Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY IMMORTAL GIRL

LEVEL PENGUKUHAN 3
Cakra air tingkat pengukuhan 3 2649/30000
Cakra api tingkat pengukuhan 2 246/25000
Cakra bumi tingkat dasar 3 4352/7500
Kekuatan 14926
Ketangguhan 15293
Kelenturan 29562
Daya Serang 17402
Daya Tahan 16924

MALAM perlahan turun menutupi hutan, sementara ketiga orang itu bergegas melewatinya. Ketika sang rembulan sudah tinggi di atas danau, mereka tiba kembali ke gua. Susi menekan tombol pintu, sementara Raida sibuk menguap mengantuk. Diam-diam, Nana memperhatikan urutan tombol yang ditekan oleh Susi dan menghafalnya. Tidak terlalu sulit, seperti kode pin keypad biasa di ATM. Cuma ini begitu terbukanya, sehingga tidak sukar untuk memperhatikan dan mengingat urutannya.

Pintu batu terbuka ke atas, lorong LED kembali menyala, terasa sangat terang karena di gua dan di luar sudah sangat gelap. Tanpa banyak berkata-kata, mereka terus masuk, Susi menekan tombol merah dan pintu batu kembali tertutup. Ia terus berjalan cepat di depan, bergegas menuju kamarnya sendiri. Nana juga menuju kamarnya, masuk, menyalakan lampu, membuka seluruh bajunya.

Shower air hangat terasa seperti kenikmatan surgawi, setelah seharian berkeringat dalam perjalanan dan ngentot yang tidak habis-habisnya. Memang memberikan banyak tambahan kekuatan, namun ternyata secara mental juga melelahkan. Kegiatan seks itu kalau hanya sekali, kalau hanya sebentar, terasa menggairahkan. Tetapi ketika dilakukan berjam-jam, dalam orgasme yang tidak habis-habis, lama-lama terasa menjadi seperti... mati rasa. Nana mengusap memeknya. Terasa lebih lebar, lebih besar sekarang. Sama sekali tidak ada niatan untuk bersetubuh lagi. Keramas menjadi hal yang sangat menyenangkan, seperti bisa membuang semua lendir itu dari kepala, dari rambutnya yang hitam tergerai.

Makanan yang paling enak pun, jika dimakan berlebihan, rasanya bisa berbalik menjadi memuakkan, bukan? Apalagi tidak ada Kai di dalam kamar ini, bersih. Mungkin ada semacam penyaring udara.

Nana bertelanjang bulat, mengeringkan badan dan rambut yang basah. Ia terus membaringkan badan di ranjang, menikmati kasur spring bed kembali. Hari belum terlalu malam, mungkin baru sekitar jam delapan atau sembilan malam. Hah... masih terlalu cepat untuk tidur. Biasanya ini adalah saatnya bermain cinta dengan Reya, atau melihat Reya ngentotin Tonya.... tiba-tiba Nana kembali dirundung duka mengingat mereka yang sudah tiada. Dengan gelisah ia berbalik ke kiri dan ke kanan. Hah...

Nana terus bangun dan mengenakan bathrobenya. Bertelanjang kaki, ia melangkah keluar, melangkah ke mana saja menelusuri lorong yang diterangi langit-langit bercahaya oleh semacam LED strip yang panjang. Ia sampai di sebuah ruangan, dengan pintu besi stainless. Di sebelahnya ada tombol panah, dengan panah ke bawah. Tombol lift ke bawah?

Ia menekan tombol panah ke bawah, yang terus menyala. Oh, ini benar-benar sebuah lift biasa, pikir Nana. Tak lama pintu terbuka. Nana masuk, melihat hanya ada empat level. Ia berada di level G. Lalu ada L1, L2, dan L3. Semua dalam huruf alphabet, bukan lambang bahasa Kriloga. Hmm... Nana menekan L3. Lift itu segera meluncur turun.... cukup lama. Ternyata, jarak antar lantai begitu panjang!

Pintu lift terbuka. Ruangan di depannya terlihat sangat gelap. Ketika Nana melangkah keluar, tiba-tiba lampu menyala sendiri. Rupanya ada sensor menyalakan lampu secara otomatis. Di depannya ada sebuah pintu dengan tulisan GENERATOR ROOM. Hah, rupanya ini ruang generator, pusat tenaga bangunan. Nana terus berbalik ke lift yang masih terbuka. Kini ia menekan L2.

Lift meluncur ke atas, jarak antar lantai memang jauh. Sama seperti sebelumnya, ruangan gelap menyambutnya. Ketika Nana keluar dari lift, ada banyak pintu-pintu di kiri dan kanan. Tetapi di depan ada pintu yang lebih besar dengan tulisan CONTROL ROOM. Apa itu?

Penasaran, Nana melangkah mendekati pintu besar. Dia menekan, tapi pintu itu tak bergeming. Terkunci. Di sebelahnya ada sebuah panel keypad, dengan angka 0-9. Di atas panel itu ada sebuah kertas, dengan sebuah gambar... gambar apa itu? Seperti gambar meja? Apa artinya?

Nampaknya Susi dan Raida juga sudah pernah kemari, namun mereka sama sekali tidak mengerti. Jelasnya, mereka tidak paham bahasa bumi, tidak tahu bahasa Inggris, dan tidak kenal angka. Ok. Nana tahu. Tapi kini, Nana juga tidak tahu apa PIN untuk membuka pintu itu. Satu-satunya petunjuk hanya stiker lusuh dengan gambar meja. Itu saja.

Gambar meja? Eh? Bukan, itu adalah lambang... lambang bilangan Pi!
Nana mengingat-ingat. Apa bilangan Pi? Nana menekan keypad itu

3.. 1.. 4.. 1.. 5.. 9.. PIIIP.... lampu hijau di atas menyala. Ceklek! Pintu itu terbuka.

Nana mendorong pintu ke ruang kontrol, terus masuk ke dalamnya. Cahaya di ruangan itu otomatis menyala. Di dinding dalam, ada 6 buah monitor besar nampak berjejer. Nana berjalan ke sana, melihat ada keyboard dan mouse di meja. Melihat ke bawah, di sisi kanan ada tiga tombol merah berjejer. Iseng, Nana menekan semua tombol merah itu.

Keenam monitor terus menyala, rupanya tombol-tombol merah itu adalah saklar listrik. Setiap monitor menampilkan tulisan ERROR besar-besar, kecuali satu monitor di tengah, persis di atas keyboard. Tulisan besar terpampang di sana:

RECORDING STOP. PLAY AGAIN?
YES NO

Nana mengambil mouse, menggerakkan kursor ke tombol YES. Mengkliknya. Monitor besar itu terus menunjukkan seorang laki-laki berdiri persis di depan monitor. Nampaknya mengatur arah webcam. Nana melihatnya memakai T-Shirt berwarna kuning, seperti yang dikenakannya. Juga ada beberapa orang lain, yang bergegas melangkah keluar.

Lelaki itu terus menatap kamera dan mulai bicara, dalam bahasa Inggris.
BAHASA INGGRIS TERDETEKSI
ASIMILASI DIMULAI.....
ASIMILASI SELESAI

Ugh. Nana memundurkan rekaman. Ia kini mengerti semua yang dikatakan lelaki itu:

"Saya Letnan Cooperland, perwira UN, dalam Proyek Gemini
Ilmuwan Ruth Cleveland berhasil menjalankan prototipe mesin dimensi, namun terjadi fluktuasi di seluruh kompleks.

Perintah dari pimpinan Proyek Gemini, kami harus segera meninggalkan situs ini. Tetapi ternyata mesin dimensi tidak bisa dihentikan, bahkan menewaskan Ruth oleh aliran plasma yang muncul. Sementara, terjadi saling tindih antar semesta, sehingga mahluk dari semesta lain mulai hadir di danau dan menyebabkan kekacauan besar di kota.

Kami tidak bisa melakukan apapun, walau sudah berusaha keras. Nampaknya tidak akan berakhir sebelum seluruh kompleks ini berpindah ke semesta dimensi lain. Jadi ini adalah evakuasi terakhir. Kami tidak tahu apakah situs ini akan berhenti di sana.

Pesan ini ditujukan bagi siapa saja yang berasal dari semesta planet bumi, tahun 2143, jika bisa mencapai kembali ke situs ini. Cyclotron ada di dalam danau, dan harus diaktifkan secara fisik dari sana, kemudian dikontrol dari sini untuk menjalankan mesin dimensi. Mungkin bisa kembali ke semesta ini.

Tapi jika tidak, berhati-hatilah di sana."

"Letnan, ayo berangkat!" seru seseorang di sana. Ia menunduk ke bawah, menekan keyboard. Layar monitor segera berganti:

RECORDING STOP. PLAY AGAIN?
YES NO

Baiklah. Setidaknya Nana kini tahu ia ada di... dimensi lain. Semesta lain? Buset. Dan katanya ia berasal dari tahun 2143? Nana berasal dari bumi di tahun 2022! Itu berarti 121 tahun lagi di masa depan! Nampaknya perjalanan antar dimensi tidak berada pada aliran waktu yang sama.

Yang menarik, orang itu mengatakan ketika mesin dimensi dijalankan, mahluk-mahluk dari danau itu bisa hadir di dimensi bumi dan menyebabkan kekacauan. Nana bergidik, membayangkan bagaimana ular raksasa atau buaya raksasa mengacau dalam kota. Tetapi, Nana sama sekali tidak tahu apa-apa soal mesin dimensi. Dan katanya, ilmuwan yang menguasai sudah meninggal dunia.

Nana terus berjalan keluar, mengecek ruang-ruang lain. Ruang kantor, Laboratorium. Tempat penelitian. Mereka nampaknya sudah membawa pergi banyak berkas dan komputer atau apapun, kebanyakan ruangan itu berantakan dan kosong. Semua diangkut secara terburu-buru. Tidak ada yang tersisa untuk dipelajari.

Gadis itu terus berbalik ke lift lagi, kini menekan L1.
Ruangan gelap pekat. Waktu ia melangkah, tidak ada lampu menyala. Hah.... Nana kembali ke lift, naik ke atas. Kembali ke kamarnya, Nana terus terduduk di ranjang. Memikirkan rekaman video itu, tidak banyak membantu. Ia melihat di sisi ranjang ada sebuah nakas -- kabinet kecil di sisi ranjang. Ada lacinya. Nana membuka laci, menemukan di dalamnya ada sebuah senter. Masih menyala terang. Sip!

Nana membawa senter, terus keluar kamar, kembali ke lift. Menekan lagi L1. Kembali disambut ruang yang gelap pekat. Ia menyalakan senter, melihat ruang yang berantakan hebat. Ada beberapa tengkorak telungkup di lantai, masih memakai jas lab. Di dinding depan, ada lubang besar menganga ke ruang lain yang gelap. Nana memasuki ruangan itu, menyorotkan senternya dari kiri ke kanan. Nampak seperti ada kebakaran besar, menghancurkan mesin apapun yang tadinya ada di sana.

Haahh... di lantai ada sesosok kerangka, matinya terlentang. Nana melihat ada plat nama di dada kerangka itu, terpasang pada jas labnya: RUTH CLEVELAND. Oh, rupanya dialah ilmuwan yang menjalankan mesin. Nana memandangnya dengan sedih. Tetapi ia terus melihat di sebelah tangan kiri yang telah jadi kerangka ada sebuah cakram dengan ukiran.

Deg! Benda yang sangat dikenalnya. Benda yang menyala dan membawanya ke sini... Nana dengan hati-hati menyentuh cakram itu. Tidak terjadi apa-apa. Ia mengangkatnya, membersihkan benda itu. Mengapa ada di tangan ilmuwan yang bernama Ruth itu?

Nana terus berjalan berkeliling, tapi semuanya hancur dan hitam legam. Jadi ia keluar, melihat ada pintu lain di samping. Tulisannya: STORAGE ROOM. Ha! Apa yang ada di Storage Room?

Dalam ruangan gelap, ada banyak rak-rak dengan berbagai macam barang. Di sebelah kiri, ada rak berisi peralatan medis, kotak P3K. Obat luka. Obat anti alergi. Obat anti racun. Hmm... Nana mengambil sebisanya, ia menemukan koper kosong dan mengisinya dengan barang-barang. Terus berputar, ada banyak barang dan peralatan yang tidak dia pahami. Di ujung belakang, ada satu rak terpisah. Ketika ia membuka pintunya, di dalam ada banyak senjata. Pistol. Senapan. Tetapi tidak seperti yang biasa dilihat, itu adalah senjata dari abad 22!

Nana mengambil pistol dan senapan, tapi tidak berhasil menemukan peluru. Sebaliknya ia menemukan ada kotak persegi, sebesar kotak rokok, bertumpuk di bawah. Nana juga mengambilnya beberapa, nampaknya ini dipasang pada pistol dan senapan itu, bukan? Semuanya ia masukkan dalam koper, terus dibawanya kembali masuk ke dalam lift. Naik ke atas, Nana kembali ke kamarnya.

Perhentiannya yang terakhir adalah ranjang yang nyaman. Nana melepas bathrobenya, bertelanjang bulat membaringkan diri dan segera terlelap tanpa bermimpi.
 
menarik ceritanyaa
 
BEBERAPA HARI Nana habiskan antara gua persembunyian yang bernama Proyek Gemini, tapi Susi dan Raida hanya bilang itu "rumah", dan desa yang belakangan diketahuinya disebut Rimba Hijau. Seperti biasa, Susi ke sana setiap hari untuk menikmati dientot banyak lelaki. Nana juga memberikan tubuhnya dientot para pemuda, kini tidak kurang dari empat orang lelaki, yang harus menghujamkan kontol mereka yang kekar besar berurat ke dalam memeknya. Para lelaki itu seperti menjadi corong bagi Kai dicurahkan ke dalam aliran energi tubuhnya, membuatnya meningkat dengan pesat. Namun, ternyata semakin tinggi tingkatnya dalam Mutu Manikam, efek dari satu lelaki juga semakin berkurang. Semakin berkurang juga kenikmatannya.

Menyadari itu, Nana berhenti bersetubuh beramai-ramai, sebaliknya ia mulai menjelajahi hutan di sekitar desa Rimba Hijau. Pada suatu ketika Nana masuk lebih dalam ke sisi hutan yang lebat, dan setelah beberapa km berjalan ia menjumpai sebatang pohon Arkana yang besar. Memandang ke atas, Nana menemukan ada bangunan di sana, tapi sama sekali tidak ada tangga. Ia lantas mulai memanjat dengan berusaha mencengkram dahan pendek yang muncul di sana sini, sementara kulit pohon hitam itu terasa licin seperti plastik, namun amat keras. Dengan kekuatannya, Nana bisa bergerak lebih cepat dan kuat, tapi dengan itu pun ia membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk memanjat sampai ke bangunan di atas pohon.

Rumah pohon itu terbuat dari kayu lain, bukan kayu Arkana, dan nampak lapuk. Tetapi kerangka bangunannya memakai batangan kayu bulat yang besar, jadi masih kokoh. Tapi dindingnya bolong-bolong, jadi daun-daunan dari pohon masuk memenuhi bagian dalam. Tidak ada pintu, Nana terus masuk. Di dalam kabin, Nana menemukan sebuah ranjang, meja, dan kursi. Di atas ranjang yang penuh daun membusuk, tertutup di bawah dedaunan ia mendapati ada tengkorak seorang manusia. Pasti sudah lama sekali.

Di atas meja ada sebuah kotak hitam. Tepatnya, sebuah koper hitam, seperti yang digunakan di laboratorium untuk membawa peralatan. Koper itu terbuat dari bahan yang tahan karat, tapi penguncinya tertutup debu mengeras dan membatu. Sudah berapa lama berlalu? Pasti lama sekali! Nana mengerahkan tenaganya, memecahkan batu itu, sehingga bisa melepas kait pengunci. Koper itu bisa dibuka, setelah begitu lama.... Di dalamnya ada sebuah tablet, seperangkat alat berbentuk kotak dengan panel surya dan kabel-kabel, dan sebuah buku notes dengan pensil terikat di sisinya. Nana mengambil buku notes itu, masih bagus, walau umurnya pasti lama. Mungkin karena koper itu benar-benar tertutup rapat ya?

Tulisannya di dalamnya memakai bahasa Inggris. Bukan orang Kriloga! Tertulis di dalamnya:

13 Okt 2143
Diary sayang,

Aku sudah tidak berharap bisa kembali. Cyclotron terbenam di bawah danau di dunia asing ini, tidak ada cara untuk turun ke sana. Monster-monster memenuhi danau dan sudah membunuh Ryker dan Sandra. Mengapa mereka berkeras untuk turun ke sana? Dasar mahasiswa paska-sarjana yang sok mau jadi peneliti hebat! Mengapa dulu aku mau saja ikut Ryker bersembunyi sementara semua orang evakuasi? Bodoh! Bodoh!

Tinggal aku dan Richard, dan kami menemukan rumah pohon yang terbengkalai. Di dalam aku menemukan gulungan-gulungan berisi tulisan aneh, nampaknya seperti aksara Cina kuno. Maka aku memutuskan untuk menyelidikinya lebih lanjut merekamnya dengan SciPad. Ini menarik, tapi siapa yang akan menemukan hasil penelitianku?

Apa gunanya jadi sarjana arkeologi di dunia asing seperti ini?


2 Nov 2143
Diary sayang,
Aku merasa Richard lebih gagah dengan janggutnya. Juga jumpsuit ini terasa mengganggu. Aku mulai berani bertelanjang di atas sini, kalau tidak ada Richard. Hah, si orang nyentrik penggila komputer itu sekarang malah rajin berkeliling! Dia meninggalkanku sendiri berjam-jam. Apa dipikirnya aku tidak khawatir?

Penelitianku belum membuahkan hasil. Ini benar-benar tersusun seperti aksara Cina dari jaman lebih kuno.


4 Feb 2144
Akhirnya, Richard memandangku sebagai perempuan! Aku sungguh menikmati remasannya di kedua dadaku. Tapi Richard masih belum mau memasukkan kontolnya.

Kenapa, sayangku? Aku menunggumu memetik keperawananku! Tidak ada orang lain di dunia ini!


14 Feb 2144
Diary sayang,
Aku sungguh menikmati Richard yang gagah berada di atasku. Jilatan lidahnya benar-benar membuatku melayang ke surga! Dan akhirnya, setelah aku mengangkang lebar, Richard mengentotiku

NGENTOT! Ini bukan makian, tapi kenikmatan! Mengapa tidak dari dulu aku membiarkan Richard mengentotiku? Aku tidak bisa menghitung berapa kali orgasme. Aku benar-benar merasa menjadi wanita, bukan lagi gadis.

Aku kira kita akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk ngentot. Ini hiburan yang sangat menyenangkan. Aku cinta kontolmu, Richard!


24 Mei 2144
Aku sangat marah! Richard sungguh tidak berperasaan! Apa dia pikir aku tidak berniat untuk kembali?

Dan kini dia selalu ejakulasi di luar! Hah, menyebalkan!

Hah, aku pusing.



10 Juni 2144
Richard belum juga kembali. Oh ya Tuhan, apa yang terjadi padanya?
Aku ingin menyusul, tapi hari ini aku mual-mual hebat lagi

Aku pikir, aku hamil. Tapi Richard belum tahu.


4 Juli 2144
HAPPY HARI KEMERDEKAAN!
Aku berharap semua keluargaku baik-baik saja. Apakah mereka kehilangan diriku?
Aku merasa sangat sedih dan sendirian. Malas untuk mengerjakan apapun juga.

Semua peralatan SciPad dan SunCharge aku simpan saja. Semua passwordnya sudah dihapus.
Buat apa dibuka lagi?


Di halaman terakhir:
....aku tidak tahu tanggal berapa ini. SciPad sudah habis baterenya. Aku malas untuk menchargenya
Aku merasa lemah sekali.... terlalu sedih... aku tidak tahu mau apa... Richard, aku sungguh rindu padamu

Apakah engkau akan membaca ini? Aku sungguh cinta padamu, Richard! Maafkan semua perkataanku dulu.

Aku simpan diary ini, yang selalu membuatmu penasaran. Kamu lihat, ini hanya tulisan untukku sendiri.
Tapi sungguh, aku menyerahkan diriku padamu dengan rela dan penuh cinta. Aku sungguh ingin bertemu lagi.

Dengan penuh cinta,
Clara

Nana menutup notes tipis itu sambil menghela nafas. Membacanya sekali lagi. Mungkin Richard mengalami musibah dari mahluk-mahluk jahat? Nana terus menaruh diary itu di sebelah kerangka yang ada di ranjang, jenasah Clara. Ia terus membawa keluar koper hitam itu bersamanya. Dari atas rumah pohon, ia bisa melihat ada danau di kejauhan. Juga ada desa Rimba Hijau. Nana mengernyitkan keningnya. Pasangan Richard dan Clara ini cukup lama berada di sini dan bisa tinggal dengan aman.

Begitu juga desa Rimba Hijau, mereka tidak mempunyai perisai pelindung atau apalah, seperti yang dimiliki Lembah Kesuburan, sebelum dirusak. Tetapi desa Rimba Hijau juga aman-aman saja.

Jadi memang sepertinya di sekitar sini tidak ada mahluk jahat. Kalau begitu, apa yang terjadi dengan Richard? Apakah dia mengalami kecelakaan? Atau ada sesuatu yang lain?

Selagi Nana masih berada di atas pohon, ia melihat ada debu mengepul ke udara dari arah danau. Apa itu? Nampaknya seperti ada segerombolan besar mahluk keluar dari danau dan terus bergerak melintasi hutan, menuju desa Rimba Hijau! Pemandangan mencekam terlihat dari atas rumah pohon Arkana.

Sementara itu, Susi masih bertelanjang dan enam orang lelaki terkapar di sekelilingnya. Cairan putih meleleh-leleh keluar dari memeknya yang merah. Entah berapa banyak orgasme, yang menjadi kebutuhannya setiap hari.

Raida berada tidak jauh di sebelah lapangan, dengan tiga orang gadis berambut biru yang telanjang bulat. Entah berapa usia mereka, karena tetek-tetek mereka besar, namun memek mereka hanya ditumbuhi bulu-bulu halus, dengan bibir memek berwarna merah muda. Dan berdarah-darah.

Kontol Raida masih keras, bergantian menghujam dari belakang, masuk ke dalam memek perempuan yang membungkuk dalam-dalam. Dua perempuan lain memegangi perempuan yang membungkuk dari kiri dan kanannya, sehingga ia tidak jatuh selagi Raida dengan bertenaga menekan masuk kontolnya, lalu menarik keluar lagi. Setiap kali ia ditusuk, perempuan itu menjerit kuat-kuat.

Di saat itu, terdengar gemuruh. Para Akirosk berambut merah nampak berlarian masuk ke tengah lapangan.

"MUNDUR!! MUNDUR!! PERGI KE HUTAN!! PERGIIII!!" teriak seorang Akirosk.

Susi segera bangun dari dipan batunya. Tanpa memakai baju, ia terus melayang ke arah Akirosk. Tak lama di belakang si Akirosk itu muncul sesosok mahluk, berkaki dua, bertangan dua, namun mempunyai kepala ikan, dengan mulut besar penuh gigi tajam. Tubuhnya berwarna hijau bertotol-totol kuning, Tangannya memegang sebilah tombak, seperti tulang ikan yang besar sekali, dua meter panjangnya dan berdiameter sebesar tangan anak kecil.

Dengan jurus Peri Air, Susi menghantam mahluk jahat yang baru muncul ini. BRAAAKK! Buah dadanya yang besar berayun setiap kali tangannya mengerahkan pukulan. Mahluk itu tidak bertahan lama, kepalanya hancur berantakan.

Namun sejurus kemudian, muncul puluhan, bahkan ratusan mahluk jahat serupa dari balik pepohonan hutan. Para Akirosk satu demi satu bertumbangan terkena tombak tajam. Mereka terus mengepung Susi yang mengamuk dengan kedua tangan dan kakinya.

Raida datang dengan kekuatan cakra buminya, juga masih bertelanjang bulat seperti Susi. Ia membentuk basis pertahanan yang kuat, seperti perisai, sehingga mahluk-mahluk itu tidak bisa menembus dinding tak terlihat. Susi terus melancarkan pukulannya, setiap kali membunuh satu atau dua mahluk jahat.

Tetapi mahluk-mahluk jahat itu mengalir terus seperti air yang tidak terbendung oleh Susi dan Raida. Mereka terus menyerbu ke desa, membunuhi para Glosk dan Edisk yang tidak berdaya, yang berlarian masuk ke dalam hutan.

Nana terus mengeluarkan senapannya, memasang kartridge persegi di bawahnya. Ia tidak tahu seperti apa nanti -- Nana tidak pernah menggunakan senapan, tapi memakai intuisinya saja. Ia mencoba senapannya, diarahkan ke pohon. Menarik pelatuk.

Tidak terjadi apa-apa.

Duh, bagaimana ini? Nana memperhatikan senapan di tangannya. Ternyata ada saklar kecil di sebelah kiri. Ia menekan saklar itu. Senapan langsung terasa bergetar pelan. Nana mengarahkan lagi senapannya ke pohon. Menarik lagi pelatuknya.

DZIIIIINNNGGGG!!

Diiringi bunyi desingan keras, moncong senapan mengeluarkan seberkas cahaya merah. Pohon yang diarahnya terus berlubang!

Berbekal senapan, Nana meloncat turun, menggunakan jurus naga airnya. Ia mendarat dengan ringan, terus berlari menuju desa Rimba Hijau. Di tengah hutan, beberapa puluh meter di depan ia melihat ada seorang lelaki Glosk yang dikejar mahluk bertombak. Nana mengarahkan senapannya. Cakra mengalir ke mata, ke kepala, dan ke tangannya. Matanya seperti lebih tajam membidik.

DZZIIINNNGG! Sinar merah membelah hutan lebat yang gelap, tepat menghancurkan kepala mahluk itu. Si Glosk dengan kaget memandang ke depan dan ke belakang, tubuh mahluk yang jatuh dengan kepala hancur. Ia terus berlari lagi di antara pepohonan.

Glosk dan Edisk lain bermunculan di belakangnya, juga ada banyak mahluk jahat yang mengejar mereka. Nana mengambil posisi di atas pohon yang banyak cabang, terus mengarahkan senapannya ke kiri dan kanan. Berkat ilmunya, ia bisa mengarahkan dengan cepat dan tepat, hanya sesekali saja meleset. Mahluk-mahluk itu bergelimpangan dengan kepala hancur atau dada bolong.

Sayangnya, senapan itu hanya menembak sebanyak 50 kali. Nana terus melepaskan kartridge, menggantinya dengan kartridge lain. Mulai menembak lagi.

Mahluk-mahluk itu tidak mempunyai akal yang cerdas, mereka mulai ketakutan melihat ada sinar merah turun dari pohon terus membantai. Jadi mereka mulai berhenti dan berbalik badan, tidak lagi mengejar para Glosk dan Edisk.

Melihat itu, Nana terus turun dari pohon dan terus berlari ke arah desa. Ada lebih banyak Glosk dan Edisk yang berlarian masuk ke hutan, dan beberapa mahluk jahat yang hancur ditembak Nana. Ia terus berlari menuju desa.

Perjalanan balik ini menjadi panjang, hampir tiga jam baru Nana sampai di desa Rimba Hijau. Tidak ada lagi mahluk jahat di sana. Banyak orang-orang dengan rambut biru dan ungu dan merah bergelimpangan bersimbah darah.

Di ujung jalan desa, Nana menemukan tubuh telanjang Susi dan Raida bersimbah darah, di antara amat sangat banyak bangkai mahluk jahat, yang mengeluarkan bau amis menyengat. Mati dengan kepala hancur dihantam pukulan dan tendangan.

Nun, mereka sangat banyak. Kedua ibu dan anak itu penuh berlubang oleh serangan tombak. Mengerikan. Menyedihkan. Dengan penuh duka, Nana menutup mata kedua orang itu, yang baru beberapa hari dikenalnya dan mulai disukainya.

Tidak ada tempat yang aman di Kriloga.

Nana terus berbalik berlari ke desa, terus ke rumah pohon. Ia mengambil koper hitam, sambil mengumpulkan para Glosk dan Edisi yang masih hidup. Bersama-sama mereka kembali ke desa.

Jerit dan isak tangis terdengar dimana-mana, mengiringi kengerian pembantaian di hari terkutuk ini. Mereka yang masih hidup terus membakar semua jenazah, termasuk tubuh Susi dan Raida, dengan memberikan sujud sebagai penghormatan terakhir.

Orang-orang itu terus mengumpulkan segala milik mereka, dan memulai perjalanan ke bawah, ke tempat desa kaum manusia di Prefektur Ooki. Tidak ada lagi keamanan di tempat ini.

Nana sendiri terus berbalik ke gua. Ia masih ingin tinggal di sana, tempat yang menyerupai apa yang dikenalnya sebagai rumah.

Satu pertanyaan masih menggantung di benaknya.

Mengapa Clara, Richard, dan lainnya meninggalkan Proyek Gemini?

Padahal semuanya masih berfungsi baik untuk tinggal, bahkan setelah melewati waktu yang entah berapa panjang?
 
menarik ceritanya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd