Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DUA ANAK DAN DUA IBU

ditunggu lanjutannya hu, semangat
Ceritanya bagus hu,,,ijin mantau
Lanjutkan hu
Ditunggu update nya hu :semangat:
Di tunggu update barunya suhu
Waduh ... Banyak tamu ... Terima kasih suhu-suhu sudah berkunjung di rumah saya. Siap suhu-suhu, saya pasti akan melanjutkan ceritanya sampai tamat nanti. Nantikan saja kelanjutannya.
:ampun:
 
penasaran cerita lanjutnya bang.
 
Bimabet
Tadinya mau hari sabtu update ...
Karena melihat antusias suhu-suhu, makanya saya update malam ini.
Tapi untuk update selanjutnya, tetap di hari Sabtu ...
Selamat menikmati ...
-----ooo-----



CHAPTER 2

Cuaca pagi ini cukup indah, awan bertumpuk di dada langit. Sejak tadi aku memperhatikan ibu, saat dia memasak, menata makanan di meja, dan saat sarapan. Aku masih duduk di kursi meja makan menatap ibu lekat-lekat. Aku baru menyadari kalau ibu ternyata sangat cantik dan bibirnya sangat menggemaskan. Aku melihat sosok ibu seperti bidadari yang seksi. Bodynya keliatan sangat solid, hasratku ingin ‘memilikinya’ semakin meronta-ronta.

“Kamu kok ngeliatin mama seperti itu? Apa ada yang aneh sama mama?” Tiba-tiba ibu bertanya dan sontak aku terperanjat. Mampus! Aku ketahuan sudah memperhatikannya.

“Oh ... He he he ...” Aku terkekeh sambil menormalkan diri. “Habisnya mama keliatan cantik hari ini.” Kataku sambil tersenyum semanis mungkin.

“Ha ha ha ... Kamu ini ada-ada saja.” Tiba-tiba ayah tertawa dan berkomentar.

“Hi hi hi ... Jadi selama ini mama gak cantik gitu? Baru hari ini kelihatan cantik?” Ucap ibu bernada canda.

“Em, nggak juga ... Aku tahu kalau mama cantik. Tapi hari ini berbeda.” Kataku sejujur-jujurnya. Memang sekarang berbeda. Aku kini memandang ibu sebagai wanita seksi.

“Beda apanya?” Ibu mengulum senyum. Tampak sekali kalau pipinya agak merona. Mungkin dia termakan oleh pujianku.

“Susah dikatakan sama kata-kata ma ... Hanya aku yang merasakannya ... He he he ...” Jawabku yang diakhiri dengan kekehan ringan.

“Kamu ini!” Seru ibu masih dengan kuluman senyumnya.

“Eh ...! Mana Aji?” Tanya ayah padaku.

“Dia pulang tadi subuh. Katanya dia ada perlu ke temen kuliahnya.” Jawabku.

“Oh ... Papa kira masih tidur.” Ucap ayah.

Sarapan pun usai, aku membantu ibu membersihkan peralatan bekas makan, sementara ayah pergi untuk main golf dengan teman-teman sekantornya. Sepanjang membantu ibu, aku mengeluarkan senjata mautku dengan rayuan yang halus dan lembut. Aku tahu kalau ibu termakan rayuanku. Aku bisa melihatnya dari cara dia mengulum senyum dan pipinya yang semakin merona.

“Ma ... Di dunia ini apa yang paling manis menurut mama?” Tanyaku sembari mengelap piring di samping ibu yang sedang membilas alat-alat bekas sarapan.

“Gula.”

“Salah ...”

“Madu.”

“Salah ... Mama lah yang termanis di dunia.” Kataku sambil tersenyum.

“Gombal banget sih kamu ...” Ujar ibu sembari menyipratkan air ke arahku.

Ibu tersipu sementara aku tertawa kecil. Semua gadis-gadis selalu termakan rayuanku, tak terkecuali wanita di sampingku ini. Wanita yang kurayu kali ini sangat istimewa dibanding puluhan wanita sebelumnya. Saat berada di dekatnya seperti sekarang ini desiran halus dan gelenyar aneh itu mulai menggerayangiku. Rasanya dalam waktu yang singkat, aku terlanda ‘kehausan’. Birahiku seakan tercambuk untuk mendera nafsu libidoku.

“Ma ... Bolehkah aku memeluk mama.” Kataku pelan dan hati-hati.

Ibu menoleh dengan tatapan kaget lalu berkata, “Hari ini kamu sangat aneh, Alex ... Kamu ini kenapa?”

“Gak tau ma ... Aku juga merasa aneh. Tapi yang jelas, rasa sayangku sama mama seperti meledak-ledak. Bolehkah aku memeluk mama?” Kataku.

“Ayo sini ... Peluk mama ...” Ibu lalu merentangkan tangannya. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung memeluknya.

Aku peluk ibu dengan pelukan erat sehingga membuat ibu refleks menggeliat geli. Aku tahu ini di dapur, tetapi entah mengapa hasrat birahiku seakan menuntut ingin terpuaskan. Terasa bongkahan payudaranya yang besar menempel di dadaku, sungguh kenyal sekali. Aku ingin sekali menyentuhnya, merasakan kekenyalan payudaranya. Aku kecup kening ibu seraya memberikan senyum simpulku.

“Kamu ini kenapa sih?” Tanya ibu sembari melepaskan pelukanku.

“Gak kenapa-kenapa.” Kataku lalu menoel hidungnya.

Ibu bengong saat aku berlalu dari hadapannya. Aku pergi karena ‘juniorku’ mulai meronta-ronta. Aku tidak ingin ibu tahu kalau aku horny pada dirinya. Dengan cepat aku berjalan ke kamarku, kemudian menyambar smartphone dari atas tempat tidur. Dengan cepat aku mengetikkan jari-jariku di keypad smartphone. Aku mengirim pesan whatsapp kepada temanku yang tinggal di NTT.


To Clemen:

Bro ... Ini Alex Jakarta.


Setelah mengirim pesan whatsapp pada temanku di NTT, aku menyalakan komputerku dan membuka aplikasi kencan online. Seperti malam kemarin, aku pandangi foto-foto seksi ibu. Benar-benar penampilan binal ibu membuat hayalanku liar melayang berputar sendirinya lalu menjadikan sebuah cerita mesum tanpa judul. Membuat aliran darahku seakan menyembur deras mengalirkan benih-benih birahi ke seluruh penjuru syarafku. Tiba-tiba smartphoneku berdering dan menandakan bahwa seseorang sedang menghubungiku. Ah, ternyata nama Clemen yang tertera di layar alat komunikasi milikku.

“Hallo, Men ...” Sapaku sangat senang.

Hallo, Friend. Lama kali kita gak komunikasi. Aku terus menghubungi kamu, tapi nomor kamu di aku sudah tidak aktif.” Cerocos Clemen di sana.

“Sorry banget, Men ... Aku ganti nomor dan lupa memberitahumu. Gimana kabarmu, men?” Tanyaku.

Aku baik, Friend. Semoga kamu di sana baik-baik juga.” Sahut Clemen dengan suara riang.

“Aku baik-baik saja di sini. Oh ya, apa pekerjaanmu sekarang?” Tanyaku pada sahabat karibku semasa SMA.

Aku pemandu wisata, Friend. Sambil buka cafe kecil di sini.” Jawab Clemen.

“Men ... Aku mau ngasih pekerjaan padamu.” Kataku mulai masuk ke pembicaraan serius.

Waw! Boleh juga ... Apa pekerjaan yang kamu tawarkan?” Tanya Clemen antusias.

“Carikan aku daun dan minyak suanggi. Apa kamu pernah mendengar daun dan minyak suanggi?” Kataku.

Ha ha ha ... Tentu aku tahu. Karena aku pernah menggunakannya juga. Apakah kamu punya masalah titit kecil kah?” Clemen tertawa terbahak-bahak.

“Burung aku normal, Men ... Hanya saja aku ingin memperbesar dan memperpanjangnya.” Kataku agak malu.

Ha ha ha ... Bagus itu, Friend. Aku bisa mencarikannya untukmu. Tapi kamu harus kirim aku biaya untuk biaya pembuatannya.” Ujar Clemen masih dengan suara candanya.

“Berapa duit, Men?” Tanyaku.

Sebenarnya tidak terlalu mahal. Kalau kamu datang ke sini dan membelinya sendiri tidak akan habis uang 300 ribu.” Katanya.

“Aku kasih uang dua juta untuk dua ramuan. Bagaimana?” Kataku lagi.

Dua? Satu saja sudah cukup membuat titit kamu bertambah besar dan panjang. Kenapa harus dua?” Clemen terdengar terkejut.

“He he he ... Satunya buat adik sepupuku.” Jawabku.

Oh ... Aku kira kamu mau pakai dua ... Ha ha ha ...” Clemen tertawa lagi terbahak-bahak.

“Jadi ... Dua juta cukup?” Tanyaku lagi.

Sangat lebih, Friend ... Lebih banyak sekali.” Ucap Clemen.

“Ya, selebihnya buat upah kamu.” Kataku.

Baik ... Setelah kamu transfer uangnya, aku akan langsung mencarikan daun dan minyak suanggi. Gak lama kok, paling sehari aku sudah bisa menemukan barang yang kamu perlukan.” Ujar Clemen yang membuatku senang.

“Sekarang juga aku kirim ... Aku minta nomor rekeningmu. Aku kirim lewat e-banking.” Kataku.

Baik ...” Jawab Clemen.

Hanya beberapa detik aku mendapat nomor rekening Clemen melalui pesan whatsapp yang dia kirim. Tanpa menunggu lama, aku langsung mentransfer uang sebesar dua juta rupiah ke rekening Clemen lalu mendapat balasannya lagi yang mengatakan aku harus menunggu. Aku pun tersenyum puas ternyata tidak memerlukan tenaga ekstra untuk memperoleh daun dan minyak suanggi. Aku hanya duduk manis dan menunggu. Sebenanya kejantananku normal-normal saja. Kejantananku masih mampu membuat wanita keenakan. Tapi benar juga kata Aji tadi malam. Kebanyakan wanita akan memilih laki-laki yang biasa saja tetapi mempunyai organ vital besar, dibanding dengan laki-laki tampan dengan organ vital kecil.

Saat aku hendak bangkit dari kursi, terdengar suara ketukan pintu kamar, terdengar juga suara ibu memanggil namaku di luar sana. Aku segera bergerak ke arah pintu lalu membukanya. Mataku langsung membesar, tertuju pada sosok ibu yang sudah berdandan rapi. Ibu tampak cantik dengan gaun ketat yang menampilkan lekuk tubuhnya, apalagi bagian dadanya yang memang penuh dan feminin.

“Wow ...” Aku bersuara takjub.

“Apaan sih kamu?” Tatap ibu keheranan.

“Pokoknya wow!” Kataku masih dengan pandangan takjub.

“Kamu ini ...!” Kini ibu yang memijit hidungku. “Mama mau keluar. Sorean mama pulangnya. Jaga rumah ya.” Kata ibu kemudian.

“Mama mau kemana?” Aku sebenarnya ingin sekali melarang ibu keluar, karena aku tahu tujuan mama keluar rumah.

“Mama mau main sama temen-temen mama, sekalian reunian.” Ucap mama yang aku tahu bohong.

Akhirnya aku hanya bisa mengangguk saat ibu tidak lagi memerlukan jawabanku. Ibu langsung berlalu meninggalkanku. Setelah ibu sudah diluar jangkauan pandangan, aku kembali ke dalam kamar. Aku menghela nafas, entah kenapa ada rasa cemburu di hatiku saat ada lelaki lain akan berkencan dengan ibuku hari ini. Rasanya aku ingin marah, tetapi aku sadar jika diriku tidak punya hak untuk melarang ibu. Hari ini akhirnya aku habiskan dengan menonton televisi. Untung saja banyak acara televisi yang kusuka, sehingga hariku ini tidak terlalu membosankan.

Sekitar pukul 11.00 siang, aku dikejutkan dengan kedatangan ibu dengan bawaan belanja yang begitu banyak. Aku membantunya dan tentu saja dengan perasaan sangat senang. Saat ditanya kenapa ibu pulang cepat, ibu menjawab acaranya dibatalkan. Berarti aku yakin kalau acara kencannya batal karena suatu alasan. Ibu selalu tersenyum, tetapi nampak kurang bahagia, ada raut kekecewaan yang samar di wajahnya.

“Aku buatkan kopi ya ma, supaya stres mama berkurang.” Kataku sambil berjalan ke lemari gantung tempat menyimpan kopi dan bumbu-bumbu masak.

“Em ... Tumben mau bikinin kopi but mama.” Ujar mama yang membuatku tersenyum.

“Habisnya mama kelihatan kurang bahagia hari ini. Saraf tegang mama kekurangan kafein. Dengan kopi kita akan sedikit rileks.” Bualku sambil cengengesan.

“Ada-ada saja.” Ucap ibu.

Sambil menikmati kopi aku terus mencandai ibu. Ibu pun banyak tersenyum. Ini senyuman bahagia yang sudah kutunggu-tunggu sejak tadi. Senyumanya manis dan indah. Kami akhirnya saling bercanda dan seolah tak kehabisan topik pembicaraan. Antusiasme saling bertukar cerita tentang segala hal hingga kami merasa tidak memiliki batas. Semuanya tidak direncanakan, semuanya mengalir dengan sendirinya, tahu-tahu kami ngobrol di ruang tengah dengan banyak pelukan dan ciuman di pipi ibu. Aku tidak tahu persis perasaan ibu diperlakukan seperti itu olehku, namun yang jelas ibu tidak menolak dan tidak marah, bahkan aku melihat ibu seperti merasa bahagia.

“Alex ... Mama mau tanya serius. Kenapa kamu tiba-tiba mesra banget sama mama. Selama ini kamu cuek sekali dengan keadaan rumah. Kamu sibuk dengan urusanmu sendiri tanpa peduli sama sekali sama mama.” Tiba-tiba ibu berkata demikian.

“Karena itulah, aku ingin memperbaiki kesalahanku, ma ... Aku akui kalau aku kurang memperhatikan mama. Sekarang saatnya aku menebus kesalahanku. Apakah mama keberatan kalau aku seperti ini?” Kataku yang diakhiri dengan pertanyaan.

“Oh, nggak ... Mama nggak keberatan. Hanya saja mama kaget, perubahanmu sangat mendadak.” Ujar mama.

“Sekarang sudah gak kaget lagi kan? Ya, mama jangan kaget lagi kalau aku akan bersikap seperti ini sama mama setiap hari.” Kataku.

“Hi hi hi ... Mama suka sekali. Tetaplah seperti ini.” Ucap ibu dan tiba-tiba dia mencium pipiku.

Aku dan ibu ngobrol dan bercanda ria hingga sore hari, saat ayah datang dari main golf-nya. Aku memilih untuk masuk ke dalam kamar dan main game online. Saat dipertengahan game, smartphoneku berdering kencang sekali. Aku melihat identitas si penelepon di layar smartphone, dan ternyata Clemen yang menghubungiku. Langsung saja aku sambar smartphoneku dan menyambungkannya.

“Hallo, bro ...” Sapaku bersemangat.

Ya, friend ... Aku sudah dapet barangnya. Aku minta alamatmu buat kirim. Sekarang aku sudah ada di gerai pengiriman paket. Aku akan kirim sekarang supaya besok bisa sudah sampai.” Kata Clemen.

“Oke aku sekarang kirim pesan ke whatsapp. Makasih ya, bro.” Kataku.

Sama-sama, friend.” Balasnya.

Aku pun langsung mengirim alamat rumahku setelah memutuskan hubungan telepon. Entah kenapa, aku sekarang benar-benar antusias mempunyai ‘perkakas’ yang besar dan panjang. Aku berharap ‘ramuan ajaib’ itu bisa membuat burung warisan nenek moyang milikku bertambah besar dan panjang. Tiba-tiba pikiranku terasa amburadul ketika aku membayangkan bagaimana jika aku bisa bercinta dengan ibu. Aku membayangkan tubuhnya yang seksi dengan penampilannya yang anggun itu dibawah kungkunganku. Kejantananku yang besar dan panjang membuat dirinya mendesah dan mengerang tanpa henti. Tentu saja aku menjadi tidak sabar menunggu hari berganti. Aku tidak sabar menunggu hari esok menjelang.

.....
.....
.....


Aku dan Aji terkekeh saat kami mengolesi junior kami dengan ‘ramuan ajaib’ yang disebut minyak suanggi dengan saling memperlihatkan kejantanan masing-masing. Aku dan Aji mempunyai ‘perkakas pribadi’ yang sama besar dan panjang, ya rata-rata kepunyaan orang Asia. Aji mengatakan kalau dirinya pernah mengukur ‘kepemilikannya’ saat ereksi yaitu sepanjang 13 cm, dan aku pun memperkirakan panjang yang sama dengan milik Aji.

“Selama satu minggu kita harus terus mengolesi burung kita dengan minyak ini dan selama dua minggu gak boleh keluar air mani, supaya besar dan panjangnya permanen.” Jelasku pada Aji.

“Gak masalah.” Sahut Aji santai.

“Mudah-mudahan aja terbukti kalau minyak ini berkhasiat.” Kataku.

“Ya, kita harus yakin aja.” Sahutnya lagi.

Kami membungkus penis yang telah diolesi dengan ‘ramuan ajaib’ itu dengan daun suanggi. Setelahnya, kami pun memakai celana kembali dan ngobrol masih seputar ibu-ibu kami. Selang beberapa menit, aku dan Aji ‘duel’ main playstation. Itulah yang biasa kami lakukan saat bersama. Setelah puas bermain game, kami pun ngopi dan ngudud sembari meneruskan obrolan.

“Bro ... Tadi pagi nyokap gue gagal kencan dengan partnernya. Gue gak tau alesannya kenapa nyokap gagal berkencan, tapi gue liat dia kecewa. Terus gue candain nyokap, lama-lama cair deh suasana. Nyokap gue mau senyum lagi. Tadi siang gue beraniin diri untuk meluk dan mencium nyokap. Gak tau kenapa gue terangsang berat. Tapi bro, gue liat nyokap gue enjoy-enjoy aja gue peluk dan gue cium. Bahkan gak marah waktu gue senggol-senggol tetenya.” Aku menjelaskan juga kejadian tadi siang bersama ibu pada Aji.

“Lu kudu hati-hati bro ... Gue pernah ngalamin kayak lu. Gue bahkan pernah nyatain kalau gue suka sama nyokap karena gue kepedean kalau nyokap nerima gue sebagai laki-laki yang menyukainya. Buktinya, dia sampai sekarang menjaga jarak sama gue. Kelihatannya nyokap gue takut kalau gue ngedeketin dia lagi. Gue yakin nyokap lu juga akan sama dengan nyokap gue. Nyokap kita masih menganggap kita sebagai anaknya. Mereka gak akan mau menganggap kita sebagai pasangan mereka.” Jelas Aji yang membuatku terhenyak.

“Waduh! Baru juga gue semangat ... Jadi menurut lu gimana?” Tanyaku jadi penasaran.

“Lebih baik, lu jangan terlalu deket dulu dengan nyokap lu. Maksud gue, lu bersikap biasa-biasa saja dulu. Nanti kalau burung-burung kita sudah dewasa. Kita jalanin sesuai dengan rencana awal. Kita menjadi pasangan kencan mereka dan janjian berkencan dengan mereka. Baru di sanalah kita berterus terang kalau kita menginginkan mereka.” Jelas Aji.

“Kalau mereka tetap menolak?” Tanyaku. Sebenarnya aku sendiri kurang setuju dengan rencana Aji.

“Kita gak bisa memaksa, tapi paling tidak mereka tahu kalau kita mengetahui kelakuan binal mereka.” Jawabnya.

Sesungguhnya masih banyak pertanyaan yang bergelayutan di otakku tentang rencana Aji ini. Tetapi, aku diam saja, tak ingin mendebatnya. Buru-buru aku ke komputerku lalu menengecek aplikasi kencanku. Ternyata ibu sama sekali belum merespon undanganku. Tetapi aku menemukan aktivitas telepon ibu, lalu kubuka aplikasi spyware dan membuka file percakapan telepon ibu dengan adiknya yang terjadi pada pukul 09.25 pagi tadi.

Sedang ngapain dek, sibuk kah?” Terdengar suara ibu.

Sedang rebahan saja, kak ... Gimana kencannya kemaren kak?” Tanya Tante Mawar.

Ah, sebel dek ... Pasanganku ngebatalin dengan alasan anaknya harus diopnam di rumah sakit.” Ujar ibu kesal.

Hi hi hi ... Orang kayak gitu mending tinggalin. Cari lagi laki-laki yang lain. Gak bener tuh, bakal banyak bohongnya.” Respon Tante Mawar.

Beneran deh, aku gak bakalan lagi nerima dia ... Lupakan saja dek, aku ingin ngobrol sesuatu yang menurutku janggal dek ... Sejak kemaren si Alex tiba-tiba mesra banget sama aku. Aku bener-bener heran, kenapa anakku tiba-tiba memperlakukanku seperti pacarnya.” Ungkap ibu dan tentu saja aku sedikit terkejut. Tiba-tiba Aji bangkit dan mendekatiku.

Waduh ... Jangan-jangan sama seperti Aji. Dia kena sindrom incest ...” Kata Tante Mawar. Sekilas aku menengok pada Aji. Dia hanya tersenyum sambil mengedipkan sebelah mata.

Tapi dek ... Kok aku malah suka ya diperlakukan seperti pacar sama anakku? Apa aku juga terkena sindrom incest?” Tanya ibuku dan sontak saja memekik senang. Aji langsung menepuk-nepuk pundakku tanda senang juga.

Wow! Rupa-rupanya kakak menyukai incest ... Aku sih gak bisa melarang kakak. Kalau kakak merasa senang, ya jalanin aja.” Respon Tante Mawar.

Kalau kamu gimana? Apakah tetap tidak akan menerima Aji?” Tanya ibu.

Sebenarnya aku merasa sangat kasihan sama Aji. Tapi, aku belum bisa menerima incest. Mentalku belum kuat dan aku sendiri belum siap.” Jawab Tante Mawar.

Ya sudah ... Kakak cuma mau mengatakan kalau kakak mau coba-coba dengan Alex. Kita lihat saja perkembangannya. Kakak juga sebenarnya masih ragu. Takutnya dia main hati sama kakak. Pastinya dia bakalan sulit mencari pasangan hidupnya. Kalau sekiranya Alex hanya suka pada kakak berdasarkan nafsunya saja, kemungkinan besar kakak akan menerima Alex sebagai pasangan.” Ungkap ibuku yang lagi-lagi aku memekik senang.

Ya kak ... Aku akan pantau perkembangannya. Jika kakak memang menikmatinya. Kemungkinan besar aku juga akan menerima Aji sebagai pasanganku.” Ungkap Tante Mawar dan giliran Aji yang memekik senang.

Oke kalau begitu ... Kakak harus belanja dulu. Nanti kita ngobrol lagi ... Bye ...” Ibu menutup percakapan.

Bye ...

Aku merentangkan tangan, memberikan tempat di dadaku bersiap menerima sebuah ungkapan selamat datang. Perasaan senang ini begitu membuncah, menyerap semua keraguanku sampai aku tidak tahu berkata-kata saat mendengar fakta ibuku menyukaiku. Sekali lagi Aji menepuk-nepuk bahuku, lalu berjalan ke tempat tidur. Aji melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Dia pun terlentang dengan tatapan terarah ke langit-langit kamar.

“Lu gak usah khawatir, bro ... Mungkin jalan lu, harus gue dulu.” Kataku.

“Gue sangat mengandalkan lu, bro ... Gue harap lu berhasil.” Kata Aji masih dengan tatapannya ke langit-langit.

“Lu bisa mengandalkan gue.” Ujarku penuh percaya diri.

“Gue balik! Gue tunggu kabar dari lu. Ingat! Jangan lu pake selama dua minggu titit lu.” Ucap Aji sambil bangkit dan turun dari tempat tidur.

“Itu dia! Selama dua minggu gue akan menggoda nyokap sampai dia teler. Pokoknya, lu harus percaya deh sama gue.” Aku coba menyemangati Aji.

“Gue percaya sama lu!” Kata Aji lalu dia keluar dari kamarku.

Aku senyam-senyum sendiri sambil memutar otak buat rencana selanjutnya. Aku pikir aku harus lebih pelan-pelan mendekati ibu, jangan sampai mood-nya terganggu. Aku harus melakukannya pelan-pelan, menunjukkan padanya kalau aku hanya tertarik pada kecantikan dan keseksianku saja. Selain itu, memang aku harus menunggu sampai dua minggu sampai titikku benar-benar menjadi kontol yang perkasa.

Kulihat jam sudah menunjukan pukul 18.30. Waktunya makan malam. Aku yakin ayah dan ibu sudah menunggu di dapur. Benar saja, ayah sudah duduk di kursi meja makan, sementara ibu masih di kitchen set yang rupa-rupanya masih ada masakan yang belum matang. Aku berjalan ke arah ibu yang memunggungiku. Setelah berada tepat di belakangnya, aku langsung merengkuh pinggangnya dan memeluknya dari belakang.

“Aw! Ah! Kamu ini ngagetin mama saja!” Ibu memekik kesal tapi membiarkan tubuhnya dalam pelukanku.

“Kamu ini apa-apaan sih?!” Tegur ayah di belakangku.

“Masakan mama harum sekali.” Kataku sembari menghirup aroma masakan. Oh bukan, aku menghirup aroma parfum mama karena aku menarik nafas tepat di ceruk leher mama.

“Ihk kamu ini! Duduk sana di kursi! Jangan ganggu mama!” Kata mama masih dengan suara kesal.
“Baik, ma ...” Kataku.

Sebelum aku mundur, aku memindahkan tanganku ke pantatnya yang besar dan bulat. Kuremas dua kali remasan yang tentu saja membuat ibu terhenyak, tetapi ibu tidak bereaksi berlebihan. Aku segera mendekati meja makan dan duduk di salah satu kursi dekat ayah yang sedang sibuk dengan smartphonenya. Hanya satu menit menunggu, akhirnya ibu membawa masakan terakhir untuk santap malam. Saat ibu meletakkan masakannya, ibu agak membungkuk dan aku bisa melihat payudara ibu yang terbungkus bra berwarna pink dari celah leher blousenya. Payudaranya begitu penuh dan kencang di balik bra, seolah mengundang untuk dibelai dan dilumat.

Dalam posisi masih membungkuk, ibu memandangku tajam. Tapi aku tak peduli dengan tatapan ibu. Aku terus menikmati pemandangan indah yang terpajang di depanku. Pemandangan indah itu pun akhirnya menghilang ketika ibu bangkit dan duduk di kursi. Aku tersenyum saat bibir ibu mengerucut dengan mata mendelik padaku. Kami pun makan bersama, meskipun beberapa saat ada keheningan diantara kami bertiga, namun akhirnya suasana menjadi hangat setelah aku bersuara, mengajak ayah dan ibu bicara.
Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd