Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Finding Oshi [TAMAT]

Bimabet
Part 22: JKT Circus (Malang)


Maaf ya, kalo baru update.
Update ini harusnya di hari kamis kemarin. Tapi karena satu dan lain hal, jadi tertunda sementara.
Ya,... yang penting update kan ya.

Hah? Kenapa?
Kenapa judul part-nya ada keterangan lokasinya?
Iya sih emang udah jelas pasti JKT Circus Malang, kan emang lagi ada di Malang ceritanya.
Alasannya ya,.. biar,... Mungkin aja ada yang baru ngikutin cerita ini dari sini, sebelumnya belum baca part-part sebelumnya.

FYI, sebenarnya part ini dan part sebelumnya awalnya adalah 1 part, tapi pas saya nulis nulis nulis kok panjang ya ternyata.
Aha, saya bagi 2 aja. Supaya mereka mengira update nya banyak. Hehe (*ketawa jahat)

Kenapa?
Kebanyakan basa-basi ya.
Maaf maaf.
Ya udah, langsung mulai aja.
.
.
.
.
.
.
.
Eh, part sebelumnya itu sampe mana ya ceritanya,...
.
.
.
.
.
Oh iya, udah inget kok. Santai santai.
.
.
.
.
.
(Katanya part ini dan part sebelumnya 1 part, kok lupa)


Ya, kan sebenarnya saya masih mau basa-basi aja. Hehehe.


Ya udah lah. Kalau semakin lama basa-basinya, firasat saya mengatakan nanti kalian akan emosi.
Jadi, langsung mulai aja.


(Beneran langsung mulai kan?)


Iya. Udah jangan kebanyakan nanya.
Mau mulai gak nih?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Sial!
Sikap Shania hari ini membuatku mulai ragu memilih antara yang berakhiran huruf 'A' atau tidak.

Cukup lama aku terdiam mematung setelah dicium Shania.

Tiba-tiba ada chat masuk.

"Kamu beneran ada di Malang ya?" isi pesan tersebut.

Baru aku mau mengetik balasannya dengan satu huruf, 'Y'. Ada pesan masuk lagi dari pengirim yang sama.

"Gak usah bohong, tadi aku lihat kak Shania pake jaket yang sama persis sama yang kamu pake waktu HS sama aku kemaren. Aku tunggu di bilik aku ya"

Siapa yang mau bohong emang?, batinku.

Itu membuatku mengurungkan niat untuk membalas pesannya. Daripada aku menjadi semakin pusing dalam menentukan pilihan.

"HAACCCHHOOOO!"

Dingin juga ternyata ya, batinku.

"Mikirin itu nanti aja deh. Sekarang perlu minum yang anget-anget dulu kayaknya" gumamku.

Atau beli jaket aja ya. Tapi beli dimana?, pikirku.

AHH!

Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Kenapa gak kepikiran daritadi, pasti disana ada, batinku.

Aku pun langsung bergegas pergi.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Belum selesai ya?" tanyaku.

"Belum, mas" jawab seseorang. "Ini masih,... Oi, gimana kemaren jalan-jalannya? Udah nembak belum?" tanya orang itu beruntut setengah berteriak.

"Apa'an sih, bang" elakku.

"Masa seharian jalan-jalan gak ada hasilnya" ledeknya.

"Gue kan udah bilang berkali-kali, gue ama Shania cuma-"

"Berteman?" potongnya. "Alasan klasik"

"Terserah lo deh, bang. Pokoknya gue jangan di blacklist aja" balasku pasrah.

"Gak mungkin lah. Mana berani aku blacklist kau" katanya.

Oh iya, aku belum menjelaskan situasiku saat ini ya. Baiklah, akan aku jelaskan secara singkat. Takutnya kalau terlalu panjang kalian nanti bingung.

Saat ini aku sedang berada di depan booth merchandise JKT yang masih dalam proses penataan barang. Dan orang yang ku sapa dan ku ajak bicara ini adalah bang Kenzo. Dia sih inginnya aku memanggil dirinya Kenzo-san. Bukan hanya ingin sih, tapi sangat ingin. Entahlah aku tidak mengerti kenapa dia sangat ingin kupanggil begitu. Apa alasannya aku juga tidak paham.

Siapa itu bang Kenzo?
Ingat di part 15 aku pernah bercerita kalau aku mengenal sosok 'GM di balik layar'. GM yang sebenarnya.
Nah, bang Kenzo ini lah orang tersebut. Dialah GM yang sebenarnya itu.
Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa diangkat menjadi GM, padahal dulu dia hanyalah staff biasa.
Mungkin karena dia sudah berjasa sebagai 'penyelamat' para member dulu.
Entahlah.
Atau mungkin gara-gara,...

"Ngomong-ngomong ada perlu apa kau kesini?" tanya bang Kenzo kemudian.

"Ada jaket gak, bang? Kedinginan gue" jawabku.

"Oi, Aris. Ambilin jaket satu!" perintahnya pada bang Aris, salah satu staff.

"Buat Adrian? Siap" balas orang itu sambil mengambil satu jaket yang masih terbungkus plastik dan melemparkannya.

"Main lempar-lempar aja kau" protes bang Kenzo.

"Sorry, Kenzo-san" kata bang Aris meminta maaf.

"Eh, bang Aris kok ada disini?" tanyaku. "Pacar lo kan ada di team lain bang" tambahku setengah bercanda.

"Sialan lo. Gue kerja" jawab bang Aris.

"Nih" kata bang Kenzo sambil menyerahkan jaket itu padaku. "Setidaknya Aris udah berani nyatain perasaannya ke orang yang dia sayang, daripada kau" tambahnya.

"Ya elah, bang" kataku dengan nada tidak terima. "Ini berapa?" tanyaku sambil merogoh saku, mengambil dompet.

"Gak perlu. Udah, ambil aja" jawabnya.

"Jangan gitu, bang. Gak enak gue" balasku.

"Udah lah. Ini ambil!" katanya sambil memberikan jaket itu padaku. "Kau gak perlu bayar, cukup panggil aku 'Kenzo-san' saja" tambahnya.

Aku tidak menjawabnya, hanya memandangnya sambil memberikan ekspresi 'Serius lo?'.

"Hahaha. Bercanda. Udah lah, jaket doang. Belum cukup buat balas jasa lo dulu" katanya lagi.

"Jasa?" tanyaku tidak begitu mengerti.

"Kalau kau tidak bilang waktu itu, kalau kau tidak memperingatkan kami. Gak tau deh, gimana nasibnya member-member itu" jelasnya kemudian.

"Gue cuma ngomong doang, bang. Gak ada yang percaya juga kan" kataku merendah.

"Aku percaya" balasnya cepat.

"Ya, tapi tetep aja. Ada yang grad juga kan" kataku lagi.

"Mereka grad sebelum kau memperingatkan kami. Lagipula ada yang tetep bertahan juga kan, dan dia masuk senbatsu sousenkyou habis itu" katanya membelaku.

"Cuma satu orang yang bertahan, bang. Yang grad kan dua"

"Kenapa kau harus merasa bersalah? Mereka grad juga pilihannya sendiri, bukan gara-gara kau" katanya membelaku lagi. "Yah, walaupun pelakunya ngilang sih" tambahnya pelan.

"Tapi tetep aja, bang. Jiro-san jadi,.."

"Mendiang Jiro-san melakukan hal itu, sebagai bentuk penyesalan gara-gara tidak mau mendengarkan peringatanmu. Sekarang yang penting, aku sebagai penerusnya, harus bisa melanjutkan cita-cita beliau" katanya. "Dan,.. mungkin aku akan butuh bantuanmu untuk ngelakuin itu" tambahnya pelan.

"Makasih ya, bang" kataku akhirnya.

"Udah kau pakai jaket itu" perintahnya.

Aku lalu memakai jaket ini. Jaket RE-Boost.
Ya, baguslah tidak terlalu kelihatan seperti VVOTA kalau dilihat orang, tapi kalau dilihat sesama VVOTA sih, ya tidak tahu juga.

"Sekarang ikut aku!" ajaknya.

"Mau kemana, bang?" tanyaku.

"Kau belum sarapan kan. Ayo, kita sarapan!" ajaknya lagi. "Sekalian ada yang mau aku omongin. Tenang aja, aku yang bayarin"

Aku mengikutinya saja, daripada bengong. Aku juga penasaran dengan apa yang ingin dia bicarakan denganku. Lagipula aku juga lapar dan kali ini dibayari juga. Jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin.

"Eh, tunggu" cegahnya.

"Kenapa, bang?" tanyaku.

"Aris, aku ambil topi satu ya" kata bang Kenzo.

"Ambil aja, bang" jawab bang Aris.

"Ini! Kau pakai topi, biar 'rambut puding' mu ketutupan" kata bang Kenzo sambil memakaikan topi RE:Boost model baseball cap di kepalaku.

"EHH!!" kagetku. "Ini,.."

"Iya, topi buat kau juga" balasnya.

"Gak usahlah, bang. Ini jaket kan ada hoodie-nya bisa buat nutupin kan"

"Udah, terima aja"

"Yah,.. tapi jangan semuanya digratisin buat gue dong, bang. Gue bayar salah satunya aja ya" kataku.

"Ya udah. Kau bayar topi aja"

"Berapa?" tanyaku.

"Satu juta"

"Buset! Ini jaket sama topi aja kalo di total gak segitu, bang. Itu dua kali lipatnya, hampir tiga kali mungkin" kataku.

"Kau tinggal pilih, terima semuanya gratis atau bayar topi aja satu juta"

"Ya, mendingan gue terima gratis bang" jawabku.

Ya, terima saja lah. Anggap saja balasan tadi aku bagi-bagi rejeki pada bapak penjaga kamar mandi dan bapak supir Grab, pak Bambang. Eh, pak Heru. Ya,... anggap saja Bambang Suheru lah.

"Nah, gitu. Kau taruh aja tas mu disini"

"Bang Aris, nitip tas ya" kataku setelah menaruh tas yang dibalas dengan acungan jempol.

Saat aku berjalan hendak mengikuti bang Kenzo, langkahku terhenti saat melihat salah satu poster banner di depan booth merchandise. Itu poster Gracia.
Kenapa aku merasa kesal sendiri kalau mengingat-ingat kelemotan dia ya, tapi aku juga sedikit merindukan tingkah lucunya itu.
Tunggu, kenapa aku malah memikirkan Gracia?

Re-Boost-Parka-Hitam-S-3-jpg.jpg


"Kenapa?" tanya bang Kenzo tiba-tiba saat menyadari aku terdiam memandangi banner bergambar Gracia. "Kau lebih suka jaket parka? Pengen tukar aja?" tanyanya lagi.

"Ah,.. enggak, bang. Ini aja gapapa kok" balasku.

"Lalu?" tanyanya bingung. "Ohh,.... jadi ini alasanmu belum nembak Shania?" katanya menarik kesimpulan sambil menunjuk gambar Gracia.

"Apa'an sih, bang. Udah, ayo! Udah laper gue" balasku.
.
.
.
.
.
.
.
"Ini kita jalan kaki, bang?" tanyaku.

"Iya" jawab bang Kenzo singkat. "Kenapa?" tanyanya kemudian.

"Ya,.. gapapa sih. Cuma,..."

"Kau udah capek? Habis ngapain tadi emang?" tanyanya lagi.

"Gak. Gapapa kok" jawabku.

Ya, memang tidak apa-apa sih jika harus berjalan kaki. Ini bukan Jakarta yang jalanannya sekarang sudah jauh lebih ganas. Udah panas, banyak polusi, macet, apalagi para pengendaranya waktu lagi macet, brutal.
Disini enak. Adem.

"Emang kita mau sarapan dimana sih?" tanyaku lagi.

"Udah lah. Ikut aja"
.
.
.
.
.
"Ini nama tempatnya apa, bang?" tanyaku saat kami sudah sampai di salah satu kedai dan sudah masuk di dalamnya.

"Nanti dulu ngobrolnya"

"Mau pesan apa?" tanya seorang pelayan kedai saat kami sudah duduk di salah satu meja, di kursinya sih. Kalau duduk di meja itu namanya tidak sopan.

"Saya seperti biasanya ya" jawab bang Kenzo cepat. "Kau juga yang biasanya kan?" tanya bang Kenzo padaku.

Tunggu tunggu!
Seperti biasanya?
Biasanya apa emang?!

"Ya udah, yang biasanya 2 ya" kata bang Kenzo lagi saat aku masih bingung. "Minumnya,... yang biasanya juga"

"Baiklah. Mohon tunggu sebentar ya"

Eh?! Pelayannya ngerti?

"Emang lo biasanya pesen apa bang?" tanyaku pada bang Kenzo setelah pelayan itu pergi.

"Gak tau. Aku baru pertama kali kesini"

Lah, kampret!
Maunya apa sih nih orang?
Tapi gini-gini GM lho dia.
GM gini amat ya kelakuannya.

Tak berselang lama, pelayan tadi kembali lagi.

"Maaf, pak. Yang biasanya bapak pesan itu apa ya?" tanya pelayan itu.

"Gimana sih kamu! Bisa kerja gak sih?!" bentak bang Kenzo tiba-tiba. "Mana manajer kamu? Saya mau ngomong" perintahnya.

Lah, ini bang Kenzo kenapa ya?
Aku mengikutinya ke sini ingin cari makan, dia malah seperti cari masalah.

"B-baik, pak" jawab pelayan itu lalu bergegas pergi.

"Lo kenapa sih, bang?" tanyaku bingung. "Gue udah laper. Lo malah cari masalah" kataku sambil menutupi wajahku dengan hoodie karena malu.

"Udah, tenang aja" jawabnya santai.

"Permisi, maaf. Ada masalah apa ya?" tanya seorang wanita yang baru datang.

Mungkin dia adalah manajer tempat in,... Ehh?!!
Dia kan,...
Kok ada disini?

"Eh, Kenzo-san?" kata wanita itu lagi seperti tidak percaya dengan yang dilihatnya.

"Duduk dulu, Den" balas bang Kenzo.

"I-iya" jawab wanita itu. "Eh, ini siapa?" tanyanya saat sudah duduk.

"H-hai, kak Dena" sapaku sambil membuka hoodie-ku lagi.

Ya, wanita itu adalah kak Dena. Dena Siti Rohyati, mantan member JKT48 yang sekarang sudah menikah dan memutuskan untuk berhijab. Auranya seperti berubah sekarang, terlihat lebih anggun.
Apa gara-gara berhijab ya?
Eh, jika ada kak Dena disini,... artinya nama kedai ini adalah 'Man Jadda Wajada'.

"Adrian? Eh, gimana? Udah nembak Shania" tanya kak Dena.

"Masih takut ditolak dia" sahut bang Kenzo.

Yang ditanya siapa? Yang jawab siapa?, batinku.

"Mau sampe kapan di 'zona aman'?" tanya kak Dena "Nanti diambil orang. Nyesel kamu" tambah kak Dena menasehati ku.

Kenapa daritadi pagi, banyak yang menjodoh-jodohkanku dengan Shania ya?
Aku kan juga berhak menentukan pilihanku sendiri.

"Ada yang mau aku obrolin sama kau" kata bang Kenzo pada kak Dena.

Perasaan tadi dia bilangnya mau ngobrol sama gue deh, kok tiba-tiba berubah?, batinku.

"Istri orang, bang. Jangan digodain" kataku mengingatkan bang Kenzo.

"Aku cuma pengen nanyain kabarnya sama keadaannya setelah gak di JKT" balas bang Kenzo sambil menendang kakiku di bawah meja.

"Aduh! Gue gak peduli ya kalian mau ngomongin apa, tapi gue udah laper. Bisa pesen makan dulu gak?" tanyaku.

"Nanti aja, habis aku ngobrol" jawab bang Kenzo.

Aku hanya menghela nafas dan menyandarkan punggungku ke sandaran kursi.

"Adrian mau donat?" tawar kak Dena.

"Kalo ada sih, mau kak" jawabku cepat.

Daripada plonga-plongo lihatin mereka ngobrol, pikirku.

"Bentar ya" balasnya lalu berdiri dan pergi ke arah dapur.

"Kau ini mentang-mentang aku yang bayarin" kata bang Kenzo saat kak Dena sedang mengambil donat.

Aku hanya menanggapinya dengan tersenyum kecil.

Tak lama, kak Dena kembali sambil membawa sepiring donat dan segelas coklat panas lalu meletakkannya di depanku.

"Makasih ya kak. Nah, sekarang kalian mau ngobrol apa terserahlah" balasku.

Aku mulai memakan donat itu dan anehnya, kak Dena menertawaiku saat aku mengunyah donat itu.

"Kenapa sih, kak?" tanyaku setelah menelan kunyahan pertama.

"Muka kamu lucu kalo lagi makan. Gemesin" jawab kak Dena.

Lah, dimana lucunya coba? Memangnya kalau aku sedang makan jadi mirip Komeng gitu?

"Jadi pengen ngangkat anak" tambah kak Dena.

"Lah, emang gue anak kecil kak?" balasku lalu meminum coklat panas.

Uhh, enaknya. Suasana adem gini, minum ini badan jadi anget, batinku.

Setelah aku kembali melanjutkan memakan donat ini. Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan.
Bodo amatlah. Yang penting aku dapat makan donat.
.
.
.
"Udah kan, sekarang ada yang mau aku omongin" kata bang Kenzo padaku.

"Gak sarapan dulu kita bang?" tanyaku.

"Kau kan sudah makan donat banyak tadi. Jangan kebanyakan gula, gak bagus"

"Daripada kebanyakan micin bang" balasku.

Eh, tapi aku suka makan Cheetos juga, gimana ya.

"Lagian tadi itu hitungannya nyemil" tambahku.

Orang Indonesia, kalau belum makan nasi, berarti belum makan kan. Hehehe.

"Ya udah, terserah lah" balasnya akhirnya.

"Nah, gitu bang. Sekalian gue ngisi tenaga buat nanti nge-chant"

"Ya udah. Dena, yang enak disini apa?" tanya bang Kenzo.

"Jangan nanya sama yang punya tempat, bang. Ya pasti dijawab 'enak semua' lah" potongku.

"Hihihi. Adrian tau aja. Ya udah, tunggu ya. Aku pesenin yang enak-enak kok" kata kak Dena pamit. "Adrian, inget! Jangan nunda-nunda" nasihatnya padaku.

Nasihat kak Dena ada benarnya juga. Meskipun yang dimaksud adalah 'jangan menunda-nunda untuk menembak Shania', tapi aku lebih menganggapnya sebagai 'jangan menunda-nunda untuk memberitahu Shania'.
Masih ada waktu, aku masih punya kesempatan untuk memberitahu Shania.
Aku harus memberitahunya.
Tapi bagaimana caranya?
Dimana aku bisa menemui Shania lagi hari ini?
.
.
.
"Beneran habis?" kata bang Kenzo heran saat kami sudah selesai sarapan.

"Iya dong, bang. Ini namanya 'menghargai', daripada udah dibeliin tapi gak dihabisin" balasku.

Sebenarnya ini untuk mengisi tenagaku yang terkuras setelah 'jalan-jalan' dengan Shania tadi.

"Nah, sekarang. Kita ngobrol. Karena ini tempatnya Dena, kita bisa ngobrol lama" katanya.

Oh, jadi itu alasannya mengajakku kesini.

"Oke, Sekarang pertanyaan 1 juta rupiah nya" katanya dengan nada serius tapi kalimatnya seperti bercanda.

Aku diam menunggu pertanyaannya.

"Gimana rasanya handshake sama Stefi?" tanyanya.

"Eh, kok-"

Tunggu, itu artinya,...

"Lo yang ngasih tau email sama password gue bang?" tanyaku balik.

"Hahaha. Iya. Aku yang ngatur biar kau handshake sama Stefi" katanya menjelaskan.

Baiklah, itu menjawab salah satu pertanyaanku yang berhubungan dengan Stefi.
Bang Kenzo yang merupakan GM pasti mengetahui email dan password yang kugunakan untuk membuat akun keanggotaan.
Tapi, kenapa harus dengan Stefi?
Bukankah dia lebih setuju kalau aku dengan Shania?

"Tapi, kenapa Stefi?" tanyanya kemudian.

"Lah, gue baru mau nanya gitu bang" balasku.

"Lho, Stefi bilang kalau kau lupa password. Trus katanya kau minta tolong supaya aku ngasih tau password kau lewat dia"

Baiklah. Satu pertanyaan memang baru terjawab, tapi kenapa sekarang malah muncul pertanyaan lain.
Aku tidak menebak jalan pikir Stefi.
Sebenarnya apa tujuannya?
Apa yang sebenarnya dia sembunyikan?

"Hmm,... jangan-jangan Stefi suka sama kau" kata bang Kenzo langsung.

"Bercanda lo, bang" balasku.

"Berarti lo harus nolak dia" kata bang Kenzo serius.

"EHH?!"

"Aku lebih setuju kau dengan Shania" katanya lagi.

"Perlu gue bilang berapa kali sih, bang. Gue sama Shania-"

"Cuma kau yang bisa sama Shania" potongnya. "Sekarang kau pikir, siapa lagi yang tahan sama sikapnya Shania"

"Pasti ada kok, bang" jawabku.

"Yang sampe bertahun-tahun?" tanyanya lagi.

Baiklah, sepertinya itu cukup untuk membuatku terdiam dan berfikir.

"Tapi ada golden rules, bang. Kalau ketahuan fans gimana?" kataku beralasan.

"Kalau kau, pasti bisa hati-hati biar gak ketahuan fans" balasnya lagi mencoba meyakinkanku, tapi malah membuatku semakin tidak yakin.

Itu lo aja yang gak tahu, bang, batinku.

"Soal Manda sama Okta, itu bukan kesalahan kau" katanya seperti mendengarkan isi hatiku.

Aku memandangnya dengan tatapan tidak percaya.

"Kau pikir aku tidak tau? Aku punya mata dan telinga dimana-mana. Aku tau kau pernah pacaran dengan Manda" jelasnya.

Oke, itu cukup mengerikan.
Apa jangan-jangan dia juga mengetahui hubunganku dengan Shani?

"Nah, karena sekarang kau kan tidak punya pacar. Pacaran aja sama Shania" katanya lagi.

Bagus, itu artinya bang Kenzo tidak tahu hubunganku dengan Shani. Jangan sampai dia tahu. Jangan dulu.
Eh, tapi aku dan Shani memang belum berpacaran. Jadi, sebenarnya bang Kenzo tahu atau tidak?
Ini semakin membuatku bingung.

"Memberikan jabatan kapten all team pada Shania pasti membuatnya terbebani, apalagi usianya yang masih muda, emosinya kadang tidak stabil. Dan seorang pemimpin terkadang juga membutuhkan tempat bersandar. Maka dari itu, aku mendukung hubunganmu dengan Shania, karena kau adalah orang yang cocok untuk Shania bersandar" jelasnya lagi panjang lebar.

"Ya, tapi gak harus pacaran kan bang" balasku.

Meskipun tanpa berpacaran pun, aku tidak apa-apa hanya menjadi 'tempat bersandar' bagi Shania. Karena selama ini memang begitu, aku sudah menyadarinya sejak lama.

"Sekarang gini aja, tanya pada dirimu sendiri, apa yang kau rasakan pada Shania?"

Satu lagi pertanyaan yang membuatku bingung.
.
.
.
.
.
.
.
"Udah jam segini ya? Sekarang aja deh" gumamku saat melihat jam di layar HP-ku.

Aku pun menghentikan kegiatanku lalu berdiri dan hendak pergi. Lagipula aku sedikit risih disini, aku merasa diperhatikan banyak orang.

"Mau kemana lo?" tanya bang Aris.

"Makan. Udah waktunya makan siang kan" balasku.

"Makan disini aja"

"Makan apa? Nasi kotak? Gatel-gatel gue nanti bang" balasku setengah bercanda.

"Gaya lo. Tiap bulan masih nunggu transferan aja, pake songong segala" ledeknya.

Aku hanya tertawa menanggapinya kemudian pergi berlalu.
.
.
.
.
.
.
.
"Pak, pesen setunggal mawon. Dibungkus nggih" kataku saat selesai menyantap semangkok bakso yang tadi aku pesan.

"Siap, mas!" balas si bapak pedagang bakso.

Tiba-tiba aku kepikiran sesuatu,

"Eh, bentar pak!" kataku.

"Kenapa mas?" tanyanya.

"Bentar, jangan dibuatin dulu. Saya mau mastiin dulu" jawabku.

Aku lalu menelfon Shania.

"Hey, Shan. Disana ada mangkok gak?" tanyaku saat telfonku diangkat.

"Eh, mangkok? Buat apa?" tanyanya.

"Katanya lo tadi minta bakso, ini mau gue beliin" balasku.

"Ehh, beneran?" tanyanya lagi.

"Iya. Jadi, disana ada mangkok gak? Kalo gak, gak jadi gue beliin nih" kataku lagi.

"Eh, ada kok ada. Beliin ya. Lo nanti makan disini juga?" tanyanya.

"Gue, baru aja selesai makan. Lo makan sendiri aja" balasku.

"Eehh!!"

"Tadi pagi 'ahh, ahh' mulu, sekarang 'ehh, ehh' mulu lo. Udah, lo tungguin aja ya" kataku sambil memutus sambungan telfon.

Saat aku ingin mengkonfirmasi pada si bapak pedagang bakso kalau aku jadi memesan, dia malah sedang asik bergumam,..

"Mangkok'e ono, mangkok'e ono"

"Mangkok'e enten kok, pak. Kulo pesen setunggal mawon, dibungkus nggih" kataku menyandarkannya.

"Alhamdulillah" katanya bersyukur.
.
.
.
.
.
.
.
Eh, ada bang Kenzo. Titipin bang Kenzo aja kali ya.

"Nih, bang" kataku sambil menyerahkan kantong kresek pada bang Kenzo.

"Apa'an?" tanyanya sambil melihat isi kantong kresek tersebut. "Lo beliin gue? Makasih lho"

"Buat Shania, bang. Tolong kasihin ke dia" balasku.

"Cie~ Perhatian banget sama Shania" ledek beberapa staff yang lain.

"Kau kasih sendiri aja" tolak bang Kenzo.

"Males gue, bang. Nanti waktu gue ngasih, diledekin kayak gini juga" balasku sambil melirik sinis pada para staff yang meledekku tadi.

Sebenarnya itu hanya alasan tambahan saja, karena alasan sebenarnya adalah,..
Aku takut disiram kuah bakso oleh Shania. Selain itu buang-buang makanan, itu juga akan memalukan.
Kenapa aku takut Shania melakukan hal itu padahal itu adalah kesempatan untuk bicara dengan Shania?
Ya. Memang itu kesempatan untuk bicara dengan Shania, tapi aku rasa tempatnya kurang tepat. Aku harus membicarakan hal itu dengan Shania jika kami hanya benar-benar berdua saja.

"Ya udah. Mau titip salam juga gak?" tanya bang Kenzo.

"Bilang aja, 'Habisin! Udah dibeliin, awas lo kalo sampe gak dihabisin'. Gitu aja bang"

"Oke" balasnya singkat lalu pergi.

"Inget! Buat Shania lho, bang. Jangan dimakan sendiri" kataku mengingatkan bang Kenzo.

"Iya iya"

"Parah lo. GM disuruh-suruh" kata bang Aris.

"Gue minta tolong, bukan nyuruh" balasku.

Tapi ada benarnya juga. Kapan lagi nyuruh-nyuruh bang Kenzo kan. Hehehe.

"Oh iya, gimana? Udah bisa mecahin hi-score gue?" tanyaku dengan senyuman mengejek.

"Gara-gara lo, gue tadi dimarahin Kenzo-san" balasnya.

"Lah kok gue?" tanyaku tidak mengerti.

"Kalo lo gak mecahin hi-score gue, gue gak akan berusaha mecahin hi-score lo" jelasnya.

"Ya salah lo sendiri bang, pake nantangin segala. Waktu gue nyoba yang pertama kan score gue gak mecahin hi-score lo, tapi lo malah ngeledekin gue. Ya gue coba lagi" balasku. "Emang salah gue kalo hi-score gue 3 kali lipat hi-score lo?" tanyaku.

"Gak sampe 3 kali lipat. Hi-score lo cuma 2021, hi-score gue 709"

"Ya,... Hampir lah hitungannya"

Kenapa?
Kalian ingin tahu game apa yang kami mainkan?
Aku sendiri tidak tahu nama game nya.
Ya,.. kita sebut saja game Jumping T-Rex, karena memang game nya berisi T-Rex yang jumping-jumping (lompat-lompat).

Tadi, saat aku kembali dari kedai kak Dena bersama bang Kenzo, bang Aris langsung menantangku untuk mengalahkan hi-score nya yang mencapai angka 700-an. Hanya dalam 2 kali percobaan, hi-score ku hampir 3 kali lipat hi-score nya. Mungkin aku terlalu serius memainkan game itu.

Kenapa?
Tidak tahu game Jumping T-Rex?
Baiklah, akan aku jelaskan.
Game ini tidak bisa sembarangan dimainkan karena game ini tidak ada di Apps Store ataupun Play Store.
Cara memainkan game ini harus lewat Google Chrome. Jadi, di HP kalian harus terinstall Google Chrome. Bagi yang tidak punya atau belum punya silahkan install dari Apps Store atau Play Store.


(Katanya tadi gak ada disitu? Gimana sih?)

Yang gak ada kan game nya bukan Google Chrome nya.


Okelah, gak penting itu. Lanjut.

Jika sudah terinstall, silahkan buka aplikasi Google Chrome tersebut. Oh iya, pastikan data kalian mati ya dan jangan terkoneksi pada wi-fi juga. Pokoknya jangan sampai terkoneksi lah intinya, lalu silahkan kalian coba browsing apapun hingga muncul T-Rex di layar HP anda seperti gambar dibawah ini.

Screenshot-2018-10-16-21-21-19.jpg


Jika ingin mulai bermain silahkan klik layar HP anda hingga T-Rex nya bergerak. Lalu tinggal main aja, hindari pohon kaktus dan burung bangkai yang menghalangi jalan dengan cara lompat-lompat seperti pocong.
(*Peringatan: Game ini hampir mirip dengan S.A.O <Sword Art Online> karena sekali mati, semua akan berakhir).

Oke, seperti begitu saja penjelasannya.

Dan jangan memberikan pertanyaan bodoh padaku seperti,..

Kenapa ukuran pohon kaktus dan T-Rex hampir sama bahkan ada yang lebih besar?
Kenapa T-Rex tidak memakan burung bangkai nya saja?
Kenapa T-Rex nya sangat lemah? Saat menabrak pohon kaktus atau burung bangkai langsung mati?
Kenapa Dinosaurus bisa punah?
Apakah bumi itu bulat atau datar?

Aku tidak bisa menjawabnya. Aku tidak tahu jawabannya.
Dan untuk pertanyaan terakhir, itu tidak ada hubungan dengan semua ini.

"Trus apa hubungannya?" tanyaku pada bang Aris.

"Kenzo-san ngira kalo gue daritadi main game melulu, makanya dimarahin"

"Salah lo sendiri. Tadi rame lo malah main game, bukannya ngelayanin yang mau beli"

"Rame apa? Orang cewek-cewek tadi pada ngeliatin lo" balasnya.

"Lah, emang gitu ya?" balasku cuek.

Padahal kan, aku sudah tahu akan hal itu.

"Trus,.. ini mbak Kristin sama mbak Putri juga dimarahin" tanyaku pada 2 staff perempuan yang juga bekerja di bagian merchandise. Dua orang ini yang tadi meledekku saat aku menitipkan bakso untuk Shania pada bang Kenzo tadi.

"Iya" jawab mereka berbarengan.

"Tapi kan kalian gak main game"

"Kita dimarahin soalnya,.." kata mbak Putri sedikit bingung.

"Mereka emang gak main game, tapi mereka daritadi ngeliatin lo makanya dimarahin" lanjut bang Aris.

"Tapi bukan salah kamu kok Adrian" kata mbak Kristin.

"Iya, emang kita yang salah" tambah mbak Putri.

Oke, itu cukup mengerikan. Ternyata tidak hanya sista-sista Malang yang memperhatikanku, tapi dua staff ini juga.

"Udah lah, sekarang lo bantu gue. Kita jualan merchandise" ajak bang Aris.

"Hah?! Gue jualan merchandise? Emang gue staff?" tolakku.

Bukannya aku tidak mau, tapi mau ditaruh dimana harga diriku nanti.

"Halah, cewek-cewek tadi juga pada ngira kalo lo staff" kata bang Aris. "Lagian lo kan udah di endorse jaket ama topi" tambahnya.

"Ya,.. tapi kan,..."

"Nih!" kata bang Kenzo yang baru kembali sambil menyerahkan lembaran music download card padaku.

"Eh, bang. Apa'an nih?" tanyaku bingung.

"Shania marah. Gara-gara kau gak mau nganterin sendiri soalnya" jelas bang Kenzo.

"Trus,... Ini?"

"Kau nanti harus handshake sama dia, biar dia gak marah" kata bang Kenzo lagi.

"Tapi,.."

"Kalau dia masih marah, perform nya bisa jelek"

"Ya udah iya" kataku yang akhirnya menurut.

"Sok-sok an pake gak mau, padahal dalem hati girang kan lo" ledek bang Aris.

Ya, aku memang mau saja handshake dengan Shania. Bukan apa-apa, itu bisa jadi kesempatanku untuk memberitahunya.
Tapi, harus jual mahal sedikit dong.

"Masih nanti kan. Gue duduk-duduk dulu disini ya" kataku.

"Enak aja, bantuin gue jualan" kata bang Aris.

"Hei, itu bukan tugasnya. Kau yang harus jualan" kata bang Kenzo membelaku.

Aku lalu memeletkan lidah untuk meledek bang Aris.

"Gini nih, kalo fans di 'anak emas' kan" sindir bang Aris.

"Lo sendiri gimana? Udah ngelanggar golden rules, waktunya kerja malah main game. Itu bukan termasuk staff yang di 'anak emas' kan juga?" sindirku balik.

Tapi, kenapa bang Kenzo memberikan music download card padaku, maksudku dia tidak harus memberikannya bukan. Aku hanya perlu menunjukkan barcode dari halaman My Page milikku.
Atau jangan-jangan,...

Saat aku ingin memastikannya pada bang Kenzo,...

"Tapi,.. ini,.."

Dia langsung menganggukkan kepala seakan tahu apa yang ingin aku tanyakan.

Ya sudah, aku melanjutkan kegiatanku yang tadi saja.
Duduk, tancapkan earphone di HP, pasang ke telinga dan buka Youtube. (Youtube Youtube lebih dari Friendster. BOOM).

"Lihat apa sih?" tanya bang Kenzo.

"Oh, ini bang. Video orang main gitar" balasku.

"Buat apa?" tanya bang Kenzo lagi.

"Pengen belajar main gitar, bang. Gara-gara tadi waktu ditempatnya kak Dena kan ada yang tampil, kayaknya keren. Jadi pengen belajar main gitar deh" jawabku.

"Mau nyanyiin lagu buat Shania ya" ledek mbak Kristin

"Tapi kenapa malah nonton video orang main gitar bukan video tutorial belajar main gitar?" tanya bang Aris.

"Kalo liat video tutorial, gue malah pusing bang. Tapi kalo video yang kayak gini, gue lebih gampang paham bang. Tinggal ngafalin gerakan jari sama bunyi yang dihasilin dari gerakan jari itu"

"Gue gak paham cara kerja otak lo" balas bang Aris.
.
.
.
"Udah jangan diliatin terus, kalo masih kurang ya lo beli sendiri sana" kata bang Aris menyadarkanku yang tengah memandangi 2 lembar music download card yang tadi diberi bang Kenzo.

Padahal aku sedang berfikir untuk menyusun kata-kata apa yang akan aku gunakan untuk bicara pada Shania nanti.

"Ah, enggak" jawabku malas.

2 lembar, berarti sekitar 20 detik.
Apa cukup ya?
Harus cukup.

"Ya udah, sana!" kata bang Aris seperti mengusirku.

"Hah?!"

"Sekarang udah sesinya Shania" jelas bang Aris.

Eh, sudah waktunya?, batinku.

"Ya,.. Ya udah, gue pergi dulu ya bang" kataku pamit.
.
.
.
.
.
Hmm, sepertinya Shania memang marah gara-gara aku, batinku saat aku sedang mengantri menunggu giliran untuk handshake dengan Shania.

Memang sih, Shania tersenyum saat sedang handshake. Tapi senyumannya itu seperti dipaksakan.

Saat sedang memperhatikan Shania, tiba-tiba aku mendengar suara sayup-sayup orang bergumam di antrian sebelah,..

"Rasa madu adalah rahasianya"

Tiba-tiba orang dibelakangnya menyahuti,..

"Ya, ini janji yang terlarang"

Seketika mereka sama-sama hening, mereka berdua langsung awkward sendiri.

Oke, itu memang cukup menjijikkan.
.
.
.
Baiklah, sekarang sudah tiba giliranku untuk handshake dengan Shania.

Setelah menunjukkan barcode dari halaman My Page, aku langsung menjulurkan tangan kearah Shania.

Dia langsung menggenggam tanganku dengan kedua tangannya sambil tersenyum, tapi kali ini senyumannya adalah senyuman yang memang menunjukkan rasa senang, senyuman yang tulus. Dan itu malah membuatnya terlihat seperti dia yang antusias untuk handshake denganku.

"Eh, kakak! Jauh-jauh dateng ke Malang buat nemuin aku ya" kata Shania dengan suara cukup keras seperti ingin menunjukkan kalau aku memang benar-benar 'fans' nya.

"Shan, maksud lo apa?" tanyaku berbisik.

"Hah?! Gak kuat nahan kangen? Jadi nyusulin kesini? So sweet banget sih" balas Shania gak nyambung.

Tunggu, tunggu.
Jika seperti ini terus, waktuku akan habis.

"Bang tinggal berapa lama?" tanyaku pada time keeper.

"10 detik, mas" jawabnya.

Tiba-tiba, Shania berkata lagi,..

"10"

Dan, entah kenapa aku malah menyahutinya,..

"9"

"8"

"7"

"6"

"5"

"4"

"3"

"2,.. 1" katanya menyelesaikan hitungan.

Anehnya, dia menunjukku saat berkata '1'.

"Kamu nomor satu buat aku" kata Shania berbisik.

"Mas udah, mas" kata si time keeper sambil menepuk bahuku.

"I-iya" balasku lalu melepas tangan Shania dan berlalu pergi.

"Dadah~. Nanti tonton perform aku ya" teriak Shania.

Saat berjalan, aku merasa para VVOTA yang lain memperhatikan diriku. Tapi bukan tatapan sinis seperti sebelum-sebelumnya, melainkan tatapan heran.
Mungkin mereka berfikir kalau itu adalah sesi handshake teraneh. Ya memang aneh, bukannya mengobrol dengan member tapi malah belajar menghitung.

Tunggu, kenapa aku malah belajar menghitung tadi?
Kenapa aku malah jadi salah tingkah tadi?
Aku salah tingkah karena Shania?

Baiklah, 20 detik tadi terbuang percuma.
Aku belum memberitahu Shania.


Sudah berakhir
Wahai sayangku, dimanakah kau?~


Kampret, malu-maluin banget. Ini siapa sih yang nelfon?, batinku.

Shani?

Aku pindah ke tempat yang agak sepi dulu untuk mengangkat telfon dari Shani. Setelah berada di tempat yang agak sepi, aku sedikit menarik nafas panjang sebelum mengangkat telfon.

"H-halo, Shan" sapaku.

"Hai, kak Ads~. Ini aku lagi" balas suara di seberang.

"Gracia?"

"Ting Tong~. Seratus buat kak Ads" jawab Gracia. "Kok lama ngangkatnya?" tanyanya.

"Soalnya gue lagi ada di,.. Ah udah lah. Ada apa sih? Ini di loudspeaker lagi?" tanyaku.

"Enggak kok, kak. Santai aja" jawabnya.

"..."

"Kok diem kak?" tanyanya lagi.

"Kan lo yang nelfon" balasku mulai emosi.

Gini amat sih nih anak tingkahnya, batinku.

"Oh iya, aku mau laporan lagi dong kak Ads. Barusan ada yang nyariin lagi-"

"Barusan?" potongku.

"Iya, barusan" jawabnya. "Heran ya, aku langsung laporan"

Iya sih, itu cukup aneh, pikirku.

"Soalnya aku langsung disuruh ci Shan buat laporan. Hehe" balasnya cengengesan.

Berarti ada kemungkinan jika tidak disuruh, dia tidak akan laporan?

"Eh, iya. Shani mana?" tanyaku.

"Mau ngobrol sama ci Shan? Eh,.. ci-"

"Halo, Adrian. Ini aku" sapa suara yang berbeda, ini pasti suara Shani.

"Shan,.." sapaku.

"Gimana? Kamu udah-"

"Maaf, Shan" potongku. "Maafin aku, Shan"

"Maaf untuk,..." katanya menggantung. "Kamu,.."

"Maafin aku, aku masih belum bisa ngomong sama Shania"

"Ya gapapa. Masih ada waktu kan"

"Maaf" kataku lagi.

"Kamu kok minta maaf terus sih? Kamu,..." kata-katanya menggantung seperti paham apa yang aku maksud.

"Maaf, Shan. Tadi aku ada kesempatan buat ngomong sama Shania soal hubungan kita. Tapi bukannya ngomongin soal itu, aku sama Shania malah,.."

"Gapapa" suaranya sedikit bergetar. "Emang hak kamu kan buat milih" katanya lagi.

"Shan,..."

"Aku gapapa kok. Oh iya, tadi ada.. hiks... tadi... hiks.. Gracia,.. hiks... Gracia aja yang cerita ya"

"H-halo, kak" sapa Gracia lagi.

"Gracia, jawab jujur. Shani tadi nangis?" tanyaku.

"Eh, I-itu,.."

"Gracia"

"I-iya, kak. Ci Shani nangis"

Betapa hinanya aku.
Bahkan saat aku tidak berada di dekatnya, aku masih membuat Shani menangis.
Dan yang lebih parahnya adalah, aku tidak berada di dekatnya untuk menenangkannya.

"Gracia, gue boleh minta tolong?" tanyaku.

"Buat nenangin ci Shani? Biar ci Shani mau maafin kakak?"

Tumben langsung connect dia, batinku.

"Itu juga sih. Tapi, gue minta tolong. Tolong jagain Shani, jangan sampe dia kabur dari rumah lagi"

"Ah,... i-iya, kak" balas Gracia.

"Tolong ya, jagain Shani sampe gue pulang. Trus biar nanti gue sendiri yang ngomong sama Shani, biar gue yang minta maaf sendiri sama Shani"

"I-iya kak" balasnya lagi.

Kenapa suara Gracia seperti tidak ikhlas?
Kenapa dia seperti terpaksa?
Kenapa dia seperti,...
Jangan bilang kalau dia juga,..

Gracia, lo jangan nambah masalah lagi dong, batinku.

"Jadi,.. mau laporan apa?" tanyaku lagi.

"Ah,.. Oh.. iya, kak. Itu,.. tadi,... apa,.." katanya belepotan.

"Gracia" kataku lagi.

"Tadi ada yang nyariin kakak" katanya cepat.

"Siapa?"

"Orang yang sama kayak kemaren"

Rafli mencariku lagi?
Sebenarnya ada perlu apa?

"Lucu deh, kak. Tadi aku yang nemuin lagi kan, aku tanya 'cari siapa?' dia nya jawab 'Adrian nya ada?', nah habis itu pas aku mau jawab lagi, ci Shani muncul kan. Tau gak apa yang dilakuin orang itu?"

"Apa?" tanyaku.

"Pas liat ci Shani, dia malah nampar pipinya sendiri" lanjut Gracia.

Kampret emang. Mendengar cerita Gracia, aku malah ingin tertawa sendiri. Gobl*k banget sih temen gue.

G*blok lo, Raf, batinku.

Momennya gak pas banget. Tadi habis mellow gara-gara Shani, sekarang malah pengen ketawa.

"Kak,.. Kak Ads,.. Halo..."

"Eh,.. Iya. Lanjutin"

"Habis itu kan, aku sama ci Shani bingung kan. Eh, dia malah teriak 'Kampret lo Driii!!!'. Gitu"

Lo yang kampret, Raf, batinku.

Tapi kenapa aku ikhlas saja ya dibilang 'kampret'?
Apa karena aku mendengarnya dari Gracia?
Eh, tapi apa hubungannya?

"Trus ci Shani bilang kalo kakak lagi di Malang. Eh, dia nya langsung bungkukin badan sambil bilang 'makasih' trus dia jalan kayak paskibra tapi tangannya gak gerak" jelasnya lagi.

"Detail banget" kataku setelah Gracia selesai bercerita.

"Iya dong kak. Kan kejadiannya baru aja, belum satu jam. Jadi aku masih inget dong"

"Udah? Aku tutup ya"

"Iya, kak. Baik-baik ya disana, jangan lupa oleh-oleh terus,... jangan genit-genit" balasnya lalu menutup sambungan telfon.
.
.
.
.
.
"Kau kenapa?" tanya bang Kenzo saat aku kembali ke booth merchandise.

Aku hanya diam tidak menanggapi.

"Jangan bilang lo ditolak" kata bang Aris.

"Gak mungkin! Gak mungkin seorang Adrian ditolak" kata mbak Kristin.

"Iya. Orang ganteng gini, mana mungkin ditolak" tambah mbak Putri.

Mungkin mereka menyadari wajahku sedikit malas karena,.. Ya karena sedih.

"Apa sih. Nembak aja enggak" balasku.

"Lalu kau kenapa?" tanya bang Kenzo.

"Gapapa" jawabku singkat. "Oh iya, bang. Event sama aja kayak event handshake festival kan. Perasaan gak ada bedanya deh. Cuma diganti nama doang" tanyaku pada bang Kenzo.

"Coba kau lihat saja sendiri nanti waktu mini live" jawab bang Kenzo

"Biar lo gak galau juga, lo harus liat mini live nanti" kata bang Aris.

"Iya, pasti langsung semangat lagi" kata mbak Putri.

"Gak akan nyesel pastinya" tambah mbak Kristin.

Memangnya di mini live nanti ada apa sih?
Membuatku penasaran saja.
.
.
.
.
.
.
PERBANYAK AKSI KURANGI JAPRI

Keren juga bannernya, batinku.

"Bentar lagi mulai kayaknya" gumamku.

Ternyata firasatku benar, untung saja aku turuti.
Oke, pakai kacamata dulu biar kelihatan, aku ada di barisan belakang soalnya.
Ya, saat sedang packing dirumah, firasat ku mengatakan kalau aku harus membawa kacamata. Karena aku tidak yakin bisa menonton mini live dari depan.

Kageana-nya dari Gaby. Kenapa?
Ya mungkin karena Gaby adalah kapten baru team J. Denger-denger sih gitu, bener gak sih?

(Ya bener lah, di RL udah lewat berapa bulan coba)

Suara DJ yang selalu sama setiap grup idol ini akan tampil pun mulai terdengar.

[J.. K.. T.. 48..]

WOOW!!
Oii..! Oii..! Oii..! Oii..! Oii..! Oii..! Oii..! Oii..!


[Everybody]
[A Live Act Never Seen Before]

Ahhhhhh..... Oii..! Oii..! Oii..! Oii..! Oii..! Oii..!


[Here From World Famous]
[Jakarta, Indonesia]
[These Angels Have Come Down To Perform For You]

Tiger! Fire! Cyber! Fiver! Diber! Jya Jya!!


[Are,.. You.. Ready...?]
[Are,.. You.. Ready...?]

Tora! Hii! Jinzou! Sen-ii! Ama! Shindou! Kasentobijokyo!!!


[J.. K.. T.. 48..!!]

Chape! Ape! Kara! Kina! Rara! Tusuke! Myohontosuke!!


[J... K... T... 48...!!]

J... K... T... 48...!!


[C'mon Are,.. You.. Ready...?!]

Sore,.. sore,... sore,.. sore,...


Sialan! Atmosfer apa ini?
Bagaimana aku mengatakannya ya,..
Fans far itu mengerikan,..
Maksudku antusiasme nya.
Sudah lama aku tidak mendengar chant sesemangat ini, terutama saat di theater. Kebanyakan fans near malah hanya berusaha mencari waro sungguh berbeda dengan mereka yang jauh dari para idolanya. Dan aku,.. waro yang kudapatkan sepertinya malah terlalu over. Hehe.
.
.
.
Baiklah, sekarang sepertinya aku harus memperhatikan seifuku apa yang dimaksud Shania. Daripada mati penasaran, kan gak lucu.
Seifuku pertama, seifuku Idol no Ouja.
Apa seifuku ini yang dimaksud Shania?
Apa istimewanya?
Model seifuku yang dia pakai kan yang pundaknya tertutup.

Tunggu?
Langsung Saiko Ka Yo?
Hmm, mungkin karena itu adalah lagu tema-nya. Lagu tema JKT Circus.
Tapi kenapa center di lagu ini Shania?
Dan kenapa juga firasatku,...

Eh, di Mix bahasa jawa?
Mereka bisa bahasa jawa ya?
Kok aku curiga ya. Hehehe, tahu kan maksudnya.

"Gila! Ini keren banget! Opening nya aja gini" gumamku. "Gak rugi kayaknya gue dateng"

Bruk!

Aku disenggol oleh seseorang. Tapi lebih seperti menabrak sih.
Agak sedikit rusuh ya, atau terlalu bersemangat saja?

"Sepurane mas" kata orang itu meminta maaf.

"Iya, gapapa kok mas" balasku.

"Eh, mas nya yang tadi handshake sama Shanju ya. Oshi nya ya mas" katanya lagi.

Kok aku jadi terkenal ya?
Mungkin dia salah satu orang yang melihatku saat handshake dengan Shania tadi.

"I-iya" jawabku.

Iya-in aja deh biar cepet, batinku.

"Kok gak bawa lightstik mas?" tanyanya.

"Eh, iya. Ketinggalan"

"Ini mas. Saya kasih aja" katanya sambil memberikan satu lightstik padaku.

"Eh?"

"Anggep aja kenang-kenangan dari Malang, mas" katanya. "Oh iya, kenalin saya Alif. Oshi nya Gaby" katanya memperkenalkan diri.

Kemudian dia memperkenalkanku ke teman-temannya.

"Saya Adrian, panggil aja I,.. panggil aja Adri" balasku.

Kenapa sekarang aku ingin orang lain memanggilku 'Adri'?
Apa sekarang aku hanya ingin dipanggil Ian oleh Shania saja?
Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan.

Intinya adalah, menonton JKT48 itu enak. Kesenggol bukan jadi rusuh, tapi malah nambah temen.

Lanjut lagu Durian Shounen lalu Idol no Ouja. Kali ini center-nya Yupi. Ya, harusnya memang dari awal begitu, dia sudah ditunjuk sebagai center team J kan.
Khusus lagu Idol no Ouja aku sedikit kurang bisa konsentrasi, alasannya...
Pertama, karena bagian intro-nya asyik, enak buat nge-chant. Uh,.. Uh,...
Kedua, karena gerakan dilirik, 'It Is Show Time' bikin mikir kemana-mana.

Sesi MC.
Hmm,... kok ada yang aneh ya, tadi waktu mereka nyanyi suaranya kedengeran jelas deh. Tapi sekarang waktu mereka bicara kok suaranya tidak begitu jelas ya. Memang sih, aku ada di barisan belakang, tapi kan,...
Ah sudahlah.
2 kata.
Bodo amat.

"Apa jangan-jangan jodohku ada disini ya, di Malang" kata Shania saat gilirannya yang bicara.

Apa maksudnya, Shan?
Itu hanya untuk membuat fans senang saja atau kau memang ada maksud tertentu?
Jika misalnya aku tidak datang ke Malang, apa kau juga akan tetap bicara seperti itu?

"Mikirin apa mas? Jangan-jangan mas nya ngarep ya" kata Alif.

"Ah, enggak. Saya bukan tipe wota yang kayak gitu, mas" bantahku.

"Hahaha"

Kami tertawa bersama, tapi dalam hati aku berkata, "Lo aja yang gak tau, kampret"

Lanjut unit song.

Ame no Doubutsuen.

Keren! Banget!
Sialan! Aku jadi kepikiran bagaimana circusnya K3 nanti.

Gue jadi pengen nonton, batinku.

Eh?! Itu yang pake seifuku unta kayak pernah liat, pikirku.

IMG-20180914-024503.jpg


Oh iya, dia yang kemarin kutabrak.
Jadi dia member?
Benar! Dia memang member!
Aku baru ingat, Julie. Kalau tidak salah namanya Julie.
Intinya bukan itu, intinya adalah,...
Hotel tempatku menginap, sama dengan hotel tempat member menginap.
Baguslah, firasat ku jadi sedikit enak. Mungkin di hotel nanti aku bisa membicarakan soal hubunganku dengan Shani pada Shania. Tapi nanti saja dipikirkan karena sekarang,..

What the,... Seriously?!
Temodemo?

Kampret emang! Ini keren banget. Saat masa-masa diracuni Rafli dulu, saat Rafli memutar setlist pajama drive di laptop nya kami selalu menggerakkan tangan kami meniru gerakan tangan member pada bagian chorus-nya.
Dan sekarang aku masih melakukan hal tersebut. Yang juga diikuti oleh Alif dan teman-temannya.

IMG-20180919-024038.jpg


"Walau ku sangat ingin bertemu,
walau ku menyukaimu,
kau jalan berlalu di depan mataku~.
Walaupun jadi begini,
aku tetap melihatmu,
dari tempat ini~"

Oke lanjut,..

Kagami.

IMG-20180919-024040.jpg


Ya ampun, Stefi disini terlihat sangat,...
Ehmm,.. bagaimana aku mengatakannya ya,..

Apa gara-gara seifuku Stefi yang memperlihatkan,..
Tunggu, tunggu,.. kenapa aku jadi berfikir kesana?
Apa sih yang sebenarnya aku rasakan pada Stefi?

Saat aku bingung sendiri oleh perasaanku pada Stefi, aku tidak sadar kalau lagu sudah berganti.
Aku baru sadar saat para fans terdengar benar-benar gaduh, karena lagu itu adalah,.....

Yokaze,..?
Yokaze no Shiwaza,...?
Perbuatan angin malam?
Lagu dari setlist theater no megami?

Kampret emang! Kenapa lagu ini ikut dibawain juga sih?, batinku.

Maksudku,... lagu ini dulunya sering dinyanyikan oleh,... si bidadari theater, Jessica Veranda. Mantan oshi ku. Otomatis aku sangat menyukai lagu ini.
Dan sekarang, lagu dinyanyikan oleh,...

Shania Junianantha.

IMG-20180919-024137.jpg


Are you kidding me?!

Sial!
Jadi ini maksudnya kenapa aku harus menonton.
Terjawab sudah, pasti ini seifuku yang dimaksud Shania.

"Nia, kamu cantik banget" gumamku pelan.

Jika tadi pagi aku mulai ragu, sepertinya sekarang aku sudah benar-benar ragu.

Gara-gara penampilan Shania, aku tidak bisa fokus pada apa yang terjadi selanjutnya. Istilah wota nya, 'gue lagi gesrek'.

Aku gesrek?
Gara-gara Shania?
Memang ini bukan yang pertama, tapi aku juga tidak ingat kapan terakhir kali aku dibuat gesrek oleh Shania.

IMG-20180914-200445.jpg


Tidak apa-apa lah aku gesrek sebentar, karena setelah penampilan Shania tadi hanyalah sesi MC.
Bodo lah. Aku tidak begitu peduli dengan sesi MC ini.
Tidak ada yang menarik untuk dibahas.
Apa karena tidak ada Shania di sesi MC ini?
Bodo lah.

Lanjut.

Ima Para?
Ini lagu instrumennya enak sih, tapi...
Sebenarnya lagu ini liriknya ngenes buat para VVOTA, karena seperti penolakan secara halus. Sama seperti lagu team k3, Eien Pressure.
Dari lirik pertamanya saja sudah ketahuan. Kalau di lagu Eien Pressure lirik pertamanya adalah,
'Jangan berharap kepada diriku.
Aku pasti tidak bisa menjadi sosok pacar idaman'.
Nah, di lagu Ima Para ini. Lirik pertamanya,
'Hentikan! Janganlah melihatku seperti itu.
Soalnya, aku tidak tertarik sama kamu'. Kampret kan.
Belum lagi ditambah lirik selanjutnya,
'Maaf ya, menghilanglah saja kau dari sini.
Sebenarnya buat semua cowok, No! Thank You'.

Intinya apa?
Mereka gak ada yang mau sama kalian, WOTS.

Lanjut lagi.

Tadaima Renaichu.
Sekarang Sedang Jatuh Cinta.
Lucu ya, barusan lagu 'penolakan' sekarang lagu tentang 'jatuh cinta'.
Jatuh cinta?
Apa itu?
Tidak! Tidak!

Fokus lagu selanjutnya,..
Only Today.

"Kamu cukup menemani saja disampingku menjadi orang terdekat~.
Sama seperti dahulu tanpa berubah"

Nia, kenapa aku harus menonton ini?
Apa kau ingin menyampaikan perasaanmu lewat lagu-lagu ini?

Sesi MC lagi.
Kali ini ada Shania.
Sekarang apa yang akan kau katakan, Nia?

"Ayas ngayas umak"

Dia bisa membaca pikiranku atau apa?
Akhirnya dia berhasil, akhirnya Shania mengatakannya juga.
Tadi pagi saat dia ingin mengatakan hal itu, aku selalu mencegahnya.
Ya, meskipun dia mengatakannya dibalik sih.

Lanjut.

Ponytail To Shushu
Ponytail?
Itu kan,..

Bisa dipercepat gak sih? Lama kelamaan kok,... batinku mulai kesal.

Lagu berikutnya,..
Futari?

"Ah, mungkin bagi dirimu~
Hanya teman sekelas saja, yang pulangnya searah.
Keberadaan yang seperti,.."

"Debu" gumamku. "Keberadaan yang seperti debu"

Kampret! Maksudnya apa coba?
Teman sekelas, teman sekelas.

Lagu selanjutnya?
Koisuru?
Baiklah, disini Shania akan 'menggila' dengan 'Hey Hey Hey' nya.

Kenapa untuk beberapa lagu terakhir seperti agar aku mengingat hubunganku dengan Shania?
Siapa yang mengatur agar mereka menyanyikan lagu-lagu ini?
Atau hanya perasaanku saja.

2 lagu selanjutnya adalah UZA dan Everyday Kachuusha.
Ini masih membuatku bingung, sebenarnya ini Double atau Single

Sesi MC lagi.
Perayaan ulang tahun Sinka.

IMG-20181019-190208.jpg


Lebih baik aku kembali ke hotel saja sekarang, pikirku.

Kalau dipikir-pikir mungkin mereka hanya akan menyanyikan satu lagu lagi. Dan jika benar, lagu itu pastilah Heavy Rotation.

"Mau kemana, mas?" tanya Alif.

"Balik, mas. Udah capek" kataku beralasan.

"Nanggung, mas. Ini juga bentar lagi selesai. Kita nge-chant bareng lagi" ajaknya.

"Ya udah deh" balasku.

Kulihat kearah panggung, para member sedang mempersiapkan stand mic. Benar kan, kemungkinan lagu yang mereka bawakan hanyalah, Hanya Lihat Ke Depan atau,...

"1! 2! 3! 4!"

Tuh, kan. Firasat ku benar lagi.

"I Want You~"

"I Want You~"

"I Need You~"

"I Need You~"

"I Love You~"

"I Love You~ Too"
.
.
.
.
.
.
.
"Capek juga ya" gumamku saat sudah ada di dalam kamar hotel.

Mungkin karena sudah lama tidak melakukan chant selama itu, jadi sekarang aku merasa capek.
Oh iya, sekarang aku sudah tahu perbedaan antara handshake festival dan JKT Circus. Perbedaannya ada di mini live nya. Di JKT Circus, mini live nya menampilkan lebih banyak lagu, berarti bukan 'mini' dong ya. Iya, lagu yang ditampilkan lebih banyak, bahkan terasa seperti menonton theater karena ada unit song nya.
Ah sudahlah, jangan bahas unit song lagi.

Baiklah, sekarang aku sudah berada di hotel. Sudah ada di dalam kamar. Tapi aku masih belum menyelesaikan tujuanku.
Oke, sekarang tenang. Aku masih punya satu kesempatan. Kesempatan terakhir.
Aku akan memberitahu Shania malam ini, saat dia kembali ke hotel.
Aku harus melakukannya.
Aku harus memberitahunya.

Ting~

Ada pesan?
Dari,..
Bukan. Ini bukan dari Shania. Memang berawalan huruf S, tapi ini hanya ada 5 huruf dan berakhiran huruf I.

Tapi bukan Shani. Ini dari seseorang yang sama yang mengirimi ku pesan tadi pagi sesaat setelah aku mengantar Shania.
Ini pesan dari Stefi.
Saat aku buka,

"Kamar kamu nomor berapa?"










-Bersambung! Rasakan!-
 
Terakhir diubah:
Catatan Penulis:


Kali ini gak ada catatan penulis karena penulis nya juga ikutan gesrek liat penampilannya Shania.
Sekian.

Screenshot-2018-10-17-15-07-30.jpg



Makasih.
• TTD H4N53N


(Gak ada catatan penulis? Lah, terus ini apa?)

Bodo lah.
Update berikutnya, tergantung hasil lawan Chelsea.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ntar adrian pilihnya shania kok, tapi yg belakangnya gracia huehuehue.


SHANI NANGIS(?) PULANG KE JAKARTA LEWAT MANA LO!?
 
mau ngapain tuh stefi?? Woy adrian yg gentle lu tolak inget ada shani dirumah atau gw potong lu
 
Ntah kurang paham, Katanya ngambil cast dari cerita @axelovers dan cerita lain tanpa izin, lah kan sama2 cerita tentang member jeketi wajarlah castnya sama. Wkwkwk. Udahlah, udah capek gue nulis disini. Ckckckck.

Yah berhenti ditengah jalan, padahal ceritanya menyuguhkan sesuatu yang baru.

Kalau bisa tolong dilanjutkan suhu.
 
Ntah kurang paham, Katanya ngambil cast dari cerita @axelovers dan cerita lain tanpa izin, lah kan sama2 cerita tentang member jeketi wajarlah castnya sama. Wkwkwk. Udahlah, udah capek gue nulis disini. Ckckckck.

bkn krn gw takut kesaing... org yg pertama kali bikin dgn cast itu, dia yg punya hak buat nentuin izin / ndak cast itu boleh dipake / tidak... kalo ndak izin sama sekali, itu sama aja kyk nyolong "barang" org
.
mau itu castnya membre jeketi / public figure lain
 
bkn krn gw takut kesaing... org yg pertama kali bikin dgn cast itu, dia yg punya hak buat nentuin izin / ndak cast itu boleh dipake / tidak... kalo ndak izin sama sekali, itu sama aja kyk nyolong "barang" org
.
mau itu castnya membre jeketi / public figure lain

Sebelum anda pakai cast rona, ada juga yang lebih dahulu pakai cast rona.
Cerita "[Rona Story] Kalo Jodoh Gak Kemana, Paling Ke Temen (test thread)" karya @Tukik48 , apakah anda juga telah mendapatkan izin dari dia? Maaf hanya menanyakan.
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Sebelum anda pakai cast rona, ada juga yang lebih dahulu pakai cast rona.
Cerita "[Rona Story] Kalo Jodoh Gak Kemana, Paling Ke Temen (test thread)" karya @Tukik48 , apakah anda juga telah mendapatkan izin dari dia? Maaf hanya menanyakan.

sebelum dia, udah saya duluan yg "ronaku masa depanku" yg awalnya nama lakinya si timo... tapi saya minta ke momod untuk hapus
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd