Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Jangan Klik

Bimabet
masih menebak2 ini genre apa
 
"Abi ingin memasangkan kamu dengan anak teman abi…."

Aku membalik badan. "Siti sudah punya jodoh sendiri."

"Sungguh?!" Suara abi terdengar sangat gembira, membuatku jadi kesal. Aku memutar tubuhku kembali dan melayangkan sebuah tamparan ke pipinya.

"Plak!"

"Srek!"

Jemariku menempel noda darah. Abi memegangi kulit wajahnya yang terkoyak di dekat rahang. Kulitnya robek menggantung memperlihatkan daging berwarna kemerahan. Kulit wajah yang menyimpan rahasia kami berdua.

"O… kenapa abi terdengar senang? Atau kalau boleh Siti bilang…. kenapa KAKAK terdengar senang? Kakak mau melupakan janji kakak kepadaku? Kenapa? sudah keenakan bisa menyetubuhi umi kita dengan bebas menggunakan wajah abi?"

Yah, abi yang di hadapanku sesungguhnya adalah kakak kandungku sendiri.

"Ah, Siti janganlah kau marah begitu," rajuk kakak seraya memelukku.

"Aku sudah bekorban banyak untukmu, inikah balasanmu."

"Shhh.. jangan begitu, kakak hanya memikirkan masa depanmu."

"Ah omong kosong!" tukasku, seraya melepaskan pelukannya. "Kalau kakak memikirkannya, tak kau rampas keperawananku dulu. Saat aku akhirnya pasrah dan menerima perbuatanmu, kau tinggalkan aku begitu saja. Harapanku hanya kau tambatkan hatimu padaku."

"Iya… kita bicarakan lagi nanti ya, sekarang tolong kau tempelkan lagi kulit wajah abi ini, perih rasanya…"

Aku usap kulit wajah yang terkelupas itu, dan wajah itu kembali menyatu dan sembuh seperti sedia kala.

Tiba-tiba langit berubah menghitam, awan bergemuruh, tetes air hujan mulai membasahi bumi.

"Kak, ayo berteduh."

Kami berlari-lari di bawah hujan. Baju kami keburu basah kuyub.

"Siti kesana saja ada gua di arah sana!" panggil kakak.

Aku menggeleng, "Ke arah sini saja, kak!" Aku ngeloyor berlari di muka.

"Siti tunggu aku!"

Tibalah kami di sebuah gua.

"Ah Siti, ngapain memilih tempat di sini. Tadi itu lebih dekat," keluh kakak sambil mengepret bajunya yang kuyub. Lalu ia membuka bajunya dan memerasnya.

Kedua mataku melirik tubuhnya. Tubuhnya kini telah berubah menjadi mirip abi. Kurus dan dengan tulang rusuk agak menonjol.

"Biar saja!" Aku menjawab dengan cemberut sambil memeras-memeras air dari pakaianku.

Langit semakin gelap. Udara semakin dingin. Sinar bulan purnama membiaskan titik-titik air hujan yang membentuk tirai di mulut gua. Aku duduk di atas batu dan mulai menggigil.

"Siti…," panggil kakakku, "Kamu kedinginan…?"

Aku mengangguk sambil memeluk erat tubuhku. Uap putih berhembus dari mulut kami. Kakak merangkul tubuhku. Badannya juga dingin. Kami merapatkan tubuh, saling menghangatkan. Kakak mengusap-usap telapak tanganku, sesekali menempelkannya di pipinya. Aku meringkuk tersipu dalam pelukannya. Teringat aku akan memori waktu dulu, saat kami sembunyi-sembunyi berpacaran. Saling berpegangan tangan dan memadu kasih. Di sini dulu kakak merayuku, membujukku untuk memegang alat kelaminnya, berlanjut mengocok batangnya, sampai akhirnya ia melakukan hal ITU untuk pertama kali. Entah dia ingat atau tidak. Huh laki-laki cuma mau enaknya, tapi tidak bisa mengingat segala sesuatu yang penting. Dia anggap tidak pentingkah mengambil mahkotaku?

"Siti… kenapa kamu cemberut… dingin?"

"Gak tahu ah, gelap."

"Kok marah?"

"Memang gelap kan?"

Kakak mengusap-usap lengan atasku untuk menghangatkan aku. Namun aku hentakkan lenganku memutar. "Gak usah…"

"Siti…," panggil kakakku.

"Apa?" jawabku ketus dan cuek. Namun aku terkejut merasakan kedua tangan kakak menyusuri pinggangku dan membuka gesperku. "Kakak sedang apa?" tanyaku berdebar-debar. Dia tidak menjawab. Hanya terdengar suara kerongkongan meneguk ludah dan suara pengait dan resleting celanaku turun. Aku menengok ke samping menatap wajahnya, dengan suara kecil, menuntut penjelasan, "Ngapain?"

Kakak tak menjawab. Kedua bola matanya menatap ke arah tangan itu bergerak. Aku terus menatapnya dan menegurnya, "Hei…" Ia tak menggubrisku dan mendesak tangannya hendak menyentuh kemaluanku. Dadaku berdebar. Kurapatkan kedua pahaku.Tak mendapat izin, tangannya bergerak ke atas menyelip ke bawah mansetku, meremas dadaku. Kedua mataku mendelik sesaat mendapatkan remasan dari saudara kandung yang sudah bertahun-tahun tak kurasakan. Tulangku lunglai, kepalaku bersender di lehernya. Kakak menarik mansetku ke atas. Aku mengangkat kedua lenganku ke atas, secara tak langsung mengatakan iya.

"Buka celananya, Siti. Supaya kamu tak kedinginan."

Aku berdiri dan mencopot celana panjang beserta celana dalamnya. Tapi kakakku tak membuka sarungnya. Huh, enak sendiri. Aku mendekat dan menarik sarung itu.

"Buka, biar kakak juga tak kedinginan."

Kutarik sarung kakak. Ia masih memakai celana dalam. Aku bisa melihat isinya yang menonjol.

"Buka juga, biar kakak tak kedinginan, ya" kuulangi lagi alasan basi itu.

Dag-dig-dug kutarik turun CD kakakku. Toeng! Burung yang besar dan gagah itu mendongak ke atas menatapku dalam kegelapan.

"Dingin-dingin masih bisa tegang?"

Kakak tak menjawab.

Aku cemberut.

"Kenapa sih, kakak selalu membuat seolah aku yang menginginkan semua ini."

"Bukankah begitu?"

"Tiidak! Ingat ya, kakak yang tadi duluan. Dulu juga begitu."

"Kapan?"

"Ih! Nyebelin!"

Aku segera memungut pakaianku.

"Hei…"

Kakak meraih tanganku.

"Lepasin!"

Kakak malah menarikku ke dalam pelukannya. Aku meronta, menolak. Tapi kakak memaksaku dan memposisikanku mengangkang di pangkuannya. Batangnya pun menerobos paksa masuk ke dalam vaginaku. "Iihhh… aku gak mau!" Namun kakak mengontrol tubuhku agar kelamin kami bergesekan. Aku menggigit bibir. Diam-diam aku menikmati perbuatannya.

"Iya… kakak akui, kakak yang buat kamu jadi begini. Buat kamu rusak. Kakak yang rayu kamu, supaya mau pacaran sama kakak."

Aku pukul dadanya. "Lalu kakak tinggalkan aku demi umi… Padahal demi kakak aku… aku… abi…. "

"Shhh…. kakak tidak pernah meninggalkan Siti…."

Aku pukul lagi dadanya. "Bohong! Semenjak kakak mengambil wajah abi, kakak semakin lengket dengan umi dan melupakan aku! Bahkan kakak mengajak umi menikah ulang dengan alasan memperbaharui janji setia. Kini umi yang menjadi istrimu bukan aku!"

"Jadi itu yang membuatmu pergi meninggalkan rumah…?

Aku pukul dadanya dengan kedua tanganku. "Kakak jahat!"
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd