Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Fallen Angel: Dewi Ratna Azzahra

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 


Dewi & Bayu Fixed Illustration​

Hari-hari berikutnya kondisi kesehatan Dewi kian memburuk. Wanita itu tak kunjung menyentuh sarapan pagi yang kusiapkan untuknya. Alasannya selalu sama, ia tak berselera untuk makan.

Ada kalanya ia sangat bernafsu memakan makanannya. Ia memintaku memasak makanan kesukaanya kala itu. Namun anehnya, mulutnya mengeluarkan suara mual setiap kali bau makanan terhirup ke lubang hidung Dewi. Soal itu, ia tidak pernah memberiku penjelasan apapun.

Sore ini, Dewi menyirami taman bunganya seorang diri. Ia tak lagi memintaku melakukannya. Kulihat dari kejauhan senyum lemah terbentuk di bibir tipisnya. Kulit mulusnya terbiaskan oleh cahaya senja. Sungguh ia tampak seperti malaikat yang patah sayapnya. The Fallen Angel, aku menyebutnya.

Setelah mengumpulkan segenap keberanian, aku datang menghampirinya.

"Nyonya, boleh saya bantu?" Tawarku sopan.

"Eh, Bayu? Tumben kok sore ini kamu ga pergi ke tempat gym?" Tanyanya heran.

"Ah hari ini saya lagi males, Nyonya. Saya ingin berada di rumah seharian ini." Jelasku dengan menggaruk belakang kepalaku yang tidak gatal. Terkekeh ringan. Berusaha agar tidak bertingkah canggung.

"Oh gitu.. yaudah nih tolongin aku siramin tanaman-tanamannya ya.." Setelah menyerahkanku alat penyiram tanaman. Dewi pergi meninggalkanku. Agak kecewa, sekaligus merasa lega. Sejauh ini Dewi tak lagi mengobarkan sikap permusuhan padaku. Sikapnya sedikit melunak. Mungkin ia sudah bisa menerima perlakuanku setiap malamnya.

Bahkan kekecewaanku itu segera terobati dengan rasa senang. Sementara aku menyirami tanaman-tanaman bunga milik Dewi. Ternyata Dewi tengah membuatkan dua gelas jus dingin. Ia menaruhnya diatas meja taman berpayung didekatku.

"Sini Bay." Panggilnya lembut.

Uh, Aku tak tahu apa yang merasukinya. Padahal baru satu bulan lalu ia terlihat begitu membenciku. Tapi sekarang? Aku diperlakukan jauh lebih layak ketimbang sebelum aku memperkosanya. Apa nikmat kontolku telah membawa dirinya jadi seperti ini? Siapa tahu 'kan?

"Ya Nyonya?" Kataku setelah mengambil posisi duduk disampingnya.

"Temani aku duduk disini. Sok diminum." Ia mempersilahkanku meminum jus jeruk buatannya. "Tenang aja gak aku kasih racun koo." Tambahnya diiringi tawa ringan setelah tahu aku tak berminat menyentuh minuman buatannya.

"Iya nyonya.."

Sambil menyesap minumannya. Aku melirik Dewi dari ekor mataku. Ia tersenyum manis melihat bunga-bunga bermekaran di taman bunga miliknya.

"Aku selalu ingin menghabiskan waktu-waktuku bersama suamiku dengan cara seperti ini. Menghirup udara sore, dan merasakan desiran angin pelan." Gumamnya kecil.

"Eh iya nyonya, Nyonya pasti sangat mencintai Fajar y---" Kata-kataku itu tiba-tiba dipotong oleh Dewi.

"Aku ingin suami yang mencintaiku." Tandasnya tegas. Raut mukanya berubah serius. Dari pancaran matanya, kulihat ia tengah menahan gejolak emosi yang berkecamuk di dalam dadanya. Masihkah Dewi membenci suaminya itu? Dipikir-pikir tidak mungkin juga wanita itu mau memaafkan suaminya. Tapi kenapa ia mau bersikap lunak padaku?

"Uh maafin aku. Lagi-lagi aku ngomong yang enggak-enggak." Ia berkelit. Menarik dirinya untuk menyadarkan diri apa yang telah ia katakan. Tapi aku justru tak ingin topik pembicaraan ini segera berakhir. Aku meraih tangan Dewi. Mengusap punggung tangannya pelan.

"A-Aku.." oh ayolah kenapa disaat-saat seperti ini aku malah kesulitan mengeluarkan satu dua patah kata.

"Kamu bener-bener orang yang baik, Bay..." Timpal Dewi menanggapi mulutku yang mengeluarkan suara patah-patah. Ia menangkup usapan tanganku selama beberapa detik. Lalu menyeruput jus jeruknya.

"Ya aku akan menjadi suami yang baik untukmu Nyonya!" Celetukku tanpa sadar. Aku segera menutup mulutku dengan kedua tangan ketika sadar kalimatku itu tidak pantas diucapkan olehku.

"Ah kau tidak akan pernah bisa menjadi suamiku, Bay.." Remeh Dewi mencemooh.

Aku membulatkan mataku,

"K-Kenapa tidak?"

"Karena kau hanya melakukan sesuatu sesuai perintah Fajar. Keperkasaanmu tidak membuatmu bisa mengagahiku dengan hasil usahamu sendiri." Tegas Dewi dengan sorot pandangan menantang.

Meskipun perkataan Dewi memang benar sepenuhnya. Aku menggeram kesal telah diremehkan Dewi dalam hal ini. Tentu saja aku bisa menyetubuhi Dewi tanpa harus menunggu perintah Fajar. Hanya saja aku..

Aku terlalu takut aku tidak memiliki kesempatan lagi untuk itu. Aku takut dikemudian hari Fajar tidak lagi memberiku izin mengentoti bidadarinya ini.

"Itu tidak benar nyonya. Aku sanggup--"

"Kalau begitu buktikan." Dewi langsung pergi meninggalkanku tanpa memberiku kesempatan membalas perkataannya. Aku mengepalkan tanganku kuat-kuat. Cih aku tidak bisa terima harga diriku sebagai pria direndahkan. Persetan dengan Fajar, aku akan mengentoti Dewi hingga kemaluan wanita itu rusak detik ini juga.

"Tunggu Nyonya!" Pekikku menahan Dewi terus melangkah.

"Apa?" Tanyanya setelah menoleh.

"Saya bukanlah orang yang seperti Nyonya pikirkan. Tanpa Fajar pun, saya berani nyonya! Nyonya milik saya. Sampai kapanpun nyonya adalah milik saya!" Tanpa aba-aba apapun lagi. Aku menarik tungkai kaki Dewi dan menggendongnya hingga sepusar perutku. Dewi lantas menjerit histeris.

"Aaa! apa yang kamu lakuin Bay? Turunin aku!" Kaki Dewi meronta-ronta meminta dilepaskan. Tapi cengkraman tanganku cukup kuat menahannya agar tidak terjatuh.

"Tidak mau! Nyonya yang membuat saya melakukan ini." Kataku mengukuhkan.

"Ssh kamu mau bawa aku kemana Bay?" Desisnya kesal.

"Ke kamar pengantin kita."

'

'

'

Aku menurunkan tubuh Dewi diatas ranjang kebesarannya. Wanita itu menatapku sayu. Ia tidak melawan. Tubuhnya tergolek pasrah seakan sudah rela membiarkanku melakukan hal-hal bejat sesuka hatiku. Punggung tanganku menyentuh permukaan kulit mulus Dewi. Tekstur lembut kulit Dewi dalam setiap sentuhanku membakar gelora asmara didadaku.

Teringat kembali akan ucapan Dewi yang menantangku beberapa waktu lalu. Ada tersisa sedikit rasa kesalku saat aku meminta izin mengagahinya,

"Nyonya, boleh saya mengentoti Nyonya?"

"Tidak boleh." Jawabnya singkat disertai tatapan dingin dan menusuk yang terarah langsung padaku.

Menyeringai jahat. Timbul rasa ingin menjahili Dewi setelah wanita itu menolak permintaanku. Tanganku bergerak menarik paha Dewi agar ia mengangkangiku. Dewi menahan napasnya ketika aku membuka akses menuju kemaluannya itu. Ia masih tidak memberi perlawanan. Sehingga mempermudahkanku melancarkan aksiku.

Jemariku dengan serakah menyentuh bibir vagina Dewi yang masih terhalang celana dalamnya. Aku menggoyang-goyangkannya. Mencoba merangsang birahi Dewi lewat gesekan di biji klitorisnya dibarengi pijatan lembutku di areal intimnya.

"Enak?"

Dewi menggeleng. Tapi itu tak lantas membuatku putus asa. Aku langsung berinisatif melepas celana dalam Dewi dari balik gaun terusan putih mutiaranya. Melempar benda itu kesembarang arah. Lalu menelusupkan jari telunjuk dan jari tengahku ke dalam rongga vaginanya. Jemariku bergerilya mengobok-obok memek Dewi, berusaha menyentuh seluruh daerah sensitif miliknya, terutama di bagian atas tempat gspotnya berada.

Dewi mulai merespon, ia mencengkram sarung bantal tempat kepalanya bersandar. Mencoba menangkis rangsangan dariku. Tapi aku takkan membiarkan hal itu sampai terjadi. Aku menambah satu lagi jariku bermain didalam rongga vaginanya. Meliuk-liukkannya kesana kemari.

"Enak?"

Dewi membuka kelopak matanya. Namun ia tak kunjung menjawab pertanyaanku. Nampaknya pikirannya sudah tak sanggup lagi berpikir dengan jernih. Ia tak lagi dapat mencerna kalimatku. Aku melebarkan seringaian dimulutku.

Ini menjadi modal bagiku menarik gaun Dewi untuk mengekspos bagian dada wanita itu. Aku melepas kaitan bra milik Dewi. Buah dada Dewi yang sintal spontan menyembul keluar. Pentilnya mengacung tegak, seperti memintaku secara khusus untuk mencupanginya.

Tanpa menghentikan gerakan tangan kiriku di memeknya, aku merunduk. Bibirku mengenyoti payudara Dewi dengan rakus. Sesekali aku mengigit pentilnya. Perbuatanku itu tak pelak membuat pentil wanita itu membengkak. Tapi tak sedikitpun Dewi melontarkan kalimat protes. Ia malah terlihat menikmatinya.

"Emh..." sebuah desahan meluncur keluar dari mulut Dewi. Aku semakin kegirangan dan semangat menyusu di buah dada Dewi secara bergantian. Selama 5 menit lamanya aku melakukan aktivitas itu sampai puas melahap payudara Dewi. Aku berbisik tepat disamping kanan kuping wanita itu.

"Mau kuentot Nyonya? Mau dibantu digarukin memeknya yang gatel?" Ini bukan kali pertama Dewi mendapatkan kalimat pelecehan dariku. Jadi wajar-wajar saja jika aku melontarkan perkataan cabul macam itu.

"Uh.." Tubuh Dewi melengkung keatas. Dinding vaginanya berkedut-kedut, menandakan sebentar lagi ia akan mencapai orgasmenya lewat gerakan tanganku. Ia masih saja diam. Tidak mau menjawab permintaanku. Terpaksa aku menghentikan gerakan tanganku, mencegahnya orgasme.

"Bayu!" Bentak Dewi tak terima.

"Enak gak?" Tanyaku sarkas.

Dewi membuang napas kesalnya. Ia menyipitkan matanya tidak suka orgasmenya ditahan. Dengan nada ketus ia akhirnya menjawab,

"Enak!"

"Mau lanjut lagi? Bantuin buka dong." Mataku memandang lurus kancing celanaku. Mengisyaratkan Dewi harus membukanya sendiri jika ia ingin melanjutkan persetubuhan ini.

"Bayu!" Erang Dewi yang merasa keberatan dengan persyaratanku tersebut.

"Nyonya mau lanjut atau enggak? Kalau gak mau yaudah." Bersiap-siap diri untuk melangkah pergi keluar. Tiba-tiba pergelangan tanganku dicekal oleh Dewi.

"Hhh yaudah sini." Katanya pasrah. Dalam hati aku bersorak kegirangan. Dewi yang membuka celanaku dengan sendirinya, ---terlihat seperti ia benar-benar menginginkan kontol hitamku. Sungguh tidak adalagi hal yang lebih membahagiakan daripada ini.

Kontolku langsung mencuat keluar ketika Dewi menarik benda kebanggaanku itu keluar dari sarangnya. Posisi Dewi yang tengah duduk bersimpuh alhasil langsung berhadapan dengan kepala kontolku. Rona kemerahan menghiasi kedua pipi Dewi saat matanya tertuju pada lubang kencingku, tempat dimana ia pernah mendaratkan ciumannya.

"Ayo dijilat dulu kontolnya. Kontolku udah kangen nih sama mulut nyonya hehehe."

Entah karena terdorong napsunya yang sudah memuncak atau apa, Dewi langsung menuruti perintahku. Lembutnya bibir Dewi yang melingkar di kepala penisku benar-benar mengalirkan kenikmatan tiada tara disekujur tubuhku. Dewi mengemuti kontolku pelan, sepongannya sama sekali tidak menyebabkan rasa ngilu. Kontolku benar-benar seperti dimanjakan. Apalagi ketika jemari lentiknya membelai lembut batangan penisku.

Ia yang kukenal sebagai gadis suci dan polos rupanya mulai belajar menyukai kontol. Aku yakin, semasa sekolah dulu Dewi tidak pernah membayangkan dirinya bisa takhluk oleh sebuah kontol besar. Sebaliknya mungkin ia merasa jijik dengan kontol-kontol teman lelakinya.

Suatu ketika Dewi menaik turunkan lidahnya dengan cepat seperti sedang menyapu dibagian bawah kontolku. Aku terpaksa memejamkan mataku menahan nikmat. Untung bagiku pernah belajar mengendalikan napsuku, aku masih bisa menahan diri agar tidak ejakulasi.

"Udah cukup, nanti mulut Nyonya bau kontol lagi hehehe." Aku mensejajarkan tubuhku dengan posisi Dewi. Menahan kepala wanita itu, lalu melumat habis-habisan bibir tipis Dewi. Tidak sia-sia aku menunggu belasan tahun bekerja disini sebagai pembantu. Lihat sudah jadi apa wanita dihadapanku ini sekarang.

"Engh.." Erang Dewi disela-sela ciuman kami. Sambil terus berciuman, aku menuntun tubuhnya terlentang diatas tempat tidur.

"Sudah siap saya entot, Nyonya?" Tanyaku memastikan.

Kuping Dewi terlihat memerah panas setiap kali mendengar kata entot. Mungkin baginya itu masih terdengar tidak sopan. Tapi apa peduliku? Dia takkan mampu menentang perkataanku.

"Sudah siap saya entot?" Tukasku sekali lagi.

"Iyaudah sok cepet." Desis Dewi tak sabaran. Ia terlihat sudah sangat ingin menuntaskan hajatnya.

Terkikik geli. Aku mengacungkan kontolku memasuki lubang kemaluan Dewi. Kutekan penisku hingga batang penisku dilahap seluruhnya oleh memek Dewi. Lolongan ringan terkumandang dari mulut wanita itu kala aku memasukannya. Ia masih perlu membiasakan diri setiap kali kontolku menembus memeknya.

Sambil berdiam diri menyesapi kehangatan yang dipancarkan dinding vaginanya. Aku merapatkan tubuhku hingga menempel pada tubuh Dewi. Kepalaku kutempatkan tepat disamping kepala wanita itu. Mencium-cium daun telinganya dengan ganas.

"Kontol saya enak banget ya Nyon? Hehehe." Seiring dengan perkataanku itu aku mulai memaju mundurkan pinggulku. Mulanya pelan, tapi lambat laun aku meningkatkan tempo gerakanku. Tangan Dewi yang mencengkram kuat sprei kasurnya kubimbing mengenggam tanganku. Jemari kami saling bertautan satu sama lain. Ia meremas tanganku kuat-kuat. Mengalirkan perasaan nyaman ke relung hatiku.

"Te-Terussh..." Perkataan itu kuasumsikan menjadi bukti; Dewi memang menyukai kontolku. Itu saja bagiku belum cukup. Kontolku harus menjadi suatu kebutuhan untuknya. Aku ingin membuat gadis itu berpikir ia takkan bisa hidup tanpa kontolku.

Kontolku masih bergerak secara beraturan. Menyentuh titik-titik yang sekiranya merupakan titik kelemahan Dewi. Lama kelamaan napas gadis itu berubah liar. Ia tak tahan lagi dengan tempo yang sengaja kubuat untuk merangsang Dewi. Dewi mulai menggerak-gerakan pinggulnya seirama dengan gerakanku. Kakinya mengapit pantatku untuk merapatkan jarak diantara kami, seakan ia tak mau kontolku sampai terlepas dari bibir kemaluannya.

Sungguh detik itu juga. Aku merasa aku telah terjun ke dalam surga nirvana. Dewi ikut membalas gerakanku atas kemauannya sendiri rasanya seperti ia membalas cintaku. Penasaran, aku dengan sengaja menghentikan gerak tubuhku. Kira-kira seperti apa Dewi meresponnya.

Dahi Dewi berkerut sebal, ia menyipitkan matanya. Tak disangka-sangka ia semakin ganas memompa kontolku hingga bongkahan pantat kenyalnya menampar selangkanganku.

"Terussh Bay, jangan berhentiih." Erangnya disela-sela perbuatannya. Tapi aku tak serta merta menuruti perintahnya. Aku masih ingin menguji wanita ini,

"Terus apa?" Tanyaku sarkas. Masih tak bergeming diposisiku semula.

"Bayu, janganh bercanda ah." Desahnya kesal, walau lebih terdengar seperti bisikan erotis kupikir.

"Bilang dulu, Nyonya mau saya ngapain?"

Habis kesabaran, Dewi akhirnya berseru lantang,

"ENTOT AKU BAY! BIKIN ISTRIMU INI PUAS DENGAN SERVISMU!"

Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya. Tidak lupa memberi wanita itu kecupan hangat didahi sebagai tanda terima kasihku. Aku kembali memborbardir memek Dewi. Denyutan lembut dinding vagina Dewi menjadi pertanda sebentar lagi ia mencapai klimaksnya.

Seiring dengannya, aku mempercepat tempo gerakanku. Penisku serasa ingin meledak didalam rahimnya. Terlebih ketika melihat ekspresi wajah Dewi yang mengap-mengap meminta pasokan oksigen berlebih. Dewi tampak amat menikmati persetubuhan ini, tubuhnya mulai merespon segala wujud perilakuku. Ia jadi lebih sensitif. Mungkin nanti, Dewi akan horny setiap kali aku menyentuhnya.

Aku akan memberinya kehangatan yang dia mau, aku akan memberinya benih-benih cintaku, dan aku akan memberinya seluruh jiwa ragaku.

"Ah... ah.. ah. Dewi!" Kataku disertai lolongan panjang. Pejuku kembali membanjiri liang peranakannya. Aku tersenyum puas saat tubuhku ambruk menindih tubuh wanita itu. Seperti biasanya, aku membiarkan penisku tertancap pasca ejakulasi. Merasakan sisa-sisa kedutan di dinding vagina Dewi. Wanita ini memang tiada duanya.

Tapi kemudian aku teringat akan sesuatu. Bukankah Dewi belum sempat meminum obat pencegah kehamilan sebelum kami memulai persetubuhan ini? Celaka aku! Kulitku berangsur memucat tatkala menanyakan hal ini kepada Dewi;

"Gawat Nyonya! Tadi gak minum obat anti hamil ya?" Tanyaku panik.

Ditanya begitu, ekspresi wajah Dewi tak berubah. Ia tetap memandangku datar sembari tangannya merogoh-rogoh laci disampingnya. Ia mengeluarkan sebuah alat yang kuyakini sebagai alat uji kehamilan. Betapa terkejutnya aku ketika melihat benda itu disodorkan Dewi.

Dewi sudah lebih dulu hamil sebelum persetubuhan ini...
 
sekedar saran aja suhu
gimana kalo si bayu akhirnya berontak,dan balas dendam pada fajar...n wanita yg jadi pujaan fajar di exe sekalian secara konti bayu itu super,jd wanita pujaan fajar pindah ke lain hati and body:D

dan si fajar jd looser,seperti genre cuckcold
btw cerita ente emang :jempol:

genrenya memang netorare/cuckold kok suhu :o

tapi yah jalan ceritanya agak melenceng dr yg suhu minta :o

kapan updatenya??

Loh ini belum dilanjut?
Menanti lanjutannya

:pandapeace:

sudah ya. jarak updatenya ini antara 1-2 minggu suhu. newbie komitmen pasti diupdate kok :o

Ilustrasinya menakutkan ya.. Hehehe.. Wajah cewek cowoknya kok serem keliatannya..

illustrasi sudah dibenerkan suhu :o
 
Mantep banget suhu,cerita nya slow banget pi seru bgt,,pngen tau perlawanan bayu ke fajar???
 
asekkkkkkk
mahmud bunting nihhh
tambahin ilustrasi dewi pas bunting dong hu
 
cerita bagus.. gelar tiker dulu..
cuma masih bingung ini yang gede punya si bayu atau fajar yang terlalu kecil?
 
Kapan update lg suhu?

Mulustrasi exe bumil kayaknya crot nih Hu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd