Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT G I G O L O

Status
Please reply by conversation.
Part 36



A
ku terpukau menyaksikan sebentuk tubuh yang begitu putih dan mulusnya. Tubuh yang sangat layak kusebut paling seksi di antara wanita - wanita yang pernah singgah di lembaran kehidupanku. Wajahnya pun cantik sekali (untuk ukuran kampungku), Sehingga aku takkan malu mengajaknya ke kota besar sekali pun, asalkan didandani dulu.

Pinggangnya ramping, sepasang toketnya montok. Memang sudah agak turun, tapi tak mengurangi gairahku, karena sekujur tubuh Bu Emi natural sekali. Bokongnya pun semok sekali.

Jembutnya memang lebat sekali. Tapi tumbuhnya di atas kemaluannya. Sehingga kupikir takkan sulit menjilatinya, karena di daerah labia mayoranya bersih dari pubic hair alias jembut.

Dia baru ditinggal mati oleh suaminya 3 bulan yang lalu. Kalau aku tidak cepat datang, mungkin keburu ada lelaki lain yang memperistrikannya, karena Bu Emi memang bening.

Melihat Bu Emi sudah telanjang bulat, aku pun menelanjangi diriku sendiri. Kemudian naik ke atas bed model jadulnya, di mana wanita setengah baya itu sudah duduk menungguku.

“Ibu degdegan nih Sep, “ ucapnya sambil menelentang dan merenggangkan jarak di antara kedua paha putih mulusnya.

“Kenapa degdegan Bu ?” tanyaku sambil merayap ke atas perutnya.

“Karena gak nyangka bakal mendapatkan brondong yang masih sangat muda. Punya kontol sebegitu panjangnya pula. Hihihii ... bener - bener bikin ibu degdegan Sep. “

“Aku juga gak nyangka Bu Emi bakal mau ... “ sahutku sambil memegang toket kirinya yang ternyata masih kenyal dan enak diremas.

“Abisnya ... kalau memek ibu udah dicolek - colek kayak tadi, pastilah ibu jadi kepengen begituan. Hihihiii ... “

Lalu Bu Emi tak berkata - kata lagi, karena aku mulai memagut bibirnya ke dalam lumatan hangatku. Ternaya dia pun menyambutnya dengan lumatan yang lebih binal. Ketika aku menjilati lehernya, gigi Bu Emi sampai gemeletuk kedengarannya. Mungkin itu gejala sedang menahan nafsunya yang belum tersalurkan.

Bahkan diam - diam Bu Emi sudah memegang kontolku, lalu mencolek - colekkannya ke mulut memeknya yang sudah membasah dan hangat.

Tampaknya Bu Emi sudah tak sabar. Sudah ingin merasakan dientot oleh kontolku. Karena pada suatu saat ia berkata terengah, “Ayo dorong Sep ... ibu udah horny berat nih. “

Ternyata Bu Emi sudah meletakkan kontolku pada posisi “siap tembak”. Sehingga aku tinggal mendorong kontolku sekuatnya.

“Oooowhhhhh ... udah masuk Seeep ... duuuuh enaknya dicolok sama kontol brondong tampan .... “ rintih Bu Emi sambil memegang kedua pangkal lenganku.

Aku tidak menyahut. Padahal hatiku sedang berkata, Gila, Bu Emi ini bukan hanya cantik dan seksi. Tapi memeknya juga ... luar biasa enaknya ... !

Liang memek Bu Emi tidak sesempit liang memek Mama Rosanna. Tapi terasa seperti mencengkram dengan kuatnya. Sehingga ketika aku mulai mengayun kontolku, nikmatnya mengalir dari ujung kaki sampai ke ubun - ubunku.

Tampaknya Bu Emi pun merasakan hal yang sama. Hanya bedanya, aku tidak melisankannya, Bu Emi melontarkannya dalam rintihan - rintihan histerisnya.

“Aaawwwwhhhhhh .... dududuuuuhhh ... Seeeeep ... uuuuuu .... uuuuuuuh ... Seeeep ... iniiii .... kon ... kon ... kontol Asep ... sampai di ... di dasar li ... liang memek ibu .... awhhhh .... nonjok nonjok terus Seeeep .... lu ... luar biasa ... enaknyaaaa .... Seeeep .... aaaaa ... aaaaaah ... kontol Asep ... paling enak di duniaaaa .... ooooooh .... enak sekali Seeeeep ... oooooh .... oooooo ... ooooooh .... terenak di duniaaaaa ... enaaaak Seeeeep ... uuuuuuuuhhhhhh ..... ooooooooohhhhh .... hhhhhh .... hhhhh ... uuuuuhhh .... gak nyangkaaaa ... ibu bakal merasakan kontol seenak ini Seeeeep .... gak nyangka Asep punya kontol ... se ... sepanjang ini .... aaaaaaawhhhhh ... enaknyaaaaaa .... di ... diewe sama kontol seenak ini sih ... ibu mau .... tiap hari diewe sama Asep juga ... ibu mauuuu ... “

Makin lama ucapan Bu Emi makin vulgar, makin urakan. Tapi hal itu malah membuatku semakin bernafsu untuk mengentotnya habis - habisan. Pantesan para pakar seks bilang, “Pada waktu berhubungan seks dengan partner Anda, jangan terlalu kaku melontarkan ucapan. Sekali - sekali melontarkan kata - kata kotor dan vulgar, justru akan menambah gairah Anda”.

Pantaslah pada waktu aku membisiki telinga Bu Emi, “Kita ini lagi ngapain Bu ?” jawabannya adalah, “Lagi ewean Seeep ... “

“Ibu ini lagi apa ?” tanyaku lagi. “Lagi diewe sama Asep ... hihihihiii .... “

“Lalu aku ini lagi ngapain ya ?” tanyaku lagi. Bu Emi menjawab, “Hihihi ... lagi ngewe ibu Seeep ... “

Kata - kata kasar itu memang laksana rempah - rempah yang makin menyedapkan masakan.

Seperti kucing kalau mau dipacek oleh jantannya, mengeluarkan suara seperti sedang bertengkar hebat. Padahal mungkin itu pula “bumbu” buat pasangan kucing pada waktu sedang naik birahinya.

Bu Emi juga begitu. Bu Emi yang kesehariannya menggunakan kata - kata halus dan sopan, pada saat sedang dientot langsung melontarkan kata - kata kasar dan urakan. Tapi hal itu justru membuat suasana semakin syur.

Bahkan ketika aku iseng membisikinya lagi, “Yang sedang kuewe ini apa namanya Bu ?” Tenang saja Bu Emi menjawab, “Heunceut ... gegewek ... hihihihiii ... “

Lebih dari setengah jam aku menyetubuhinya. Bu Emi sudah orgasme 2 kali. Dan ketika ia berkelojotan lagi, aku pun tak mau menunda - nunda ejakulasi lagi. Entotanku pun kugencarkan. Makin lama makin cepat. Sampai pada suatu saat, ketika Bu Emi mengejang sambil menahan nafasnya lagi, aku pun menancapkan kontolku di dalam liang memek ibunya Ima itu. Tidak menggerakkannya lagi.

Pada saat itulah liang memek Bu Emi berkedut - kedut kencang, dibarengi mengejut - ngejutnya kontolku yang sedang memuntahkan lendir surgawiku. Crettt ... croooooottttttt ... crooooooooooooooottttttttt .... crettt ... croooooooooottttt ... croooooooooooooottttt ... !

Lalu aku terkapar dalam pelukan hangat Bu Emi, dengan tubuh sama - sama bersimbah keringat.

Pada saat itu pula aku menyaksikan aura kecantikan Bu Emi yang membuatnya lebih cantik lagi. Aura kecantikan seorang wanita setelah mengalami orgasme sejati. Bukan orgasme palsu yang konon suka dilakukan oleh para pelacur.



Beberapa saat kemudian, aku dan Bu Emi mandi bersama di kamar mandinya yang mengingatkanku pada masa laluku. Kamar mandi yang ada sumurnya dan harus menimba air dulu untuk mengisi bak mandinya. Sabunnya pun sabun mandi batangan, bukan sabun cair.

Aku yang sudah terbiasa mandi dengan air hangat shower yang dilengkapi water heater, bergidik - gidik kedinginan juga dibuatnya. Tapi aku senang mandi dengan gaya jadul begini. Karena mengingatkanku pada masa laluku, kira - kira seperti ini juga kebiasaanku mandi. Bahkan saat itu rumahku jauh lebih menyedihkan kalau dibandingkan dengan rumah Bu Emi ini.

“Tadi sebelum Asep datang, ibu kan baru selesai mandi. Sekarang jadi mandi untuk kedua kalinya Sep, “ kata Bu Emi ketika sudah selesai mandi dan sedang mengeringkan tubuhnya dengan handuk.

“Tadi kan gak keramas. Baru sekarang keramasnya kan ?”

“Hihihiii ... iyaaa ... “

Setelah berpakaian, kami duduk di ruang tamu lagi.

“Mau ngajak ibu naik mobil Asep jadi ?” tanya BU Emi.

“Ayo, “ sahutku, “Tapi aku mau mengajak ke hutan bambu. Bukan ke kota. Karena aku ingin melihat kebun bambuku di gunung. “

“Mau dibawa ke mana pun ibu mau. Yang penting ibu ingin ngerasain duduk di dalam mobil Asep yang sedang meluncur di atas jalan. Tapi ibu mau ganti pakaian dulu ya. Masa pake daster beginian. “

“Silakan, “ sahutku sambil mengeluarkan bungkus rokokku. Mengeluarkannya sebatang dan menyalakannya.

Sambil menikmati kepulan asap rokok, kuminum teh yang sudah dingin dan kucoba juga memakan roti buatan Ima. Memang enak juga roti buatan Ima ini. Roti yang di dalamnya ada isian coklat ini, yah ... lumayan enaklah untuk level kampungku. Entahlah kalau dipasarkan di kota. Mungkin harus ditingkatkan lagi kualitasnya.

Tak lama kemudian Bu Emi muncul, dalam gaun span yang terbuat dari kain wetlook berwarna biru ultramarine polos.

Aku terpaku sesaat, menyaksikan cantiknya Bu Emi dalam gaun sederhana tapi menarik itu. Meski rambutnya ditutupi kerudung, tidak menutupi kecantikannya yang natural.

Tak lama kemudian sedan hitamku sudah kujalankan ke arah pegunungan. Berlawanan arah dengan menuju kota.

Aku memang sudah membeli kebun bambu beberapa hektar di daerah pegunungan. Tanah seluas itu ditanami bambu semua. Pohon kayu rasamala hanya dibiarkan tumbuh beberapa pohon saja untuk memperkuat struktur tanah supaya tidak longsor.

Rencanaku tidak muluk - muluk dengan membeli kebun bambu yang sudah seperti hutan itu saking banyaknya rumpun bambu di tanah yang sudah kubeli itu. AKu hanya ingin memproduksi tusuk sate dalam skala besar, dengan menggunakan peralatan sederhana tapi cukup modern. Rencananya tusuk sate yang akan dipasarkan sudah dalam kemasan plastik bening dan ada merknya.

“Wah ... kalau sedan mahal mah rasanya seperti gak bergerak saking halusnya. Enak sekali duduknya juga Sep, “ kata Bu Emi ketika aku sudah melarikan sedan hitamku.

“Kataku sih masih enakan memek Bu Emi, “ sahutku.

“Hihihihiiii ... jangan dibandingkan sama memek ibu dong. Kalau memek ibu sih bandingkannya dengan kontol panjang Asep. Yang luar biasa enaknya dan bakal bikin ibu ketagihan nanti.”

“Aku juga bakal ketagihan Bu. Karena memek Bu Emi luar biasa enaknya. Tapi kalau Ima sudah pulang dari Karawang, kita harus melakukannya di hotelku. Supaya Ima tetap gak tahu hubungan kita. “

“Memang Asep punya hotel segala ?”

“Punya Bu. Nanti kukasih alamat lengkapnya, tapi jangan dilihatkan sama Ima. “

“Iya, iya. Ima jangan sampai tahu. Kalau dia tahu, wah, pasti dia marah sama ibu. Karena ibu malah punya hubungan dengan sahabatnya. “

“Aku memang penggemar wanita setengah baya Bu, “ kataku, “Karena kalau berhubungan wanita setengah baya, bisa melakukan semuanya. Bukan sekadar cipika - cipiki doang. “

“O begitu ya. Kayak tadi aja contohnya. Baru ketemu bisa langsung begituan. “

“Pake istilah begituan. Pada waktu ibu sedang kuentot tadi, apa istilahnya ?”

“Ewean. Hihihiiiii .... kalau sedang ewean, omongan ibu jadi kotor ya. “

“Menurut pakar seks, waktu sedang ewean itu harus melontarkan kata - kata urakan Bu. Jangan bicara formal - formalan lagi. Namanya juga sedang bersetubuh, yang artinya badan kita sedang bersatu ... “

“... Disatukan oleh kontol dan heunceut. Hihihihiiiii .... !” Bu Emi ketawa cekikikan.

Aku pun ketawa senang.

Percakapan di dalam mobil ini membuat suasana bertambah akrabnya Bu Emi dengan diriku. Bahkan sambil nyetir, aku tak ragu untuk memegang toketnya, meski masih tertutup oleh gaun dan behanya. Tak cuma itu. Bu Emi malah menarik tangan kiriku untuk diselundupkan ke balik gaun spannya, sampai diselinapkan ke balik celana dalamnya dan langsung menjamah memeknya.

Memang menyenangkan punya mobil matic ini. Karena sambil nyetir dengan tangan kananku, tangan kiriku leluasa untuk menggerayangi memek Bu Emi.

“Ibu jadi kepengen diewe lagi Sep, “ ucap Bu Emi terang - terangan.

“Nanti di hutan bambu ya Bu. Biar ada kenangan buat kita. Ewean di alam terbuka. “

“Heheheee ... iya ... iyaaa ... “ sahut Bu Emi, “Tapi kalau di hutan bambu sih eweannya sambil berdiri kali ya ?”

“Iya. Yang penting bisa ngecrot. “

“Tadi air mani Asep banyak sekali. Dibarengin pula lepasinnya. Kalau gak dikasih pil anti hamil tadi, pasti ibu bisa hamil. Soalnya sekarang ini ibu sedang dalam masa subur. “

“Kata orang, ngewe perempuan yang sedang dalam masa subur itu paling nikmat. “

“Tentu sasja. Karena perempuannya pun sedang peka - pekanya. Disentuh dikit langsung minta digenjot. “

Setibanya di daerah kebun bambuku yang luasnya berhektar - hektar ini, aku tidak mempedulikan kebun bambuku. Karena kontolku sudah ngaceng berat lagi.

Maka aku mengajak Bu Emi menuju pohon rasamala yang usianya sudah sepuluh tahunan. Pohon yang besar dan cocok untuk menjadi sandaran Bu Emi yang akan kuentot sambil berdiri.

Dalam posisi berdiri ini, Bu Emi tidak perlu menanggalkan gaunnya. Ia bersandar ke pohon rasamala yang besar sekali, lalu melepaskan celana dalamnya. Dan menyingkapkan gaunnya setinggi mungkin. Aku pun hanya menurunkan celana denimku dan celana dalamku sampai di lutut. Lalu kucolek - colekkan kontolku ke mulut memek Bu Emi. Dan akhirnya kubenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Emi yang sudah agak basah dan licin ini.

Suasana di hutan bambu yang diselingi beberapa pohon rasamala tua ini sangat sepi. Selain penduduk di sekitarnya hanya beberapa keluarga saja, juga tiada yang berani menginjak kebun bambuku yang sudah mirip hutan ini, karena mereka tahu bahwa hutan bambu ini ada yang punya.

Sambil berpelukan dan berciuman, aku pun mulai mengentot liang memek Bu Emi yang rasanya sangat aduhai ini.

Desir angin yang meniup daun - daun bambu, menimbulkan suara gemerisik. Laksana musik alam, mengiringi ayunan kontolku yang sedang maju mundur di dalam liang memek Bu Emi yang cantik natural ini.

“Seeep .... duuuh .... ini indah sekali Seep ... ini pertama kalinya ibu diewe sambil berdiri begini. Di alam terbuka pula ... indah sekali Seeep ... indaaaaah .... aaaaaaaaaah ..... aaaaa .... aaaaahhhh ... ibu tak mungkin melupakan kejadian ini ... akan ibu kenang sepanjang hidup Seeep .... “ rintih Bu Ei dengan suara setengah berbisik. Mungkin dia juga sadar, bahwa kali ini dia sedang dientot di alam terbuka.

Bu Emi semakin terlena - lena ketika aku mulai menjilati lehernya disertai gigitan - gigitan kecil. Sehingga ia tak mempedulikan lagi kerudungnya yang berkibar - kibar ditiup angin sejuk pegunungan.

Sudah lebih dari setengah jam aku mengentot Bu Emi di bawah rindangnya dedaunan pohon rasamala tua ini. Tapi baik aku belum ngecrot juga, padahal Bu Emi sudah orgasme satu kali. Kaki pun terasa pegal, sehingga kutawarkan untuk melanjutkannya di dalam mobil yang kuparkir tersembunyi di antara kerindangan rumpun - rumpun bambu.

Bu Emi setuju, karena kakinya pun mulai terasa pegal.

Kubetulkan letak celana denimku, lalu menggandeng lengan Bu Emi, berjalan menuju mobilku.

Kubuka pintu mobilku yang di sebelah belakang. Lalu kuhidupkan mesin mobilku berikut ACnya, supaya kami tidak pengap nanti.

Di seat belakang yang cukup lebar karena mobilku built up Eropa, kupelorotkan lagi celana denim dan celana dalamku. Tadinya aku mau menelentangkan Bu Emi di seat belakang yang cukup lebar itu. Tapi dia menawarkan posisi lain. Posisi sambil duduk, sementara Bu Emi yang akan duduk di atas sepasang pahaku sambil memegang sandaran seat depan. Dengan sendirinya ia akan membelakangiku. Dan aku setuju saja pada usulnya itu.

Lalu Bu Emi memegang kontolku sambil membelakangiku. Gaunnya sudah disingkapkan lagi. Dan setelah moncong kontolku tepat sasaran, Bu Emi menurunkan bokongnya. Blesssssssss .... kontolku melesak masuk ke dalam liang memek wanita setengah baya yang belum bisa disebut tua itu.

Lalu dengan gesitnya Bu Emi menaik turunkan bokongnya sambil berpegangan ke sandaran seat depan. Dengan sendirinya kontolku dibesot - besot lagi oleh liang memeknya yang super lezat ini.

“”Memek Bu Emi memang nikmat sekali rasanya ... “ ucapku sambil menyelinapkan tanganku ke balik gaun bagian dada, kuselinapkan lagi ke balik behanya, untuk memegang dan meremas toket gedenya.

Terasa Bu Emi semakin bersemangat menaik turunkan bokongnya sambil memegang sandaran seat depan. Rintihan - rintihan histerisnya pun mulai terdengar lagi.

“Ooooo ... oooo ... ooooooh ...ko ... kontol Asep juga luar biasa enaknya. Ini sangat terasa, menyundul - nyundul dasar liang memek ibu ... ooooh ... rasanya ibu sudah tergila - gila oleh kontol panjangmu ini Seeep ... Asep harus kasihan sama ibu ... harus sering ewean sama ibu di hari - hari mendatang ya Seeep ... soalnya ibu sudah sangat tergila - gila ewean sama Aseeep ... “

“Iya Bu, “ sahutku ssambil meremas - remas sepasang tokewt gede Bu Emi, “Aku juga pasti ketagihan ewan sama Bu Emiii ... ayoooo ... ayun terus pantatnya Bu ... makin lama jadimakin enak gini Buuu ... “

Namun, karena Bu Emi terlalu bersemangat mengayun bokongnya, menimbulkan akibat juga. Ia jadi tak mampu bertahan lama. Sampai akhirnya ia memekik lirih, “Aaaauuuuuu ... Seeep .... ibu mau lepas lagiiiii .... “

Lalu ia mengejang tegang dan akhirnya terkulai lemas diiringi elahan nafasnya, “Bucat deuiiiiiii .... aaaaaaahhhh ..... “

Lalu Bu Emi mengangkat bokongnya tinggi - tinggi. Membuat kontolku terlepas dari liang memeknya. Kemudian ia rebah celantang di seat belakang yang cukup lebar, namun kedua kakinya tidak bisa diselonjorkan sepenuhnya.

“Lanjutkan dalam posisi biasa aja ya Sep. Biar ibu bisa diewe sambil ngaso. “

“Iya, “ sahutku sambil memperhatikan kaki kanan yang terjuntai dan menginjak karpet mobil, sementara kaki kirinya diangkat dan ditumpangkan ke ujung sandaran seat belakang. Aku pun melakukannya dengan menekuk lutut kananku di seat belakang, sementara kaki kiriku berada di karpet dasar.

Meski agak ribet, akhirnya aku bisa juga membenamkan kontolku ke dalam liang memek Bu Emi yang sudah agak becek. Bahkan kaki kirinya kubiarkan menumpang di atas bahu kananku.

Keuntungannya, posisi ini bahkan membuat kontolku bisa membenam lebih dalam lagi di liang memek Bu Emi.

Lalu pelampiasan nafsui berahi ini berlanjut lagi. Dengan sepenuh gairahku.

Lebih dari seperempat jam aku mengentot liang memek Bu Emi dalam posisi baru ini.

Sampai akhirnya ... ketika Bu Emi orgasme lagi, kontolku pun mengejut - ngejut sambil memuntahkan air maniku.

Crooooooooooooooooooooooooooooooooooooooottttt .... !

“Aduuuh ... tiap ewean sama Asep, scorenya satu tiga terus. Asep sekali ngecor, ibu tiga kali orgasme. Tadi di rumah seperti itu, sekarang pun satu tiga lagi scorenya. Padahal dengan almarhum ayahnya Ima, belum pernah ibu kalah telak begini. Bahkan dengan ayahnya Ima sering keduluan lepas. Ketika ibu baru manasin mesin, ayahnya Ima keburu bucat. Hihihiiii ... bukan ngomongin orang yang udah tiada deng ... “



Beberapa saat kemudian, sedan hitamku sudah meluncur di jalan aspal, untuk kembali ke rumah Bu Emi yang letaknya di kampungku juga.

Dan setibanya di rumah Bu Emi, aku berikan seikat uang seratusribuan. “Buat nambahin kebutuhan sehari - hari Bu Emi, “ kataku.

“Iiih ... gak mau Sep ah. Ibu memang bukan orang kaya. Tapi ibu bukan pelacur ... ! “ ucapnya tegar.

“Siapa pula yang nganggap Bu Emi pelacur ? Kalau Bu Emi pelacur, menyentuh tangan Bu Emi pun aku tak mau. Ini sekadar tanda sayangku aja pada Bu Emi, “ desakku secara halus.

“Nggak, ibu gak mau pokoknya. Ibu cuma berharap, bantulah Ima sebisanya. Agar hidupnya agak mapan. Itu aja. Simpan aja duit itu buat beli pertamax. Jangan harap ibu mau menerimanya. Iiih ... amit - amit, abis ewean terus dikasih duit. Emangnya ibu pelacur ? ”

Meski kudesak - desak, Bu Emi tyetap menolak pemberian uang itu. Akhirnya aku bergegas menuju mobilku, lalu mengeluarkan sebotol parfum impor yang berada di laci dashboard sedan hitamku.

Lalu menghampiri Bu Emi lagi sambil memperlihatkan parfum yang masih ada di dalam kotaknya ini, “Kalau parfum pasti Bu Emi mau kan ?”

“Nah ... kalau parfum sih mau. Apalagi parfum buatan luar negeri gini, “ sambutnya sambil memegang kotak parfum itu, “Pasti harum sekali. Dan nanti, kalau ibu ingat Asep, akan kucium harumnya parfum ini, supaya kangen ibu terobati. “

Memang tadi aku yang bersalah. Banyak perempuan tak mau menerima duit sehabis bersetubuh. Bahkan banyak pula yang sangat tersinggung, karena merasa diperlakukan seperti pelacur.



Ketika aku pamitan mau pulang, Bu Emi memelukku erat - erat. Menciumi bibirku dengan lahapnya. Kemudian ia berbisik, “Jangan lupakan ibu ya Sep. Kapan pun Asep mau menggauli ibu lagi, tinggal hubungi ibu ... dan ibu siap ketemuan di mana pun, termasuk di hotel punya Asep itu. “

“Iya Bu. Terima kasih ya. Aku akan tetap menganggap Bu Emi sebagai kekasihku, “ sahutku dengan perasaan terharu.

Kemudian aku meninggalkan rumah Bu Emi, meninggalkan kampungku. Tanpa menginjak rumah yang katanya sudah direnovasi oleh Ceu Imas itu.

Memang aku merasakan sesuatu yang lain dari biasanya. Bahwa Bu Emi itu sosok yang mengesankan.



Tiga hari kemudian, ketika aku baru tiba di hotelku, tiba - tiba handphoneku berdenting ... tiiiing .... !

Kulihat siapa yang call. Ternyata dari Ima. Lalu :

“Hallo Ima. Sehat ?”

“Sehat. Tempo hari Asep ke rumahku ya. “

“Iya. Kamu sedang ke Karawang, kata ibumu. “

“Kalau tau kamu mau datang sih, pasti kubatalkan kepergianku ke Karawang. “

“Gak apa. Aku hanya ingin melihat perkembangan usahamu. Ternyata udah berkembang sedikit. Padahal kalau kamu profesional, seharusnya dikembangkan lebih jauh lagi Ima. “

“Cita - cita sih ada. Ingin mengembangkan diri secara profesional. Tapi waaah ... setelah dihitung - hitung, modalnya gede sekali. “

“Apa yang mau kamu lakukan kalau kamu punya modal gede ?”

“Pekarangan rumahku kan lumayan gede. Seandainya sekalian buka toko roti, seandainya laku kan aku gak usah keliling menjajakan roti ke warung - warung. Apalagi kalau punya mesin penggiling adonan roti, aku gak usah berlepotan keringat lagi. Karena sebenarnya membuat adonan roti itu harus dengan tenaga yang kuat Sep. “

“Coba bikin proposal. Nanti kirimkan ke aku. Dan akan kupelajari proposal itu. “

“Proposal sih sudah ada. Tapi proposal itu takut dianggap terlalu muluk - muluk. Bagaimana Sep ?”

“Bawa aja ke aku. Nanti kupelajari, mana yang bisa dibantu dan mana yang tidak. “

“Sekarang aja aku ke rumahmu. Biar tidak buang - buang waktu lagi. Tapi aku gak tau alamat rumahmu Sep. “

“Datang aja ke hotelku. Nanti alamatnya kukirimkan lewat WA. “

“Iya Sep. Setelah tahu alamatnya, aku akan menjumpaimu saat itu juga. “

“Berarti hari ini juga kamu akan ke hotelku ya. Tuh alamatnya sudah kukirim lewat WA Im. “

“Iya, terimakasih Sep. Sekarang juga aku akan mengantarkan proposalku ke alamat yang sudah dikirimkan ini. “

“Namaku di hotelku Yosef. Jangan bilang Asep ya. Salah - salah kamu diantarkan ke bellboy. Karena bellboy aja ada dua orang yang bernama Asep. “

“Siap Boss. “

Aku memang sedang berada di hotel.

Beberapa hari yang lalu aku sudah memutuskan bahwa Anggraeni tak usah datang ke hotel lagi. Dia boleh mempelajari buku - buku managemen perhotelan dan leadership di rumah saja. Tapi dia tetap akan mendapatkan gaji setiap bulan.

Setelah hotel baru itu selesai dibangun, barulah Anggraeni akan menempati jabatannya sebagai .... belum ditentukan. Pokoknya jabatan Anggraeni nanti bukan jabatan ecek - ecek.

Lebih dari semua itu, Anggraeni telah kubelikan sebuah mobil baru yang tidak mahal harganya (menurutku).

Semua itu kuputuskan, karena aku merasa kasihan padanya, setiap hari harus datang ke hotel, tanpa jabatan apa - apa. Mungkin saja dia merasa rendah diri, karena tiap hari datang hanya untuk mempelajari buku - buku itu di ruang kerjaku. Sementara karyawanku pada sibuk semua.

Dengan keputusan itu aku merasa lega. Dan berharap perasaan Anggraeni tidak tersiksa lagi.

Di balik semua itu, aku merasa leluasa kalau punya mangsa yang akan kusetubuhi di hotel. Tanpa perasaan takut ketahuan oleh Anggraeni. Sebenarnya bukan takut, tapi semata - mata ingin menjaga perasaan Anggraeni yang terasa sudah sangat mencintaiku.

Tapi aku meminta Ima datang ke hotelku bukan untuk kusetubuhi. Karena aku tidak tertarik pada sahabat karib yang bentuknya seperti laki - laki itu. Rambutnya pun dipotong pendek, pendek sekali. Lebih pendek dari rambutku. Dengan mengenakan celana jeans dan baju kaus yang tiada tonjolan di dadanya, sehingga lengkaplah sudah, dia benar - benar seperti cowok.

Kali ini aku benar - benar ingin membantu Ima agar sukses dalam usaha yang tengah dirintisnya. Ingin membantu sahabat karib yang sering berbuat baik di masa laluku.



Seorang petugas security mengantarkan Ima ke ruang kerjaku. Saat itu Ima mengenakan blouse abu - abu muda dengan spanrok abu - abu tua yang ada belahan di belakangnya. Sungguh berbeda dengan biasanya. Terlebih ketika aku melihat wajahnya yang sudah bermake up, bibirnya pun dipolesi lipstick dan lip gloss pula. Sehingga Ima tampak seperti cewek kali ini.

“Tumben kamu kayak cewek sekarang, “ kataku sambil menepuk bahunya setelah kupersilakan duduk di ruang tamu owner hotel.

“Emang aku cewek. Siapa bilang aku cowok ? ” sahutnya sambil tersenyum.

“Biasanya sih kamu kayak cowok. Full kayak cowok. Hahahaaa ... “

“Iya sih. Teman - teman juga banyak yang bilang aku tomboy. “

“Oke deh. Mana proposalmu ?”

Ima mengeluarkan sebuah map dari tas kecilnya. “Ini ... “ katanya sambil menyerahkan map tebal itu padaku.

Kubaca dan kupelajari proposal itu. Menurutku, proposal itu tidak muluk - muluk. Hanya ingin membuat sebuah toko roti, mesin adonan roti, oven besar dan beberapa barang belah pecah serta loyang - loyang roti. Apanya yang muluk - muluk ?

“Terus kalau kamu sudah mendapatkan funder untuk membiayai semua yang tercantum dalam proposal ini, apa rencanamu untuk mengembalikan dananya ?”

“Maunya sih dicicil setiap bulan sampai lunas, dengan bunga yang sama dengan bunga bank, “ sahut Ima.

“Kamu sudah tau perusahaan yang menjual semua kebutuhan untuk produksi ini ?”

“Sudah. Makanya ada kalkulasi harganya semua, kecuali bangunan untuk tokonya masih kosongkan ?”

“Kalau melihat proposal ini, justru tokonya itu yang biayanya lebih tinggi. “

“Iya Sep. Aku juga menyadari hal itu. Makanya proposalku terasa muluk - muluk menurutku. “

“Muluk - muluk sih nggak. Semuanya realistis. Lalu nanti kamu akan menggunakan tenaga kerja juga kan ?”

“Iya. Rencananya sih cukup dua orang. Yang seorang membantuku di bidang produksi, yang seorang lagi penunggu toko. “

Aku mempelajari rencana pembangunan toko itu. Lalu menghitungnya dengan kalkulator. Sampai ketahuan berapa kira - kira pembangunan toko roti itu.

Lalu kujumlahkan juga semua barang untuk alat produksi yang semuanya sudah ada harganya. Kemudian kujumlahkan semuanya. Hanya beberapa ratus juta. Jauh dari hitungan milyar.

“Kalau kuhitung semuanya, termasuk pembangunan toko, jumlahnya segini Im, “ ucapku sambil memperlihatkan kalkulatorku padanya.

“Iya, iya ... “ Ima mengangguk - angguk.

“Kamu punya rekening tabungan ?”

“Punya. “

“Banknya bank apa ?”

Ima menyebutkan nama banknya. Ternyata bank yang aku juga punya rekeningnya.

Lalu kuambil buku cek. Dan kutulis nominal yang sesuai dengan jumlah keseluruhan yang tertera di kalkulatorku, ditambah beberapa puluh juta untuk faktor X (faktor yang selalu harus diperhitungkan manakala seseorang mau membangun rumah, toko dan sebagainya).

“Nah ... ini cek harus dicairkan hari ini juga. Itu sudah kuhitung faktor X yang biasa dialami oleh orang - orang yang sedang membangun. “

“Ooooh Sep .... ini beneran ? “ Ima menggesek - gesek matanya setelah membaca nominal yang tertera di atas cek itu.

“Aku sih gak pernah ngelantur dalam soal duit. Nanti di bank, dananya masukkan saja ke rekening tabunganmu. Jangan diambil fisik duitnya. Biar lebih aman. “

“Lalu bagaimana cara mengembalikannya nanti padamu ?”

“Sesuai dengan rencana di dalam proposalmu aja. Hanya bedanya, aku tidak membutuhlkan bunga. Karena aku bukan rentenir. Cukup dibayar modalnya aja, tanpa bunga satu persen pun. “

“Jadi sekarang aku harus ke bank dulu untuk memindahkan dana ini ke rekening tabunganku ?”

“Sebaiknya begitu. Mumpung hari masih pagi. Nanti pulang dari bank, kamu boleh ke sini lagi, untuk membicarakan masalah usahamu. Buku tabungannya dibawa ?”

“Dibawa Sep. Kebetulan aku mau nyimpan duit sejuta hari ini. Gak taunya ... bakal nyimpan ratusan juta .... ooooh Asep ... Asep ... entah bagaimana caranya untuk menyatakan terima kasihku padamu ... “

“Terima kasihnya pada Tuhan saja. Karena aku hanya perantara untuk berusaha membantumu. “

“Iya. Kalau begitu aku mau ke bank dulu ya. “

“Silakan. “

“Nanti setelah selesai di bank, aku mau ke sini lagi ya. “

“Iya. Sebelum jam empat sore aku masih di sini. “
Mantafff ceritanya....lanjooot sampai TAMAT bro @Otta....
 
Ingin punya teman seperti asep, ikhlas dalam membantu, gk mengambil keuntungan ditengah penderitaan
 
Adegan asep eh yosef membantu ima adalah adegan yg sangat membuatku terseyum
Andai aku seperti yosep akan ku bantu teman sekolahku yg masih miskin
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd