Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA - INEFFABLE -

Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Mantaaaap ada yg bikin Anin lagi :adek:

Suka banget naik turun emosinya disini, ditunggu update berikutnya hu!
 
drlxjpnob

Part 5 : Melliflous



Hari ini agendaku adalah menjemput Anin dan mengantarnya pulang ke kediamannya, karena hari ini jadwal kuliahku kosong sehingga banyak waktu yang bisa kuhabiskan dengannya nanti. Aku singgah di Lippo Mall Kemang untuk membelikan titipannya sebelum menjemputnya di kampusnya nanti. Aku mampir di suatu toko kosmetik disana untuk membelikan titipan Anin, entah kenapa ada rasa malu saat aku masuk kesini, karena sejauh mata memandang toko ini diisi oleh kaum Hawa dan aku makhluk berbatang sendirian disini.

“Misi mbak, ada Lipbalm nggak?” tanyaku kepada seorang spg disana.

“Ada mas, mau yang merk apa?”

“Loh lipbalm itu bukannya merk mbak?”

“Bukan mas, lipbalm itu pelembap bibir,”

“Ohh...., temennya lipstick ya mbak?”

“I....iya deh mas,” mbak-mbak spg itu tampak pasrah meladeni pertanyaanku.

Setelah bertanya ngalor-ngidul tentang lipbalm yang mana adalah temannya si lipstick, aku singgah di suatu cafe untuk sekedar minum teh dan merokok, menunggu kabar Anin yang belum mengabariku sedari pagi.

*Line!* Suara pesan masuk aplikasi Line-ku.

Anin : Jemmpuuuuutttttt​

Dion : Dimana?

Anin : Ujung kulon :p

Dion : lucu lo botak.

Anin : Di kampus lah mana lagi​

Dion : Yaudah otw.



Aku segera mematikan puntung rokok dan minum sebanyak-banyaknya, tak lupa aku menyemprotkan parfum ke badanku agar Anin tak mencium bau asap rokok baik dari mulut maupun bajuku. Ya, dia sama protektifnya seperti Ayana kalo masalah kesehatan. Aku meluncur ke kampusnya menggunakan mobil mamaku karena mobilku spionnya hancur saat parkir malam kemarin, efek ngantuk dan letih membuatku tak konsentrasi.

Aku sampai di parkiran kampusnya namun ia tak kunjung datang, merasa bosan aku pun keluar mencari pemandangan sekitar, sedikit bernostalgia kejadian dua bulan silam saat aku pertama kali bertemu dengannya. Sungguh semesta selalu punya cara mempertemukan dua insan untuk saling mencinta. Bolak-balik kucari Anin namun tak kunjung kutemui dirinya, sampai kulihat dia di depan lobi kampus sedang menunggu kedatanganku.

“Ett buset gua tungguin di parkiran gek taunya disini tuan putri,” candaku padanya.

“Yeh biasanya juga jemput disini kamunya,”

“Lagi pengen ke parkiran aja,” Aku segera mengajaknya menuju parkiran tempat mobilku diparkir.

Anin berhenti sejenak saat kami melewati taman, tempat pertama kali aku melihat dirinya. Di tempat ini, di kursi kayu ini, aku menyaksikan utusan surga yang turun ke bumi untuk pertama kalinya.

“Kenapa?”

“Ehh... nggak papa,”

“Yaudah yuk cepet keburu hujan,” ajakku padanya.

Kami sampai di mobilku,kularang Anin masuk mobilku sebelum AC mobilku benar-benar dingin. Lalu aku turun untuk membukakan pintu mobil untuknya. Treat a woman like a queen if you want to be her prince, they said.

“Aku lapeerr...” rengeknya manja.

“Lo mah kapan sih gak lapernya, nin nin,”

“Ih aku tu belum makan dari pagi, tadi gak sempet soalnya kesiangan!” belanya.

“Yaudah, mau makan dimana?”

“Terserah,”

T A I.

***

Kami pun singgah di suatu restoran yang terletak tak jauh dari kampus Anin, sedikit mewah namun tak apa, pengorbanan sesekali dibutuhkan untuk orang yang kamu cinta; bisa waktu, harta, maupun pengorbanan moril.



Anin memesan sandwich dan lemon tea dingin sedangkan aku memesan sate ayam. Ya memang tidak kontras, yang satu stay healthy yang satu stay fatty.

“Lo lagi diet ya?” tanyaku ketika ia memesan banyak sayuran tidak seperti biasanya.

“Emang aku keliatan gendut ya?”

“........”

Tidak ditanya salah menanya pun salah.

Ku pinjam Hpnya sejenak untuk melihat mention pagi para fans setianya, aku tersenyum mengagumi bagaimana sempurna seorang Aninditha di mata mereka, bagiku juga begitu, ia memang sempurna.

Kufoto ia ketika makan, ia hanya tersenyum manis ke arah kamera sambil sesekali menyuapiku. Pesanan sate ku akhirnya sampai dan kumakan dengan lahap tentunya, kusuruh Anin makan sate ayam agar ada sedikit protein yang masuk ke dalam tubuhnya, apalagi ia ada show teater sore nanti.

Ohiya btw aku sudah tahu kalau ia adalah member Idol Group itu, pertamanya shock namun lambat laut aku bisa menyesuaikan diriku dengan pekerjaannya sekarang, toh kami tidak ada hubungan terikat apapun sampai sekarang.



“Sudah kenyang tuan putri?”

Anin hanya mengangguk lalu mengacungkan jempolnya tanda pembenaran.



Aku mengantarnya ke Mall FX Sudirman, ku drop dia di lobi mall karena aku ada urusan menjemput teman lamaku, Natalia. It’s been 4 years since I met Natalia.

“Makasih yaa, dadaaahhhh” Anin melambaikan tangannya ke arahku lalu turun dari mobilku.



Oh God, I wish she is mine.

***


Aku menjemput Natalia di kostnya karena kebetulan rumahku dengan kostnya tidak terlalu jauh lokasinya. Segera aku meluncur ke TKP setelah Natalia mengirimkan lokasi kostnya.

Lalu aku mengajaknya ke PIM untuk sekedar nonton bioskop dan bermain di t*mezone. Sembari bernostalgia saat-saat indah dulu semasa kecil. Tak banyak percakapan yang kami lontarkan, hanya sebatas bertegur sapa dan saling bertukar senyuman, mungkin kami masih sama-sama canggung karena sudah lama tidak bertemu.

Setelah lelah mengelilingi PIM yang luasnya gak karuan, kami memutuskan untuk pulang. Perjalanan pulang sungguhlah macet,karena kami pulang pas dengan jam pulang kerja alhasil jalanan sekitar udah kayak dawet.

“Halah macet lagi!” umpatku.

“Rumah lo deket sini?” tanya Natalia.

“Iya, kenapa?”

“Mampir dulu ya, lagian lama juga macetnya begini,” ajak Natalia.

“Boleh deh kalo lo gak keberatan,” aku membelokkan mobilku mencari jalan tikus guna menghindari kemacetan ibukota.

***



Sesampainya di rumah, ternyata Yuvia tidak ada jadwal teater sehingga dia hanya asik-asikan di rumah nonton Netflix sambil menungguku pulang, kulihat ia tak menyadari kedatanganku. Kusuruh Natalia menunggu di luar rumah hingga kondisi aman, karena Yuvia sangat tidak suka ada wanita yang masuk ke rumahku selain dia, pacarku sekalipun. Selfish, right? Indeed.

“Tumben pulang jam segini,” ujarnya sambil tetap mengunyah kripik kentangnya.

“Kan gue gak ada jadwal kuliah yup,”

“Lah terus darimana kok baru pulang?”

“Kepo amat sii,” jawabku sambil melepas sepatuku dan berjalan ke arahnya.

“iiihhh!” kesalnya, “Eh ini diminum ya, ini gue bikinin spesial lho buat lo,”

“Apa spesialnya, kan sirup campur susu biasa,”

“Ada yang spesial, nanti juga lo tau, ehehehe,” Yuvia cengengesan tanpa sebab.

“Yaudah diminum ya, gue mau ke kamar dulu. Jangan ngikut!” larangnya, sambil menyilangkan kedua jari telunjuknya.

Yuvia berlari-lari kecil ke kamarnya, badan mungilnya melompat kesana kemari, dia memang tergolong anak yang atraktif, baik di depan fansnya maupun di ranjang. Baru ku ingin memintanya membikinkan minuman untuk Natalia, namun ia sudah hilang entah kemana.

Ku minum sirup buatan Yuvia seperti biasa, namun ada yang mengganjal lidahku kali ini. Rasanya sedikit pahit-pahit obat, entah ini susunya yang udah kadaluarsa atau gimana aku tak tahu. Kutinggalkan saja es sirup tadi di meja lalu berjalan menuju Natalia.

“Nat, yuk masuk,” ajakku ramah kepadanya.

“Gede juga ya,” pujinya,

“Apanya nih yang gede?” candaku, sambil melirik ke dadanya.

“Rumahnya lah, omes lo gak ilang-ilang ya dari dulu,” omes = otak mesum.

“Hahaha wajar lah laki,”



Aku menyuruh Natalia untuk duduk menonton TV sementara aku siapkan tempat tidurnya, ia berkata akan singgah beberapa jam disini dan kemungkinan pulang malam.

Setelah mempersiapkan kamar tamu untuk dijadikan tempat singgah untuk Natalia, aku kembali ke ruang tamu hendak menjemputnya, terlihat dia sedang asik meminum sirup buatan Yuvia yang seharusnya menjadi penghilang dahagaku.

“Sungguh suatu sambutan yang baik kala tuan rumah sedang sibuk menyiapkan kamar untuk tamu dan sang tamu malah enak-enakan minum minuman tuan rumah,” sindirku kepadanya.

“Hehehehe, lagian lo lama banget sih udah tau orang haus,” Natalia menyelesaikan minumnya lalu meletakkan kembali gelasnya.

“Bawel, dah yuk ke kamar,”

“Hah? Ngamar?”

“Ke kamar budeegg,”

“Ohhhh bilang dong,”

“......”



Aku berjalan dahulu disusul Natalia di belakangku yang berjalan tidak seperti biasanya, ia nampak goyah dan pandangannya sungguh tidak fokus. Aku yang tak terlalu peduli tetap fokus berjalan agar tugasku mengantarnya selesai dan bisa bermain dengan Yuvia, kamar tamu di rumahku memang terletak agak ke belakang sehingga perlu beberapa langkah untuk sampai disana. Tak ada badai tak ada topan Natalia tiba-tiba ambruk, ia terjatuh namun kedua tangannya sempat menahan laju tubuhnya dan bersender ke dinding. Aku yang iba segera bergerak menolongnya dan membopongnya menuju kamar tamu.




Sesampainya disana aku merebahkan tubuhnya ke kasur, badannya bergeliat kesana-kemari tak kenal arah, I have no idea what she is doing right now.

Aku beranjak duduk di tepi ranjangnya, meletakkan pergelangan tanganku di dahinya, dan terasa suhu tubuhnya yang naik secara signifikan. Matanya membelalak keatas, terputar-putar persis seperti orang sakau. Kian lama tubuhnya makin menggeliat bak cacing kepanasan, tangannya meremas-remas sprei dan kedua kakinya terangkat ke samping, sekarang ia mengangkang sambil terlentang di hadapanku.

“Lo kenapa sih?”

“Paan...ass....”

“Ini AC udah 17 derajat buset, lo orang eskimo apa gimana?”

“Gee...raahhh....” ia kian menggeliat, kini tangan kirinya meraih pergelangan tangan kananku.

“Bukaa..in pleasee?!” tambahnya, menyodorkan tanganku ke dadanya yang masih berbalut dress polkadot warna hitam.

“Hei hei, lo kalo sange jangan bikin orang sange juga dong!” protesku kepadanya, disusul juniorku yang nampaknya tidak sejalan dengan pikiranku.

“Bac..cooot.....aahhh...” Natalia meremas-remas buah dada ranumnya sendiri dengan ganasnya, tak peduli ada lawan jenis yang mlongo sedari tadi melihat tingkah binalnya.

Aku berusaha menyentil-nyentil juniorku yang tegak tanpa permisi agar kembali tidur, Natalia masih dengan aktifitasnya meremas buah dadanya dan terkadang melihatku dengan tatapan sangat sensual. Tatapan matanya seakan berkata “Terkam aku sayang,”

Natalia kini menyibakkan roknya, terpampanglah vagina bersih yang masih terbalut celana dalam motif bunga miliknya, ia menggesek-gesekkan tangannya ke vaginanya sambil lidahnya berkeliaran di sekeliling bibir seksinya, mengundang birahiku yang sedari tadi diam menonton aksi liarnya.

Aku yang tak ingin khilaf segera meninggalkan kamar Natalia, belum sempat aku berpindah dari sisi ranjangnya ia tiba-tiba menarikku, aku yang tak siap hilang keseimbangan tak bisa melawan lalu Natalia mendorong dan merebahkan tubuhku ke kasur. Natalia segera beranjak ke atas tubuhku, membuka kemeja lengan pendek yang kukenakan, lalu menjilati dadaku, lidahnya berkelok-kelok menyapu tiap inci dada bidangku lalu perlahan turun ke bagian perut dan meludahi pusarku, jarinya kini mengkorek-korek bagian pusarku hingga aku merasakan kegelian bukan kepalang.

Lalu tangannya beralih menyentuh pusakaku yang masih terbalut short jeans berwarna navy, mengelus-elusnya hingga perlahan ia berdiri tegak, bibir seksinya menjilat-jilat putingku secara bergantian, kanan kiri silih berganti dengan variasi sapuan lidah yang berbeda. Natalia nampak masih betah bergerilya dengan badan atasku, ia memilin-milin putingku terkadang memberikan cubitan kecil padanya yang membuatku gesrek tidak karuan.

Natalia turun ke bagian bawah tubuhku, kini wajah cantiknya sejajar dengan penisku, dijilatnya buah zakarku yang masih berseragam lengkap membuatku menggelinjang keenakan. Ia naik keatas tubuhku memposisikan vaginanya yang masih tertutup celana dalam hingga pas bertemu dengan penisku. Ia menggesek-gesekkan vaginanya ke penisku, aku yang tak ingin kalah berusaha menggapai kepalanya namun kedua tangannya sigap menangkal raihan tanganku dan memposisikan kedua tanganku di samping tubuhku. Shit, baru pertama kali aku tak bisa mengambil alih persetubuhan seperti ini, malah seperti aku yang diperkosa olehnya walau kuakui aku tak keberatan.

Bertubi-tubi aku berusaha menghindari hujaman ciuman Natalia agar aku tak semakin larut dalam suasana, Natalia bersikeras lalu menggosok-gosokkan buah dadanya yang sekal padat ke dadaku yang bidang ini. Sementara itu, tangannya meluncur ke bawah dan meremas-remas kembali juniorku. Dalam waktu singkat juniorku yang sedari tadi tidur nyenyak langsung bangun dan menegak sempurna. Kedua kelamin kami yang masih tertutup CD bergesekan menimbulkan suasana hangat tubuh kami, peluh keringkatnya jatuh ke badanku, tangannya tetap mencengkram erat bahuku seperti tak ingin melepaskan keberadaanku di pelukannya.

Natalia mengelus pahaku dengan sapuan tangan bersihnya, perlahan dari lutut lalu naik ke paha hingga tepat di buah zakarku, ia membuka boxer dan celana dalamku. Ia kaget saat penisku mencuat hampir mengenai hidungnya, dibuangnya celana boxer dan Cdku entah kemana, lalu ia menanggalkan dress dan Cdnya sendiri. Lalu kedua pahanya mengangkang di atas selangkanganku. Digenggamnya senjata ku, lalu dengan mesranya dibimbingnya menuju lobang vaginanya yang sudah menganga, siap menanti datangnya sang perkasa. Diletakkannya tepat di liang senggamanya, lalu Natalia menekan pantatnya memaksa penisku melesak masuk vaginanya. Bless! Tak disangka penisku masuk tanpa halangan ke dalam vagina Natalia, terlihat raut wajahnya yang sedikit kesakitan namun ia tetap tersenyum penuh nafsu ke arahku. Kini cengkraman tangannya mengendur segera kugunakan kesempatan ini untuk menggapai kepalanya, kudekam kepalanya ke kepalaku hingga wajah kami bertubrukan, *Bruk!* “Sakit oncom!” kesal Natalia saat jidatku mengenai hidungnya.

Kubalikkan tubuhnya agar aku bisa sepenuhnya memegang kendali saat diatasnya lalu kupegang dagu lancipnya lalu kupagut bibir seksinya, berawal dari kecupan singkat hingga ia membalas lumatan bibirku. Kuselundupkan lidahku ke dalam rongga bibirnya, lidahku berpetualang dengan liarnya di dalam sana hingga kutemukan lidahnya dan lidah kami bergerilya merangsang saliva. “Hmmmhh...” “Mmmhhh...” hanya itu yang terdengar sepanjang aktifitas kami. Puas menggagahi bibirnya kualihkan ciumanku ke telinganya, kusapu belakang telinganya tanpa jijik lalu turun ke leher jenjangnya. Kugigit kecil lehernya hingga kemerahan, entahlah tapi aku sangat suka membuat cupang pada setiap wanita yang kutiduri. Jika kau pernah lihat ada kemerahan pada leher Yuvia, yep that was mine.

Puas menjelajahi leher jenjangnya kuturunkan aktifitasku ke payudaranya, Wow! Suatu perubahan yang signifikan dari buah dada Natalia, lebih besar dari terakhir kulihat. Kuremas menggunakan kedua tanganku hingga susunya menguncup, tak betahnya kulepas saat kulihat ekspresi kesakitannya, kujilat-jilat putingnya yang sudah tegang sempurna dengan menghindari areolanya. Kusapu kulit susu bersih miliknya, lidahku bergerilya dengan seksama disana hingga kedua buah dadanya basah akibat liurku. “Aww!” rengeknya saat tiba-tiba kugigit putingnya bagai anak kecil yang menyusu pada ibunya. Tak kulepas pagutan mulutku pada susunya malah kuhisap terus susunya berharap ada air susu yang keluar. Terus kuhisap buah dada kanannya saat tangan kiriku sibuk memilin puting kirinya, bergantian seperti itu sambil kulirik ke arahnya ia membalas senyumanku dengan senyum penuh makna.

“Kok bisa gede gini tu gimana sih ceritanya?” kulirik dirinya sambil kedua jempolku sibuk memain-mainkan putingnya.

“Aahh.... gatau....”

“Boleh gak ini buat aku aja?”

“Iyaa....udaahhhh.....ambillll....aaahh....” Natalia mengerang saat kuremas gundukan lembut miliknya secara buas hingga buah dadanya berubah warna jadi kemerahan.

Terakhir ku ‘bermain’ dengannya empat tahun lalu waktu kami bolos upacara dan bertempur di WC sekolah.

Yeah, i was wild since teenager.

Dengkulku menghentak vaginanya hingga badannya membusung, nampaknya vaginanya sudah sensitif sedari tadi. Aku beralih ke samping tubuhnya lalu kumasukkan langsung dua jariku mengobok-ngobok vaginanya hingga ia menggelinjang keenakan lagi. Tak kusadari vaginanya sudah berlendir sedari tadi.

“Buset, lo udah nyampe aja ternyata hahaha,” aku kaget karena tak merasa ia orgasme atau ia sengaja menutupinya agar tak merasa kalah saing denganku. Kuputar-putar lagi dua jariku di dalam sana, mengobok-ngobok liar vaginanya kugerak-gerakkan jariku secepatnya bagai vibrator yang disetel dengan volume tertinggi. Tak sampai lima menit ada kedutan aliran darah dari dalam vaginanya menghimpit jariku dan..

“Aaahh...!!”

“Aahhrrghhh!!”

“Guaa...nyyamm.....—“

“PEEEEEAHH...”

Natalia mencapai orgasme keduanya, tubuhnya mengejang dan menekuk keatas, tangannya menjambak rambutku mendekatkan wajahku ke payudara sekalnya aku hanya bisa pasrah dibuatnya, kulihat wajahnya yang masih merem melek setelah didera badai orgasme dua kali berturut-turut. Plop! Kukeluarkan dua jariku membiarkan ia menikmati sisa orgasmenya. Kulihat jari manis dan telunjukku yang berlumur lendir vagina Natalia lalu kuarahkan jariku ke bibirnya membiarkan ia membersihkan sisa lendir vaginanya sendiri.

Aku memposisikan penisku di depan vaginanya, memaju mundurkan ke bibir vaginanya untuk merangsang birahinya lagi. Saat kuhendak memompa full pantatku agar tembus penisku ke vaginanya tiba-tiba...

PLAK!

“KOK LO NAMPAR GUE SIH??” aku kaget, bukannya dia ngangkang agar penetrasiku lancar ini malah nampar, mana kenceng lagi.

“Gue mau diatas,”

“Gak mau ah, tanggung,” jawabku sambil melumuri penisku dengan ludahku.

Natalia mengangkat kedua tangannya kuda-kuda siap menamparku lagi.

“Iye deh iye gue ngalah,” Aku terlentang membiarkan ia menaikiku, kutampar pantat semoknya saat kami berpindah posisi, pantatnya malah geal-geol kesana kemari.

***

Bless! “Aww!” Natalia sedikit meracau saat pantatnya terduduk mengakibatkan penisku sebagian masuk ke dalam lobang vaginanya. Kini natalia aktif menggenjot bokongnya naik turun naik turun tanpa henti, decitan ranjang terdengar mengalahkan eluhan yang keluar dari mulut kami. Entah kenapa reuni sahabat yang seharusnya berjalan dengan hikmat malah jadi pergelutan penuh nafsu seperti sekarang. Tangan Natalia bertumpu pada dada bidangku, berulang kali ah uh ah uh eluhan kami mengudara. Kualihkan tumpuhan tangannya ke pahaku agar aku bisa melihat jelas lekuk tubuh indah miliknya, tubuh proporsional idaman semua pria. Badannya yang ramping namun berisi, buah dada yang kutaksir berukuran 34 cup C dengan wajah menawan dan juga tatapan sensual menjadi daya tarik tersendiri dari seorang Natalia.

Kuarahkan tanganku ke pinggang rampingnya kupegang erat tubuhnya lalu kubantu genjotannya naik turun naik turun senikmat mungkin, aku ingin cepat menyudahi persetubuhan ini saat kusadari sudah 30 menit kami melakukan aktifitas terlarang ini. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul 17:45 yang artinya tidak lebih dari 15 menit lagi aku harus menjemput Anin di mall sarang wota.

"Aaahhhh, enak yon!!"

“Masukin lagiiii!!”

“Daleminn laggiiiaaahh...”

Kedua bola mata Natalia membelalak, seluruh batang penisku telah amblas seluruhnya ke pangkal vaginanya. Natalia merasakan kenikmatan bukan kepalang terlihat dari tubuhnya yang gemetar, kepalanya geleng-geleng, pandangannya tak fokus kesana kemari, saat penis panjangku benar-benar masuk seluruhnya ke vaginanya. Vaginanya menekan-nekan penisku yang berdenyut membuat penisku betah di dalam sana.

Natalia bagaikan kesetanan, menggoyang-goyangkan pantat dan pinggulnya yang besar, montok dan putih itu. Aku mengangkat pula pantatnya, mengimbangi gerakan-gerakan Natalia. Pergelutan kelamin kami sudah berlangsung selama 10 menit namun tak ada tanda ia akan orgasme, malah di posisi WOT seperti ini pria akan sulit mengambil alih dan cenderung pasrah akan apa yang dilakukan pasangannya. Aku sebisa mungkin menahan laju penisku yang mulai berkedut agar tak kecolongan dan kalah duluan dari si seksi Natalia.

Sambil terus juga dengan bersemangat menaik turunkan pantatnya. Natalia menciumi bibirku bertubi-tubi, kubalas dengan mesra. Sekarang hilang sudah logikaku, persetan dengan apa yang akan terjadi nanti yang penting aku puas dan dia pun senang. Kulumat bibir seksinya itu, kuemut bibirnya berulang kali selama beberapa menit, kubuka bibirnya dan kukait lidahnya dengan lidahku. Kecipak bunyi pertukaran saliva kami terngaung ke sudut kamar, aku sudah tak peduli apakah Yuvia mendengar kami atau tidak.

Di luar dugaan Natalia juga sangat pandai dalam berciuman, kami ber-french kiss ria selama lima menit hingga kurasa rongga mulutku sudah kering dan kulepas ciuman kami. Kuludahi wajahnya dengan air liur sisa ciuman kami, sekarang wajahnya seperti berlumuran air liur ala film-film biru bergenre bukakke, namun ia malah tersenyum manis kearahku. Kurasakan juniorku berkedut ada aliran darah yang tak biasa disana, kedutan itu berbarengan dengan cengkraman vaginya Natalia yang nampaknya juga akan orgasme untuk yang ketiga kalinya.

Kubanting tubuhnya ke kasur dan ku beralih ke atasnya sekarang kami dalam posisi Misionaris, ku hujani vaginanya dengan genjotan penisku berulang kali sampai aku merasa benar-benar tak bertenaga. Aku merasa spermaku sudah di ujung penisku, ku kendurkan pelukanku darinya karena ku tak mau menghamili anak orang sebelum waktunya. Saat kuingin mencabut penisku tiba-tiba Natalia mengaitkan kedua kakinya ke pantatku mengakibatkan badanku terkunci dengan posisi penisku masih di dalam vaginanya. Natalia menggerak-gerakkan pantatnya maju mundur maju mundur tanpa kubimbing dan ....

CROOTT...CROOTTT...CROOOTTT... ada sekitar 6 kedutan aliran sperma dari penisku.

“AAHHNNNNN....!!” Natalia mengejang, nampaknya ia orgasme bertepatan dengan melesaknya spermaku ke dalam vaginanya.

“Hahh..hahh....hahh...” aku mengatur nafasku yang sudah seperti kelar lari marathon keliling GBK dua belas putaran.

Aku seketika tersadar kalau lupa mencabut penisku dari liang senggamanya, aku panik dan segera mengambil tisu untuk mengelap lelehan spermaku di vagina Natalia. Segera kuberdirikan Natalia agar spermaku bisa keluar dari vaginanya, perlu tujuh lembar tisu hingga vaginanya benar-benar kering. Kulihat Natalia hanya tertawa kecil melihat ekspresi panikku.

“Hihihi, panik gitu lo,” sindir Natalia saat kubersihkan liang senggamanya.

“Gimana gak panik, kelepasan tadi!”

“Tapi enak kan?”

“Enak sih enak, tapi kalo kita gak bisa gini lagi ya gak enak,” aku keceplosan.

“Emang mau gini lagi nantinya?”

“........”





***​

Kutinggalkan Natalia di kamarnya, tak lupa kuberikan handuk untuk dia membersihkan diri. Aku segera memakai jeans pendek dan bomber tanpa baju sebab bajuku basah karena keringat pertempuranku dengan Natalia tadi. Aku mengambil HP, dompet, dan kunci mobil meluncur ke FX untuk menjemput Anin.

Di depan pintu rumahku terlihat Yuvia sudah menunggu kehadiranku, ia duduk bersimpuh lutut dengan seragam SMA-nya, memasang wajah cute entah apa maunya kali ini.




“Mau kemana kak?” tanya Yuvia.

“Mau jemput temen, lo kenapa deh yup? Kesambet dedemit?” ledekku, karena jika Yuvia bertingkah kekanak-kanakan begini maka sudah pasti ada maunya.

Yuvia berdiri, mendekatiku, menatapku lekat.

“Yupi mau main...”

“Yup, jangan sekarang...Please gue gak bisa, temen gue udah nung—“

Yuvia melepas semua atributnya dengan satu turunan resleting roknya, disusul lepasnya satu per satu kancing bajunya. Dan aku terkesima ternyata ia tak mengenakan daleman satupun, tubuh putih mulusnya terpampang jelas tanpa satu helai benang pun di hadapanku, sepupunya.

“Yakin tetep mau jemput temen kakak?” Yuvia melingkarkan tangannya ke leherku, mengecup pipiku singkat.



Ada dering telfon milikku dari saku bomberku, kulihat notif Line masuk dari Anin.

Anin : Dimanaaaaaa????? Aku dah nunggu setengah jam disini !!!!!!!! :((:((:((



Aku memasukkan Hpku ke saku bomberku lagi, berfikir mempertimbangkan antara nafsu atau logika, birahi atau perasaan, kenikmatan sementara atau kesetiaan. Semua opsi bergelimang di otakku bagaikan bintang di langit malam, sial. Bisa call a friend gak sih? gumamku.




***​

Keeseokan harinya,

Ada notif Line dari ponselku, ternyata dari Natalia. Jantungku berdetak kencang karena ku takut dia positif hamil.

Setelah mengumpulkan keberanian barulah kubuka chatnya.

Natalia : Look what you've done!


Dion : HAHAHAHAHA

Aku terpingkal-pingkal melihat noda merah di lehernya bekas gigitanku kemarin.

Yep, yesterday was a wild sex after all.
 
Terakhir diubah:
kalo upload gambar dari pixxxels harus nunggu beberapa menit dulu baru keupload ya?
pantes gua up berkali-kali ga muncul taunya loading

~_~"

btw itu foto leher beneran punya salah satu member lho haha :D
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Parmisi, beta mau cek keadaan Natalia? Aman? gak ada yang kurang sedikit pun kan?
Bung ini bisa aja dapetin mulustrasi yang sesuai. nih jempol dari beta :thumbup. jangan di isep ini bukan permen
Jempol like-nya boleeehh dongg betaaa ahahaha :semangat:

Oke masupin kresek segera , nice update hu ...:konak: itu bekas cupang siapa woyyuuu
thanks hu, siapaa yaaa ;)

nemu aja foto cupang wots wkk
hahaha kebetulan aja itu ada kemaren pas barbuk foto Anin di hdd lama :khappy:
 
Bimabet
Ijin bookmark..
Nice story suhu.. semoga updatenya lancar
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd