Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Jangan Klik

"Maafkan kakak…, saat itu kakak sedang menggebu-gebunya untuk bisa bersama umi. Sudahlah semua salah kakak… tapi kakak sayang Siti, dan ingin Siti memiliki kehidupan yang normal."

"Aku mau sama kakak."

"Kalau kamu sama kakak, kamu akan semakin rusak."

Aku menggeleng.

"Siti tidak peduli, seberapapun kakak rusak aku, aku mau kakak kandungku jadi pendamping hidupku."

"Kak nikahin aku seperti kakak nikahin umi…," pintaku.

"Apa? Kamu tahu itu tidak mungkin… gimana caranya, Siti."

"Aku tidak mau tahu, kakak sudah ambil keperawananku dulu! Tanggung jawab!" jawabku ketus.

Kakak menghembuskan nafas panjang, lalu lanjut berkata, "Lagipula, memangnya kamu mau jadi istri kedua?"

Aku mengangguk. "Jadi istri kedua pun tak apa…. aku rela…"

Kami berdua terdiam.

"Kalau aku sudah jadi istri kakak, kakak mau ewe aku, entot aku gimana pun, aku akan nurutin kemauan kakak…," tambahku seraya berdiri melepaskan penis kakak dari kemaluanku.

"Siti… mau kemana… kakak bisa stress kalau belum keluar ini… lagipula nanti kamu kedinginan, sayang."

Aku berjalan dan meringkuk di sudut gua. "Biarin… aku tidak mau memberikan diriku semudah dulu lagi."

Kakak mengambil dan melempar keras kerikil ke tanah. Lalu dia berdiri dan berbalik badan. Dalam bayang-bayang gelap dan bulan, dia terlihat sedang mengocok sendiri. Tak lama kemudian dia mengeluh dan menampar dinding gua. "AAahh…," suaranya terdengar stress dan kesal. Akhirnya dia menyerah dan duduk meringkuk juga. Kelihatannya tak mampu ia menuntaskan nafsunya.

Kami berdua duduk dalam jarak.

Wuuushhh… suara angin masuk ke dalam gua.

Brrrrrr…. dinginnya menembus kulitku. Wuuushhh… ih makin jadi saja angin ini. Aku semakin meringkuk dan menyembunyikan wajahku di balik lipatan tangan. Namun angin tak kunjung berhenti dengan keisengannya.

"Kak… dingin…," keluhku setengah gengsi. Bayang siluet kakak menoleh ke arahku. Dia begerak beranjak dari posisinya.

"Kakak mau apa?" tanyaku.

"Katanya dingin," ucap kakakku, langkahnya terhenti.

"Aku cuma ngomong doank," balasku mempertahankan gengsi.

Kakak berkacak pinggang sebentar. Tapi ia lanjut mendekatiku. Ia duduk di sampingku dan merangkulku. Aku merasa nyaman dalam pelukannya. Ia paham dengan keras kepalaku, mulutku yang sering tak sesuai dengan hatiku. Aku ingin kakak untuk menghangatkanku, namun seolah aku tak butuh. Padahal butuh.

"Maafin aku kak…," ucapku. "Maafin aku yang egois," lanjutku dalam hati. Sedetik kemudian aku mencium bibirnya. Ciuman yang lembut nan perawan. Namun bibir kakak seakan berlapis candu campur obat perangsang. Mengecupnya membuat libidoku naik. Aku jadi berubah jadi serigala lapar. Ya… aku kelaparan, sudah bertahun-tahun aku puasa dari kakak kandungku. "Sshhhh…," aku mendesis seperti ular. Aku rengut penis kakak dan aku kocok dengan gemas. Gemas… gemassss…..! Benda lunak yang layu karena dinginya malam itu dalam hitungan detik menegang keras dalam genggamanku.

"Auhh…shh… pelan-pelan, dek… sakit…," keluh kakak bercampur keenakan.

Kulebarkan perlahan kedua paha kakak dan bersimpuh di depannya, tepat di depan penisnya. Seakan berkata, kak… bimbing aku. Kakak meraih kepalaku dan mengarahkan penisnya ke depan bibirku. Slep, batang itu menerobos rongga mulutku. Ia renggut jilbab dan rambutku dan menggerakan kepalaku maju mundur, mengocok batangnya. Kepalaku mengangguk-angguk, seolah berkata, iya…iya…terus…terus aku suka dibeginikan oleh kakak. Sementara tangan kiri kakak menjamah payudaraku dan meremas-remasnya serta memelintir putingku, membuatku kegelian.

Di luar terdengar suara guntur sambar-menyambar. Seakan alam semesta tak merestui hubungan kami, mungkin juga mengutuki. Aku tak peduli. Aku cinta kakak kandungku. "Emmh…emmhh…. emmhh…" Kuemut alat kelamin dia. Kusedot keluar spermanya. Kakak merintih, "Shhhhhh….ahhhh…." Kukecup ujung batangnya. "Enak kak?"

Kakak mengangguk, "Enak Siti, ahhh… kamu katanya gak ML dengan siapa-siapa selama ini, kok enak nyepongnya?"

"Aku latihan pake timun, sambil bayangin kakak."

"Terus kamu colmek abis itu?"

"Iya, pakai timun."

"Coba sekarang praktikin ke penis kakak, hasil latihan kamu."

Plop! penis itu lepas dari hisapan mulutku. Aku berdiri, membalik badan, dan mengarahkan penis kakak ke memekku. Bleeessssss, penis itu perlahan masuk ke dalam memek. Dinding kemaluanku serasa langsung rembes cairan. "AAAhhhhhh….," desahku. Setelah sekian tahun absen, kini memekku kembali kemasukan penis kakak. Meski bentuknya menyerupai penis abi. Karena ilmu hitam itu, secara fisiologi, kakak berubah menjadi seperti abi.

Aku mulai mengangkat dan menurunkan pinggulku berulang-ulang.

"Ahhh, adikku….. terus… terus…," desah kakak dengan nada meninggi, "Akhhh…. gak tahan nikmatnya…"

Lama-lama ia mengunci pinggulku, ia berdiri dan mendorongku hingga kedua tanganku berpegangan di dinding gue. Kini ia yang memegang kendali dan memompa memekku dengan cepat. Plok! plok! plok! suara bagian bawah tubuhnya, menampar-nampar bokongku.

"Aaaah… kakak," desahku mendayu-dayu, "Ewe Siti," racauku. Satu tanganku meremas-remas gemas payudara, menyalurkan rasa geli yang menjalar dari lubang bawahku. Aku menggigit bibir karena sudah tak tahan. Ibarat kata kalau ini hukuman siksa, pasti orang itu sudah di level menderita bukan kepalang. Tapi ini kebalikannya. Nikmatnya sampai ke ubun-ubun. Aku terguyur oleh gelombang tsunami kenikmatan, terus-menerus. Inilah nikmatnya bersetubuh dengan saudara kandung.

"Kak… Siti dah mau sampai kak… jangan kendor…"

"Kakak juga dah mau sampai, kalau full gas, kakak bisa keluar duluan…"

"Gak boleh keluar duluan…. buat Siti keluar dulu…."

Kakak makin menggebu menggenjotku. Aku hampir mencapai titik nadir, mataku sampai medelik. Namun tiba-tiba kakak mencabut batangnya.

"Akkhh!!!"

Crroootttt! Croooot!! Croot!!!

Bokongku merasakan cairan panas.

Ah sialan!

Dari nikmat bukan kepalang, aku jadi dongkol bukan kepalang.

Plak!

Kutampar saja dia.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd