu poster menunjukkan peta jaringan syaraf manusia tertempel di dekat ranjang pasien, dan satu lukisan besar gambar bunga teratai.

Aku duduk di kursi pasien, sambil teringat kembali kata-kata eyang, bahwa aku harus berhati-hati. Semua proses ini cukup mencurigakan bagiku, mulai dengan wawancara dengan Bu Vivi, kemudian bu Vira, dimana mereka semua mengenakan celana dalam bercorak yang sama, yaitu motif kuliat harimau, kemudian isi koperku yang diam-diam dibongkar yang aku yakin pasti mereka mencari kadua gulungan kulit pemberian dari eyangku.

"Pagi.." ucap seorang dokter yang membuyarkan pikiranku.

"Pagi dok" balasku.

"Wow, cantik sekali" ucapku dalam hati. Dokter Yuna berambut sebahu, berkulit putih, mengenakan kaca mata frame agak tebal berwarna hitam. Mungkin mirip dengan artis Wulan Guritno, tetapi dengan kaca mata. Ia mengenakan blouse dengan belahan rendah di dada dan rok mini, dan dengan jas dokter berwarna putih. High heels hitamnya menambah anggun penampilannya.

"Maaf membuat Bapak menunggu ya, saya sedikit terjebak macet tadi" ucapnya singkat.

"Dengan pak Riki ya?" tanyanya sambil membuka dokumenku di mejanya.

"Iya dok" balasku singkat.

"OK, kita langsung saja, ini tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Ada beberapa pertanyaan yang saya perlu ajukan ke pak Riki" ucap Dokter Yuna.

Aku menjawab beberapa pertanyaan mengenai apakah aku minum alkohol, seberapa sering berolahraga, ada riwayat kecelakaan atau tidak, ada riwayat operasi, apakah aku merokok, dan beberapa pertanyan seputar riwayat kesehatan lainnya.

"Ok, ini yang terakhir, apakah pak Riki bersedia..."

*hey jude..... dont make it bad....*

Suara dering telepon genggam berbunyi dengan nada lagu the beatles.

"Oh maaf pak, saya angkat dulu teleponnya ya, maaf" ucap dokter Yuna.

Dokter Yuna menjawab panggilan telepon genggamnya sambil berdiri. Aku diam-diam memperhatikannya berdiri sambil berbicara di telepon genggamnya. Dokter Yuna sungguh cantik dan anggun.

"Baiklah pak Riki, maaf ya saya harus angkat telepon tadi" ucap Dokter Yuna.

"Ga papa dok" jawabku.

"OK pak, apakah Pak Riki bersedia alat kelaminnya saya periksa ?" tanya Dokter Yuna.

Aku yang sudah beberapa kali melakukan medical check up memang terbiasa dengan pertanyaan ini, hanya saja biasanya dokternya sudah berinisiatif untuk menghindari pemeriksaan ini dengan cara langsung mengisi saja kolom jawaban mengenai kesehatan alat kelamin dengan jawaban "tidak ada masalah" tanpa benar-benar melakukan pemeriksaan. Kali ini aku kaget Dokter Yuna tidak seperti dokter yang lain.

"OK" Jawabku singkat. Dokter Yuna mempersilahkanku untuk duduk di ranjang pasien. Ia mendorong kursi dokter yang memang ada rodanya ke arah ranjang pasien, supaya bisa memeriksa alat kelaminku sambil duduk.

Ada beberapa detik momen canggung diantara kami. Ternyata aku menunggu dokter Yuna untuk membukakan celanaku, sedangkan Dokter Yuna berpikir aku sebagai pasien akan membuka celananya sendiri.

"Oh maaf, maaf" jawabku sambil tersenyum-senyum. Dokter Yuna hanya tersenyum sedikit.

Aku membuka celanaku dan celana dalamku, sehingga aku hanya mengenakan kaos saja, kemudian aku duduk di ranjang pasien. Dokter Yuna duduk di kursi dokter. Kulebarkan kedua kakiku sehingga Dokter Yuna bisa mendekat ke alat kelaminku. Saat itu batang penisku agak sedikit terbangun karena Dokter Yuna mulai mendekat.

*hey jude..... dont make it bad....*

Lagi-lagi telepon genggamnya berbunyi, Dokter Yuna menjawab telepon itu tanpa permisi seperti sebelumnya.

Aku merasa berada dalam posisi yang canggung. Kedua kakiku mengangkang lebar, dimana alat kelaminku terpampang di depan wajah Dokter Yuna, sementara dia sedang berbicara di telepon genggamnya tanpa bangkit dari kursinya. Batnag penisku mulai berdiri.

Melihat batng penisku mulai berdiri, tampaknya Dokter Yuna ingin menjauhkan kursinya dariku, tetapi tidak bisa. Ya, diam-diam kugunakan jurus tapak sedasa ku untuk menahan kursi beroda itu dari belakang. Dokter Yuna tampak kebingungan. Dengan sambil berbicara di telepon genggam, dia mencoba bangkit berdiri untuk menjauh, tetapi tidak bisa juga, karena kali ini kutahan kedua bahunya ke bawah dengan tangan tak terlihat sehingga dia tidak bisa berdiri.

"Hmm, sorry Lex, lo tadi bilang apa?" ucap Dokter Yuna, karena dia sedang kebingungan, tidak bisa berdiri dan menjauh dari alat kelaminku, sementara dia tetap harus berbicara di telepon genggam. Diam-diam kudorong maju kursinya, sehingga Dokter Yuna semakin mendekati batang penisku yang sudah berdiri. Jarak batang penisku dengan wajah Dokter Yuna hanya tinggal satu jengkal saja.

"Eeeh... duh, kenapa ini, duh duh" ucap Dokter Yuna. Tubuhnya yang langsing begitu mudah kutahan dengan jurus tapak sedasa, sehingga satu tangan saja sudah mampu mencegah Dokter Yuna untuk menjauh dari batang penisku. Dalam posisi duduk, perlahan-lahan kubelai lembut vagina Dokter Yuna dengan jari tak terlihatku, sementara payudaranya sebelah kirinya kupilin-pilin pada bagian putingnya.

"Ahhhh.... eh...kenapa ini? Duh maaf lex, sorry-sorrry, sebentar, aaah" Dokter Yuna kebingungan, sementara dia melihatku hanya duduk saja di ranjang, dengan tanganku yang tidak melakukan apa-apa.

"Aaaaahhhhhhhhh... ahhhhhhh... duuuhhh..... mmmhhhhhh..." erang Dokter Yuna. Tanpa sadar semakin kudekatkan wajahnya ke batang penisku yang sudah berdiri gagah.

"Duh lex, nanti lagi aja ya" ucap Dokter Yuna sambil cepat-cepat menutup telepon genggamnya. Aku sadar, kocokan jariku di vagina Dokter Yuna harus kupercepat supaya dia kehilangan konsentrasi.

"Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh.... duh pak Riki, maaf... maaf, saya kenapa ini?" tanya Dokter Yuna dengan kebingungan, tangannya menggenggam kedua pahaku.

Kocokan jariku semakin cepat di vagina Dokter Yuna yang semakin tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Tiba-tiba kedua tangannya mulai mendekat ke batang penisku, matanya yang sangat sayu menunjukkan ujung orgasme pertama akan tiba. Tangannya kini menggenggam batang penisku tanpa ku paksa dengan tangan tak terlihat dari jurus tapak sedasa, sepertinya Dokter Yuna sudah runtuh pertahanannya, dan mulai mengikuti permainanku.

"Sleeeeppppp...." Dokter Yuna tiba-tiba mengulum batang penisku. Aku terkejut dan hampir kulepaskan tangan tak terlihatku dari vaginanya. Kemudian kulanjutkan lagi kocokan jariku. Dokter Yuna melepaskan kulumannya, dan mulai menjilati batang penisku. Aku merasa geli dan nikmat luar biasa. Sepertinya Dokter Yuna sangat berpengalaman dalam menjilati batang penis. Lidahnya memain-mainkan ujung penisku, aku benar-benar merasa geli bercampur nikmat. Aku mencoba berkonsentrasi dan kucepatkan kocokan jariku di vaginanya.

"Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh.....ahhhhhhhhhhh........ahhhhhhhh" erang Dokter Yuna sambil melepas jilatannya dari batang penisku. Tampaknya dia semakin tak bisa mengendalikan dorongan orgasmenya akibat kocokan jariku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh............"Dokter Yuna mengerang dengan hebat, sambil badannya bergetar, tangannya mencengkeram pahaku denagn kuat, orgasme pertamanya sudah tiba.

Aku perlahan-lahan melepaskan semua tangan tak terlihatku, karena Dokter Yuna sudah benar-benar berada di dalam permainanku, hasratnya untuk orgasme berikutnya pasti sudah begitu tinggi.

Dokter Yuna berdiri. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkanku. Aku terkejut dan kecewa, kupikir Dokter Yuna ingin melanjutkan permainan ini. Dokter Yuna melangkah ke mejanya, dan kemudian memberikan gestur kepadaku untuk mendekat. Dengan hanya mengenakan kaos, tanpa celana, tetapi masih mengenakan sepatu olahraga, aku melangkah mendekati Dokter Yuna.

"Maaf pak Riki, saya bukan tipe wanita yang suka berhubungan seks di ranjang" ucap Dokter Yuna dengan begitu seksi. Kedua tangannya memegang bahuku, dan menekannya ke bawah, memintaku untuk menciumi bagian bawah tubuhnya. Aku menanggapinya, kuelus paha Dokter Yuna yang mengenakan rok mini. Kusingkapkan roknya keatas. Seperti yang aku duga, celana dalamnya bermotif harimau. Meskipun hasrat seksku sedang bergelora, tetapi aku tahu aku harus berhati-hati.

Kulepaskan celana dalam Dokter Yuna. Dokter Yuna mengenakan jas dokter, dengan blouse berbelahan dada rendah, dan rok mininya tersingkap ke atas, dengan kaki jenjang berhigh-heels yang membuatnya begitu seksi. Kacamatanya menunjukkan keanggunan Dokter Yuna, sementara vaginanya yang sedikit berjembut sudah basah karena orgasme pertamanya. Tanpa memerlukan jurus tapak sedasa lagi, aku akan menjamahi tubuhnya dengan tubuhku sendiri.

"Kiss it honey" pinta Dokter Yuna.

Kusanggupi permintaannya. Kucium vagina Dokter Yuna, dengan lidahku memain-mainkan klitorisnya. Dokter Yuna melenguh pelan. Kini jariku pun mulai masuk ke vaginanya dan mengocoknya.

"Aaaaahhhhhh....yessssss..... mmmppphhh....." erang Dokter Yuna.

"hmmmmpffff......oooooohhhhhhhhhhh" Dokter Yuna semakin meracau. Tiba-tiba dia merapatkan kedua kakinya. Akupun berhenti menjilati vaginanya, dan berdiri.

Dokter Yuna menarik batang penisku, menuntunku bagaikan kuda yang ditarik tali kekangnya, menuju kursi pasien tanpa lengan.

"Sit down!" perintah Dokter Yuna.

Aku pun duduk di kursi pasien. Doker Yuna mengangkang dan mendudukiku, kemudian mengarahkan agar penisku mulai masuk ke vaginanya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh" Dokter Yuna mengerang saat batang penisku masuk ke vaginanya untuk pertama kali. Sensasi hangat dan becek kurasakan dari vagina Dokter Yuna.

Dokter Yuna menyibakkan rambutnya ke belakang, dan kemudian mengarahkan kedua tanganku untuk memelorotkan ke bawah blouse nya, sehingga kedua payudaranya yang tak terlindungi BH terbuka. Kedua tanganku meremas lembut kedua payudara Dokter Yuna, sementara pinggulnya memulai gerakan maju mundur. Jas dokter putih yang masih ia kenakan semakin menambah seksi tubuhnya.

"Aaaaaahhh....ahhhhh...ahhhhh......ahhhhhh" Dokter Yuna memacu pinggulnya dengan cepat. Aku berusaha untuk menahan dorongan orgasme sekuat mungkin.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh....." Dokter Yuna menghajar batang penisku tanpa ampun, matanya semakin sayu dibalik kacamata frame tebalnya.

"Pak rikiii....... i'm about to cum agaiiinn..... ahhhh..... ahhhh..... ahhhh....." racau Dokter Yuna.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh.........." DOkter Yuna mengejang, badannya kaku selama sekian detik, kemudian bergetar hebat, aku merasakan semburan cairan orgasmenya yang hangat di batang penisku.

Dokter Yuna terduduk lemas diatas tubuhku. Vaginanya masih berkedut.

Setelah beberapa saat, Dokter Yuna bangkit, dan kemudian dia berdiri, membungkuk dengan kedua tangan berpegangan ke meja, lalu mengangkangkan kedua kakinya.

"Come on honey, fuck me all the way" ucap Dokter Yuna.

Aku kemudian menghampirinya, kemudian kumasukkan batang penisku ke vaginanya. Kami melakukan posisi doggy style.

"Oooooohhh" erang Dokter Yuna perlahan.

Kugerakkan pinggulku maju mundur, batang penisku menggagahi vagina Dokter Yuna.

"ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh....." Dokter Yuna meracau tanpa malu-malu, tak perduli meskipun kami sedang berada di rumah sakit.

"Aaaaaaaaahhhhhhhh..............ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh.........ahhhhhhhhh" setelah beberapa saat DOkter Yuna meracau lebih kuat lagi.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh.............. iam cummmmiiingggggggggg" erang Dokter Yuna dengan kencang. Badannya kembali bergetar hebat selama beberapa saat.

Aku tidak memberikan waktu untuk Dokter Yuna beristirahat, langsung kuhajar lagi vaginanya yang lembut dengan batang penisku dengan sangat cepat, karena kurasakan dorongan orgasme akan menghampiriku.

"Aahh....Aahh....Aahh....Aahh....Aahh....Aahh......." erang Dokter Yuna. Kugerakkan maju mundur pinggulku, batang penisku dengan tanpa ampun menggauli vagina Dokter Yuna. Kini dorongan orgasme semakin kurasakan di batang penisku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...................aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhmmmmmppphhh...... aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh" Dokter Yuna mengerang panjang, aku sudah tak tahan lagi, keluarlah cairan ejakulasiku ke dalam vagina dokter Yuna yang bersamaan menyemprotkan cairan orgasmenya. Kurasakan sensasi nikmat yang meledak-ledak, sementara badan Dokter Yuna mengejang hebat dan bergetar. Setelah itu tubuh Dokter Yuna melemas, aku harus memegangi tubuhnya supaya tidak jatuh.

Beberapa saat kemudian kududukkan dia di kursi dokter, dengan kondisi rok yang masih tersingkap ke atas, dan payudaranya yang terekspos keluar, sedikit bersembunyi dibalik jas dokternya. Sedangkan aku kembali berpakaian, dan duduk di kursi pasien. Dokter Yuna masih terengah-engah.

Setelah sekitar 10 menit, Dokter Yuna mendapatkan kembali staminanya untuk duduk tegak.

"Pak Riki, hasil medical check up akan keluar dalam waktu 1 minggu. Tetapi saya yakin Pak Riki benar-benar sehat" ucap Dokter Yuna sambil memperbaiki posisi kacamatanya.

"Saya mendapat pesan dari perusahan tempat bapak melamar kerja, untuk memberikan amplop ini" ucap Dokter Yuna sambil menyerahkan amplop kepadaku.

Aku merasa heran, amplop apakah ini ? Setelah berpamitan dengan Dokter Yuna, akhirnya aku melangkah keluar dari Rumah Sakit, dan mampir sebentar ke cafe terdekat untuk mengobati rasa hausku. Saat menunggu minuman, aku membuka amplop dari dokter yuna.

Hanya ada satu kertas di dalamnya, yang bertuliskan :

TG434 1235PM WED07032018 X365758 14.37N,99.14E

//bersambung//



simak cerita saya yang lain

The Office

Perampokan Toko Emas Cahaya
 
Terakhir diubah:
CHAPTER 8: THE HOSPITAL EXPERIENCE

"saya akan kabari ya untuk proses selanjutnya" ucap bu Vira dengan matanya yang sedikit sayu karena kelelahan meskipun sedikit tersembunyi dibalik kaca matanya, dan rambutnya sedikit berantakan setelah selesai bercinta denganku di dalam mobil. Rok mininya dibiarkan masih tersingkap ke atas, menunjukkan pangkal pahanya yang tidak terlindungi celana dalam. Bu Vira mencium pipiku dengab lembut, kemudian aku melangkah keluar dari mobil fortuner putih, turun tepat di depan gedung kosku.

"Silahkan kopernya pak" ujar seseorang dari belakang, rupanya sopir dari mobil fortuner kedua menyerahkan koperku. Sejurus kemudian dua mobil fortuner itu pergi ke jalanan Jakarta yang saat itu ternyata tidak begitu macet meskipun di hari Senin.

Aku masih merasa sangat lelah, tetapi rasa penasaranku sangat kuat untuk membuatku tidak langsung tidur. Ada beberapa hal yang membuatku penasaran.

Setelah masuk kedalam kamar kos, kuletakkan koperku ke lantai, dan pelan-pelan membukanya. Kemudian aku membuka telepon genggamku, kubuka foto isi koperku sesaat sebelum terbang dan kubandingkan dengan urutan baju yang kutumpuk di dalam koper. Dan ternyata berbeda !

Ya, ternyata firasatku benar, bu Vira mengajakku bercinta di mobil, sedangkan orang di mobil lainnya sengaja membuka isi koperku. Pasti mereka ingin mendapatkan kedua gulungan kulit yang kuterima dari eyangku. Entah darimana mereka tahu bahwa aku memegang dua gulungan kulit dari eyangku? Apakah Seseorang berbaju putih bercelana dalam motif harimau yang kulihat di hotel sewaktu di jogja ? Yang jelas, Eyang memang benar, aku harus berhati-hati, mungkin saja ada yang mengawasiku setelah aku memiliki ilmu tapak sedasa ini.

Tetapi aku tidak bodoh !

Orang-orang tadi tidak akan menemukan gulungan kulit di dalam koperku!

Ya, aku tahu bahwa aku harus berhati-hati. Pada saat aku di hotel di Jogja, aku sengaja ke lobby dan telepon genggamku menunjukkan seakan-akan aku memanggil taksi online, padahal sebenarnya aku memanggil teman lamaku untuk menjemputku di mobil, dan kuserahkan kedua gulungan kulit itu, supaya dikirimkan lewat paket kilat ke Jakarta, ke lokasi temanku yang lain, bukan ke alamat kosku. "Bu Vira, kau tidak bisa menipuku" ucapku dalam hati penuh kemenangan.

Kini rasa penasaranku beralih ke kedua gulungan kulit yang sudah kufoto lewat telepon genggamku dan kukirim ke email pribadiku. Kubuka laptopku, kemudian kuperhatikan baik-baik foto kedua gulungan kulit itu. Aku mencoba mencari daftar huruf Thailand serta mendownload font bahasa Thailand, kupelajari satu-satu, kemudian kubaca tulisan dari gulungan kulit yang pertama, dan kutulis ulang menggunakan font bahasa Thailand di microsoft word. Menulis ulang gulungan kulit yang pertama dan kedua memakan waktu sampai hampir 2 jam. Rencanaku adalah setelah semuanya kutulis ulang, aku akan berusaha melakukan search dari setiap kata yang ada di tools penerjemah google, dengan cara itu, semoga aku bisa mengerti apa isi dari kedua gulungan kulit itu.

Aku terbangun di sebidang tanah di tengah hutan, dengan beberapa candi-candi yang terbuat dari batu bata. Di hutan ini ada banyak pohon beringin dengan akar-akar yang menjuntai lebat. Tiba-tiba aku mencium bau yang sangat wangi, dan dari balik pohon, munculah seorang wanita sangat cantik berkulit putih dengan kain putih yang menutup dada dengan rapi, kemudian kebawah menjuntai-juntai beberapa lembar kain putih transparan yang hampir tidak dapat menutupi pangkal pahanya. Aku terkesima dengan pemandangan itu. Kemudian wanita cantik itu mengajakku untuk ke balik pohon yang sangat besar, dan aku mengikutinya. Saat aku ke balik pohon, ternyata di sana ada harimau yang sangat besar tetapi tertidur. Aku sangat terkejut dan takut. Aku hanya bisa berdiri saja, tidak tahu harus berlari atau berjalan mendekat ke wanita cantik itu. Kemudian wanita cantik itu berjalan lagi mengitari pohon sehingga tidak kelihatan lagi, dan sejurus kemudian, harimau yang besar itu bangun. Aku ingin berlari, tetapi entah kenapa kakiku tidak bisa digerakkan. Sementara harimau itu mulai menyadari kehadiranku. Matanya bengis, sadar bahwa makanannya sudah tersedia didepannya.

"Tiing !!!"

Aku terbangun dengan kaget. Suara notifikasi whatsapp di telepon genggamku berbunyi. Ternyata aku hanya bermimpi !

Aku pergi ke toilet sebentar, menyegarkan wajahku yang memang belum beristirahat sejak turun dari pesawat dan bercinta dengan bu Vira. Aku kembali ke depan laptop, tanpa memeriksa whatsapp di telepon genggamku. Kini aku mencoba untuk mengerjakan gulungan kulit yang pertama, semua kata-katanya kumasukkan ke google translate, dan kuterjemahkan ke tulisan latin. Anehnya, yang muncul adalah nama-nama khas Thailand yang terkesan acak dan disurun tak beraturan. Aku mencoba mencari di google search dari beberapa nama yang muncul, dan hasil pencarian tidak mengerucut ke satu orang, tetapi banyak orang. Tampaknya nama-nama ini adalah nama yang umum dipakai di Thailand. Tetapi apa istimewanya gulungan kulit yang pertama ini? Hanya berisi nama-nama acak yang tidak ada artinya ? Atau mungkin caraku saja yang salah untuk menerjemahkannya ?

Aku mencoba ke gulungan kedua, dimana isinya adalah kata-kata yang disusun acak dan tidak berarti. Contohnya, alam laut aku api kapal pohon kami tombak buah. Aku rasa pasti ada yang salah dengan metodeku dalam menerjemahkan gulungan kulit ini.

Tak terasa hari sudah menjelang malam, dan aku sudah menghabiskan waktu sampai 5 jam untuk mengartikan dua gulungan kulit ini, tetapi masih saja tidak terbaca maksudnya. Akhirnya aku menyerah, dan kubaringkan badanku ke tempat tidur. Kuambil telepon genggamku, tanpa sengaja aku membuka aplikasi outlook yang biasa kugunakan untuk membuka email pekerjaan. Ada beberapa email masuk tentang pekerjaan, tetapi ada yang menarik. Ada satu email berisi farewell email dari Cik Tania! Aku langsung bangkit dari tempat tidur dan kaget, karena Cik tania adalah bosku yang membuatku sering lembur akhir2 ini. Masih teringat erangan-erangan Cik Tania waktu kukerjai dengan jurus tapak sedasaku.

"Wah, berarti akan ada bos baru" ucapku dalam hati.

Sejurus kemudian telepon genggamku berbunyi.

"Halo Pak Riki" ucap seorang wanita.

"Halo. Bu Vivi ya ?" tanyaku, karena nomer yang masuk adalah nomer kantor, jadi aku tidak tahu identitasnya. Aku sangat ingat benar suara bu Vivi. Ya, tentu saja, yang kuingat sangat jelas adalah erangan lembutnya saat dia mewawancaraiku.

"Iya benar, pak. Saya diberitahu bahwa wawancara pagi tadi sudah dilakukan dengan bu Vira ya pak?" tanya bu Vivi.

"Ya sudah" balasku singkat.

"Well, barusan bu Vira telepon saya pak, dia sangat terkesan dengan profil bapak, sehingga Pak Riki bisa mengikuti proses selanjutnya" jelas bu Vivi.

"Oh, okay. Proses selanjutnya apa kalau sayaboleh tahu?" tanyaku.

"Seperti yang Bu Vira info, bahwa user pak Riki adalah Miss Jenny di Singapore. Jadi nanti akan ada wawancara tahap akhir dengan Miss Jenny. Akan tetapi, sebelum ke proses itu, kami akan meminta kesediaan bapak untuk medical checkup dulu pak" ucap bu Vivi.

"Oh, jadi medical checkup dulu ya sebelum diterima" tanyaku keheranan. Biasanya medical checkup dilakukan setelah diterima oleh perusahaan tempat kita melamar.

"Iya pak, ini permintaan khusus Miss Jenny" balas bu Vivi.

"Well, ok. kapankah ?" tanyaku.

"Hmm, apakah Pak Riki bersedia untuk medical checkup besok jam 8 pagi ? lokasinya di Serpong" tanya bu Vivi.

"Berarti saya harus puasa malam ini ya?" tanyaku.

"Iya pak, makan malam paling lambat jam 8 malam, setelah itu hanya boleh minum air putih saja" jelas bu Vivi.

"Okay" ucapku singkat.

"Thanks pak atas kesediaannya, besok Pak Riki cukup membawa KTP saja dan ditunjukkan ke klinik yang kami sediakan ya pak" ucap Bu Vivi.

"Ok Siap" balasku tanpa pikir panjang.

========================================================================

Pagi pecah di langit.

Aku sedang berada di rumah sakit di daerah Serpong. Seperti biasa untuk medical check up, aku harus berpuasa 12 jam sebelumnya. Proses pengambilan urine dan sample darah sudah selesai, kemudian setelah ini ada pemeriksaan mata seperti tes buta warna dan tes membaca jarak jauh. Kedua tes itu bisa kulewati dengan baik, karena memang aku tidak ada permasalahan kesehatan. Biasanya nanti di akhir ada sesi pemeriksaan kesehatan oleh dokter. Aku sedang menunggu di ruang tunggu untuk sesi terakhir ini. Jam menunjukkan pukul 8.30 pagi. Rumah sakit ini terbilang cukup sepi, semua sesi kujalani di lantai 1.

"Bapak Riki" kudengar namaku dipanggil oleh seorang suster di bagian administrasi.

"Ya, saya" aku menghampiri bagian administrasi.

"Silahkan bapak membawa folder ini dan pergi menuju ke lantai 5 lewat lift di dekat ruang tunggu ya, kemudian berjalan ke sebelah kiri, dan silahkan masuk ke ruangan dokter Yuna." ucap suster itu, yang langsung aku iyakan.

Aku berjalan menuju lift, dan menuju ke lantai 5. Begitu sampai, kulangkahkan kakiku ke kiri dan menyusuri lorong yang benar-benar sepi. Aku merasa sedikit takut, karena rumah sakit rata2 terkenal ada hantunya, tetapi karena masih pagi, kuberanikan diri untuk terus berjalan. Akhirnya kutemui bagian administrasi di lantai ini.

"Permisi, saya perlu ke Dokter Yuna" ucapku tanpa basa basi.

Kulihat di bagian administrasi ini ada seorang dengan dandanan suster yang sedang berada di depan komputer.

"Ok pak, sebentar saya lihat dokumennya dulu" ucap suster itu. Kuserahkan dokumenku kepadanya.

"Pak Riki, bapak silahkan ke ujung lorong ini, di dekat lift itu pak, bapak langsung masuk saja ke dalam" ucap suster itu. Aku langsung mengiyakan.

"Dr. Yuna" akhirnya kutemukan ruangan dokter ini. Akupun mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Akhirnya aku mencoba membuka pintu yang tidak terkunci, dan tidak ada orang didalamnya. Aku menoleh ke suster di bagian administrasi yang terpisah sekitar 20 langkah, dan dia memberikan aba-aba agar aku masuk saja.

Aku masuk ke ruangan dokter ini. Ada satu meja, kursi dokter dan kursi pasien, dan satu ranjang pasien. Satu poster menunjukkan peta jaringan syaraf manusia tertempel di dekat ranjang pasien, dan satu lukisan besar gambar bunga teratai.

Aku duduk di kursi pasien, sambil teringat kembali kata-kata eyang, bahwa aku harus berhati-hati. Semua proses ini cukup mencurigakan bagiku, mulai dengan wawancara dengan Bu Vivi, kemudian bu Vira, dimana mereka semua mengenakan celana dalam bercorak yang sama, yaitu motif kuliat harimau, kemudian isi koperku yang diam-diam dibongkar yang aku yakin pasti mereka mencari kadua gulungan kulit pemberian dari eyangku.

"Pagi.." ucap seorang dokter yang membuyarkan pikiranku.

"Pagi dok" balasku.

"Wow, cantik sekali" ucapku dalam hati. Dokter Yuna berambut sebahu, berkulit putih, mengenakan kaca mata frame agak tebal berwarna hitam. Mungkin mirip dengan artis Wulan Guritno, tetapi dengan kaca mata. Ia mengenakan blouse dengan belahan rendah di dada dan rok mini, dan dengan jas dokter berwarna putih. High heels hitamnya menambah anggun penampilannya.

"Maaf membuat Bapak menunggu ya, saya sedikit terjebak macet tadi" ucapnya singkat.

"Dengan pak Riki ya?" tanyanya sambil membuka dokumenku di mejanya.

"Iya dok" balasku singkat.

"OK, kita langsung saja, ini tidak akan membutuhkan waktu yang lama. Ada beberapa pertanyaan yang saya perlu ajukan ke pak Riki" ucap Dokter Yuna.

Aku menjawab beberapa pertanyaan mengenai apakah aku minum alkohol, seberapa sering berolahraga, ada riwayat kecelakaan atau tidak, ada riwayat operasi, apakah aku merokok, dan beberapa pertanyan seputar riwayat kesehatan lainnya.

"Ok, ini yang terakhir, apakah pak Riki bersedia..."

*hey jude..... dont make it bad....*

Suara dering telepon genggam berbunyi dengan nada lagu the beatles.

"Oh maaf pak, saya angkat dulu teleponnya ya, maaf" ucap dokter Yuna.

Dokter Yuna menjawab panggilan telepon genggamnya sambil berdiri. Aku diam-diam memperhatikannya berdiri sambil berbicara di telepon genggamnya. Dokter Yuna sungguh cantik dan anggun.

"Baiklah pak Riki, maaf ya saya harus angkat telepon tadi" ucap Dokter Yuna.

"Ga papa dok" jawabku.

"OK pak, apakah Pak Riki bersedia alat kelaminnya saya periksa ?" tanya Dokter Yuna.

Aku yang sudah beberapa kali melakukan medical check up memang terbiasa dengan pertanyaan ini, hanya saja biasanya dokternya sudah berinisiatif untuk menghindari pemeriksaan ini dengan cara langsung mengisi saja kolom jawaban mengenai kesehatan alat kelamin dengan jawaban "tidak ada masalah" tanpa benar-benar melakukan pemeriksaan. Kali ini aku kaget Dokter Yuna tidak seperti dokter yang lain.

"OK" Jawabku singkat. Dokter Yuna mempersilahkanku untuk duduk di ranjang pasien. Ia mendorong kursi dokter yang memang ada rodanya ke arah ranjang pasien, supaya bisa memeriksa alat kelaminku sambil duduk.

Ada beberapa detik momen canggung diantara kami. Ternyata aku menunggu dokter Yuna untuk membukakan celanaku, sedangkan Dokter Yuna berpikir aku sebagai pasien akan membuka celananya sendiri.

"Oh maaf, maaf" jawabku sambil tersenyum-senyum. Dokter Yuna hanya tersenyum sedikit.

Aku membuka celanaku dan celana dalamku, sehingga aku hanya mengenakan kaos saja, kemudian aku duduk di ranjang pasien. Dokter Yuna duduk di kursi dokter. Kulebarkan kedua kakiku sehingga Dokter Yuna bisa mendekat ke alat kelaminku. Saat itu batang penisku agak sedikit terbangun karena Dokter Yuna mulai mendekat.

*hey jude..... dont make it bad....*

Lagi-lagi telepon genggamnya berbunyi, Dokter Yuna menjawab telepon itu tanpa permisi seperti sebelumnya.

Aku merasa berada dalam posisi yang canggung. Kedua kakiku mengangkang lebar, dimana alat kelaminku terpampang di depan wajah Dokter Yuna, sementara dia sedang berbicara di telepon genggamnya tanpa bangkit dari kursinya. Batnag penisku mulai berdiri.

Melihat batng penisku mulai berdiri, tampaknya Dokter Yuna ingin menjauhkan kursinya dariku, tetapi tidak bisa. Ya, diam-diam kugunakan jurus tapak sedasa ku untuk menahan kursi beroda itu dari belakang. Dokter Yuna tampak kebingungan. Dengan sambil berbicara di telepon genggam, dia mencoba bangkit berdiri untuk menjauh, tetapi tidak bisa juga, karena kali ini kutahan kedua bahunya ke bawah dengan tangan tak terlihat sehingga dia tidak bisa berdiri.

"Hmm, sorry Lex, lo tadi bilang apa?" ucap Dokter Yuna, karena dia sedang kebingungan, tidak bisa berdiri dan menjauh dari alat kelaminku, sementara dia tetap harus berbicara di telepon genggam. Diam-diam kudorong maju kursinya, sehingga Dokter Yuna semakin mendekati batang penisku yang sudah berdiri. Jarak batang penisku dengan wajah Dokter Yuna hanya tinggal satu jengkal saja.

"Eeeh... duh, kenapa ini, duh duh" ucap Dokter Yuna. Tubuhnya yang langsing begitu mudah kutahan dengan jurus tapak sedasa, sehingga satu tangan saja sudah mampu mencegah Dokter Yuna untuk menjauh dari batang penisku. Dalam posisi duduk, perlahan-lahan kubelai lembut vagina Dokter Yuna dengan jari tak terlihatku, sementara payudaranya sebelah kirinya kupilin-pilin pada bagian putingnya.

"Ahhhh.... eh...kenapa ini? Duh maaf lex, sorry-sorrry, sebentar, aaah" Dokter Yuna kebingungan, sementara dia melihatku hanya duduk saja di ranjang, dengan tanganku yang tidak melakukan apa-apa.

"Aaaaahhhhhhhhh... ahhhhhhh... duuuhhh..... mmmhhhhhh..." erang Dokter Yuna. Tanpa sadar semakin kudekatkan wajahnya ke batang penisku yang sudah berdiri gagah.

"Duh lex, nanti lagi aja ya" ucap Dokter Yuna sambil cepat-cepat menutup telepon genggamnya. Aku sadar, kocokan jariku di vagina Dokter Yuna harus kupercepat supaya dia kehilangan konsentrasi.

"Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh.... duh pak Riki, maaf... maaf, saya kenapa ini?" tanya Dokter Yuna dengan kebingungan, tangannya menggenggam kedua pahaku.

Kocokan jariku semakin cepat di vagina Dokter Yuna yang semakin tidak bisa mengendalikan tubuhnya sendiri. Tiba-tiba kedua tangannya mulai mendekat ke batang penisku, matanya yang sangat sayu menunjukkan ujung orgasme pertama akan tiba. Tangannya kini menggenggam batang penisku tanpa ku paksa dengan tangan tak terlihat dari jurus tapak sedasa, sepertinya Dokter Yuna sudah runtuh pertahanannya, dan mulai mengikuti permainanku.

"Sleeeeppppp...." Dokter Yuna tiba-tiba mengulum batang penisku. Aku terkejut dan hampir kulepaskan tangan tak terlihatku dari vaginanya. Kemudian kulanjutkan lagi kocokan jariku. Dokter Yuna melepaskan kulumannya, dan mulai menjilati batang penisku. Aku merasa geli dan nikmat luar biasa. Sepertinya Dokter Yuna sangat berpengalaman dalam menjilati batang penis. Lidahnya memain-mainkan ujung penisku, aku benar-benar merasa geli bercampur nikmat. Aku mencoba berkonsentrasi dan kucepatkan kocokan jariku di vaginanya.

"Aaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh.....ahhhhhhhhhhh........ahhhhhhhh" erang Dokter Yuna sambil melepas jilatannya dari batang penisku. Tampaknya dia semakin tak bisa mengendalikan dorongan orgasmenya akibat kocokan jariku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh............"Dokter Yuna mengerang dengan hebat, sambil badannya bergetar, tangannya mencengkeram pahaku denagn kuat, orgasme pertamanya sudah tiba.

Aku perlahan-lahan melepaskan semua tangan tak terlihatku, karena Dokter Yuna sudah benar-benar berada di dalam permainanku, hasratnya untuk orgasme berikutnya pasti sudah begitu tinggi.

Dokter Yuna berdiri. Kemudian dia melangkah pergi meninggalkanku. Aku terkejut dan kecewa, kupikir Dokter Yuna ingin melanjutkan permainan ini. Dokter Yuna melangkah ke mejanya, dan kemudian memberikan gestur kepadaku untuk mendekat. Dengan hanya mengenakan kaos, tanpa celana, tetapi masih mengenakan sepatu olahraga, aku melangkah mendekati Dokter Yuna.

"Maaf pak Riki, saya bukan tipe wanita yang suka berhubungan seks di ranjang" ucap Dokter Yuna dengan begitu seksi. Kedua tangannya memegang bahuku, dan menekannya ke bawah, memintaku untuk menciumi bagian bawah tubuhnya. Aku menanggapinya, kuelus paha Dokter Yuna yang mengenakan rok mini. Kusingkapkan roknya keatas. Seperti yang aku duga, celana dalamnya bermotif harimau. Meskipun hasrat seksku sedang bergelora, tetapi aku tahu aku harus berhati-hati.

Kulepaskan celana dalam Dokter Yuna. Dokter Yuna mengenakan jas dokter, dengan blouse berbelahan dada rendah, dan rok mininya tersingkap ke atas, dengan kaki jenjang berhigh-heels yang membuatnya begitu seksi. Kacamatanya menunjukkan keanggunan Dokter Yuna, sementara vaginanya yang sedikit berjembut sudah basah karena orgasme pertamanya. Tanpa memerlukan jurus tapak sedasa lagi, aku akan menjamahi tubuhnya dengan tubuhku sendiri.

"Kiss it honey" pinta Dokter Yuna.

Kusanggupi permintaannya. Kucium vagina Dokter Yuna, dengan lidahku memain-mainkan klitorisnya. Dokter Yuna melenguh pelan. Kini jariku pun mulai masuk ke vaginanya dan mengocoknya.

"Aaaaahhhhhh....yessssss..... mmmppphhh....." erang Dokter Yuna.

"hmmmmpffff......oooooohhhhhhhhhhh" Dokter Yuna semakin meracau. Tiba-tiba dia merapatkan kedua kakinya. Akupun berhenti menjilati vaginanya, dan berdiri.

Dokter Yuna menarik batang penisku, menuntunku bagaikan kuda yang ditarik tali kekangnya, menuju kursi pasien tanpa lengan.

"Sit down!" perintah Dokter Yuna.

Aku pun duduk di kursi pasien. Doker Yuna mengangkang dan mendudukiku, kemudian mengarahkan agar penisku mulai masuk ke vaginanya.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh" Dokter Yuna mengerang saat batang penisku masuk ke vaginanya untuk pertama kali. Sensasi hangat dan becek kurasakan dari vagina Dokter Yuna.

Dokter Yuna menyibakkan rambutnya ke belakang, dan kemudian mengarahkan kedua tanganku untuk memelorotkan ke bawah blouse nya, sehingga kedua payudaranya yang tak terlindungi BH terbuka. Kedua tanganku meremas lembut kedua payudara Dokter Yuna, sementara pinggulnya memulai gerakan maju mundur. Jas dokter putih yang masih ia kenakan semakin menambah seksi tubuhnya.

"Aaaaaahhh....ahhhhh...ahhhhh......ahhhhhh" Dokter Yuna memacu pinggulnya dengan cepat. Aku berusaha untuk menahan dorongan orgasme sekuat mungkin.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh....." Dokter Yuna menghajar batang penisku tanpa ampun, matanya semakin sayu dibalik kacamata frame tebalnya.

"Pak rikiii....... i'm about to cum agaiiinn..... ahhhh..... ahhhh..... ahhhh....." racau Dokter Yuna.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhh.........." DOkter Yuna mengejang, badannya kaku selama sekian detik, kemudian bergetar hebat, aku merasakan semburan cairan orgasmenya yang hangat di batang penisku.

Dokter Yuna terduduk lemas diatas tubuhku. Vaginanya masih berkedut.

Setelah beberapa saat, Dokter Yuna bangkit, dan kemudian dia berdiri, membungkuk dengan kedua tangan berpegangan ke meja, lalu mengangkangkan kedua kakinya.

"Come on honey, fuck me all the way" ucap Dokter Yuna.

Aku kemudian menghampirinya, kemudian kumasukkan batang penisku ke vaginanya. Kami melakukan posisi doggy style.

"Oooooohhh" erang Dokter Yuna perlahan.

Kugerakkan pinggulku maju mundur, batang penisku menggagahi vagina Dokter Yuna.

"ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh.....ahhhh....." Dokter Yuna meracau tanpa malu-malu, tak perduli meskipun kami sedang berada di rumah sakit.

"Aaaaaaaaahhhhhhhh..............ahhhhhhhhhhhhhhhhhhh.........ahhhhhhhhh" setelah beberapa saat DOkter Yuna meracau lebih kuat lagi.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhh.............. iam cummmmiiingggggggggg" erang Dokter Yuna dengan kencang. Badannya kembali bergetar hebat selama beberapa saat.

Aku tidak memberikan waktu untuk Dokter Yuna beristirahat, langsung kuhajar lagi vaginanya yang lembut dengan batang penisku dengan sangat cepat, karena kurasakan dorongan orgasme akan menghampiriku.

"Aahh....Aahh....Aahh....Aahh....Aahh....Aahh......." erang Dokter Yuna. Kugerakkan maju mundur pinggulku, batang penisku dengan tanpa ampun menggauli vagina Dokter Yuna. Kini dorongan orgasme semakin kurasakan di batang penisku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...................aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhmmmmmppphhh...... aaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh" Dokter Yuna mengerang panjang, aku sudah tak tahan lagi, keluarlah cairan ejakulasiku ke dalam vagina dokter Yuna yang bersamaan menyemprotkan cairan orgasmenya. Kurasakan sensasi nikmat yang meledak-ledak, sementara badan Dokter Yuna mengejang hebat dan bergetar. Setelah itu tubuh Dokter Yuna melemas, aku harus memegangi tubuhnya supaya tidak jatuh.

Beberapa saat kemudian kududukkan dia di kursi dokter, dengan kondisi rok yang masih tersingkap ke atas, dan payudaranya yang terekspos keluar, sedikit bersembunyi dibalik jas dokternya. Sedangkan aku kembali berpakaian, dan duduk di kursi pasien. Dokter Yuna masih terengah-engah.

Setelah sekitar 10 menit, Dokter Yuna mendapatkan kembali staminanya untuk duduk tegak.

"Pak Riki, hasil medical check up akan keluar dalam waktu 1 minggu. Tetapi saya yakin Pak Riki benar-benar sehat" ucap Dokter Yuna sambil memperbaiki posisi kacamatanya.

"Saya mendapat pesan dari perusahan tempat bapak melamar kerja, untuk memberikan amplop ini" ucap Dokter Yuna sambil menyerahkan amplop kepadaku.

Aku merasa heran, amplop apakah ini ? Setelah berpamitan dengan Dokter Yuna, akhirnya aku melangkah keluar dari Rumah Sakit, dan mampir sebentar ke cafe terdekat untuk mengobati rasa hausku. Saat menunggu minuman, aku membuka amplop dari dokter yuna.

Hanya ada satu kertas di dalamnya, yang bertuliskan :

TG434 1235PM WED07032018 X365758 14.37N,99.14E

//bersambung//



simak cerita saya yang lain

The Office

Perampokan Toko Emas Cahaya
Terima kasih suhu. Mantab
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd