Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Jurus Sakti Tapak Sedasa

CHAPTER 5: THE ONE WITH THE INTERVIEWER

"Worth a try" ujarku dalam hati saat pintu kereta MRT terbuka. Hari ini aku akan menjalani wawancara pekerjaan yang sebenarnya
aku tidak terlalu tertarik. 3 hari yang lalu datang sebuah email mengenai tawaran pekerjaan sebagai copy writer di sebuah perusahaan
periklanan. Aku sebenarnya sudah cukup nyaman dengan pekerjaanku yang sekarang, akan tetapi semenjak bos baru hadir, Cik Tania, aku menjadi semakin sering
bekerja lembur, sehingga jika ada tawaran yang cukup OK, akan aku coba ambil.

Saat keluar dari stasiun MRT, aku melangkah menuju gedung UOB Plaza di dekat bundaran HI. Jam masih menunjukkan pukul 7.30 pagi.
Aku menengadah ke atas untuk melihat puncak gedung ini.

"Lantai 17" ucapku dalam hati. Sebelum masuk gedung ini, telepon genggamku berdering.

"Selamat pagi pak Riki, ini saya bu Vivi, apakah sudah berada di gedung UOB Plaza lantai 17?" ucap seorang wanita di telepon.

"Ya bu, saya sudah di lobby, sebentar lagi akan sampai" ucapku.

"Baik pak, kami tunggu ya" tutup wanita itu.

Aku merasa aneh, jadwal wawancaraku masih 1 jam lagi, tetapi ternyata sudah ditunggu.

Saat lift sudah mencapai lantai 17, dan pintu lift terbuka, aku memandang ke seklilingku. Aku melihat ke tulisan daftar nama2 kantor
yang beroperasi di lantai ini, tetapi tidak menemukan nama kantor yang akan mewawancaraiku. Aku mulai menaruh rasa curiga.
Aku memilih untuk pergi ke toilet dulu sebelum mulai wawancara. Di pintu toilet, aku berpapasan dengan seoarang wanita cantik yang berpakaian cukup elegan,
dengan blouse hitam dan jas hitam, dan rok hitam yang agak mini, dan high heels hitam. Kacamata frame tipis yang ia kenakan menambah kecantikannya. Rambutnya yang sebahu sedikit berwarna kecoklatan, dibiarkan terurai dengan cantik. Dia terlihat cukup sibuk melihat telepon genggamnya, dan tidak memerhatikanku yang sedang melirik ke tubuhnya.

"Pagi-pagi sudah membuat terangsang" ucapku dalam hati.

Setelah keluar dari toilet, aku mencoba berjalan untuk mencari lobby kantor yg akan mewawancaraiku, dan aku tidak menemukannya. Kecurigaanku semakin memuncak.
Aku pernah mendengar cerita dari seorang teman yang datang untuk sebuah wawancara. Wawancara dilakukan di sebuah gedung di Thamrin. Temanku ini juga tidak menemukan lobby kantor yang dicari. Ternyata pewawancara ini menyewa ruangan di gedung tersebut untuk wawancara, dikarenan perusahaan tersebut tidak punya kantor fisik, hanya alamat virtual saja di gedung ternama di Thamrin. Dan ujung-ujungnya, dia ditawari pekerjaan lapangan yang memang dia tidak sukai. Aku curiga, kantor yang mewawancaraiku juga seperti itu.

"Pagi pak Riki, meskipun sekarang masih jam 8, apakah sudah di lantai 17? Kalau sudah, nanti akan saya jemput di depan lift" ucap seorang wanita di telepon.

"Baik bu, saya sudah di lantai 17" balasku sambil berjalan kembali ke arah lift.

"Selamat pagi, dengan Pak Riki?" salam wanita yang kutemui di toilet tadi.

"Oh, pagi, dengan Bu Vivi ya?" tak kusangka Bu Vivi adalah wanita cantik yang kulihat tadi di depan pintu toilet.

"Iya pak Riki, maaf ya pak belum jam setenagh 9 tetapi saya sudah undang Bapak. Mari ikut saya" ucapnya dengan manis.

Bu vivi berjalan di depanku sambil sibuk melihat telepon genggamnya. Aku mengikuti Bu Vivi dari belakang, ku perhatikan lekuk tubuhnya yang indah. Paling tidak,
ada 1 hal menyenangkan yang bisa kudapat, jika ternyata wawancara hari ini tidak sesuai harapanku.

Kami sampai ke sebuah lobby kantor yang memiliki nama berbeda dengan nama kantor yang akan mewawancaraiku. Bu Vivi mengambil kunci dari jas hitamnya, dan membuka pintu kaca kantor ini, sambil menunjukkkan gestur silahkan masuk kepadaku.

"Mari pak", ucap Bu Vivi singkat.

Aku tersenyum singkat sambil berjalan masuk ke kantor tersebut, dan masuk ke sebuah ruangan yang agak kecil. Aku sudah kehilangan minat dengan wawancara ini, karena aku yakin perusahaan yang akan mewawancaraiku kemungkinan besar tidak menawarkan pekerjaan yang sesuai harapanku. Paling tidak aku akan mencoba menghabiskan pagi ini dengan banyak mengobrol dengan bu Vivi yang cantik.

"Silahkan duduk pak, mohon tunggu sebentar ya, saya akan mengambil beberapa berkas dahulu" ucap bu Vivi singkat.

Aku duduk ke sebuah kursi tanpa sandaran lengan dan memandang ke sekelilingku. Ruangan ini hanya terdiri dari 1 meja, dua kursi di masing2 sisi meja, dan sebuah brankas besi yang diletakkan di lantai di sisi kiri. AC di ruangan ini dipasang cukup nyaman. Dinding kaca memungkinkanku untuk melihat jakarta dari lantai 17. Karpet lantai ruangan ini sangatlah bersih, sepertinya ruangan ini jarang dipakai.

Bu Vivi membungkuk sebentar untuk membuka brankas dengan kunci kombinasi. Aku cukup kaget melihat Bu Vivi yang membungkuk membelakangiku, pantatnya yang seksi seakan-akan menantangku. Sejurus kemudian dia berdiri setelah mengambil berkas, dan duduk di atas brankas, yang membuatku terkesima.

Bu Vivi sibuk membaca sebuah dokumen, sambil duduk di atas brankas. Kedua pahanya tidak disilangkan. Aku melirik ke sebelah kiriku, dan sebenarnya jika aku bergeser sedikit, pasti sudah terlihatlah celana dalam di balik rok mininya. Aku tidak berani bergeser, hanya berani melirik, sementara bu Vivi masih membaca dokumen tersebut tanpa berbicara. Jantungku berdebar-debar kuat. Apakah kupakai saja jurus tapak sedasa di ruangan ini dengan Bu Vivi? Tetapi aku merasa takut, karena sebelumnya aku menggunakan jurus ini ke wanita yang tidak tahu dimana aku berada, sehingga setelah kukerjai pun mereka tidak tahu siapa yang melakukannya. Tetapi, di ruangan ini hanya ada aku dan Bu Vivi.

"Hmm, sepertinya aku tahu apa yang harus kulakukan" ucapku dalam hati.

"Baik pak, kita mulai wawancaranya ya" ucap Bu Vivi sambil bangkit dari posisi duduknya yang seksi.

"Baik bu" ucapku singkat.

Bu Vivi kini duduk berhadapan denganku di seberang meja.

"Silahkan ceritakan mengenai Pak Riki dan pengalaman kerja pak Riki." ucap bu Vivi singkat, sambil membaca sebuah kertas di depannya, dan sebuah pena.

Aku mulai berbicara mengenai diriku sendiri, kemudian pengalaman2 kerjaku. Setelah sekitar 5 menit, bu Vivi terlihat menulis-nulis sesuatu di kertas.

"Ok pak, boleh diceritakan tentang eeehhhhhhh !!!!!", bu Vivi kaget.

'Ada apa bu?" tanyaku?

"Tidak, tidak apa-apa. Saya hanya eeeehhh !!!" bu Vivi kaget lagi.

Aku berpura-pura penasaran. Bu Vivi ternyata cukup sensitif. Hanya 1 jari tak terlihat dari jurus tapak sedasaku yang menyentuh vaginanya, dia sedikit tersentak.

"Maaf pak Riki, saya ke toilet dulu sebentar ya" ucap bu Vivi sambil terburu buru bangkit dari duduknya. Mungkin dia hendak memeriksa ada apa dengan dirinya.

"Maaf pak, ok kita lanjutkan lagi ya" ucap Bu Vivi. Kali ini rambutnya digelung kebelakang, membuat lehernya yang mulus terlihat sangat indah.

"Baik pak, boleh tolong diceritakan lebih dalam lagi mengenai pekerjaan terkahir bapak?" tanya bu Vivi.

"ini saatnya" ucapku dalam hati.

Aku tahu sangat sulit berkonsentrasi mengatur tangan tak terlihatku sementara aku berbicara. Maka kuputuskan untuk mengatur posisi tangan2 tak terlihatku, baru kemudian aku berbicara sambil menggerak-gerakkan jari2ku.

"Bagimana pak, boleh diceritakan? eeeeh!!!" tanya Bu Vivi yang diikuti dengan kekagetan.

Aku hanya diam saja sambil mengatur jurus tapak sedasa. Satu tanganku kutahankan ke paha bu Vivi ke bawah sehingga dia tidak bisa lagi bangkit dari kursinya. Kemudian satu tanganku meremas-remas payudara sebelah kiri. Satu tanganku menutup erat mulut bu Vivi, dan yang terakhir, satu tanganku mengelus-elus lembut Vagina Bu Vivi dengan 1 jari.

"Baik bu, jadi begini tentang pekerjaan saya terakhir" ucapku tanpa perduli dengan Bu Vivi yang kebingungan, tanpa bisa bersuara, tetapi tidak bisa berdiri dari kursi, sementara payudaranya diremas-remas lembut, dan vaginanya terasa sedang di fingering. Tangan kirinya kebawah hendak melindungi alat kelaminnya, tetapi tertahan roknya sendiri, sementara tangan kanannya terlalu malu untuk melindungi payudaranya yang sedang kupilin-pilin dan kuremas-remas, sehingga yang bisa dia lakukan adalah meremas pena yang dia pegang.

"Mmmmhhhhh... egghh,,, mmmm hhhhhhh" sedikit erang bu Vivi karena mulutnya tertutup oleh tangan tak terlihatku. Matanya menjadi sayu.

"Begitu ceritanya, Bu Vivi" ucapku setelah bercerita tentang pekerjaan terakhirku.

"Bu Vivi baik-baik saja?" tanyaku berpura-pura penasaran.

"emmmhhhh... mmmmmhhhhhhhhhhh" erang Bu Vivi pelan. Sensasi putingnya yang dipilin-pilin lembut dan liang vaginanya yang dielus-elus membuat bu Vivi tak bisa berkonsentrasi.

Aku berdiam diri di kursi. Semakin ku intenskan gerak jemariku di liang Vagina bu Vivi. Sensasi basah sangat terasa di jari-jariku. Bu Vivi mulai bernafas terengah-engah, aku mulai menggerakkan jemariku dengan semakin cepat.

"hhhmmmmmmmmhhhhhhh egghhhhhhhhh eeghhhhhhhh eeghhhhhhhhh" erang Bu Vivi semakin kuat meskipun mulutnya tertutup rapat.

Kugerakkan semakin cepat jari-jariku, bu Vivi sepertinya akan orgasme. Aku mulai melepaskan tanganku yang menutup mulutnya.

"Aaaaaahhh ...... oooh oooh oooh oooh aaaaaaahhhhhhhhhh" racau Bu Vivi. Aku memasang wajah penasaran dan heran di depan Bu Vivi.

"Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh mmmmmmmmm aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh" erang Bu Vivi, sambil badannya mengejang sangat kuat selama beberapa detik. Bu Vivi orgasme.

Kubiarkan bu Vivi beristirahat sebentar, sambil menahannya tetap di kursi. Sejurus kemudian, kuarahkan tangan2 tak terlihatku untuk membuat bu Vivi berdiri bangkit dari kursinya, kemudian kuarahkan untuk berjalan ke arahku. Kini Bu Vivi berdiri di hadapanku yang masih duduk. Mulutnya kembali kututup dengan tangan tak terlihatku. Nafasnya masih terengah-engah.

Aku ingin membuat posisi dimana Bu Vivi lah yang menginginkan untuk kusentuh. Tanpa daya, dan dengan hasrat sexnya yang kudorong keluar, Bu Vivi sedang berdiri di depanku dengan mata sayu dan bibir yang sedikit digigit. Kuatur tangan2 tak terlihat ku untuk mengontrol tangan Bu Vivi. Kuarahkan tangan Bu Vivi untuk mengangkat rok mininya ke atas, seolah-olah Bu Vivi lah yang memperlihatkan tubuhnya kepadaku. Aku merasa masih sedikit penolakan dari tangan Bu Vivi, tetapi tangan tak terlihatku lebih kuat. Saat rok mini tersebut terangkat hingga pinggul, terlihatlah celana dalam Bu Vivi yang bermotif kulit Harimau!

Celana dalam bermotif kulit harimau yang sangat tipis itu basah di bagian bawah oleh cairan orgasme pertama Bu Vivi. Kemudian kuarahkan tangan Bu Vivi untuk memelorotkan celana dalam itu ke bawah, sehingga terlihatlah vaginanya di depanku. Aku mengagumi Vagina Bu Vivi yang berambut tipis.

"mmmmmmhhh.... mmmhhhhh" erang Bu Vivi, sepertinya dia ingin menolak menunjukkan alat kelaminnya kepadaku, tetapi entah kenapa tangannya sendiri yang melakukannya.

Akhirnya dengan tangan tak terlihatku tetap memegangi Bu Vivi supaya diam berdiri di depanku, kini kugunakan tanganku yang sebenarnya untuk menyentuh vagina Bu Vivi. Vagina yang terasa basah benar-benar membasahi tangan dari tubuhku ini secara langsung. Aku mengelus-elus lagi vagina Bu Vivi dalam posisi duduk.

"mmmmmhhhh......" erang Bu Vivi.

Aku merasa tangan Bu Vivi sudah tidak kuat lagi untuk menolak, sepertinya Bu Vivi lebih memilih untuk menikmati sensasi sentuhan yang kuberikan. Sejurus kemudian aku bangkit berdiri sambil jariku masih berada di dalam liang vagina Bu Vivi, kemudian kucium bibirnya, dan kemudian kuciumi lehernya yang tereskpos karena rambutnya yang digelung.

Tak terasa aku sudah tidak menggunakan jurus tapak sedasa lagi. Kini Bu Vivi melenguh-lenguh halus karena lehernya yang kuciumi, vaginanya yang kubelai-belai, dan payudaranya yang kuremas-remas meskipun masih terlindugi blouse.

Tangan Bu Vivi mulai meraih celanaku dan mencari-cari yang dicarinya. Dielus-elusnya alat kelaminku yang masih tertutup celana kain, kemudian dibukanya celana dan celana dalamku.

"hmmmm... Pak Riki, ahhhhhhh.." erang Bu Vivi. Aku merasakan sensasi yang luar biasa saat tangan bu Vivi mengelus-elus penisku dengan sangat halus. Kemudian dia mendorongku ke kursi, aku pun dalam posisi terduduk, dengan penisku berdiri tegak.

Di depanku, Bu Vivi dengan blouse dan jas hitamnya, tetapi rok mininya terangkat hingga pinggul, sementara vaginanya tak terlindungi satu kainpun, dengan masih mengenakan high heels. Dengan sorot mata berbinar-binar, Bu Vivi datang mendudukiku, dan memasukkan penisku ke Vaginanya.

"Aaaaahhhhhhhhhhhh" erang Bu Vivi saat penisku masuk ke dalam vaginanya.

Kami melakukan posisi Women on Top, akan tetapi bu Vivi belum bergerak naik turun.

"Mmmmmhhh..." Bu vivi mencium bibirku sambil alat kelamin kami saling bersatu. Kemudian Bu Vivi kini mengarahkan kedua tanganku untuk meremas payudaranya, akan tetapi dia tidak mau melepas blouse dan jasnya. Aku menghargai keinginan Bu Vivi. Meskipun mengenakan blouse, tetapi ternyata Bu Vivi tidak mengenakan BH, itulah kenapa dia mengenakan jas untuk menyembunyikan puting yang menonjol dibalik blousenya.

Perlahan-lahan Bu Vivi naik turun, vaginanya mengulum penisku dengan sangat lembut, memberikan sensasi luar biasa, sementara aku memilin-milin puting Bu Vivi yang masih terlindungi blouse.

"Aaahhh ahh ahhh ahhh ahhh ahhh" erang Bu Vivi tanpa terkontrol lagi. Pinggulnya menghujam-hujam badanku dengan irama yang mulai cepat.

"Mmmmmmmmhhhh aaah aah aah aaahh aaah " racau Bu Vivi. Aku pun semakin tak tertahankan lagi.

"Aaaahhh... Pak Riki, aaahhhh aaahh aaah aaahh aahhh aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhh" irama gerakan pinggul Bu Vivi makin tak tertahankan, aku semakin liar meremas-remas payudara Bu Vivi.

"Aahhh aaahh aaahhh mmmhh mhhhh mhhh mhhh mhhhh mhhh mhhh mhhh" kini Bu Vivi sudah semakin liar melenguh. Sebentar lagi penisku pun terasa ingin menembakkan cairan.

"Paaakk Rikiiii, aku sampaaiiiiiiiiii ..... aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhh" Bu Vivi mengejang hebat, sementara penisku pun menembak cairan ejakulasi. Kami saling meremas tubuh masing-masing menahan ledakan kenikmatan yang dahsyat.


==============================

//Hi Riki, kamu dicari Eyang di jogja tuh, coba kapan2 berkunjung ke sana ya.//

pesan whatsapp kuterima dari ayahku siang ini setelah selesai wawancara dengan Bu Vivi hari ini.

//ok pah, coba weekend ini aku ke sana ya//

jawabku singkat.

==============================

BERSAMBUNG


simak juga cerita saya yang lain

the office

perampokan toko emas cahaya
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd