Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Istriku Widya dan Para Preman Yang Menjadikannya Budak Seks

Part 11

“Mbak Widya mandul mas!” Kata Nadia.

Aku terkejut bukan main mendengar hal itu.

“Nad, kamu jangan ngomong sembarangan.” Kataku.

“Aku tidak bicara sembarangan mas. Aku yang menemani mbak Widya periksa ke dokter. Dan hasil pemeriksaan menunjukan kalau Mbak Widya itu mandul. Waktu itu ia sengaja tidak mengajak mas, karena ia bilang mas lagi ada tugas ke luar kota selama satu minggu.”

Aku benar-benar terkejut mendengar pernyataan Nadia.

“Kamu tidak berbohong Nad?” Tanyaku dengan nada bicara nyaris bergetar.

“Mas, aku berani bersumpah, aku membaca sendiri hasil pemeriksaan Mbak Widya. Ia menangis ketika membaca hasil pemeriksaan itu. Bahkan sampai 3 hari lamanya aku temenin Mbak Widya di rumah ini.” Katanya.

Aku ingat beberapa bulan yang lalu aku memang bertugas ke luar kota. Dan ketika aku bertugas, Widya pernah tidak mengontak aku selama beberapa hari. Sekarang aku tahu penyebabnya.

Aku syock, tubuhku membeku dan nyaris jatuh. Nadia yang masih memeluk tubuhku mencoba untuk menahanku. Ia membopongku ke kursi di depan televisi.

“Maafkan aku, tidak seharusnya aku bilang ini kepadamu mas. Aku kira Mbak Widya sudah menceritakan semuanya.” Kata Nadia.

Aku masih benggong, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja beredar di depanku. Entah mengapa aku tak paham, mengapa Widya menutupi semua informasi ini dariku. Dan bahkan sampai memasang spiral dengan dalih agar tidak hamil akibat persetubuhan Widya dengan para preman itu.

Aku menangis dan menatap kosong ke langit-langit. Suami macam apa aku ini, aku tidak tahu kalau istriku sendiri itu ternyata mandul, dan aku juga biarkan istriku bermain serong dengan para preman itu. Aku merasa, hidupku benar-benar hancur.

“Mas,” Kata Nadia. Ia duduk di sampingku dan bersandar ke pundakku. Tangannya mencoba menggenggam tanganku.

“Nad,” Kataku. “Aku pengin ngentot!” Tambahku dengan tiba-tiba.

Nadia nampak kaget mendengar kata-kataku itu. Dan lucunya, aku merasa kaget lebih kaget lagi. Entah mengapa aku sampai hati mengatakan itu.

Nadia menarik tanganku untuk berdiri, ia sendiri sudah lebih dulu berdiri. Ia membuka jilbab yang ia kenakan, sehingga rambut lurus indahnya itu tergerai begitu saja. “Yuk kamar mas.” Kata Nadia melanjutkan. “Jangan di sini.” tambahnya lagi.

Sesampainya di kamar, Nadia mencium bibirku. Aku merasakan, bibirnya yang hangat dan lembut itu, serta wangi parfum yang ia kenakan. Aku tidak pernah sedekat ini dengan Nadia, dan kini aku sadari jika Nadia benar-benar cantik. Tidak kalah cantik dengan Widya istriku.

Cupp, cupp, cupp, kami berciuman bagaikan sepasang kekasih yang dimadu asmara. Lidah kami saling beradu dan liur kami saling bertukar. Aku bisa merasakan nafas panjang Nadia membuai kulit wajahku.

“Nad.” Kataku mencoba berkata-kata. Tapi Nadia buru-buru membungkam mulutku dengan jari telunjuknya.

“Stt, mas diam aja.” Katanya.

Kami lalu berciuman kembali dan saling beradu lidah. Sudah lama rasanya aku tidak berciuman sepanas dan sebergairah ini. Terutama sejak Widya dikuasai para preman itu.

Kami saling beradu pandangan setelah ciuman panas itu. Aku menatap wajah Nadia yang cantik yang mempunyai kesan sedikit tomboy dengan potongan rambut sebahu-nya yang lurus itu. Aku ingin kembali berucap, tapi Nadia kembali melarangku dengan kembali membungkam mulutku dengan satu jari telunjuknya.

Perlahan, Nadia turun bersimpuh di hadapakanku. Jari-jemarinya membuka celana panjang yang aku kenakan hingga celana itu turun ke atas lantai. Tanpa menunggu lama, Nadia juga menurunkan celana dalamku sehingga kemaluanku yang sudah berdiri dengan tegak itu mengacung tepat di hadapakan wajah Nadia.

Kemaluanku kini berdiri dengan sangat tegak. Entah mengapa aku merasa bergairah sekali. Apalagi melihat sosok Nadia yang kini bersimpuh di hadapanku.

Jari-jemari Nadia membelai-belai batang kemaluanku. Aku merasa kulit tangannya begitu lembut bahkan sedikit lebih lembut dari kulit tangan Widya. Belaian tangannya juga terasa begitu nikmat. Aku sama sekali tidak mengira jika Nadia mampu melakukan ini. Selama ini, aku mengira jika Nadia adalah seorang gadis lugu dan alim. Tak aku sangka ia bisa memainkan jarinya seperti itu di kemaluanku.

Satu tangan Nadia kini membelai-belai lembut buah zakarku. Entah mengapa ini sangat nikmat bagiku. Rasanya seperti melayang ke surga dunia. Aku nyaris tidak peduli lagi jika wanita yang ada di depanku ini masih saudara istriku sendiri.

“Ahh,” Aku merasa seperti tersetrum ketika lidah Nadia menjilat ujung bibir kemaluanku. Ujung kemaluanku sangat sensitif ketika disentuh, apalagi ketika dijilat oleh lidah. Entah dari mana, Nadia tahu titik-titik lemah tubuhku.

Nadia menatapku dari bawah sambil tersenyum. Ia seperti tahu jika aku merasa sangat terangsang dengan jilatan lidahnya itu. Ia bahkan sempat menggodaku dengan cara kembali menjilati ujung kemaluanku sembari melihat ekspresi belingsatan di wajahku. Dan ia terus saja tersenyum ketika tahu aku sangat terangsang.

Nadia menyibabkan rambut indahnya itu ke belakang telingga. Cantik sekali ia ketika melakukan itu. Namun, satu hal yang membuatku lebih terkesima lagi, ia langsung memasukan kemaluanku ke dalam mulutnya.

“Oh shiit!” Kataku sekonyong-konyong.

Aku langsung merasakan hangat, lembut, dan nikmatnya bibir Nadia. Satu hal yang sudah lama sekali tidak aku rasakan dari Widya. Nadia memasukan kemaluanku sebatas kepalanya di dalam mulutnya. Lidahnya menari-nari memainkan kepala kemaluanku. Sementara itu tangannya masih merangsangi batang dan buah zakarku.

90188728.jpg

Nadia

Nadia menatapku kembali sambil terus memainkan kemaluanku. Ia melepaskan kulumannya di kemaluanku sambil kembali tersenyum. Ia seolah puas dan bangga bisa membuatku belingsatan. Di dalam batin, aku hanya bisa berkata, pria mana yang tidak akan belingsatan disepong oleh gadis secantik ini.

Nadia kembali memasukan kemaluanku di dalam mulutnya. Kali ini ia memasukannya sedalam yang ia bisa. Hampir seluruh batang kemaluanku ia telan di dalam mulutnya.

Hangat, rasanya benar-benar hangat dan nikmat. Kuluman Nadia bahkan aku rasa jauh lebih enak dari yang pernah Widya berikan. Terlebih lagi, Nadia benar-benar tahu di mana aku merasakan nikmat paling besar.

Saking nikmatnya sepongan Nadia, aku harus menghentikan sepongan itu. Aku khawatir aku tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kemaluanku sudah tegang bukan main. Jika Nadia terus menyepongku, bisa-bisa sebentar lagi aku orgasme.

Nadia nampak mengerti, ia kembali tersenyum, berdiri, dan menciumku lagi dalam posisi saling berpelukan. Sambil berciuman, Nadia mulai melepaskan satu per satu kancing kemeja-nya. Kemeja itupun terlepas tak lama setelah itu. Menampilkan kulit kuning langsatnya yang begitu halus.

Nadia mempunyai kulit yang begitu menawan. Kulitnya kuning langsat, nyaris tanpa cacat. Aku bisa melihat payudaranya yang terbungkus bra berwarna hitam. Payudara itu ukurannya tidak begitu besar, namun nampak indah dan kencang.

Nadia kembali ternsenyum, melihat ekspresi wajahku yang mungkin melongo seperti orang bego. Ia mengajaku untuk ke ranjang. Tubuh Nadia bersandar di bantal dan ia kemudian melepaskan bra berwarna hitam yang ia kenakan. Kini aku bisa melihat dengan jelas payudara berukuran sedang itu, dengan puting susu berwarna cokelat muda. Puting susu Nadia sudah mengacung hebat, tanda jika ia juga merasa terangsang.

Tanpa berkata-kata, Nadia mendorong kepalaku ke arah payudaranya. Aku paham apa yang Nadia inginkan, meskipun ia sama sakali tak berkata apa-apa. Bercumbu tanpa sepatah kata apapun ini benar-benar membuatku sangat bergairah.

Perlahan, aku kecup payudara Nadia. Nadia sempat melenguh dan seperti merasa kegelian. Mungkin karena kumis tipisku yang lupa aku cukur. Aku jilati puting susu Nadia yang mungil itu. Alhasil, puting susu Nadia semakin terlihat mengacung.

Sampai detik ini, aku sudah mulai lupa jika Nadia adalah adik sepupu istriku. Aku juga sudah mulai lupa jika kami seharusnya tidak melakukan hubungan ini. Nasi sudah menjadi bubur, semua sudah kepalang tanggung. Masa bodoh apa yang akan terjadi di masa mendatang. Untuk saat ini, aku hanya ingin merengkuh kenikmatan dari Nadia.

Aku jilat, kulum, dan sedikit gigiti puting susu Nadia. Aku merasa gemas sekali dengan puting susu itu. Bagiku, Nadia masih sama seperti dulu. Seorang anak SMA yang lincah dan lugu. Tanpa ragu, aku menelanjangi diriku, membuang baju atasan yang masih aku kenakan. Aku sekarang sudah telanjang bulat, tanpa ada sehelai baju yang aku kenakan.

Payudara Nadia itu aku belai dan aku remas-remas. Nadia terus merintih merasakan rangsangan demi rangsangan yang aku berikan. Suara lenguhan Nadia terdengar begitu centil namun sama sekali tidak ada kesan murahan. Aku suka suara lenguhan seperti itu.

Sambil payudaranya aku cumbu, Nadia ternyata mulai melepaskan celana yang ia kenakan. Celana kain itu cukup mudah terlolosi dari kaki jenjangnya. Menyusul kemudian celana dalam hitam yang ia kenakan. Kini, Nadia sudah benar-benar polos tanpa ada satupun kain melekat di tubuhnya.

Dengan sedikit tatapan nakal, Nadia membuka selangkangannya. Kedua kakinya membuka membentuk huruf M. Kemaluannya nampak terlihat dengan bulu-bulu halus dan tipis nampak tercukur rapi di sekitarnya.

Tanpa berfikir panjang, aku lahap kemaluan Nadia. Vagina adik sepupu istriku itu terasa gurih dengan aroma khas wanita. Aku jilat kemaluan Nadia, aku sedot cairan yang keluar dari dalamnya, aku paksa lidahku untuk masuk ke dalamnya.

Nadia melanguh panjang, dan mungkin menggeliat tidak karuan. Aku tak bisa melihat dengan jelas reaksi Nadia sekarang ini karena aku terlalu sibuk untuk mengoral memeknya. Memek Nadia sudah becek sekali, mungkin memang ia juga sudah terangsang sedari tadi.

Memek Nadia masih terlihat begitu sempit. Aku tidak tahu apakah ia masih perawan atau tidak. Tapi, aku tidak ingin memikirkannya lebih jauh. Aku sudah kepalang tanggung, nafsuku sudah berada di ujung kepala. Aku yakin, Nadia juga merasa seperti itu.

Aku mendorong pinggul Nadia ke samping. Tanpa aku bicara, Nadia mengerti jika aku menyuruhnya untuk menungging. Sungguh, kami seperti dua pasang kekasih atau suami istri yang sudah lama bersama. Saling mengerti satu sama lain tanpa perlu mengucapkan kata. Setelah Nadia menungging, aku bisa melihat dengan jelas kemaluannya dari belakang. Aku juga bisa melihat dengan jelas lubang duburnya. Kedua lubang itu nampak menggairahkan. Warnanya sedikit kecoklatan muda, sedikit lebih coklat dibandingkan dengan kulit kuning langsatnya. Tapi semua itu tidak membuatnya jelek. Justru warna kontras itu membuatnya nampak lebih menggairahkan.

“Ugghh, hmph!” rintih Nadia ketika aku mulai menjilati duburnya.

Ya, aku menjilati dubur adik sepupu istriku itu. Aku tidak lagi merasa jijik untuk melakukannya. Aku juga tak merasa segan. Lidahku menyapu dubur Nadia, sambil jariku membelai-belai kemaluannya. Tubuh Nadia yang mungil itu berkelenjotan bukan main. Ia seperti orang yang tersengat listrik tegangan tinggi.

Aku mungkin sudah gila, gila dengan adik sepupu istriku sendiri. Aku tidak pernah menyadari betapa cantik dan menawan Widya ini. AKu selalu melihat Widya jauh dari Nadia. Namun sekarang ini, aku baru tahu jika Nadia juga seorang bidadari, sama seperti Widya.

Lidahku terus menyapu kulit Nadia. Tak segan lidahku menyapu ke bagian dalam dubur Nadia. Rasanya sedikit anyir, namun tak mengapa. Aku sama sekali tak merasa jijik. Justru aku merasa begitu bergairah menjilati dubur mungil itu.

Tubuh Nadia tertekuk ke bawah, ia nampak begitu menikmati jilatan-jilatanku. Payudaranya yang mungil itu kini tertekan diatas kasur. Mungkin ia sudah hilang kendali seperti diriku. Oh Nadia, andai saja aku tahu kamu suka sama aku. Mungkin hidupku akan sama sekali berbeda dari sekarang.

Nadia kembali membalik tubuhnya, ia terlentang dengan kedua kaki terbuka. Wajahnya yang sudah sayu itu menatap lekat ke arahku. Seolah memberikan tanda jika ia sudah siap sepenuhnya untuk menerima diriku.

Aku pegang batang kontolku yang sudah mengeras. Tak kusangka, kontolku sudah mengeras begitu kencang. Kontolku nyaris tidak pernah setegang ini, kecuali ketika melihat Widya sedang disetubuhi oleh para preman.

Aku mulai menggesekan kemaluanku di bibir vagina Nadia. Sepupu istriku itu kembali tertengadah sambil melenguh bukan main. Cairan bening meluber keluar dari mulut vagina Nadia dalam jumlah banyak sekali. Bahkan tak sedikit yang membanjiri seprei kasur tempat tidurku.

Nadia mengangguk pelan ketika aku mulai melakukan penetrasi. Sampai detik ini, aku tak tahu apakah Nadia masih perawan atau tidak. Yang aku tahu, kemaluanku pelan-pelan mulai merangsek masuk ke vaginanya yg sempit.

Gila, ini gila, selama pernikahanku hingga pagi ini, aku sama sekali tak terfikir untuk selingkuh. Bahkan setelah Widya melakukan hubungan tak senonoh dengan para preman itu. Aku masih mencoba untuk setia kepada Widya. Tapi Nadia meruntuhkan semua pertahananku. Aku tak berdaya di hadapannya.

Tak butuh waktu lama agar batang kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Nadia. Aku terkejut ketika tahu jika Nadia ternyata sudah tidak lagi perawan. Terbukti dengan cukup mudahnya kontoku masuk ke dalam memeknya tanpa halangan berarti. Tapi aku tak mau berfikir lebih jauh lagi. Sensasi nikmat jepitan memek Nadia seketika membuatku melayang. Jepitan vagina Nadia bahkan lebih enak dari jepitan memek istriku.

Aku mulai menggoyangkan pinggulku, kemaluanku yang ukurannya tak seberapa itu mulai menusuk-nusuk vagina Nadia. Entah mengapa, aku memperoleh sensasi berbeda ketika menyetubuhi Nadia. Aku merasa bisa bertahan lebih lama, aku merasa lebih perkasa. Batang kemaluanku bahkan berdiri lebih keras dari biasanya.

Apakah ini semua pertanda? Pertanda jika aku memang sebetulnya berjodoh dengan Nadia?

Aku bisa melihat Nadia begitu menikmati sodokan-sodokan kemaluanku. Wajahnya meringis dan matanya tertutup merasakan sensasi nikmat. Tubuh mungilnya tersentak-sentak menanggapi sodokanku. Dan buah dadanya yang sedang itu ikut bergoyang-goyang mengikuti irama permainan kami.

Ada rasa gemas yang menjalar ke tubuhku melihat tubuh Nadia. Di dalam otakku, ia masih gadis SMA yang pernah menjadi muridku ketika aku mengajar les dahulu. Wajahnya, perawakan tubuhnya, dan tingkah lakunya masih seperti dahulu. Bedanya, dahulu ada jarak diantara kami, sebagai seorang guru les dan muridnya. Namun sekarang, alat kelamin kita saling bersatu, tubuh kami saling menyatu.

Samar-samar, aku mulai mendengar Nadia merintih. Ia mencoba menutupi lenguhan dari bibirnya dengan tangan. Namun aku masih mampu mendengarnya dan bahkan semakin jalas.

Nadia imut sekali, Nadia cantik sekali. Aku terus genjot tubuhnya yang mungil itu seolah aku sudah kesetanan. Entah mengapa, bersama Nadia, aku bisa seliar ini. Entah mengapa juga aku bisa terus menerus menggenjot memeknya tanpa merasa ingin cepat-cepat ejakulasi.

Bukan berarti memek Nadia tidak enak. Memek Nadia benar-benar nikmat dan sangat menjepit. Tapi entah bagaimana, kontolku bisa bertahan selama ini. Waktu benar-benar berlalu sangat cepat, 5 menit berlalu, 10 menit berlalu, dan kini lebih dari 15 menit aku sudah menggenjot Nadia. Tidak pernah sebelumnya aku bisa bertahan selama ini ketika berhubungan badan dengan Widya. Biasanya aku hanya bisa bertahan 5 menit lamanya, bahkan kurang dari itu.

Nadia menggenggam lenganku, tanpa berkata-kata aku bisa tahu kalau ia menyuruhku berhenti sejenak. Ia menepuk-nepuk kasur di sebelah, tanda jika ia ingin aku sekarang di bawah. Aku menurutinya, aku rebahan sekarang dan membiarkan tubuh Nadia perlahan naik ke atas tubuhku.

Nadia genggam kemaluanku yang berlumur cairan cinta kami. Perlahan, ia masukan kembali kontolku di dalam memeknya. Rasa hangat dan jepitan nikmat itu kembali aku rasakan.

Nadia mulai menaik turunkan tubuhnya di atas kontolku. Tubuh mungilnya itu nampak begitu menggemaskan ketika ia menggenjotku. Rambutnya yang berantakan itu ia sibak ke belakang. Ia nampak begitu seksi dan menggairahkan ketika melakukan itu.

Dalam posisi di atas, Nadia bisa bergerak lebih leluasa. Ia bisa mempercepat dan memperlambat tempo sodokan kontolku di dalam memeknya. Akupun merasa nikmat bukan main. Aku bisa rebahan dan merasakan jepitan memek Nadia tanpa perlu capek-capek menggerakan pinggulku.

“Nad, aku mau sampai.” Kataku memecah keheningan. Setelah 5 menit Nadia berada di atas tubuhku. Aku merasa sudah tidak bisa bertahan lagi.

Nadia tersenyum mendengar perkataanku. Aku kira ia akan memperlambat goyangan pinggulnya, namun justru semakin mempercepatnya. Aku menjadi cukup panik karena aku tidak mengenakan pengaman saat ini.

“Nad, stop Nad, aku bisa keluar.” Kataku.

Namun Nadia seolah tidak peduli. Ia terus menggenjot kemaluanku secara kencang. Wajahnya sudah memerah dan aku yakin ia juga akan mencapai puncak sebentar lagi.

Tidak lama setelah itu, akupun mencapai puncak. Aku mengalami orgasme dengan kemaluan masih tertancap erat di dalam lubang memek Nadia. Cairan peju-ku menyembur begitu banyak karena aku sudah lama tidak masturbasi.

Di sisi lain, Nadiapun aku lihat mencapai puncaknya. Tubuhnya melenting di atas tubuhku dan mengalami kedutan beberapa kali. Setelah itu, tubuh Nadia ambruk di atasku.

Aku bisa merasakan hangat payudara Nadia di atas dadaku. Nafasnya terengah-engah sangat berat dan aku masih bisa merasakan kedutan-kedutan orgasme di dalam memeknya. Ya, sampai sekarang kontolku masih tertancap di dalam memek Nadia. Walaupun kontolku perlahan mulai mengecil dan melemas.

Kami sempat beristirahat sejenak. Posisi Nadia masih tumbang di atas tubuhku. Nadia masih tidak mengeluarkan satu katapun sedari tadi. Yang bisa aku dengar dari mulutnya hanyalah suara nafasnya yang masih terengah-engah.

Jujur aku tidak tahu harus berkata apa. Apakah Nadia marah kepadaku? Ah aku yakin tidak. Jika ia marah, pasti ia sudah lari dariku sedari tadi. Apakah ia kecewa kepadaku? Atau ia kecewa kepada dirinya sendiri?

Apa yang kami perbuat memang tidak patut dilakukan. Apalagi mengingat Nadia adalah adik sepupu dari istriku sendiri. Apa yang akan terjadi kepadaku dan Nadia setelah ini? Dan lebih lagi, apa yang akan Widya lakukan jika tahu kejadian ini?

Nadia pulang tidak lama setelah itu. Ia pulang begitu saja tanpa berkata satu patah katapun kepadaku. Ia bahkan tidak repot-repot membersihkan sisa pejuku yang masih ada di dalam memeknya. Begitu ia mencabut kontolku yang sudah lemas, tetesan pejuku keluar dari dalam memeknya. Tetesan itu jatuh ke atas selangkanganku dan sebagian lagi jatuh di atas kasur. Nadia langsung mengenakan celana dalam dan baju yang tadi ia kenakan. Tanpa merasa risih jika kemaluannya masih penuh dengan pejuku yang lengket.

Ketika pulang, Nadia sempat mengecup keningku. Kemudian spontan ia mengecup bibirku lagi sambil menatap wajahku tajam. Ia beranjak setelah itu, meninggalkan aku yang diam terpaku di atas kasur. Aku tahu ini semua salah, tapi aku lebih tahu lagi kalau ini semua nikmat. Benar-benar nikmat.
 
Buat porn nya widya hu selama di jadi budak sex nya parjo biar tambah menarik cerita nya
 
"Ha! Ha! Ha!" Tawaku malam ini di tengah gemuruhnya hujan.
Kuhisap sebatang rokok dalam-dalam, kemudian menghembuskannya dengan perlahan hingga asap mulai mengepul di udara.
"Semoga tetap konsisten dan diberi kesehatan selalu untuk Sang penulis," ucapku yang menikmati alunan melodi dari gemuruh hujan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd