Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

BAB VI : AMARAH SANG KOMANDAN


Saat ujian akhir, mereka berdua membatasi untuk bertemu, meski kangen, tetap saja Renata menjaga agar Eka tidak menemuinya saat ujian, dia ingin Eka fokus dengan ujiannya, agar nilainya bagus, dan dia janji selesai ujian dia akan tunggu di rumahnya.

Dan benar saja, hari terakhir setelah ujian, Eka sudah di depan rumahnya, memeluknya, dan bercerita banyak tentang ujiannya, serta keyakinannya bahwa hasil ujian kali ini pasti nilainya akan bagus sekali jika diumumkan nanti

“Selamat yah, tinggal persiapan nanti ujian masuk Akpol” ujar Renata sembil mengacak acak rambutnya kekasihnya, sesuatu kebiasaan yang sering dia lakukan sejak Eka masih SMP

“makasih Ayang….semua juga Ayang yang tuntun….” Sambil mencium Renata.

Tidak lama kemudian arena pertarungan sudah berpindah ke kasur lusuh Renata di kamar belakang, kasur mereka yang selama ini selalu mereka habiskan bercumbu bersama, dan semenjak pertama kali mereka melakukannya, kini nyaris sudah tidak terhitung mereka melakukannya kembali, termasuk siang ini, akibat rindu yang sangat besar, membuat mereka kembali tenggelam dengan percintaan yang sangat membara….

Dan menjelang pengumuman kelulusan Eka…..

Renata saat itu sedang membantu neneknya di kediaman Eka, kekasihnya sendiri sedang ke Semarang untuk keperluan mengambil formulir pendaftaran di Akpol, sehingga Renata tidak bisa menemui kekasihnya itu.

Tiba-tiba rasa mual dan ingin muntah membuat Renata lari ke dalam toilet lalu membuang semua muntahannya di toilet tersebut. Memang beberapa hari ini dia merasa aneh dengan kondisi badannya yang tidak enak rasanya.

Perutnya sering kembung,cepat lelah, dan sering kram pada perutnya, dan kini dia mulai muntah-muntah, termasuk pagi ini, dia sudah dua kali muntah, dia pun tidak selera untuk makan, dan haidnya juga sudah telat hampir sebulan.

Neneknya dan Eyang Putri panggilan untuk neneknya Eka, ibu Sri Wulandari jadi kuatir melihatnya, melihat wajah pucat dan lesunya Renata, karena baru kali ini mereka melihat sakit Renata dengan gejala seperti ini, dan kemudian Sri meminta agar diperiksa ke dokter.

Renata menolaknya, neneknya juga menolak, tapi Sri memaksanya,

“jangan sampai sudah parah lalu dibawah ke rumah sakit”

Renata akhirnya menuruti anjuran Ibu Sri, bahkan Sri ikut bersama Warsini mengantar Renata ke RSUD terdekat, maklum dia juga yang akan mengeluarkan biaya untuk ke rumah sakit ini….

Dan kemudian seperti Guntur menggelegar di siang hari bolong, saat dokter di rumah sakit umum daerah menyanpaikan apa sakit yang diderita oleh Renata.

Perjalanan diam selama di angkot akhirnya pecah saat tiba di rumah majikannya dia. Baik neneknya maupun Sri, sudah bisa menebak siapa ayah dari calon bayi itu, namun tetap saja jawaban tegas perlu mereka dengar.

Renata hanya bisa menundukkan kepala dan menangis tiada henti, dia benar-benar bingung dan kalut, dia tidak pernah menyangka kenekatan dia berdua akan berujung ke situasi seperti ini, situasi yang dia sempat takutkan diawal, dan akhirnya terjadi

Ranata hanya dia dan bisa menangis…. Neneknya bingung dan bisa ngomong…. Dia tetap memaksa meminta ketegasan, tapi gadis itu hanya bungkam dengan tangisan

“Renata, apa Eka sudah tahu masalah ini?” pancing Sri

“belum Yang ti” disela tangisan dia menjawab…

“Rena ngga mau ganggu konsentrasinya dia…” balas Renata lagi sambil terisak…

Sri terdiam, dia merasa sudah tidak perlu penjelasan lagi

Warsini benar-benar malu dengan majikannya, dia hanya bisa bersimpuh sambil menangis di hadapan Sri, tidak henti hentinya dia meminta maaf, sambil menangis, menyesali diri karean bagaimanapun statusnya dia sebagai pelayan, dan juga kebaikan hati Sri dan keluarga sudah sanagt luarbiasa bagi dia yang mengabdi dini salaam 25 tahun lamanya, dan harus tercoreng dengan hamilnya Renata….

Sri juga bingung bagaimana menghadapi masalah ini….

Eka saat ini sedang dalam perjalan ke Semarang dan akan kembali ke Blora,besok pagi. Dia kalut dan bingung, sebagai nenek dia merasa gagal menjaga cucunya, dia terlalu percaya bahwa mereka berdua akan baik-baik saja, tidak akan melangkah sejauh itu.

Tapi bukti dan fakta yang muncul malam ini, membuat semua sangkaan awal yang baik-baik saja, ternyata jauh dari keadaan yang sebenarnya. Sri sungguh tidak habis pikir, mereka bersama sekian tahun, bahkan dari Eka dan Renata masih kecil, tapi kok bisa mereka saling jatuh hati??

Apa ini Cuma sekedar cinta monyet? Cinta yang muncul karena mereka berdua sering bersama, atau karena ada kesempatan yang sering terbiarkan untuk mereka berdua?? Sri sungguh menyesal, jika dia lebih banyak mengontrol kegiatan cucunya, mungkin tidak akan demikian jadinya.

Dia yakin jabang bayi itu anaknya Eka, karena dia mengerti persis, Renata adalah gadis baik, yang tidak pernah macam-macam, dan selalu ada bersama Eka, makanya dia percaya penuh. Dia lupa bahwa mereka sudah mulai dewasa dan bahkan sangat dewasa, di usia 21 dan 18 tahun, secara seksual sudah sangat matang, namun secara emosi masih mentah

Sri meneteskan airmatanya….

Dia bingung… menikahkan Eka sama saja dengan mengibarkan bendera perang. Menyuruh menggugurkan, itu sungguh jauh dari moral dia sebagai pendidik, sebagi ibu dan nenek, lalu membiarkan masalah ini bergulir liar, sama saja dengan membiarkan bom waktu meledak kapan saja tanpa ada yang tahu.

Yang paling ditakutkan ilah bagimana jika Abimanyu, anaknya atau bapaknya Eka tahu masalah ini?? Impian dia yang tinggal sejengkal untuk bisa menjadikan anaknya seorang perwira polisi, bisa berantakan, dan dia tahu apa jadinya jika itu terjadi.

Dia tidak sanggup memikirkan itu…. Dia kalut….

Namun bagaimanapun ini harus diselesaikan dengan cepat, dan semua harus tahu di lingkaran keluarganya, karena jika tidak, aib ini akan segera menyebar, dan nama baik keluarga bisa tercemar dengan kejadian ini…

Sri lalu mengambil ponselnya, membuka kontak di ponsel lalu menekan suatu nama…..

“selamat malam Abi…..”

Pagi harinya…….

Suasana hati yang sedang bahagia di hati Eka, dia baru saja mengambil formulir pendaftaran di Akpol, dan begitu hasil ujian akhir diumumkan, dia akan segera mengisi dan mengembalikannya, dan melihat gedung besar Akpol di Semarang, semangatnya semakin membara, dia ingin segera bisa masuk disana, dan merasakan betapa gagahnya jadi seorang taruna kepolisian.

Begitu dia membuka pintu rumahnya, dia melihat di depan rumah ada mobil papanya, sepertinya dia sedang berkunjung ke rumah nenek, pikir Eka

Dan saat dia masuk, mengucapkan salam, betapa kagetnya dia, ada Papanya, Nenek, dan Mamanya, sedang berbicara serius…. Dan sebelum dia menyalaminya….Papahnya dengan tatapan garang langsung berdiri menghampirinya

Plak…plok plak… tamparan beruntun menghampiri wajahnya….

Eka kaget mendapat pukulan beruntun seperti ini….belum sempat dia bertanya, tendangan bapaknya kini mendarat di punggungnya

Teriakan histeris neneknya Eka dan mamahnya Eka tidak diperdulikannya

“anak bajingan kamu…… setan…..” teriak Abimanyu

Pukulan dan tendangan tidak berhenti dilayangkan ke tubuh anaknya yang kini meringkuk di dekat pintu masuk….

Melihat anaknya sudah tersudut dan terduduk, Abi bukannya reda amarahnya, kini kopel ring miliknya diambil dan disambit ke badannya Eka berkali kali, hingga akhirnya nenek Eka masuk di tengah antara mereka berdua, dan memeluk cucunya yang terduduk dan terdiam karena dipukulin oleh bapaknya

Dia menangis histeris, mamanya juga hanya diam duduk di meja makan dan menangis melihat Eka dihajar seperti maling oleh bapaknya…

“tahu kesalahan kamu…??” bentak Abimanyu

Eka hanya diam, dia menyeka ujung bibirnya yang berdarah, neneknya masih memeluk dia dengan eratnya….

“belum lurus kencing kamu, makan saja masih minta sama orang tua, ijazah SMA aja belum ditangan…..”

Tangan Abi terayun lagi hendak memukul Eka dengan kople ringnya, tapi Sri dengan cepat melindungi badan Eka agar tidak kena pukul lagi….

“ beraninya kamu menghamili anak orang….bajingan kamu….” Bentak Abimanyu

Eka langsung kaget…. Badannya yang perih akibat hantaman bertubi tubi oleh pukulan papahnya, seketika tidak dirasakannya lagi, tapi rasa kaget dan terkejutnya membuat dia langsung pucat mendengar itu….

“anak pembantu pula yg kamu hamili….bangsat kamu…” kembali Abimanyu emosi dan hendak menghajar Eka lagi

“sudah sudah Abi….” Teriak Sri…dia memeluk Eka agar tidak dipukul lagi, dan Ningrum kini memeluk suaminya agar tidak menghajar anak sulungnya lagi….

“masuk ke kamar kamu sana…” perintah Sri ke Eka

Eka segera berdiri, menyeka bibirnya yang berdarah dan langsung masuk ke kamarnya

“sini kamu….” Bentak Abi…

“sudah Abi….” Suara Sri kini agak keras…

Eka segera masuk ke kamarnya

“ini akibat Ibu yang sering memanjakannya…” teriak Abi di depan Sri.

Sri hanya bisa diam, dia menydarai salahnya, dan dia mengerti emosi anak sulungnya ini.

Abi tidak berhenti mengumpat dan mengomel dengan penuh kekesalan dan marah.

“anak sialan, yang perempuan juga bukannya bantu jagain malah ikut mengajaknya tidur….” Kini Renata yang mulai jadi kemarahannya

“ sudah… kita cari jalan keluarnya..”bujuk Sri

“jalan keluar?? Jalan keluar apa?” suara Abi meninggi lagi

“apa jalan keluar menurut Ibu?”

Sri hanya diam. Menurut kata hatinya memang bagusnya semua diselesaikan dengan kepala dingin, marah dan memaki orang apalagi anak sendiri, hanya akan membuat semau berantakan dan makin tidak terarah, namun dia tahu model anak sulungnya ini, emosi dan bawaannya yang keras, ditambah latar bealakng militernya, membuat seringnya semua diselesaikan dengan cara yang keras

“kan masih bisa Eka masuk ke Akpol”

Abi memukul meja makan, semua kaget dibuatnya

“ngga akan bisa…”

“kok ngga bisa toh, Pah?” Ningrum yang diam dari tadi akhirnya bicara

“ngga bisa… jika ketahuan apa ngga lebih kacau lagi??”

“bisa-bisa dia dipecat ditengah jalan, dan nasibku juga bakal sama, dipanggil provost karena menyalahgunakan kode etik” geram suaranya

“sudah tahu anak menghamili anak orang malah dimasukan kesana….”

Ningrum diam, Sri juga diam..

“jika semua sesuai dengan apa yang aku atur, pasti tidak akan demikian….”

Semua masih diam…..

“Usir dia dari rumah…” perintah Abi “ biar jadi gelandangan diluar sana, ngga bisa diatur”

Semua tertegun…

“ngga bisa…” tolak Sri

“kenapa ngga bisa? Aku bapaknya, aku berhak usir dia” meninggi lagi suara sang kapolsek

“dan aku eyangnya…. Ibu kamu….aku larang kamu usir dia” Sri menatap wajah anaknya kini dengan tajam

“dia sudah mempermalukan kita….dan ibu masih membela dia….”

“ dan kamu juga sudah mempermalukan dia….” Tajam suara Sri

“ini yang bikin anak jadi manja, selalu dibela neneknya….”

“heh, nenek mana yang tega melihat cucunya diusir dari rumah???”

Sri mulai meneteskan airmatanya kembali

“cara kamu yang keras dan kasar dalam mendidik anak juga keterlaluan, Abi….”

Abi kini tertegun

“itu cara saya mendidik, jangan samakan dengan cara ibu mendidik, yang akhirnya kebablasan…’

“oh…sekarang kamu mulai berani menggugat cara ibu mendidik kalian?? Begitu….??” Singgung Sri….

“kamu bisa jadi kapolsek, adik-adik kamu semua jadi orang….. dari kita masih susah makan beras jatah pemerintah, kalian kecil-kecil rebutan susu, hingga sekarang dua balak di pundak kamu itu….lalu kamu bilang ibu ngga bisa didik anak???” Sri emosi

“kamu sudah terlalu sombong….makanya anak kamu pun tidak dekat dengan kamu sebagai bapaknya….” Suara kecewa Sri

Ningrum hanya diam…..

Sri berdiri dan hendak masuk…..

“selama aku hidup, ngga akan aku ijinkan cucuku menggelandang diluar sana…..” tegas suara Sri

“dan kamu ingat Abimanyu, almarhum Ayah kamu tidak pernah setuju dengan cara kamu mendidik Eka…. Bahkan sampai dia menutup matapun yang dia titip hanyalah Eka…karena dia melihat betapa kerasnya kamu mendidik dia….”

Sri bangkit dan berlalu….

“dan satu lagi…ini rumah Ibu, bukan rumah kamu, tidak ada yang bisa mengusir cucu ibu dari rumah ibu….”

Sri masuk ke dalam kamar cucunya… rasa kecewa dan tangisan itu keluar dari dirinya, meninggalkan Abimanyu dan Ningrum yang masih duduk dengan berbagai macam emosi dan kekecewaan mereka di ruang makan….

Sri masuk melihat Eka yang duduk termenung di lantai kamarnya…..

Dia lalu berlutut, memeluk cucunya…… cucu yang sangat disayang oleh almarhum suaminya, yang tidak boleh siapaun menyenggol cucunya, yang selalu ditenteng kemana dia pergi jika liburan, cucunya yang selalu diajak jika suaminya menerima gaji….

Melihat cucunya dihajar oleh anaknya sendiri, membuat Sri miris melihatnya….

“kamu kenapa sih nak….kok bisa kebablasan gitu…” Sri menangis memeluk Eka….

Eka hanya bisa terdiam, dia pun mulai terisak….

“apa kamu ngga mikir masa depan Renata juga?? Kasihan anak sebaik itu harus hamil diluar nikah??”

Eka diam….

“kamu juga ngga mikir masa depan kamu? Hanya cinta dan perasaan ego kamu yang dipikir?”

Eka menundukkan wajahnya, dia hanya bisa menangis…menangisi hal yang sudah menjadi penyesalan, hal yang tidak dia dan bahkan Renata sangka akan terjadi…. Dan ini kini harus dia hadapi, bahwa masa depannya, angan-angan untuk jadi taruna di kepolisian bisa berantakan, dan juga bahwa di dalam perut Renata, ada jabang bayi yang merupakan buah cinta, atau juga mungkin buah dosa mereka berdua…​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd