Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Joni (berkah jadi sopir dadakan)

"Mbaak... Enak banget sumpah. Nggak nyangka anal seks seenak ini"

"Ati-ati ketagihan"

"Uuuh... Pastinya ketagihan ini sih"

"Asal jangan gengsian aja, pasti dapet lagi kok"

"Maksudnya?"

"Ya kalo ada ibu-ibu ngajak, jangan nolak! Yang badannya semok, bibir silitnya suka lebih tebel. Lebih megang di kontol"

"Ah... Eeeesshhh... ah ah ah ah" aku tak menyahut, tapi masih mendengarkan.

"Apalagi kalo bokongnya gede. Uuuh... Bayangin aja, gimana empuknya buat dipentok-pentokin sama selangkanganmu mas" lanjutnya.

"Aduh ah ah ah ah... Bu Diaaan" lenguhku.

"Wah. Siapa tuh? Udah dapet aja kayaknya"

"Ah ah ah ah ah"

Aku tak menjawab. Aku terus menikmati setiap gesekan dan betotan silit shella. Tapi ada yang aneh di sini. Dia tampak pasif, dan tidak meminta ganti posisi yang bisa memuaskannya. Akupun mengurangi tempo genjotanku.

"Kok ngerem? Udah keluar, emang? Kok nggak berasa?" Tanya shella.

"Belum. Cuman ngerasa aneh aja. Mbak shella kaya nggak semangat gitu? Kenapa?"

"Oh. He he. Capek jon. Orgasme yang kamu kasih tadi, beda tahu. Lemes"

"Nggak pengen dapet lagi?"

"Pengennya sih, dapet lagi. Tapi akunya diem begini"

"Ya udah, ini"

"Eh eh, kamu aja dulu! Nikmatin pengalaman pertama anal kamu! Baru mikirin aku. Entar kalo aku pingsan duluan, kamu nggak jadi tuntas dong"

"Beneran mbak? Aku nikmatin sendirinya mbak, silitnya?"

"Iya. Tapi ku gini aja ya. Entar apa besok, kalo udah segeran, kita coba gaya lain"

"Iya. Ini aja udah makasih banget, mbak"

"Apaan sih? Lanjut dong! Entar aku betot pas mau crot. Biar kangen terus sama aku. Hi hi hi"

"Oke"

"Sssttt"

Dia mendesis saat aku kembali menggoyangkan pinggulku. Kali ini aku benar-benar menikmati pengalaman anal pertamaku.

Nikmat sekali sensasinya. Sampai tak sadar aku menggenjot silit shella lumayan kencang. Tapi shella masih belum protes. Jadi aku anggap masih aman buatku menikmati silitnya dikecepatan sedang.

Sesekali aku remas toked kecilnya. Perutnya juga aku elus-elus. Lebih nikmat lagi saat aku memainkan jariku di kemaluannya.

"Jooon... Jangan dicolok dulu! Sumpah, bisa pingsan aku" protesnya. Tapi aku tak peduli.

Aku merasakan orgasmeku semakin mendekat, saat aku mulai memainkan jariku di lubang kemaluannya.

"Jon jon jon jon jon jon"

Shella melenguh merasakan kemaluannya dikocok kencang. Dengan bertumpu pada lutut, aku berusaha tetap bergoyang. Karena betotan silit shella mulai terasa kuat.

"Jon jon jon jon jon bocooorr"

Nyuuut

Seerrr

"Uuuh" lenguhku kebetot.

"Aaahhh"

Sedikit lagi. Aku bisa merasakan orgasme karena dibetot. Aku pentokkan kontolku. Aku sisakan untuk ruang tanganku bermain.

"Jon udah jon, udah!"

Shella kelabakan saat aku kocok lagi sama kencangnya. Orgasmenya belum reda, sudah dihajar kenikmatan lagi. Tapi aku tak peduli. Aku juga mengejar kenikmatanku sendiri.

Aku membayangkan bu Dian yang sedang aku anal dan aku kocok memeknya. Aku juga membayangkan kalau bude Puji sedang mengadu memek dengan lek Vita di sebelahku.

"Joon ampun jooon... Terlalu enak ini jooon"

Nyuuut

"Aaahhh"

Sseeerrr

"Aaaahhh"

Nyuut

Croooott

"Jon?"

Nyuuuuuuuttt

"Mbaaakk"

Kontolku dibetot jauh lebih kuat, setelah shella menyadari aku ejakulasi.

Croootttt

"Uuuhh"

Croooott

"Aaaaaaaaahhhh"

Rasanya pelan sekali aliran pejuhku untuk sampai ke ujung kontol. Padahal sudah sempat muncrat sekali. Namun yang kedua sangat sangat lambat. Kelimpungan aku merasakannya.

Orgasme yang rasanya antara jadi dan tidak. Namun sangat nikmat luar biasa saat pejuhku berhasil menerobos betotan otot silitnya shella. Kedutan ketiga juga sama lamanya. Membuat orgasme kali ini, penuh dengan sensasi dan sangat maksimal.

Brukk

Aku merebahkan diri di sebelah shella. Di sisa tenaganya, shella menoleh ke arahku dan tersenyum. Sebelum akhirnya dia menguap dan tertidur. Akupun ikut tertidur.

Matahari sudah tinggi saat aku terbangun. Kulihat shella masih tertidur. Nafasnya lembut teratur. Aku kecup keningnya sekali sebelum bangun.

Melihat perut buncitnya, aku jadi tertarik untuk mendengarkan si janin di dalamnya. Aku tempelkan telingaku di perutnya. Pas sekali anak dalam kandungannya menendangku. Tertawa aku jadinya. Mungkin dia kesal diganggu terus.

Kuputuskan untuk mandi. Menghilangkan keringat dan juga kerak panci yang menghitamkan wajah dan tanganku. Sembari mandi, aku ingat-ingat lagi bagaimana nikmatnya anal seks. Luar biasa.

Setelah selesai mandi, aku bingung sendiri. Karena aku tidak membawa pakaian ganti ke kamar ini. Sambil berbalut handuk, aku keluar dari kamar mandi. Saat aku melihat ke depan, aku melihat ada sesuatu di kursi di depan jendela. Setelah aku periksa, ternyata pakaianku tadi. Rupanya bu ida sempat ke sini. Mungkin pas aku masih tertidur. Langsung saja aku pakai.

Perutku terasa lapar, namun tidak ada perbekalan selain air minum dan cemilan. Melihat shella masih tertidur, aku putuskan untuk pergi ke warung bu ida.

Rupanya dia sedang sibuk melayani pembeli yang cukup ramai. Dia tersenyum penuh arti padaku.

"Cari apa, mas?" Tanya bu Ida.

"Laper bu. Yang seger apa, ya?" Sahutku.

"Soto daging? Apa soto ayam?"

"Soto daging deh, bu" kataku memutuskan.

"Satu aja?"

"Dua bu" jawabku.

"Boleh pinjem mangkuk kan?"

"Boleh. Dianter juga bisa mas"

"Nggak usah bu. Ibu lagi rame pembeli. Saya bawa sendiri aja"

"Oh. Baik"

"Sama es tehnya dua ya bu"

"Siap"

Dibantu seorang remaja perempuan, bu ida tampak cekatan menyiapkan pesanan yang mengantri. Aku memesan kopi hitam, untuk menemaniku mengantri.

Sempat juga aku berbincang dengan beberapa pengunjung hotel ini. Dari tentang mudik, sampai ada yang sengaja melipir untuk enak-enak.

Bu ida melirikku dan tersenyum penuh arti, mendengar kata enak-enak. Setelah menunggu cukup lama, sepertinya yang diletakkan di nampan putih itu adalah pesananku.

"Monggo mas" kata bu ida, saat menyerahkan pesananku.

"Ini bu" jawabku, menyerahkan selembar seratus ribuan.

"Sebentar, kembaliannya, mas"

"Nanti aja bu. Layani aja dulu!"

"Oh. Iya. Makasih mas"

"Sama-sama mas"

Akupun pergi setelah pamitan dengan yang lain. Angin semilir menerbangkan aroma soto ini sampai ke hidungku. Membangkitkan nafsu makanku.

Ceklek

Ada yang bangun saat aku membuka pintu.

"Eh, udah bangun. Makan yuk!" Sapaku.

Shella bangun dari berbaringnya. Dia tersenyum saat aku meletakkan nampan yang kubawa ke meja kecil di sebelah kiri ranjang.

"Tahu aja, perut lagi laper" komentar shella, sambil mendekat ke pinggir ranjang.

"Pake sambel nggak?"

"Enggak. Mules entar" jawabnya.

Aku tambahkan kecap manis sedikit, dan aku aduk. Lalu aku suapkan ke shella. Bukannya membuka mulut, dia malah tertegun.

Entah apa yang sedang dia pikirkan. Tapi yang jelas, butuh beberapa saat untuknya sampai membuka mulut. Begitu suapan dia terima, aku lantas menyuap punyaku sendiri. Begitu terus bergantian. Shella tak menolak aku suapi.

"Nambah nggak?" Tanyaku. Tapi shells malah tertawa.

"Mas kata, perutku ini karung goni?" Sahutnya setelah tertawa.

"Ya kali. Kan abis lemes" jawabku.

Shella tidak membalas komentarku. Dia malah menatapku lekat. Aku jadi bingung ditatap begitu rupa.

"Iya. Aku udah mandi, udah nggak item. Udah bukan joni si bocah polos" celetukku.

"Hempf. Ha ha ha ha" shella tertawa lepas mendengar kelakarku.

"Sekalipun kamu itu joni yang item tadi, tapi perhatiannya kaya gini, aku tetep bisa jatuh cinta mas, sama kamu"

"Berat" komentarku pendek.

Shellapun tertawa lagi. Tubuh bugilnya terlihat indah, diterpa sinar mentari siang.

"Aku mandi dulu ya?" Pamitnya.

"Emang udah pengen cabut, mbak?"

"Kalo nurutin pengen sih, pengennya besok aja. Tapi aku nggak enak sama mas. Aku nggak mau mas pusing ditanya macem-macem"

"Oh. Oke" jawabku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd