Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Istriku Widya dan Para Preman Yang Menjadikannya Budak Seks

Part 13

Hari sudah berlalu dan kini selasa menjelang. Selasa ini, aku masih libur karena memang long weekend ini cukup panjang. Kepalaku terasa pening sekali, semalam aku nyaris tidak bisa tidur memikirkan apa yang terjadi kepada Widya.

Setelah disetubuhi dengan kasar oleh Kusni dan Somad, tubuh Widya sama sekali tak bergerak di malam hari itu. Aku sempat berfikir apakah Widya mati karena pemerkosaan itu. Ya aku memang sedang kecewa berat dengan Widya, karena ia sudah menyerahkan tubuhnya kepada para preman itu. Dan lebih lagi, karena ia sama sekali tak memberitahuku kalau ia sebenarnya mandul. Tapi, walau bagaimanapun, Widya masih istriku. Dan aku masih mencintainya.

Aku tahu jika ini semua aneh, tapi aku hanyalah manusia biasa. Aku menikahi Widya dahulu karena aku begitu mencintainya. Dan cinta itu masih ada di dalam hatiku sekarang ini.

Rasanya aku ingin sekali menelpon Widya dan menanyakan kondisinya. Tapi Parjo pernah memerintahku agar aku tak sekalipun menghubungi Widya ketika istriku bersama mereka. Aku hanya bisa pasrah dan mengikuti perintah Parjo karena para preman itu terus saja mengancam kami akan menyebarkan video mesum kami.

Hari terasa sangat panjang, detik-detik jam terdengar begitu kencang di telingaku.

“Ting!” Sebuah notifikasi tiba-tiba masuk.

Aku cek, ternyata benar itu adalah pesan dari Parjo. Sekali lagi pesan itu berisi video. Aku sangat penasaran dengan video kali ini. Apakah Widya masih selamat dan baik-baik saja?

“Jalan hati-hati ya non, awas jatuh.” Kata Parjo kepada Widya di video itu. Aku langsung lega melihat video itu. Ternyata Widya masih hidup dan baik-baik saja.

Kondisi Widya sekarang sedang jalan di sebuah jalan setapak dan disampingnya ada jurang yang agak dalam. Di bawah jurang itu mengalir sebuah sungai yang cukup jernih airnya. Nampak segar sekali air di sungai itu.

Widya sudah mengenakan kembali bikini yang ia pakai kemarin. Ia juga masih mengenakan jilbab yang tempo hari tidak ia lepas ketika bersetubuh dengan ketiga preman itu. Ia tidak menggendong tas besar dan di punggungnya.

Aku bisa melihat semburat-semburat bekas cambukan di punggung Widya. Meskipun bekas itu sudah tidak terlalu nampak lagi. Syukurnya, tidak ada juga luka permanen di sana. Aku rasa preman-preman itu meskipun menyiksa Widya, tapi mereka masih tidak melebihi batas.

Widya dan ketiga preman itu berjalan menyusuri jalan setapak, kemudian turun untuk sampai pada permukaan sungai. Sungai itu nampak tenang dan bersih. Jauh dari polusi di kota-kota besar. Mungkin air sungainya berasal dari mata air. Aku dengar banyak sekali mata air di pegunungan dekat kota ini.

Parjo nampak kencing di ujung sungai. Ia menurunkan sedikit celananya dan air kencing berwarna kuning pekat itupun mengucur dengarn deras. Setelah kencing, ia meminta Widya untuk mendekat.

“Non sini deh, bersihin kontol saya non!” Perintah Parjo.

Widya ikut saja perintah Parjo. Ia dekati Parjo dan berlutut di depannya. Kontol Parjo itu masuk begitu saja ke dalam mulut Widya.

Dengan sangat menurut, Widya membersihkan kontol Parjo dari bekas air kencingnya. Aku kembali merasa cemburu. Sebagai suaminya, Widya tidak pernah melakukan itu kepadaku. Dan kini ia justru mau dengan entengnya membersihkan sisa air kencing di kontol seorang preman.

“Cukup non.” Kata Parjo. “Sekarang non buka seluruh baju non lagi dan non mandi di sungai.” Perintah Parjo lagi.

Widya sekali lagi mengikuti perintah Parjo itu tanpa membantah. Ia lepas lagi bikini two pieces yang melekat di tubuhnya. Aku masih bisa melihat sisa-sisa penyiksaan Widya kemarin dengan jelas, apalagi kamera sekarang diarahkan cukup dekat.

“Kasihan non, badannya merah-merah gini. Kus, kamu keterlaluan kemarin.” Kata Parjo.

“Hehe, ya maaf bos. Non Widya sendiri kan katanya yang pengin agak beda. Ya udah aku kasih donk yang agak beda.” Kata Kusni.

“Haha iya, ya udah, gimana non, non seneng ndak disiksa kayak kemarin?” Tanya Parjo.

Widya mengangguk, tapi Widya tetap mengatupkan bibirnya. Parjo kemudian mencium Widya yang sudah dalam keadaan nyaris telanjang itu kecuali jilbab di kepalanya.

“Lain kali, kita bakal bikin non seneng lagi.” Kata Kusni.

“Sekarang, non mandi dulu.” Perintah Parjo.

Kusni dan Somad tiba-tiba memegangi tangan dan kaki Widya. “Eh apa-apaan ini?” Ucap Widya. Kusni dan Somad lalu mengayun-ayunkan tubuh Widya dan melemparnya ke dalam sungai.

Byurrr!!

Aku baru ingat, Widya tidak mahir berenang! Benar saja, tak perlu waktu lama, Widya tiba-tiba gelagapan minta tolong.

“Tolong, tolong, aku tidak bisa berenang. Airnya dalem, tolong!!” Widya berteriak sambil tangannya menggelepar-lepar di udara.

Para preman itu hanya tertawa-tawa saja melihat Widya. Mereka hanya merekam istriku minta tolong dan pelan-pelan terbawa arus sungai.

“Tolong, tolong!” Ucap Widya dengan suara yang semakin jauh.

Para preman itu masih tak bergeming. Mereka masih menonton saja Widya dari pinggir sungai. Walaupun kali ini mereka pelan-pelan mengikut Widya yang mulai terbawa arus.

“Tolong, aku mohon, tolong.” Rintih Widya sambil gelagapan air.

“Ayo, gerakin badan non! Ndak usah takut!” Ucap Kusni.

“Iya, ayo non, gerakin aja badan non! Pasti bisa berenang.” Tambah Somad.

Widya sudah panik bukan main. Pasti ia tak bisa berfikir dengan jernih. Aku hanya bisa melihat tubuh telanjangnya mulai timbul dan tenggelam. Dan kulit halusnya yang terkena air itu justru nampak begitu menggairahkan. Aku merasa terangsang sekali.

Melihat adegan Widya yang nyaris tenggelam, aku malah mulai mengocok kemaluanku. Entah mengapa, aku jadi sangat terangsang melihat istriku tersiksa seperti itu.

“Aku mohon, blupp blupp, bluupp, tolong aku.” Pinta Widya.

Parjo dan kawan-kawan masih saja tertawa-tawa.

“Kalau non ndak mau usaha coba renang, non mati lho.” Ucap Kusni.

Tak berapa lama, tubuh Widya tak lagi muncul di permukaan. Aku bahkan tak tahu di mana ia berada sekarang ini.

“Yah ilang beneran nih si Non.” Ucap Parjo.

“Gimana bos, mau aku bantuin?” Tanya Kusni.

“Ya udah sana, bantuin.” Kata Parjo.

Kusni membuka kaos dan sekalian celananya. Ia melompat-lompat diantara batu-batu sungai dan kemudian menceburkan diri di air. Byurr, Kusni masuk ke dalam air dan berenang untuk mencari Widya. Tak butuh waktu lama, ia berhasil menemukan Widya dan mengangkat tubuhnya.

Dengan mudah, Kusni menggotong tubuh Widya dengan kedua tangannya. Nampak Widya sudah lemah sekali kehabisan nafas. Dan ternyata, sungai itu tak begitu dalam. Kusni masih bisa berdiri dengan baik dengan air setinggi dadanya.

Rupanya, para preman itu sudah tahu kalau sungai itu memang tidak begitu dalam. Karena itu mereka sengaja tidak menolong Widya dari tadi. Tapi ternyata Widya tetap saja panik dan nyaris tenggelam. Padahal kalau dia tenang, setidaknya pundak Widya bisa diatas air.

Kusni membaringkan Widya atas rumput pinggir sungai. Ia nampak kelelahan dan matanya tertutup. Tubuh telanjangnya nampak basah oleh air dan kulitnya begitu mengkilat. Jilbab yang Widya kenakan juga nampak tembus pandang. Rambutnya samar-samar terlihat dengan jelas dari luar.

“Aku mau kasih bantuan nafas buat si non.” Kata Kusni.

“Emang bisa Kus? Belajar dari mane?” Ujar Parjo.

“Haha, tenang bos, aku bisa lah kalau cuman gitu.” Tambah Kusni.

Kusni memberikan nafas buatan lewat bibir Widya. Namun ia melakukannya seperti sedang ciuman. Sudah jelas jika Kusni tidak bisa melakukan nafas buatan.

Kusni juga melakukan CPR, biasanya dilakukan dengan menekan-nekan dada agar pacu jantung kembali berdenyut. Tapi bukannya memberikan CPR di sekitar jantung, Kusni justru menekan-nekan dada Widya sambil meremasi payudaranya. Posisi Kusni juga sekarang menduduki perut Widya dengan kontol menjuntai karena ia tidak mengenakan celana.

“Huff huff, ayo non nafas lagi!” Kata Kusni sambil terus menekan-nekan dada Widya. Atau lebih tepatnya menekan dan meremas-remas payudara Widya.

“Kayaknya bukan gitu deh Kus caranya.” Ujar Somad sambil merekam video.

“Bodo amat lah, lagian kalau dia mati ya tinggal kita buang mayatnya.” Ujar Kusni lagi sambil tertawa-tawa.

Kusni tambah kurang ajar, ia jejalkan kontol hitamnya itu di antara kedua buah ada Widya. Buah dada Widya Kusni tekan supaya mencepit kemaluan preman itu. Setelah itu, ia tekan-tekan lagi dada Widya seperti melakukan CPR.

“Hehe, enak nih bos, empuk.” Kata Kusni.

“Wah bisa aja Kus!” Sahut Parjo.

Kusni terus saja menekan-nekan payudara Widya yang ia gunakan juga untuk menjepit kontolnya. Ia tekan-tekan terus dada Widya hingga kontolnya akhirnya muncrat. Orgasme Kusni hampir bersamaan dengan kembali sadarnya Widya dari pingsan. Istriku nampak batuk-batuk sambil berusaha mencari nafas.

Widya nampak kaget ketika tersadar dari pingsan. Ia juga nampak kaget karena cairan peju Kusni menyemprot dengan deras di dada dan wajahnya. Sungguh kasihan Widya, ia tidak hanya digunakan sebagai pemuas nafsu para preman itu, tapi juga sebagai bahan fantasi aneh-aneh dari mereka.

“Tolong, uhukk, uhuuk, tolong uhukk.” Kata Widya terbatuk-batuk. Peju yang menyemprot ke muka dan mulut Widya beberapa ada yang tak sengaja ia telan.

“Nah berhasil kan. Kusni gitu lho.” Kata Kusni bangga setelah membuat Widya siuman.

“Haha, bisa aja kamu Kus.” Tambah Parjo.

Widya masih terbatuk-batuk ketika Kusni bangkit dari tubuhnya. Ada air yang keluar dari mulutnya, tanda jika memang Widya menelan cukup banyak air sungai. Nafas Widya terdengar parau, namun perlahan-lahan ia bisa menyesuaikan diri.

“Tenang Non, tenang.” Kata Parjo sambil jongkok dan mengelus-elus Widya. “Tarik nafas yang dalam, terus keluarin lagi.” Tambah Parjo.

Setelah beberapa waktu, Widya akhirnya bisa bernafas dengan baik. Ia tak lagi terbatuk-batuk dan pucat di wajahnya mulai menghilang.

“Nah dah tenang kan non. Sekarang non mandi sana. Tapi jangan jauh-jauh, nanti tenggelam lagi.” Ujar Parjo. “Masih banyak sisa peju di badan kamu non. Nanti kalau orang lain liat gimana?” Ujar Parjo semaunya sendiri.

Aku lihat, tubuh Widya masih lemas, tapi mau tak mau ia ikuti kemauan Parjo. Perlahan, Widya kembali mencelupkan tubuhnya ke dalam sungai namun ia tak berani jauh-jauh.

“Nih pakai sabun buat bersihin badan non!” Kata Parjo sambil melemparkan sebuah sabun batang ke Widya.

Dengan malu-malu, Widya nampak mulai menyabuni tubuhnya. Aku merasa pemandangan di sana ganjil sekali. Seorang wanita dengan jilbab, tubuhnya telanjang, mandi di sungai, dikelilingi tiga orang preman berwajah sangar. Ini benar-benar sudah seperti adegan film porno kelas atas. Gila sekali Widya mau melakukan ini.

“Sini aku bantuin non, biar sekalian saya jagain non biar ndak kebawa arus lagi.” Kata Kusni.

Preman itupun kembali masuk ke dalam sungai. Ia bantu menyabuni tubuh Widya. Tapi apa yang Kusni sabuni sebagian besar adalah payudara, kemaluan, dan dubur dari istriku. Aku baru sadar, jika knob yang semalam dipasang Kusni di dubur Widya sampai sekarang masih bersarang di sana. Kusni sembat membengangkan dubur istriku dan menyabuni-nya. Di saat itu aku bisa melihat knob besi masih tertancap di dalam dubur Widya.

“Sekalian non, mau keramas ndak? Copot aja jilbabnya.” Kata Kusni.

Widya menggelengkan kepala. “Tidak, aku mohon jangan.” Pinta Widya.

Kusni tertawa saja mendengar kata-kata Widya. Untuk permintaan ini, ia menuruti Widya. Ia tak copot hijab istriku. Aku sama sekali tidak mengerti mengapa para preman itu terus membiarkan Widya mengenakan hijab. Mungkin mereka menghormati pilihan Widya, tapi mungkin juga karena Widya lebih menggairahkan dengan memakai hijab seperti itu.

“Aku juga mau ikut.” Kata Somad, ia serahkan kamera ke Parjo dan meneruskan rekaman video itu.

Somad juga melepas bajunya, sehingga preman itu kini telanjang. Jadilah Widya dimandikan oleh 2 orang preman sekaligus. Mereka tentu saja memandikan Widya secara mesum. Tubuh istriku itu disabuni dan digerayangi dengan seenak jidat. Bahkan mereka menyabuni leher istriku yang tertutup jilbab. Istriku kadang menghalangi tangan-tangan mereka, tapi kadang sesekali Kusni dan Somad masih saja ngeyel.

“Ini, bagian dalemnya disabuni juga.” Kata Somad sambil merogoh memek Widya dengan jari-jarinya.

“Ah, jangan, ndak usah, aduh.” Rintih Widya ketika jari-jari kasar dan gemuk Somad itu masuk ke dalam memeknya. Somad juga terlebih dahulu menyabuni tangannya sebelum mengocok memek Widya sehingga memek istriku itu dipenuhi dengan busa sabun.

“Hehe, biar bersih non, kan tadi malem memek non kita peju-in.” Ucap Somad seenaknya.

Kusni tak mau kalah, ia terus menyabuni payudara, ketiak, dan juga pantat Widya. Ia bahkan meremas-remas payudara Widya dengan lapisan sabun di tangannya. Remasan itu lama kelamaan membuat Widya terangsang. Apalagi tiga jari Somad kali ini sudah merogoh masuk ke dalam memek Widya.

Memek Widya yang sudah sangat basah itu sampai menimbulkan bunyi kecipak ketika dikocok oleh Somad. Tiga jari Somad itu benar-benar membuat memek Widya membuka lebar. Aku tidak tahu apakah memek Widya lama kelamaan akan rusak akibat ulah para preman ini.

Aku hanya bisa membayangkan jika kontolku yang tidak terlalu besar ini mungkin suatu saat sama sekali tidak bisa dijepit oleh memek Widya. Mungkin memek istriku benar-benar akan dower nantinya. Jika itu sampai terjadi, aku tidak bisa lagi menikmati persetubuhanku dengan Widya. Tapi membayangkan hal itu, kontolku berdiri tegak bukan main.

Aku hanya berharap, Preman itu tidak memasukan lagi lebih banyak jarinya ke dalam memek istriku. Atau bahkan memasukan seluruh kepalan tangannya kesana. Jika sampai seluruh kepalan tangan preman itu bisa masuk ke memek Widya, maka berakhir sudah. Kontol kecilku ini tak mungkin mampu lagi memuaskan Widya. Dan aku juga tak mungkin merasakan nikmat bercinta dengan Widya.

Syukur, tak berapa lama kemudian, Widya mengalami orgasme yang hebat. Tubuhnya berkelenjotan di air sungai dalam pelukan Kusni dan kocokan tangan Somad.

“Hehe, nyampe juga si non.” Kata Kusni.

“Iya, tadi bilang ndak-ndak.” Tambah Somad.

Video kali ini berhenti di sana. Dan ketika aku buka messenger, ternyata sudah ada video lain yang dikirimkan oleh Parjo.
 
mw bilang tanggung tapi sudah dikasih up, ya akhirnya cuma bisa berharap cepet ada up lagi... makasih ya Hu udah dikasih penyegar buat junior ane hehehehe
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd