Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Jalan nan terjal

Status
Please reply by conversation.
Bimabet
JNT






Part 26





CdKekeT.jpg










Pov Iantono







Seminggu berlalu, seperti biasa, seperti hari yang lalu sebelum aku menemui ibuku di Ibukota sana.
Sejujurnya aku tak terlalu memikirkan hal itu karna aku sudah terbiasa tanpa kehadirannya juga, tapi melihat kenyataan yang seperti itu, mau tak mau aku harus mencari sebab kenapa seorang ibu bisa setega itu, aku yakin ada sesuatu di masa lalunya.



β€œMas? β€œ



Degh!

Herni?

Yap!

Itu dia, aku tak pernah lagi menghubungi dia sejak aku menemui Danu, aku menghargai sikap Danu yang kurang lebih sama denganku, itu kenapa aku berniat membantu lelaki itu.



β€œMas? Boleh kita bicara? β€œ



β€œ Ya bisa dong dek, kenapa deh. β€œ



β€œNanti sore di taman boleh? β€œ



Ucap Herni,



β€œ Hu um, ini kan sudah sore? Langsung kesana aja yuk, β€œ



β€œ Belum bubaran lo mas? β€œ



β€œ Yo wes mas tunggu ya? β€œ



Setelah itu aku bergabung dengan pak Tarno sopir yang biasa mengajakku mencari peternakan ayam.


β€œ An, β€œ



β€œYa pak"



Jawabku sambil berlari kecil menghampirinya, ku tinggalkan pak Tarno yang menjadi partnerku hari ini.



β€œ Lho kamu tadi ikut pak Tarno? β€œ



β€œ Njih pak, kasihan pak he he β€œ


β€œ Ah kamu tu, itu gimana? β€œ



β€œApa njih pak, β€œ



β€œ Lho? Kamu maunya yang mana? β€œ



β€œ Aduh? β€œ



Aku bingung mau jawab apa.


β€œ Maksudnya kamu mau ngerjain yang mana dulu An? Saluran limbah apa mau Urusin Ruko yang mau di bikin toko itu lo? β€œ



β€œ Lho ya kan, saya malah bingung pak, terserah bapak mau yang mana dulu, saya ikut saja pak”



β€œHeeuh... payah, mbakmu udah tanya kapan kamu boleh off di gudang, ya itu mau di ajak beresin ruko itu, wong mbakmu ngga mau pakai tukang kok he he β€œ



β€œ Maksudnya saya yang nukangin? β€œ



β€œ Begitulah kira-kira ha ha ha”



β€œ Hadeeh... Njih mpun pak, nanti tak tanya dulu”



Setelah itu aku kembali menemui pak Tarno, ia tampak serius meniup kopinya yang masih mengepul, tak lama Herni datang, ia memberi isyarat agar aku mengikutinya.



β€œ Pak, pamit njih, β€œ



β€œ Weladalah, kok buru-buru to le? Tak kira mau nemenin bapak dulu? β€œ



β€œAda perlu je pak”



β€œYo wis... Hati-hati yo... β€œ



β€œ Siip pak, matursuwun β€œ



Aku menyusul Herni yang terlebih dahulu jalan menuju taman, agak jauh sih? Tapi aku mengikuti saja langkahnya.



β€œ Dek? β€œ



Panggilku, karna saat ini posisiku seperti membuntuti maling saja. Sejenak Herni menghentikan langkahnya, ia menoleh menatapku sendu, wajar sih, aku tau dia sudah menyadari kesalahannya, mungkin sih, he he.



Jalan berdua dengan pacar, eh masih pacar ngga si? Ah masih ajalah, kan belum bubaran to? Udah kaya apa aja ngga ada pegangan tangan ngga ada canda tawa, kaku pokoknya kaku.



Haish....




β€œDek? β€œ



Kupanggil Herni namun tak ada jawaban, yang ada ia malah menunduk, entah apa yang ia lihat di bawah sana.



β€œDek? Kenapa sih? β€œ



Diam, malah isak tangis yang menjawab, kuraih lengannya, aku tak bisa melihat wanita yang ku sayang menangis di depanku.



Yah!

Aku menyayanginya memang menyayanginya, sedikit pun tak ada rasa ingin mencampakkan karna kejadian itu, karna aku berkaca pada diriku sendiri, dan aku harus bisa mengerti dan memahami tanpa harus langsung menghakiminya.
Ia menatap sendu ke arahku,



β€œ Kenapa dek? β€œ



β€œ Mas ngga jijik sama aku? β€œ



β€œBuat? β€œ



β€œApa aku harus jelasin semuanya sama mas? Sedangkan mas tau yang sebenarnya ya kan? β€œ



β€œYang mana sieh? β€œ



Memang aku tak tau, karna ada dua kemungkinan, eh... Jijik? Hem...



Plak!



Ku tepok jidatku, untung kulitku tak seputih orang luar negeri sana, kalau iya aku jamin jidatku merah seketika.



β€œMaaf, he he duduk dulu yuk”



Ucapku kemudian.



β€œ Mas ngga jijik? β€œ



Jujur aku mulai terusik dengan kata β€˜jijik’ yang Herni ucapkan.



β€œ Aku lebih menjijikkan dek, β€œ



Kini Herni menatapku, lekat sangat lekat.


β€œ Maksud mas? Jangan ngalihin pembicaraan ah mas, aku serius, β€œ



β€œ Aku lebih serius dari yang kamu kira”



β€œ Ih... Mas ih? β€œ



β€œTersenyumlah untukku dek? Raga tak bisa menjadi tolak ukur, kamu paham maksudnya? β€œ



β€œ Mas beneran ngga jijik? β€œ



β€œ Ngga, tapi dengan satu syarat dek, jelaskan alasan yang masuk akal dan hal itu tidak menjadi kebiasaan buatmu, β€œ



β€œ Sekali mas, sekali itu saja, aku khilaf. Keadaanku yang membuatku melakukan itu mas? Maaf β€œ



β€œ Ada hubungannya dengan biaya ibu? β€œ



Herni menjawab dengan anggukan lesu.



β€œ Apa aku sama sekali ngga kamu anggap dek? Harusnya kamu mencari aku sampaikan ketemu, toh aku ada di rumah pak Yanto kan? β€œ



β€œ Aku ngga mau mas mengecap aku wanita yang memanfaatkan kekasih mas? β€œ



β€œDan lebih memilih jalan itu? β€œ



β€œ Pak Yanto yang memberiku pilihan itu mas? Maaf hiks, β€œ



Herni mulai menitikkan air matanya, ini yang aku tak suka.


Aku tak mau menanggapi tentang pak Yanto, ucapan pak Tarno sudah lebih dari cukup buatku memahami semuanya.



β€œBentar, ini kamu bisa tau begini dari siapa? β€œ
Ku alihkan pembicaraan agar Herni tak menangis.



β€œ Danu datang waktu itu dan minta maaf, mas yang suruh katanya”




Aku tersenyum lega,



β€œ Minta maaf aja? Atau.... β€œ



β€œ Iya, itu aja β€œ



β€œHem.... β€œ



β€œKok Hem? β€œ



Jawabnya heran,



β€œ Mas bilang ngga aneh-aneh tapi berantem juga, β€œ





Ucapnya lagi, aku hanya tersenyum melihat tingkahnya yang mulai agak galak, aku suka itu.



β€œHe he he, ngga apa-apa daripada main cubit-cubitan ya to? β€œ



β€œIiih..... β€œ



β€œAdaaauw... Kok malah aku yang di cubit sih... Ngga boleh ya aku pukulin ya?.... Cie.... β€œ



β€œAu ah! Jangan suka berantem apa mas, β€œ



β€œDek? β€œ



β€œApa!.. β€œ



β€œGalak ih”



Ucapku singkat.



β€œBiarin! β€œ



β€œ Kamu ngga kasihan sama Danu? β€œ



β€œ Kok kasihan, memang kenapa β€œ



β€œ Dia berani melawan apa pun loh? β€œ



β€œ Maksudnya? β€œ



β€œ Dulu gara-gara aku jalan sama kamu dia juga menyerang aku, sekarang pak Yanto yang dia serang. Apa adek ngga merasakan sesuatu? β€œ



β€œNgga paham aku mas”



β€œ Yakin? β€œ


β€œIya? β€œ



β€œSinih”


Ucapku sambil merengkuh bahunya, ku peluk Herni dan kubisikkan sesuatu,



β€œAh! Mbuh! β€œ



Jawabnya singkat.



β€œ Aku maunya sama mas, bukan sama dia. β€œ



β€œ Dia sama kayak mas, sikap mas juga kayak gitu kok. β€œ



β€œ Biarin! β€œ



β€œ Yo wes nanti kamu tak jadi in istri ke.... Sik ke berapa yo? β€œ



β€œ Ish... Emoh! β€œ



β€œ Lha makanya dek? Aku udah tanya Danu kok apa alasan dan segala macamnya, β€œ



β€œApa coba”



β€œ Pokoknya mas jamin dia bisa berubah, β€œ



β€œ Jadi spiderman? Iya... β€œ



β€œ Haish.... β€œ



β€œ Mas? Pulang yuk? β€œ



β€œ Ngga ah, mas takut di pukulin Danu β€œ



β€œ Coba aja kalau berani β€œ



β€œIye... Yang paham he he he”



β€œApa deh! Pulang yu ah, belum mandi juga aku nih β€œ



β€œBeneran mas takut dek? Katanya ngga boleh berantem? β€œ



β€œ Ngga dia lagi pergi, ndak mungkin kesini wek! β€œ



β€œ Nah kan? Hayo... β€œ



β€œ Apa sih, ah. Ayu pulang, lampu hijau buat mas”



β€œ Eh apa deh dek? β€œ



Herni tak menjawab, ia malah menarik tanganku dan memaksa pulang ke rumahnya, niat hati mau melepaskan Herni tapi entahlah, aku tak tega melakukannya. Ah biarlah waktu yang menjawab, lagi pula aku merasa ada yang Herni tutupi dariku.



Aku mengikuti Herni sampai rumahnya, setelah itu aku pamit pulang, entah kenapa malam minggu ini aku pengen menyendiri, mentok santai di teras, aku pulang jalan kaki menuju rumah pak Yanto, walaupun lumayan jauh tapi aku sudah terbiasa dengan aktivitas ini, belum sampai lima ratus meter, tepatnya di warung yang sering ku kunjungi bersama Herni, sekilas aku melihat sosok yang ku kenal.


Aku berhenti sekedar memanjakan rasa penasaran di diriku, yap, memang aku mengenal orang itu.



Haish...

Si Danu lagi-lagi melakukan pengintaian, aku beruntung sangat beruntung sore ini, seandainya aku tetap berada di rumah Herni dan Danu tau, hem... Runyam lagi urusan.



Aku yakin soal ucapan Herni yang bilang Danu pergi itu akal-akalan Danu saja.



Ah lebih baik ku hampiri saja dia,



β€œ Hoy!! Patroli terooos... β€œ



Ucapku sok dekat.



β€œ Jancuk! Nggaple’i ! β€œ



Ah masuk warung tenda aku jadi lapar.



β€œ Mbakyu? Pecel ayam njih? β€œ



β€œ Siap mase? β€œ


β€œNu udah makan belum, β€œ



Danu tak menjawab ia hanya menunjuk piring kotor di sebelah kanannya.


Ah memang karakternya ngga asik, susah ngobrol, ancuklah.



β€œ Piye Herni bos.”





β€œApanya, bukannya tadi kamu antar pulang? β€œ



β€œ Lo Iyo yo he he... Bukan itu maksudku cok! β€œ



β€œTelek lah! β€œ



β€œ kalem.... Cuk.... Aku Cuma antar dia ae kok. β€œ


Tak lama Pesananku sudah tersaji, sejenak ku lirik Danu yang berdiri dan memegang rokoknya.

Ah sudahlah, lagi pula cacing di perutku sudah tak sabar lagi menunggu, setelah selesai aku pun menunaikan kewajibanku, apa lagi di meja tertera kertas bertuliskan β€˜di larang ngutang ’ huh... Sungguh tak bersahabat memang.


β€œ Mbakyu berapa? β€œ



β€œ Dua yo mas, sama mas yang tadi itu sekalian katanya”



Degh!


Ini Nggaple’i benar-benar Nggaple’i si Danu, aku kena palak sama dia β€˜ asu teles tenan! β€˜.

Gerutuku dan hati.



β€œ Ooo siap mbakyu? β€œ



Selembar juga masih ada kembalian, tapi kan... Ah sudahlah.



Sampai di rumah suasana begitu sepi, entah kemana penghuninya.




Cklek



Cklek





Kuraih gagang kunci pintu Pagar.



β€œHeeuh... β€œ



Dengusku lega, coba kalau di gembok, alamat menyandar di pagar aku nih.



Sebatang rokok ku sulut, pikiranku kembali melayang, memikirkan langkah apa yang harus ku ambil, berdiam dirikah menghadapi kenyataan pahitku, atau melangkah maju mencari sebab musabab kenapa ibuku seperti itu, ah semua bermuara di masa lalunya, itu pasti.


Untuk asmaraku, seperti halnya pemuda perantau pada umumnya, tapi kerinduanku sedikit terkikis oleh rasa yang kian hari semakin menjadi saja, ah! Dancuk! Istri bos sendiri pun ikut andil di kehidupan asmaraku.



β€œ Udah? Udah puas ngapelnya? Kok ndak nginep sekalian? β€œ




Degh!


Perasaan tadi sepi, pelan ku tengok ke belakang.


Sosok semampai dengan rambut tergerai indah dengan balutan rok tipis bermotif bunga kesukaannya dan kaos ketat yang menonjolkan lekuk tubuh serta payudara yang membusung indah itu sedang menangkupkan kedua tangannya di belakangku.



Edan! Modar aku, ada yang marah ini hadeeh....



β€œ Eh anu mbak, itu tadi Cuma itu aja kok mbak? β€œ


β€œ Ish... Ngomong apa tadi, coba ngomong lagi. β€œ


β€œ He he, ndak... Bapak ngga ada yo kok galak bener”


β€œ Ngga ada, semuanya pergi! Masuk! ”


β€œSik to ay? Rokokku lo tanggung”



β€œ Masuk ndak, β€œ



β€œ Iya? β€œ



Aku pun membuang rokokku dan beranjak mengikuti Dara yang masih saja cemberut,



Jeglek!


Ceklek


Ceklek


Daun pintu langsung tertutup rapat dan di kunci, hem...



β€œMasih kurang? β€œ



β€œApanya ay? β€œ



Dara mendekatiku dengan tatapannya yang tajam, seolah ingin menguliti tubuhku yang masih bau asem ini.



Cup



Jari jemarinya yang halus meraih leherku dan bergelayut,
Bibirnya dengan buas mencucup bibirku, jelas aku gelagapan, tak lama ia melepaskan ciumannya.



β€œKamu masih kurang? β€œ



Aku tersenyum, seperti inikah luapan cemburunya?



β€œ Hem.... Kamu tuh ay, β€œ



Ku jawil hidungnya yang mancung, aku gemas dengan tingkahnya yang seperti gadis belia itu.



β€œ Kenapa? Mau lagi? β€œ



β€œ Ish... Ngga pernah di kasih bapak yo? β€œ



Ucapku meledek, ia pun mendelik menatapku.


β€œ Ih ngotorin tempik tok β€œ



Ucapnya pelan, tapi sayang aku cukup jelas mendengarnya.



β€œ Eh? Ngomongnya gitu ya? β€œ



β€œApa deh, Au ah! β€œ



Dara beringsut ia kesal sendiri.


β€œ Udah ah, aku tak mandi dulu ya? β€œ



β€œIkut... β€œ



β€œ Udah cantik udah wangi udah rapi, mau mandi lagi? β€œ



Ucapku,


β€œ Ikut aaah? β€œ



β€œNdak, tunggu di kamar aja ya? β€œ



β€œIsh... Emoh”



Seandainya saja sepuluh tahun lalu aku sudah sedewasa ini dan bertemu dengannya sebelum menikah, aih.... Ku jamin aku rela ngga pulang kampung he he...


β€œDah ya? β€œ



Ku usap rambutnya lalu kutinggalkan Dara yang masih berdiri di tempat, cemberut pasti, tapi kupikir sayang kalau udah rapi mau ikut mandi yang ujungnya pasti begituan.



Keluar dari kamar mandi aku tak melihat keberadaan Dara, ah dia beneran ngambek ternyata, ya sudahlah.



β€œ Ish... Malah bengong sih? Nyari opo si yang? β€œ



Degh!



Asem, dua kali Dara membuatku kaget, Hem....



β€œ Hadeeh... Kamu nih, β€œ



β€œ Opo? Mas ndak kangen pengen berduaan? β€œ



β€œHe he, pak bos kemana memangnya ay? β€œ



Ucapku sembari melangkah mendekat ke arah Dara berdiri, ia tak menjawab malah menarik lenganku agar segera masuk ke kamar.



β€œ Ke tempat paklikmu, napa? β€œ


β€œ Ndak apa-apa he he β€œ



Aku berjalan lagi mendekati lemari pakaianku, tapi lagi-lagi lenganku di tarik olehnya.



β€œMau ngapain sih yang? Pakai baju? β€œ



β€œHu um”



β€œ Yo wis, aku keluar, β€œ



Ucapnya sambil menangkupkan tangan di bawah payudaranya.



β€œ He he sini ay? β€œ



Cup



Ku kecup bibirnya yang masih cemberut, matanya melotot seolah ingin protes saat ku kulum bibirnya.



β€œEeemh... Eeemh... β€œ



Dara melepas pagutanku tapi tangannya memelukku erat.



β€œJahat ih, ngga peka kamu yang, aku kangen kayak gini tau? β€œ



Ia sandarkan dagunya di pundakku, aroma wangi rambutnya



β€œIni udah ay? β€œ



β€œ Gini aja? Sampai pak bosmu datang? Yakin? β€œ



β€œNggak”



Jawabku singkat, kubuka handuk yang membalut pinggangku lalu ku tuntun tangannya menuju kesana.



β€œ Hem... Udah gede aja yang, β€œ



β€œ Setrumnya gede ay, he he”



β€œIsh... Masa sih? Kok dari tadi cuek aja? β€œ



β€œ Wong masih bau kok mau langsung sosor to ay, em.... Aku buka ya? β€œ



Pintaku sembari menaikkan kaos yang ia kenakan.



β€œ Semua sekalian ya yang? Biar samaan he he”



Aku tak menjawab, aku sibuk menaikkan kaosnya yang ketat, setelah itu ku turunkan rok tipisnya, kali ini aku benar-benar terpesona, pasalnya di balik rok itu sudah tak ada lagi kain yang menutupi area sensitifnya.



β€œ Iyees.... Ngga di cukur he he”



Ucapku saat melihat bulu jembut yang tumbuh subur di bawah pusarnya.



β€œ Ih apa sih yang? Kamu suka? β€œ



β€œHu um, suka banget”



Setelah itu Dara berbaring mengangkang di pinggir ranjang, perlahan tangannya mengelus vaginanya lalu kedua jarinya membuka belahan daging tembem miliknya, mataku nanar dan tak bosan mengaguminya, bahkan di antara wanita yang ku gauli, Dara lah yang paling istimewa, vaginanya legit dan tak terlalu becek, apa lagi saat ia menikmati badai orgasmenya, aku merasa kemaluanku seperti di urut saja.



β€œ Yang? Mau sampai kapan kamu lihatin tempikku sih? β€œ



Seketika aku tergagap, aku tersenyum melihat posenya yang sengaja mengundang birahiku.



β€œ Ngomongnya saru ya? β€œ



β€œ Biarin sama kamu ini kok”



β€œ Sama bapak emangnya ngga... β€œ



β€œIsh.... Dah ah, lakukan sesuatu sayang? β€œ



Slup


Slup

Slup



β€œAaaaah... β€œ



Desah Dara menerima serangan bibirku yang langsung mendarat di tengah belahan vaginanya.


β€œ Aaagh.... Tekan yang dalam yangh... Aaagh.... β€œ



Ku tekan belahan vaginanya dengan bibirku, sedangkan lidahku sudah masuk ke dalam rongga lembut vaginanya, terasa hangat dengan aroma khas vagina membuatku semakin bergairah mengerjai area itu.



β€œIiih.... Yangh... Aaaiih.... Geli iiiiiih... β€œ



Bersamaan dengan rintihannya kedua tangan Dara menjambaki rambutku. Mungkin ia gemas dengan ulahku ini, cukup lama aku menjilati setiap sudut vaginanya, dan sepanjang waktu itu Dara tak berhenti merintih.



Lick


Lick


Lick


Suara lidahku yang terus menjilat dan masih ada satu yang belum tersentuh oleh nakalnya lidahku,



Slup



Aku mengakhiri jilatan dan bibirku menemukan daging kecil yang sedikit menyembul di bagian atas vaginanya, ku kulum dan ku sedot kuat daging itu.



β€œ uuugh.... Aaaaaach... Sudah yangh... Aaaaaach... β€œ



Tubuh Dara melengkung ia mencoba melihat aktivitasku, sedang kedua tangannya semakin erat menjambaki rambutku, dan saat ku sedot kuat itilnya Dara pun menekan kuat kepalaku membenamkan bibirku dalam-dalam, membuat kulumanku semakin kuat menyedot itilnya.



β€œIiiih Yangh... Udah... Aah.... Ampun.... Aaach..... β€œ



Akun menghentikan aktivitasku saat Dara mengejat, ku pandang lubang vaginanya yang kembang kempis di sertai dengan nafasnya yang memburu.



β€œ Gimana ay? β€œ



Ia meraih tanganku agar rebah di sampingnya.



Cup



β€œ Em... Kamu membuat aku gila yang? β€œ



Lalu Dara beringsut memutar tubuhnya, bibir indahnya mengulum batang kejantananku dengan lembut dan lidahnya membelit kepala penisku, hangat dan geli menjalar di tubuhku, aku tak bisa membiarkan hal itu, salah-salah aku bisa ejakulasi di mulutnya, ku tarik tubuhnya agar mengangkangiku, paling tidak kuluman dan jilatanku di vaginanya dapat mengurangi konsentrasi Dara.



Benar saja, ia melepas kulumannya saat lidahku kembali menjejali lubang vaginanya, ia melenguh dan menoleh ke arahku.
Ia merangkak memutar balikkan tubuhnya, ku kecup bibirnya yang memerah.


β€œ Masukin ya? β€œ



Ucap Dara sambil mengangkangiku, jari jemarinya memegang batangku yang sudah tegak mengacung.



Blees



β€œ Emh..... Dalem banget yangh... Uuugh.... β€œ



Dara membenamkan penisku tanpa sisa, ujung penisku terasa menyentuh sesuatu didalam Sana. Dan saat itu terjadi Dara menengadahkan kepalanya.



β€œAuuuwh.... Mentok yangh... β€œ



β€œ Sini Ay... β€œ



Ku raih tubuhnya agar merunduk dan memelukku, yang jelas aku gemas dengan tingkahnya, wanita yang usianya sepuluh tahun lebih tua dariku itu bertingkah layaknya wanita yang seumuran denganku, ku cium lembut bibirnya aku ingin menikmati persenggamaan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan.



Tapi sayang, nafsu kekasihku tak dapat lagi ia tahan, setelah beberapa saat berciuman Dara langsung merenggangkan pelukanku, tangannya menopang tubuhnya sendiri dan pinggulnya bergerak liar, sedangkan aku sibuk meremas buah dadanya yang berguncang, tatapan Dara begitu sayu, tatapan wanita yang sedang di amuk birahi benar-benar membuatku hampir lepas kendali, apalagi saat ini Dara lah yang memegang kendali, pinggulnya bergerak liar mencari titik nikmat di vaginanya.



Semakin lama gerakan Dara semakin melemah, sangat wajar, karna dari awal ia menguras energinya dengan menggoyang pinggul di sertai dengan lenguhannya, dan selama itu aku belum sedikit pun membalas perlakuannya, ku lepas payudaranya yang mengayun indah mengikuti pergerakan Dara, pinggulnya kutahan dengan kedua tanganku, kini giliranku menyodok vaginanya dari bawah.



Aku tau Dara tak akan bertahan lama dengan gaya ini, maka dengan tempo cepat ku kocok vaginanya.
Dara merunduk dan tersenyum matanya tak lepas memandangku, masih dengan tatapan sayunya ia mulai merasakan efek sodokanku.



β€œEeemh.... Eeemh.... Aaaach Iyah... Sayangh.... Aaaach... Lagi...aaach... Yang kenceng yangh.... Aaaach... β€œ



Aku tak peduli dengan Racauannya, tubuhnya melengkung dan pinggulnya ikut naik turun mengimbangi kocokkanku.



β€œYangh.... Aaaach..... β€œ



Gerakannya terhenti seketika, Dara ambruk menindih tubuhku, dan mau tak mau ku hentikan sodokanku, nafasnya tersenggal dan wajahnya ia tenggelamkan di leherku.



β€œ Emh... Aku mulai takut kehilangan kamu yang? β€œ



Ucapnya di telingaku, ku sibak rambutnya yang sudah tak beraturan dan ku kecup keningnya yang penuh peluh.



β€œ Aku anak kampung yang tak berpendidikan dan ngga punya apa-apa ay? Apa yang membuatmu takut kehilangan aku ini”



β€œEntahlah, aku nyaman, benar-benar nyaman sama kamu yang? β€œ



Aku tak bisa lagi menjawab ucapannya, hanya dadaku saja yang berdegup kencang, harus ku apakan lagi wanitaku ini.



β€œ Ay? Lanjut ndak? β€œ



β€œ Hu um yang β€œ



Perlahan tubuh polos Dara ku rebahkan dengan penis yang masih menancap di vaginanya, dan dengan sendirinya Dara memosisikan dirinya dengan kedua kaki yang ia tekuk hingga menyentuh payudaranya, tentu dengan bantuan kedua tangan yang memegang kakinya agar tak terlepas, dengan posisi itu vaginanya terasa lebih menggigit, ku kocok perlahan kunikmati jepitan bibir vaginanya yang begitu rapat.


β€œEeemh.... Yang? β€œ



β€œ Iya ay? β€œ


β€œ Buat aku melayang dengan caramu yangh... β€œ


Ucapnya, tentu aku paham maksudnya.



β€œSiap ya ay? β€œ



Ia mengangguk pelan, setelah itu ku sodok vagina rapatnya dengan tempo yang cepat, suara benturan kulit paha terdengar nyaring di kamarku, ditambah lagi rintihan-rintihan Dara yang membuat birahiku semakin menjadi, aku tak ingin percumbuan ini segera berakhir, aku tau sebentar lagi aku akan keluar, maka segera ku hentikan gerakanku.


Plop.



β€œUuugh... Kok di cabut yang? β€œ


β€œ Ganti Nungging ay”



Dara menuruti mauku, ku geser posisinya di pinggir ranjangku,



Slep



β€œAaaach.... β€œ



Desahnya, dan desahan itu mengawali sodokanku, kumainkan tempo sodokan sesuai dengan kemauanku tentunya, aku ingin kekasihku mendapatkan orgasmenya lagi, sebelum aku menumpahkan spermaku, beberapa kali ku sodok dengan pelan lalu kusentakkan dengan keras, hal itu terus ku ulang.



β€œYang aaach... Yang kenceng yangh..... β€œ



Aku tau Dara sudah mendekati puncak kenikmatannya, aku turuti keinginan kekasihku.


Plok


Plok


Plok


Terus dan terus ku sodok dengan tempo cepat.



β€œ Aaach... Uuuuugh.... β€œ



Lenguh Dara sambil menengadahkan kepalanya, yap! Ia mendapatkan orgasmenya lagi. Tapi sodokanku masih tetap dengan tempo yang cepat, Dara menengok ke belakang.



β€œIiiih.... Yangh... Udah aaagh... Udaaaah yangh.... Aaaach..... β€œ



β€œEeemh.... Bentar ay? β€œ



Ucapku, sedangkan Dara tengah merasakan kegelian luar biasa akibat orgasme dan sodokanku yang tak ku hentikan, hingga akhirnya batang kejantananku terasa panas, ku pegang pinggul Dara dengan kedua tanganku, lalu beberapa kali ku sodok vaginanya dengan keras, akhirnya empat kali cairan spermaku menyembur memenuhi rongga vagina Dara yang berkedut.



Plop


Ku cabut batang kejantananku, tampak cairan putih kental meleleh dan menetes dari belahan vagina Kekasihku.



Setelah itu ku kecup bibirnya yang merekah.



β€œ Makasih ay, β€œ



Ucapku setelah mengecup bibirnya.



Ia tersenyum, lalu merebahkan diri di ranjang begitu juga denganku, ku peluk ia dari belakang dengan penis yang masih menegang walaupun baru saja memuntahkan sperma.



β€œEeemh”



Lenguh Dara merasakan batang penis yang menyentuh bongkahan bokongnya.



β€œMakasih ya? β€œ



Ucapku lagi



β€œ Iya sayangku? β€œ



Ucap Dara sambil membalikkan tubuhnya, matanya menatap jam dinding di kamar. Lalu tangannya menyelusup ke bawah dan menggenggam penisku.



β€œ Sudah Satu jam main masih kenceng aja siih? β€œ



β€œApanya ay? β€œ



β€œ Kontolmu ini lo yang? Nakal banget sih... β€œ



β€œ Eeh... Kok saru ngomongnya β€œ



β€œ Khusus buat kamu aja kok, β€œ



β€œ Yakin? Sama bapak emang ngga ay? β€œ



β€œ Ngga sih, udah ah, kalau lagi berdua jangan ngomongin pak bosmu sih yang, β€œ



β€œ Iya maaf ya? β€œ



β€œ Hu um, keluar yuk, β€œ



β€œAyuk”



Aku mengambil celana kolorku dari lemari, sedangkan Dara membereskan handuk yang kupakai serta baju tidurnya yang berserakan. Aku keluar terlebih dahulu dan menuju kamar mandi, membersihkan sisa persenggamaan barusan, tak lama aku keluar Dara melakukan hal yang sama.



β€œ Yang? Mau di dalam apa di teras nih, β€œ



Ucapnya setelah keluar dari kamar mandi.



β€œ Kamu maunya di mana? β€œ



β€œ Di dalam aja ya? Ga papa kan yang? β€œ



β€œIya? β€œ



Ku jawab singkat, setelah itu Dara berjalan menuju ke dapur, ia membuat secangkir kopi dan se gelas teh manis hangat.



β€œBapak kemana ay? β€œ


β€œ Bilangnya sih ke rumah mas Bambang yang,”



β€œOooh.... β€œ



Jawabku singkat, Dara yang melihatku duduk Menyelonjor langsung ikut duduk di bawah, tepatnya duduk di pangkuanku, ia duduk membelakangiku dengan paha yang merapat sedangkan kakinya agak melebar.



β€œ Ay?


β€œ Hu um yang, kenapa? β€œ



Jawabnya sambil menyandarkan tubuhnya di dadaku.



β€œ Nanti bangun lagi loh? β€œ



β€œApanya yang? β€œ



β€œ Itu yang di bawah, he he”



β€œ Biarin ih, tinggal masukin ini wek... β€œ



β€œHem... Yo wis, tanggung jawab lho ya kalau bangun, he he, β€œ



β€œ Dengan senang hati sayangku? β€œ



β€œIsh.... Kamu tuh, beneran tuh udah anget lagi. β€œ



Ucapku jujur, gimana ngga ngaceng Dara memakai setelan yang sore tadi, dan sekarang belahan bokongnya yang hanya berbalut kain tipis itu tepat menghimpit penisku, ya sudah pasti sangat terasa kehangatannya.



β€œ Duduk atas yuk yang, kurang nyaman ih, kontolmu nakal, gerak-gerak terus ih, β€œ


β€œHe he he ayuk... β€œ

Dara pun bangkit dari duduknya dan menungguku duduk terlebih dahulu,


Plek


Tiba-tiba ia duduk di pangkuanku lagi, tapi kali ini ia menghadap ke arahku.



β€œ He he... Gini kan enakkan? β€œ



Ucapnya setelah duduk dan membetulkan posisinya, disitu aku baru sadar Dara tak memakai celana dalamnya lagi.



β€œLah? Kamu nih, bilang punyaku nakal tapi sendirinya malah ngga pake daleman, piye to Ay... β€œ



β€œ Ish.... Biar gampang kok, sambil nunggu pak bosmu pulang, he he”



β€œ Hem.... Nakal ya? Aku masukin lagi nih, β€œ



β€œ Iiih.... Mau.... β€œ



Ternyata Dara serius, ia beringsut jongkok dan mengulum penisku hingga tegak berdiri, setelah itu ia kembali ke posisi semula, dan menyibak roknya.



Blees...



β€œ Emh..... Biarin di dalem ya yang? Enak anget soalnya Hi hi β€œ



β€œ Hem.... Malah aku yang di nakalin sama kamu ay”

Ku jembel hidungnya yang bangkit itu.



β€œ Anget yang? Eeemh.... β€œ



β€œ Enak ya ay? β€œ



β€œ Hu um, β€œ



Kali ini Dara dan aku melakukan persenggamaan yang, yah.... Bisa di bilang bercanda, penisku hanya di masukkan lalu di diamkan begitu saja, tapi memang sensasinya sangat berbeda, tapi yang namanya penetrasi tetap saja lambat laun akan mencari penuntasan, dan terbukti lambat laun Dara menggoyangkan pinggulnya, lama semakin lama ia orgasme juga, hingga akhirnya saat aku sedang gencar menyodoknya dari bawah ia kembali memekik kenikmatan, akibatnya penisku tak sanggup lagi menahan sesuatu yang sudah berada di ujung, semburan hangat spermaku kembali memenuhi rahimnya.


Ia memelukku erat dan menenggelamkan kepalanya di pundakku, suasana pun hening, lenguhannya terhenti tinggal deru nafas yang sudah mulai teratur.



Tek


Tek


Tek


Suara gagang slot pintu pagar Yang di benturkan ke pagar mengakhiri persenggamaan Ian dan Dara, Dara sendiri langsung berdiri dan sperma yang menyembur di rahim dara sebagian menetes di lantai, buru-buru Dara mengelap cairan itu dengan tisu. Aku? Aku tinggal menaikkan celana kolorku saja. Aku berjalan menghampiri pagar dan Dara merapikan dirinya. Ku buka pintu pagar dan membukanya lebar, pak Yanto pun tersenyum padaku. Saat masuk ruang tamu Dara tampak duduk santai sambil menonton televisi.



Tak lama setelah memarkirkan mobil pak Yanto menyusulku masuk.



β€œ An, besok mas Bambang mau ajak kamu pulang katanya, kamu siap-siap ya?



β€œ Ooh... Njih pak, β€œ



Jawabku agak kaget, setelah berbincang sebentar di ruang tamu, aku pun pamit untuk beristirahat di kamar.





Sementara itu di rumah Herni setelah beberapa saat Ian pulang.



Dok!


Dok!


Dok!


Tak berselang lama daun pintu pun terbuka, Herni tampak kaget melihat tamunya.



β€œ Lho... Katanya mau pergi? β€œ



β€œ He he aku Cuma ngetes kamu sama anak muda itu aja kok, β€œ



β€œ Siapa? Mas Ian? β€œ



β€œ Siapa lagi dek, β€œ





β€œ Trus... Mau pukulin dia kalau ketahuan berduaan sama aku, iya. β€œ



β€œ Yo ndak gitu maksudnya, aku mau buktikan omongan dia aja sih. β€œ



β€œSoal apa Nu? β€œ



β€œ Ya soal kita lah. β€œ



β€œ Kita? Maksudnya, β€œ



β€œ Lo dia ngga ngomong sama kamu to, β€œ



β€œNdak.”



β€œ Ndak mutusin hubungan juga, β€œ



β€œNdak.”



β€œ Haduh... β€œ



β€œ Kok Haduh, emang ngga putus kok”



Danu tertunduk, ia harus belajar meredam emosinya sendiri seperti yang Ian sarankan, mau ngga mau Danu mengikuti sarannya, sementara itu Herni tersenyum geli melihat mantan suaminya seperti itu.



β€œ Nu? Kamu mau duduk di depan apa mau pulang β€œ



β€œ Boleh disini dulu ngga dek, β€œ



Herni tak menjawab namun matanya memberi isyarat ke Danu agar duduk di kursi teras rumahnya, lalu ia masuk rumah dan membuat secangkir kopi untuk Danu, Herni tau sikap mantan suaminya tak seperti itu, dingin dan terkesan kasar.
Entahlah, mungkin ia mendapat tekanan dari Ian kekasihnya, sejenak Herni mencerna pembicaraannya dengan Ian sore tadi.



β€œ Hem.... Baiklah? β€œ



Ucap Herni sendiri sambil mengaduk kopi yang baru saja ia seduh, lalu ia membawanya keluar.




β€œ Buat aku? β€œ



β€œSiapa lagi Nu? Kalau ada Ian tak kasih dia”



β€œ Ish dia lagi. β€œ



β€œ Kenapa? β€œ



β€œ Ndak... He he he”



Herni menyunggingkan senyuman, ia ingin tau seberapa kuat pengaruh yang Ian berikan kepada lelaki di depannya itu.



β€œ Nu, ada apa kok tiba-tiba kamu datang dengan sikap yang ngga seperti biasanya, di suruh lagi sama Ian? β€œ



β€œ Ngga di suruh, aku Cuma di kasih saran aja kok. β€œ



β€œ Saran apa, Nurut banget sama pacarku, β€œ



β€œ Aku ngga Nurut, ya karna ucapannya ada benarnya saja aku terkesan Nurut, β€œ



β€œ Ucapan apa? β€œ



β€œ Ya menyangkut perilaku aku dulu, maaf ya? β€œ



β€œ Soal apa? β€œ



β€œYang dulu lah, jujur aku menyesal tak lama setelah pisah, β€œ



β€œ Makanya jadi orang itu mikir jangan Cuma sesaat, lihat pasangan makan bareng teman satu kerjaan aja langsung main tuduh aja”



β€œ Iya maaf, aku berharap masih bisa memperbaiki semuanya dek? β€œ



β€œ Dengan cara menguntit hidupku dan melukai siapa saja yang dekat denganku walaupun kita sudah tak ada hubungan apa-apa lagi? Iya? β€œ



β€œ Hanya itu yang aku bisa dek,”



β€œWalaupun itu salah? β€œ



β€œ Aku em... β€œ



β€œ Sudah? Mau kamu sekarang gimana Nu? β€œ



β€œAku mau kita kayak dulu lagi dek? β€œ



β€œBerani sama Ian? β€œ



β€œ Akan ku minta baik-baik”



β€œ Yakin? Kalau aku yang ngga mau pisah sama dia gimana”



β€œ Ya nasibku dek, β€œ



Ucap Danu pasrah, Herni benar-benar tak habis pikir, dia tau seperti apa kelakuannya, tapi Herni lega, tentu ia juga berharap Danu benar-benar bisa merubah diri, walau bagaimana pun Danu lelaki pertama yang pernah mengisi harinya, dengan diterimanya kedatangan Danu itu artinya Herni siap menjalani perjalanan yang sempat terputus karna ego, karna terlalu pendeknya pemikiran pada masa itu.



β€œ Satu hal yang perlu kamu tau Nu, waktu itu aku ngga ada hubungan apa-apa dengan teman kerjaku itu, dan sekarang setelah banyak yang kulalui sendiri dan aku menyandarkan rasa ke pemuda yang lebih muda dariku, kamu baru muncul lagi dengan sikap yang kamu rubah sedemikian rupa, berpikirlah lagi, jadilah dirimu sendiri itu lebih baik, aku tau kamu juga tau Nu, aku tak mau kejadian pahit terulang lagi. β€œ



β€œYa aku sadar aku salah, dan aku sadar, rasaku tak bisa kuberikan kepada yang lain dek β€œ


β€œLalu? β€œ



β€œ Aku masih menginginkan dirimu dek? β€œ



Herni terdiam, ia kembali memikirkan ucapan Ian tadi sore, secara terang-terangan Ian memang merelakan Herni kembali kepada Danu, hal itu membuat Herni menjadi ragu, itu karna di hatinya masih tersimpan sisa cinta untuk mantan suaminya.



β€œ Kamu harus berusaha keras merubah dirimu Nu, β€œ



β€œ Ya itu pasti dek, β€œ



β€œ Ya sudah, ini sudah malam aku pulang ya? β€œ



Ucap Danu lagi.
Herni tak menjawab, malah ia meraih tangan Danu saat Danu melangkahkan kakinya.



β€œ Janji ya? β€œ



Danu pun mengangguk, untuk pertama kali setelah perpisahannya, mata mereka beradu saling tatap, saling menyelami pikiran masing-masing.



β€œ Masih mau pulang? β€œ



Goda Herni, Danu pun tersenyum. Tatapannya yang biasa dingin kini berubah drastis, keduanya melihat sekeliling, sepi tak ada lalu lalang orang berjalan kaki.



Herni segera menarik lengan Danu.



Cklek.


Cklek.


Pintu pun tertutup rapat dan terkunci.



β€œ Jangan kasar lagi ya? β€œ



Ucap Herni sambil memeluk Danu, kehangatan yang dulu selalu menemani tidurnya kini berada dalam pelukannya.



β€œMaaf ya? β€œ



Cup


Herni menengadahkan kepala matanya menatap Danu seolah meminta penjelasan.



β€œ Secepatnya aku akan datang ke rumah untuk meminta izin sama bapak dan ibu dek, β€œ



β€œ Besok aku pulang”



Ucap Herni kemudian,



β€œ Kebetulan kalau gitu, tapi kita pulang dulu ke rumah ya? β€œ



Ucap Danu dan di balas senyuman oleh Herni,



β€œ Secepatnya, atau...



Muaach...


Bibir Herni berhenti berucap, dengan cepat Danu mengulum bibir mantan istrinya itu.



β€œ Dia yang memberiku jalan dek, aku patut berterima kasih padanya. β€œ



β€œDia pemuda baik Nu? β€œ



β€œ Aku tau”



Cup



Mereka kembali berciuman, dan saling mengulum, perlahan, tanpa melepaskan pelukan dan terus saling melumat kedua insan itu memasuki kamarnya. Gelora yang sempat padam beberapa tahun kini kembali membara, lebur sudah kekakuan selama ini.


Pagutan demi pagutan membawa Herni dan Danu dalam lautan birahi, pakaian yang mereka kenakan sudah terlempar dan berserakan di lantai, mereka saling bergumul mencurahkan rasa yang tertahan.

















Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd