Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Diary Seorang Istri
Part 29 – Cincin Kawin



“Mbak ini obatnya..” Adam memberikan obat yang ditebusnya tadi ke suster yang berjaga di ruangan IGD.

“Ohh ya pak, sebentar ya pak.” Suster tersebut menerima obat yang diberikan Adam.

Adam kemudian berjalan menghampiri tempat perawatan Nissa, “Sudah saya selesaikan administrasinya, nanti sebentar lagi suster akan memberikan obat utuk dibawa pulang, ehmm kamu besok gak masuk dulu ya nis, biar istirahat aja.” Adam melirik ke Sekar yang terus memperhatikan dirinya.

“Duh, jangan pak, masa saya baru masuk, sudah istirahat lagi, gak apa-apa pak, besok saya sudah kuat untuk masuk kerja.” Ucap Anissa.

“Kamu yakin nduk? Lebih baik ikut saran pak Adam dulu.” Tukas Bulik Harti.

“Yakin Bund, Nissa gak bakalan ngulangi lagi, ini kan gara-gara Nissa telat makan aja.” Anissa berusaha meyakinkan Bulik dan juga Atasannya itu.

“Tapi Nis…” Adam menghentikan ucapannya, dilihatnya gadis manis itu bertekad kuat untuk mempertahankan keinginannya.

“Pak Adam gak usah kuatir, saya Cuma telat makan aja pak, Insya Allah saya gak akan mengulangi lagi, izinkan saya masuk kerja besok ya pak.” Ujar Nisa memohon.

“Ya pak, biarkan saja dia masuk kerja, wong angel bocah iki..kalau sudah kemauannya percuma dilarang.” Ujar Bulik Harti.

“Ohh ya sudah, kalau kamu sudah merasa kuat dan sehat, ya gak apa-apa, tapi kalau terjadi lagi seperti ini, saya akan melarang kamu kerja untuk seterusnya loh.” Ucap Adam setengah mengancam.

“Ya pak, siap..” Balas Anissa.

“Oy..kowe itu ngapain sih, dari tadi bunda perhatikan liatin Pak Adam terus.” Bu Harti menepuk gemas jidat Sekar hingga gadis itu terkejut dan cemberut.

‘Bunda ahhhh..” Ujar Sekar merengut sambil mengelus jidatnya.

Adam dan Nisa tertawa melihat tingkah ibu dan anak itu.

“Permisi…” Suara Suster menghentikan pembicaraan mereka.

Dua orang suster datang menghampiri tempat perawatan Nisa, suster yang satu melepas infus yang terpasang di lengan Anissa, suster yang lain memberikan Obat dan petunjuknya, “Mbak sudah bisa pulang, ini obatnya untuk di rumah, baik semua sudah selesai, kami permisi dulu.” Kedua suster tersebut meninggalkan mereka.

Adam dan Bulik Harti mengucapkan terima kasih pada suster tersebut, “Terima kasih pak Adam sudah membawa Nisa mendapat perawatan.” Ucap Bu Harti, sambil bersalaman dengan Adam.

“Ohh gak apa-apa kok bu, justru saya teledor kurang memperhatikan Nisa.” Sahut Adam. Anisa menggelengkan kepala berusaha membantah perkataan Adam.

“Ohh ya, kalau sudah beres, saya antar pulang..” lanjut Adam.

“Ohh gak usah pak Adam, saya bawa kendaraan kok.” Sahut Bulik Harti.

“Ohh gitu..baiklah saya antar sampai depan ya.” Ujar Adam.

Mereka kemudian bersiap untuk meninggalkan ruangan IGD, Adam mengambil sebuah kursi roda untuk Annisa, walaupun sudah menolak untuk duduk di kursi roda, namun Bulik Harti dan Adam tetap memaksa Nisa untuk duduk di kursi roda itu, akhirnya dengan perasaan sungkan Aniisa menuruti keinginan mereka.

“Sekar, Kowe sing dorong mbakmu toh, mosok pak Adam.” Bulik Harti melotot ke putri bungsunya.

“Gak apa bu..” Ucap Adam sambil tersenyum.

“Iya, ini Sekar bantu kok bu.” Sekar meletakkan tangannya diatas tangan Adam dengan sengaja, Adam cukup geli dengan tingkah Abg yang Caper itu, Nisa yang mengetahui Sekar meletakkan tangan mencubit kecil kaki sepupunya itu. “Aduh Kak Nisa sakit tau..”

“Nisa kamu tunggu disini, bunda ambil mobil dulu, Pak Adam titip Nisa sebentar ya, yuk Nduk, temani bunda ambil mobil.” Ucap Bulik Harti pada Sekar.

“Bunda sendiri aja kenapa sih, masa musti temenin segala.” Rajuk Sekar dengan wajah cemberut, namun akhirnya gadis ABG berwajah manis itu menuruti perintah ibunya, saat dilihatnya mata ibunya sudah melotot.

Sepeninggal Bulik Harti dan Sekar, Nisa hanya diam membisu, hatinya berdegup keras, dibelakangnya berdiri sosok pria tampan yang selalu hadir dalam angannya, Nisa benar-benar mati gaya saat itu, dia merasa canggung berduaan dengan bosnya itu.

“Maaf ya pak tingkah sepupu saya tadi.” Ujar Anissa kemudian mencoba mencairkan suasana.

“Ohh gak apa kok Nis.” Jawab Adam, sebenarnya Adam sedang memikirkan istrinya Maya, dia merasa kasihan dengan istrinya yang sudah beberapa kali harus pulang sendiri naik angkutan umum.

Nisa mengetahui kalau beberapa kali Adam melihat jam tangannya, dan Nisa merasa bersalah pada bosnya itu, gara-gara tubuhnya yang lemah, bosnya itu sampai saat ini masih tertahan bersamanya, namun di sisi lain Nisa merasa hatinya begitu senang, bisa begitu lama bersama Pria yang dikaguminya ini, teringat saat dirinya terbangun, orang pertama yang dilihatnya adalah sosok Adam sedang menunggu disampingnya, Nisa tersenyum-senyum sendiri membayangkan itu.

Mobil Bulik Harti berhenti tepat di depan Anissa, Adam membantu Nisa turun dari kursi Roda dan sedikit merengkuh pundak Anissa saat membantu masuk ke dalam mobil, Sekar yang melihat adegan itu menjadi cemberut, “Manja banget.” Ucap Sekar pelan.

“Nisa kalau besok masih sakit, gak usah paksakan masuk kerja, oke Hati-hati di jalan bu.” Ucap Adam.

Bulik Harti berpamitan pada Adam dan kemudian mobil yang dikendarainya meninggalkan area rumah sakit.

***

“Terima Kasih ya mas..” Ucap Maya pada Anto saat mereka telah tiba di depan rumah Maya.

“Terima kasih untuk apa nih dek, apa karena diantar pulang atau yang tadi heheeh..” Goda Anto.

Maya memonyongkan bibirnya dan mencubit kecil perut pria disampingnya itu, “Terima kasih buat semuanya donk.”

“Ehmm cium dulu donk dek..” Goda Anto lagi.

“Ihh nanti diliat orang mas, tuh banyak CCTV di area sini.” Ujar Maya.

“Kaca mobil gelap kok gak bakal tembus CCTV, pliss dek..” rayu Anto.

“Sebentar aja ya..” Maya menyerah, dan memajukan wajahnya, segera anto menyambar bibir indah Maya dengan buas, keduanya saling melumat dengan penuh napsu, tangan Anto liar meremas payudara Maya, dan sepertinya Maya sudah terpancing lagi birahinya, sambil balas melumat, dibiarkan Anto meremas dan memilin putingnya.

“Mass..udah ah…ntar aku…” Maya tak meneruskan ucapannya, di tatapnya pria bertato disampingnya ini.

“Ntar kamu apa dek..pengen lagi ya, ya udah yuk aku juga kepengen lagi.” Ujar Anto parau.

“Ihh…udah ya sayang…bentar lagi suamiku pulang, tadi kan udah berkali-kali kamu setubuhin aku..” ujar Maya tersenyum., digenggamnya jemari Anto.

Anto balas menggenggam erat jemari lentik Maya, dan kemudian menciumnya dengan penuh perasaan, “Ya udah..selamat istrirahat cantik..” Anto mencium kembali tangan Maya.

Maya kemudian turun dan melambaikan tangan pada mobil Anto yang berjalan mundur keluar dari kompleks.

Maya melihat pekarangan rumahnya masih gelap, mobil Adam tak tampak, “Aku udah yakin kamu pasti belum pulang Yank..pasti kamu lagi senang-senang dipelukan pelacur-pelacur itu heh..terserah kamu ajalah, aku juga bisa kaya kamu kok, disaat kamu sedang membuang benihmu di rahim pelacur-pelacur itu, istrimu juga sedang dibuahi oleh orang lain yank..” Maya mendengus kesal dan melangkah masuk kedalam rumah.

Maya menyalakan lampu rumahnya, jam dinding menunjukkan pukul delapan malam, saat Maya hendak menutup pintu, hp di tasnya berbunyi, Maya mengambil hpnya dan melihat nama sahabatnya yang memanggil.

“Hallo mil..” Sapa Maya.

“Maya lu dimana?” tanya Milla, nada suara Milla terdengar gusar.

“Di rumah say, kenapa sih kok lu kaya lagi bete, fajar gak kenapa-napa kan Mil?” Tanya Maya khawatir.

“Fajar masih nunggu hasil tes May, yang bikin gue bete tuh lu..” Milla tersengal-sengal menahan kesal.

Suara notif baterei lowbat terdengar dari hp Maya, “Mil, halooo..kenapa Mil gue gak denger..” Tanya Maya bingung.

“Lu sebenarnya ngapain sih….Tuttt.Tutt..” Suara Milla terputus.

“Haloo..halo..Mill..” Maya melihat hpnya, “Ya ampun mati..” Maya membawa Hpnya ke kamar, di chargenya hpnya itu, lalu Maya kemudian mengambil handuk dari gantungannya, dan pergi ke kamar mandi.

Maya merasa tubuhnya letih, beberapa kali dia mengalami orgasme hingga squirt, bersetubuh ternyata cukup meletihkan juga, ingin rasanya Maya melompat ke kasur dan merebahkan dirinya, namun Maya tak terbiasa seperti itu, dia biasa mandi sebelum tidur, apalagi Maya juga tak ingin Adam mengendus aroma liur dan aroma tubuh Anto di sekujur tubuhnya, dengan malas Maya membuka pakaiannya dan melemparnya ke bak cucian.

***

“Kak, bos kakak ganteng banget sih..” ujar Sekar dengan mata berbunga-bunga.

“Ihh genit banget sih kamu, kecil-kecil udah tau cowok ganteng..” Cibir Anissa.

“Aku udah SMP tau…enak aja dibilang anak kecil, aku juga punya mata yang sehat, bisa liat cowok ganteng keles.’” Sekar bales mencibir.

“Hahahaha…kamu tuh ada-ada aja..” ujar Nisa geli melihat sepupunya bertingkah menggemaskan.

“Serius kak, bos kakak itu kaya Kpop Idol tapi ya sedikit lebih dewasa..” Ucap Sekar.

“Hmm kakak gak tau tuh kpop..” sahut Nisa, ya memang apa yang dikatakan Nisa apa adanya, dia sama sekali buta dengan trend saat ini.

“Ya lah watever….nih ya kak, ihhhh beruntung banget sih kakak tiap hari ketemu dia….nyebelin ih..” Tiba-tiba Sekar melompat ke ranjangnya dan membelakangi Nisa sambil menutup wajahnya dengan guling, Nisa hanya tersenyum menggeleng-gelengkan kepala.

Nisa berdiri mendekati Sekar, baru saja dia hendak menyelimuti sepupunya, tiba-tiba Sekar berbalik dan menatapnya, “Kakak gak naksir bos kaka itu kan? Gak kan..awas ya kalau kakak naksir, kita musuhan..”

“Duh kirain udah mau tidur malah bikin kaget kamu, ya gak lah, pak Adam itu udah punya istri kok, masa naksir ama suami orang, piye toh?” Anissa sedikit ngedumel karena terkejut.

“Udah punya istri, ahhhhhhhhhhhhhhh..nyebelin..nyebelinnnnnnnnnnnn.” Sekar berbalik memunggungi Nisa kembali.

Nisa tertawa geli melihat tingkah sepupunya itu, “Dasar Abg…” namun Nisa berhenti tersenyum dipandangi punggung Sekar, “Duh kenapa aku juga merasa sama seperti Sekar ya…ahhh mbuh lah..” Nisa merebahkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan guling.

***

“Ohh itu martabak kesukaan Maya, aku beli dulu deh, pasti dia belum makan.” Adam mengambil hpnya yang tengah di charge,. lalu menelpon istrinya, namun hanya jawaban operator yang mengatakan nomor Maya sedang tidak aktif, sekali lagi Adam mencoba menelpon, masih tidak aktif juga.

“Pasti dia ketiduran deh, gak makan dulu, kebiasaan banget sih.” Adam memarkirkan mobilnya tak jauh dari penjual Martabak.

Setelah menunggu sekitar setengah jam, martabak pesanan Adam sudah siap, Adam bergegas menuju mobilnya, karena gerimis mulai turun, Adam mengibaskan butiran air di rambutnya, jarak rumahnya dengan penjual martabak tidak terlalu jauh.

Seperempat jam kemudian Adam telah tiba didepan rumahnya, setelah memarkirkan mobil, Adam kemudian turun dari mobil, lampu rumah sudah menyala, tandanya Maya ada di rumah, Adam memencet tombol kombinasi kunci rumahnya.

Suasana rumah terlihat sepi, Adam menutup pintu dan berjalan ke dalam, “Yank….kamu dimana..” Ujar Adam memanggil Maya, tak ada jawaban dari istrinya itu, Adam meletakkan kunci mobil di meja tempat dia biasa meletakkan kunci, Adam meletakkan kotak martabak di meja makan.

“Yank….yank…..kamu dimana sih..” Sekali lagi Adam memanggil istrinya, namun tak ada jawaban, Adam membuka satu kancing kemejanya dan berjalan menuju kamar, perlahan Adam membuka pintu kamar, dilihatnya Maya berbaring menyamping membelakangi pintu, sepertinya Maya telah tidur pulas.

Adam tersenyum mendekati istrinya, Adam naik ketempat tidur dan mengguncang lembut pundak istrinya, “Yank..aku belikan martabak kesukaan kamu, pasti kamu belum makan kan?” namun Maya sama sekali tak bereaksi, hanya terdengar dengkuran halusnya, Adam membelai rambut istrinya dengan penuh kasih sayang, “Maafin aku yank, kamu jadi capek naik angkutan umum.” Adam mengecup pipi Maya, hal itu membuat Maya sedikit bereaksi, Maya menggeliatkan badan dan membuka matanya perlahan.

“Yank..kamu baru pulang.” Ujar Maya lirih setengah mengantuk.

“Ya..kita makan dulu yuk, aku dah beli martabak.” Ajak Adam.

“Aku udah makan tadi, kamu aja makan ya…maaf ya yank aku gak bisa nemenin makan, ngantuk banget, gak apa kan?” Ujar Maya setengah terpejam.

Adam tersenyum melihat istrinya dengan cepat kembali tertidur pulas, Adam membetulkan posisi lengan Maya, tiba-tiba jantungnya seolah berhenti berdetak, cincin pernikahan yang biasa melingkar di jari manis Maya kini tak terlihat, bekas putih cincin terlihat mencolok di jari lentik itu.

“Kenapa Maya tak mengenakan cincinnya, rasanya sejak menikah baru kali ini aku melihat Maya tak mengenakan cincin.” Mata Adam nanar melihat kenyataan itu.

_________________

Bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd