Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DUA ANAK DAN DUA IBU

Bimabet
CHAPTER 3

Waktu tak terasa, dua minggu sudah kulewati sejak aku ‘mendewasakan’ kejantananku. Selama dua minggu itu, aku terus memperhatikan perubahan yang terjadi pada si junior. Ajaib, apa yang diceritakan penulis cerita yang berjudul ‘LIFE, SEX AND KARMA [REAL STORY]’ di Forum Semprot terbukti nyata. Kejantananku membesar dan memanjang. Walau dalam keadaan ‘tidur’, si junior terlihat menawan dengan kebesarannya. Tentu saja, aku merasa lebih percaya diri dengan ukuran kejantananku saat ini.

Selama jangka waktu dua minggu itu juga, aku semakin ‘dekat’ dengan ibu. Kedekatanku sudah menjurus pada hal-hal yang berbau mesum. Aku yakin rencanaku selama itu berjalan dengan baik. Awalnya aku banyak memberikan perhatian dan pujian. Berlanjut dengan sentuhan-sentuhan kecil, berupa ciuman pipi, pelukan dan senggolan ‘tak sengaja’ pada payudaranya. Terakhir, aku mulai berani secara terang-terangan memandangi payudara ibu dan memuji secara terbuka ‘perangkat lunaknya’ itu walau sampai saat ini aku belum berani menyentuhnya.

Aku baru saja selesai mandi dan memakai baju saat kemudian aku mendengar suara ketukan pintu. Sedetik kemudian terdengar suara ayah yang menyuruhku segera ke dapur untuk sarapan. Segera saja aku keluar kamar dan bersama-sama ayah berjalan ke dapur. Tak lama, aku sudah berada di depan meja makan. Sandwich ikan tuna dan segelas susu coklat adalah menu sarapan pagi ini.

“Loh ... Kamu kok kamu masih pake baju rumah? Apa hari ini kamu gak kuliah?” Tanya ibu sambil duduk di kursi sebelahku.

“Hari ini gak ada kuliah ma ... Dosennya berhalangan. Kuliahnya diganti tugas.” Jawabku lalu nyeruput susu coklat sehabis memakan potongan swandwich-ku.

“Oh ... Mama tuh sudah bosen membiayaimu kuliah. Cepat-cepatlah lulus dan cari kerja.” Ibu terlihat duduk sembarangan. Kulihat roknya terangkat setengah pahanya ketika dia duduk, membuat aku harus menelan ludah karena menyaksikan sepasang paha mulus ibu yang terpampang.

“Ya, ma ... Aku juga sudah lelah kuliah. Inginnya cepat lulus dan bekerja.” Kataku.

Perlahan aku meletakkan tanganku di paha ibu yang terbuka. Terasa ibu terhenyak namun membiarkan tanganku tetap berada di sana, bahkan ibu seperti merenggangkan pahanya. Di bawah meja dan di depan ayah, aku mulai mengelus paha ibu dengan perlahan. Sangat lembut dan halus, aku suka sekali menyentuhnya. Tangan jahilku yang mengelus paha ibu semakin naik dan semakin naik, tak lama tanganku tepat di gundukan pangkal pahanya yang ditutupi celana dalam. Saat aku menyentuh belahan di sana, ibu langsung menutup pahanya hingga tanganku terjepit. Tiba-tiba ibu menyubit tangan jahilku sambil melotot.

“Kalian ini kenapa?” Tanya ayah yang membuatku langsung menarik tangan dari paha ibu.

“Oh, kaki Alex menginjak kaki mama.” Ibu berkata dengan sangat normal.

“Kamu ini selalu saja godain mamamu.” Ujar ayah dan aku pun tersenyum.

“He he he ... Suka aja kalau mama cemberut.” Kataku santai.

Ayah hanya geleng-geleng kepala sambil beranjak dari duduknya. Saat ayah berjalan memunggungi kami, ibu langsung menjewer telingaku cukup keras. Aku meringis tapi tersenyum mesum pada ibu. Mata ibu melotot lagi sambil mengerucutkan bibirnya. Kemudian ibu berdiri dan berjalan mengikuti ayah ke garasi. Hari ini ibu pergi bersama ayah untuk berbelanja di supermarket yang satu jalan dengan perjalanan ayah ke kantor. Sementara itu, aku memilih untuk membereskan meja makan. Kurasa ini saatnya aku harus bertindak lebih jauh. Aku ingin segera mendapatkan apa yang aku inginkan, jadi aku akan lebih agresif untuk membuka aktivitas seksual dengan ibuku.

Setelah membereskan meja makan, aku menuju ruang tengah. Aku duduk di sofa bed lalu menyalakan televisi 32 inci di samping depanku. Sekitar 10 menit berselang, Aji datang dengan wajah sumringah. Tiba-tiba dia duduk di sampingku dengan cengar-cengir gak jelas. Aku memandangnya bingung sambil menunggu maksud cengar-cengir gak jelasnya itu.

“Gue mau berkencan dengan nyokap gue.” Aji akhirnya bersuara dan aku yang terkejut.

“Serius lu?” Tanyaku dengan intonasi tinggi.

“Ya ... Gue sangat serius.” Aji meninju pelan lenganku.

“Kapan?” Tanyaku agak panik.

“Besok siang ...” Jawab Aji.

“Lu ... Pake identitas palsu lu bukan?” Tanyaku ingin tahu.

“Ya iyalah ... Gak mungkin lah gue pake identitas diri sendiri!” Seru Aji.

“Bro ... Gue kok gak yakin dengan rencana lu ... Gini ... Lu datang dengan tiba-tiba, gue sangat yakin nyokap lu bakalan kaget. Dan gue yakin dia akan malu dan ujung-ujungnya marah. Dia bakalan lebih menjauhi lu. Lebih baik, lu batalin tuh kencan.” Kataku sungguh-sungguh.

“Gak! Gak bakalan gue batalin. Gue akan terus dengan rencana gue.” Aji terlihat mantap dengan rencananya.

“Kalau nyokap lu marah. Apa yang lu lakuin?” Tanyaku.

“Gue gak bakalan ngejar-ngejar dia lagi.” Jawab Aji santai.

Aku menatap wajah sepupuku ini. Aku bisa membaca ada keteguhan di sana namun raut kekhawatiran pun tercetak jelas di raut mukanya. Aku hanya bisa diam, aku tidak ingin memaksa kehendak Aji dan aku juga yakin kalau Aji tidak akan terpengaruh walau mulutku berbusa-busa menasehatinya.

“Nyokap gue kayaknya udah ngasih lampu hijau, bro ... Gue bakal beraksi hari ini juga. Apa lu mau gabung bareng gue?” Kataku dan sontak Aji menoleh kaget.

“Lu gila apa?!” Katanya dengan nada tinggi.

“Ha ha ha ... Gue sadar, bro ... Apa lu gak tertarik garap sawah nyokap gue?” Kataku sambil terkekeh kecil.

“Sebenarnya mau juga ... Tapi, hari ini adalah hari spesial lu ... Gue gak mau ganggu lu dulu. Kecuali untuk kedua atau ketiga, gue baru mau gabung.” Ungkapnya.

“Ha ha ha ...” Aku tertawa terbahak-bahak.

Kami pun melanjutkan obrolan sambil ngopi dan ngerokok di teras belakang rumah. Obrolan demi obrolan semakin banyak terlontarkan dari mulut kami berdua. Obrolan kami terhenti saat ibu datang dari berbelanja. Aku dan Aji lantas membantu ibu membereskan belanjaannya. Setelah itu, Aji tak lama berpamitan pulang. Sementara Aku dan ibu duduk bersebelahan di ruang tengah, menonton acara televisi dan ngobrol kesana-kemari.

“Kasian ya ma sama si Aji ...” Aku mulai memancing pembicaraan.

“Loh, emangnya kenapa sama si Aji?” Tanya ibu sembari menatapku.

“Gimana ya ... Sebenarnya, aku gak ingin membicarakan ini sama siapa pun ... Tapi gak bisa lagi aku tahan karena Aji akan melakukan sesuatu yang menurutku bodoh.” Kataku hati-hati.

“Kamu ini bikin penasaran mama saja. Langsung saja katakan, kenapa dengan Aji?” Suara ibu semakin serius.

“Hhhmm ...” Aku menghela nafas. “Aji ingin mengencani mamanya.” Lanjutku sedikit pelan.

“Apa??? Kamu gak main-main kan??? Gimana bisa???” Ibu benar-benar terperanjat. Pertanyaannya pun bertubi-tubi.

“Aji menemukan mamanya di aplikasi kencan dan si Aji mengajak kencan mamanya dengan identitas palsu.” Kataku.

Tiba-tiba mata ibu membulat sempurna. Wajah ibu pun berubah menjadi terlihat tidak nyaman, seakan ia gelisah. Semakin lama, ibu terlihat seperti ketakutan. Aku yang mengerti situasi saat ini, lantas aku raih tangan ibu dan membawa ke bibirku. Aku kecup punggung tangannya dengan mesra. Mata ibu menyapu wajahku dengan ekspresi keterkejutan hebat. Alisnya sampai menyatu dengan kening bergelombang tiga.

“Aku tahu semuanya ma ... Aku dan Aji tahu kalau mama dan Tante Mawar sering berkencan melalui aplikasi kencan. Tapi ma, aku dan Aji tidak akan mempermasalahkan mama dan Tante Mawar berkencan dengan siapa saja. Kami bahkan akan medukung kalian.” Jelasku buru-buru sebelum ibu salah persepsi.

“Ja..jadi ... Kamu ...” Bibir ibu bergetar tampak masih shock.

Kedua tanganku menangkup kedua pipinya sambil meyakinkan ibu kalau aku sama sekali tidak mempermasalahkan ibu menggunakan aplikasi kencan. Setelah beberapa kali meyakinkannya, ibu memegang tanganku yang masih berada di pipinya seraya mengusap-usapnya. Ibu mulai bisa tersenyum dan pada akhirnya suasana berubah menjadi intim. Kami meniadakan jarak, entah siapa yang memulai lebih dulu. Hati dan otaknya kali ini mungkin tidak bersitegang lagi.

“Kamu benar tidak kecewa mempunyai mama binal?” Tanya ibu dengan melingkari tangannya ke pinggangku, sementara kepalanya bersender di bahuku.

“Aku bahkan ingin ngerasain kebinalan mama.” Kataku tanpa ragu dan sungkan lagi.

"Ck!" Tiba-tiba ibu mencubit kulit perutku.

"Aduh...!" Aku berteriak kesakitan.

"Rasakan!" Kata ibu.

Aku tertawa dan dengan tiba-tiba meraih ibu untuk duduk di pangkuanku. Ibu tertawa dan menggigit telingaku sambil menjambak rambutku dengan gemas. Aku menggelitiknya membuat dia menjerit dan tertawa lepas.

“Hi hi hi ... Hentikan! Anak nakal!” Teriak ibu di sela tawa gelinya.

“Mama memang seksi!” Ujarku sambil menatap wajahnya.

“Kalau mamamu seksi, terus kamu mau apa?” Tanyanya dengan suara genit dan menantang.

“Aku ingin menikmati tubuh mama ... Aku ingin ngentotin mama.” Kataku tanpa sungkan.

“Ihk! Saru!” Tukas ibu sambil tersenyum mesum.

Tanpa pamit lagi, aku melumat bibirnya dengan penuh gairah dan ibu mengerang saat aku meremas pantatnya yang masih berada di pangkuanku. Ibu membalas ciumanku dan itu sebagai tanda aku sudah berhasil menaklukannya. Ciuman kami semakin lama semakin bergelora, dua lidah saling berkait diikuti dengan desahan nafas yang semakin mengejar. Juniorku menggeliat saat dia bergerak di atasnya. Aku menatapnya dan kulihat matanya terpejam saat akhirnya tanganku menelusup ke balik kaos tebal yang dia pakai.

Aku suka dengan reaksi tubuh ibu yang responsif terhadap sentuhanku terutama pada bagian payudaranya. Ibu bergerak gelisah menekan juniorku saat aku berhasil melepas kaitan branya dengan sebelah tanganku dan menangkup sebelah payudaranya dengan tanganku yang lain. Kuusapkan ibu jariku di puncak payudaranya yang makin mengeras karena rangsangan yang kuberikan.

"Eeenggh..." Ibu mengerang di tengah hot kiss kami.

Dengan tak sabar, aku melepas kaus tebalnya dan langsung kulahap buah ranum itu membuat dia mengejang dan menengadahkan kepalanya seolah memintaku untuk menggigiti leher jenjangnya. Mulutku sangat liar menyusu di payudara ibu secara bergantian, dari payudara kanan dan beralih ke payudara kiri. Aku memainkan lidahku menikmati kekenyalan puncak payudaranya membuat nafasnya memburu dan pantatnya menggeliat menekan juniorku yang mulai mengeras.

"Aaaaaakkkkhhhhh..." Ibu yang merasa payudaranya disedot sontak menjerit.

Ibu menurut saat aku menghela tubuhnya turun dari pangkuanku hanya untuk kulucuti rok berikut celana dalamnya. Aku tak memberinya kesempatan berpikir karena aku kembali menariknya duduk di atas pangkuanku dan ibu mengerang saat kutekan tubuhnya menggesek gundukan di selangkanganku. Aku mengelus kewanitaannya membuat ibu terkesiap dan menjauh. Mata kami saling mengunci saat aku menemukan klitorisnya dan memberikan pijatan melingkar di sana. Ibu terengah dan aku terus memijat klitorisnya membuat dia menggeliat nikmat.

“Apa yang akan kamu lakukan?” Ibu mendesah.

“Nikmati saja.” Jawabku lalu mencium bibirnya sekilas.

Aku tidak tahan lagi, dengan tak sabar aku mengangkat sedikit tubuhnya lalu membuka zipper celana panjangku dan mengeluarkan juniorku yang sudah siap tempur. Dia menatap juniorku, dan tampak matanya membulat sempurna dengan mulut sedikit terbuka. Perlahan tangan ibu meraih kejantananku yang semakin perkasa. Digenggamnya penisku, dengan jempolnya ke kepala penisku dielus-elusnya kemudian dikocoknya.

“Punyamu besar sekali ...” Ibu berkata setengah mendesah.

Aku hanya tersenyum sambil meremasi buah dada ibu yang semakin kenyal saja. Hanya berselang beberapa detik saja, tiba-tiba ibu bergerak, ia menempatkan juniorku di depan kewanitaannya yang sudah lembab. Aku tersenyum dan melumat bibirnya saat dengan perlahan juniorku memasuki tubuhnya. Dia mencengkram bahuku saat aku sudah separuh jalan memenuhi tubuhnya.

“Wow! Penuh sayanghh!” Ibu mendesah lagi.

"Biarkan aku masuk dulu ma ... Jangan tegang ..."

Aku merasakan otot kewanitaan ibu mengendur membuat jalan masukku lebih lancar meski masih terasa begitu ketat dan rapat. Sekuat tenaga aku menahan hasratku untuk segera membenamkan seluruh juniorku dalam kehangatan tubuhnya karena aku tahu dia pasti akan merasa kesakitan dengan junior jumboku. Aku mengelus pinggangnya dan melumat bibirnya saat akhirnya ibu menerima juniorku dengan sempurna. Aku menahan pinggangnya membuat ibu menggigit bahuku sambil merintih.

“Aaacchhh ...”

Aku mengecup kening ibu dan menuntun pinggulnya untuk bergerak pelan di atas tubuhku. Aku menggertakkan gigiku menahan gairahku yang makin meletup saat ibu memanjakan juniorku dengan gerakan tubuhnya yang masih sangat canggung. Perlahan, ibu mulai mampu menyesuaikan diri dengan ukuran juniorku dan dia memejamkan matanya menikmati penyatuan kami.

“Enak?” Tanya candaku.

Ibu menganggukan kepala dan terlonjak saat aku menghentakkan tubuhku dari bawah. Matanya menatapku dan kulihat binar kenikmatan di wajahnya saat aku mengulangi gerakanku. Sekali, dua kali, tiga kali. Aku tak tahan lagi. Aku menarik tubuhnya menempel padaku, kukunci pinggangnya dengan belitan lenganku dan kepacu dia dari bawah.

"Awwwhhh..... Kau nakal sekali Alex...!" Ibu terus mengerang. Aku justru bertambah gila memainkan vagina ibu. "Akkkh...ah...ah...akkkh..." Kini ibu berteriak sambil menggoyang-goyangkan pinggulnya.

Entah menit ke berapa, ibu mengatur posisinya sendiri. Ibu kini jongkok di atas tubuhku sehingga aku melihat dia seperti melonjak-lonjak. Makin lama makin cepat. Ibu sering kurang mampu mengontrol gerakannya sampai penisku lepas dari memeknya atau kadang-kadang menekannya terlalu keras sehinga menyodok lebih dalam ke memeknya. Cukup lama ibu melonjak-lonjak di atas tubuhku. Kata dia rasanya enak dan mengganjal lubang memeknya. Penisku terlihat masuk lebih dalam karena terlihat hampir masuk semua.

Sekian lama dia menggenjotku tetapi aku merasa dia belum mendapat orgasme. Mungkin memeknya sering dimasuki ‘barang haram’, sehingga menyulitkan dia mencapai orgasme. Ibu pun berhenti karena dia mengaku lelah. Aku mengambil alih kendali. Badannya aku telentangkan lalu aku tindih dan mulai aku menggagahinya dari atas. Awalnya pelan tetapi setelah terasa lancar meskipun sempit, aku memompanya lebih cepat.

"Akkh....akkkh....uwh...ah..ah...ah.." Aku yang merasa juniorku dijepit erat juga tidak mampu menahan untuk tidak mendesah. Aku yang semakin menggebu meningkakan kecepatan.

“Makan semuanya... Aakhh... Ambil... Ambil memekku.. Aaakhh..." Kata-kata ibu vulgar namun terputus-putus karena hentakan pantatku sangat cepat.

Seperti piston begitu penisku keluar masuk memek ibu sambil mengeluarkan suara berdecak-decak membuat badannya terlonjak-lonjak di sofa bed. Kedua tangannya mencengkram lenganku dan ibu berusaha menegakkan kepalanya melihat keluar masuknya penisku di memeknya. Wajah ibu seperti mau menangis padahal karena merasakan nikmat yang belum pernah dia dapatkan. Tak berapa lama kurasakan kepala penisku disiram cairan hangat di dalam memeknya.

"Akhh... Mama keluar sayanghh... Kau hebat..." Katanya memuji karena beroleh kepuasan yang luar biasa. Tubuh ibu masih mengejang sambil mengejat-ngejat. Ibu sungguh sangat tenggelam oleh kenikmatan yang didapat hari ini. Matanya terpejam, sedangkan mulutnya membuka lebar.

Aku memberinya jeda meredakan kedutan dalam kewanitaannya. Ibu menatapku dengan mesra lalu melumat bibirku dengan penuh perasaan. Ciuman kami begitu menuntut satu sama lain, saling menghisap, saling menyedot, lidah kami saling membelit dan mencari ruang di dalam mulut kami. Ciuman kami terlepas, ibu tersenyum sambil mengusap keringat di wajahku.

“Kau hebat sayang ... Mama baru merasakan enak seperti ini.” Jujur ibu sambil tetap tersenyum.

“Punya mama juga enak. Ngejepit sekali kayak gegep.” Balasku.

“Hi hi hi ... Kamu bisa saja ... Ayo gerakin lagi ... Garuk memek mama sampai lecet.” Ujar ibu sangat nakal.

“Aku akan ngentotin mama sampai mama gak bisa berjalan.” Kataku sembari mulai mengeluarkan penisku dari jepitan memek ibu hingga kepala saja, kemudian aku masukan lagi ke dalam memeknya secara perlahan.

“Ooohh ... Punyamu besar sekali sayang ... Aaahh... Ennaakk sekalii ...” Ibu mulai mendesah lagi.

Aku ayun memek ibu dengan menarik dan menekan. Memeknya masih terasa menjepit dan mencekat. Kusampirkan salah satu betisnya ke bahuku. Ibu menggigit bibirnya saat aku bergerak keluar masuk dalam tubuhnya. Ibu merintih-rintih yang membuatku agak khawatir didengar orang yang kebetulan lewat dekat rumah. Ibu terus ketujah dengan gerakan cepat dan kasar mengikuti keinginan nafsuku. Ibu merintih dan mengerang seperti orang menagis, tetapi disela suaranya itu dia menyebutkan, “terus enak sekali.”

Payudaranya bergerak liar saat aku meningkatkan ritme permainanku. Dia menghempaskan kepalanya di sofa bed saat aku terlalu jauh menjangkau ke dalam tubuhnya. Aku tak mau kehilangan pemandangan wajah puasnya. Kuraih tengkuknya dan kutahan agar tetap memandangku. Gerakanku ini membuat tubuhnya tak berkutik dalam kuasaku.

Sebelah tanganku yang bebas meremas payudaranya dan hal itu membuat dia kewalahan menerima kenikmatan yang kutawarkan. Tepat sebelum aku menumpahkan benihku, dia kembali kubuat melambung oleh badai orgasme. Aku melumat bibirnya sambil menembakkan benihku dalam kehangatan tubuhnya. Menyemprotlah lendir kenikmatan di dasar memeknya yang sudah dalam kuterobos. Ibu gemetar oleh kepuasan dan kukecup keningnya saat akhirnya kami melepas penyatuan kami.

“Mama benar-benar seksi ...” Kataku dan ibu tersenyum dan memejamkan matanya.

“Kamu jantan sekali sayang ... Mama puas sekali ...” Kata mama setengah berbisik.

“Masih ada ronde kedua kan?” Candaku dan ibu membuka matanya.

“Tentu ... Ini harus dilanjut ...” Kata ibu tegas.

“He he he ... Kalau gitu kita pindah ... Di kamarku ...” Kataku.

Aku membawa ibu ke kamarku ala bridal style dan membaringkan tubuhnya ke kasur. Aku melompat dan menindih tubuh ibu dan memulai lagi pertempuran kami. Bagaikan harimau kelaparan yang diberikan buruan yang sudah tersaji di depannya, aku menggeram keras dan langsung menghajar lubang senggama ibu. Desahan demi desahan berhamburan dari bibir ibu ketika junior besar milikku bergerak keluar masuk lubangnya dengan cepat dan menghentak dengan keras dan dalam. Penisku menggesek dinding memeknya, memberikan sensasi nikmat yang membuat jadi-jari kaki ibu melengkung keenakan di bawah genjotanku yang benar-benar sesuai ekspektasinya. Cepat, keras, dan dalam.

Gerakanku semakin tak terkendali karena kini aku membiarkan insting tubuhku sendiri yang mencari kenikmatan. Dengan kuat dan cepat aku terus menghantam, menusuk dan terus menghajar memek ibu dengan kecepatan bagai binatang buas. Hampir setengah jam aku bergerak liar di atas tubuh ibu. Desahan dan erangan yang terus meluncur dari bibir ibu kini berubah menjadi lenguhan tak jelas yang hanya berfungsi menunjukkan betapa larutnya ia dalam kenikmatan yang aku berikan pada tubuhnya. Tubuh ibu tersentak kuat dan seluruh sel tubuhnya bertaut dengan kuat sebelum ...

“Aaaaaaccchhh ...!!!”

Orgasme ibu meledak dengan sangat kuat. Sekeras erangan yang ia keluarkan, sekuat itu pula seluruh otot tubuhnya berkontraksi kuat menikmati puncak kenikmatan yang meghantamnya dengan sangat kuat. Bibirnya terus terbuka, dan pandangannya kabur karena hanya warna putih yang memenuhi kelopak matanya.

Aku menggeretakkan gigi merasakan otot dinding memek ibu mencengkeram kuat penisku yang sudah sangat tegang. Namun tak ingin melewatkan kenikmatan itu, aku tetap terus bergerak di dalam lubang peranakan ibu yang kini sangat ketat itu.

“Keluarin sayang! Penuhi memek mama dengan air manimu!” Ucap ibu.

Kata-kata itu seolah lecutan api yang membuatku menghujam dengan kuat dan dalam, serta meraungkan kenikmatan saat aku menyemprotkan spermaku ke dalam memek ibu. Membenamkan penisku dalam-dalam, membiarkan semua benihku masuk sepenuhnya ke dalam tubuh ibu. Seketika aku ambruk di atas tubuh seksinya.

"Ibu sangat cantik dan seksi." Pujiku dengan nafas yang masih tersegal.

"Kamu juga tampan sayang..." Balasnya.

“Mama suka kan digenjot olehku?” Aku mencandai ibu lalu mengecup bibirnya.

“Suka banget sayang ... Kerasa banget ... Hi hi hi ...” Ibu terkekeh kecil.

“Lebih kerasa kalau dua kontol yang ngerjain mama ...” Kataku sambil menatap matanya.

“Ah ...” Mama mendesah sambil tersenyum malu.

“Kontol Aji gede juga loh mah ...” Kataku.

Mata ibu membulat, “Benarkah?”

“Ya, sama besar denganku ma ... Kayaknya mama harus nyoba juga punya Aji.” Ujarku dengan nada rayuan.

“Oh ... Em ...” Ibu hanya tersipu malu.

“Sebenarnya, Tante Mawar rugi kalau gak ngerasain punya Aji. Selain besar dan panjang, Aji juga sangat kuat ngentotnya.” Kataku sedikit didramatisir.

“Oh ... Kalau begitu tantemu harus diberi tahu. Dia paling suka dengan kontol besar seperti punyamu.” Kata ibu masih dengan kuluman senyum malunya.

“He he he ... Mendingan sekarang mama beritahu Tante Mawar dan membujuknya supaya mau sama Aji. Aku kasian sama Aji. Dia sangat terobsesi sama ibunya. Aku khawatir Aji jadi frustasi dan hidupnya jadi ngaco.” Kataku yang memprovokasi.

“Benar juga ... Kalau begitu, lepasin mama.” Ibu mencubit hidungku.

Aku pun bangkit dan melepaskan penyatuan tubuh kami. Aku segera ke kamar mandi, sementara ibu keluar dari kamarku. Kuhidupkan showher dan air dingin mengguyur tubuhku dan memberi kesan fresh yang menjalar. Benar-benar aku merasa segar jiwa dan raga setelah bercinta dengan ibu. Sungguh, bercinta dengan ibu adalah imajinasi dengan seribu rasa. Melebihi kenikmatan bercinta dengan seribu gadis. Begitu liarnya diriku dalam desahannya.

Bersambung

Chapter 3 ini adalah bonus untuk para suhu yang telah mendukung cerita ini. Terima kasih untuk para suhu sehingga cerita ngasal dari saya ini ada di dalam kotak HT.

Kelanjutannya klik di sini ...
 
Terakhir diubah:
Mantapppppp ceritanya
wah mantap ini cerita nya lanjutkan hu
Terimakasih suhu
Di tunggu part berikut nya
masih panjang kah suhu ceritanya
masih panjang kah suhu ceritanya
pokoke HT teros, kaya cerita di swapmom ya hu, jadi greget..
Aduuuh... Wkwkwk
Masi penasaran diriku

Yaudah deh, patok dulu... Biar ga ketinggalan update terbaru
Ajib ramuan suangginya..jafi kepikiran......😁
Bro @Aswasada
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•
Waduhhh mantap sekali ini suhuuuu semoga mamanya makin vulgar pas mendesah suka bacanya
Makasih suhu @Aswasada
Kira'in Sabtu ternyata Senin sudah uptodate
Mantul suhu. Berasa banget ceritanya. Lancrotkan!
monggo di lamjutkan
Dukungan suhu-suhu sangat berarti bagi saya. Terima kasih atas dukungannya.
:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd