Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Diary Seorang Istri Season 2
Part 21



by pujangga 2000



Murad dengan kasar mendorong Maya hingga terlentang, Maya hanya bisa pasrah saat Murad dengan buas menjilati lehernya, wajah Maya terangkat, mulutnya melenguh, leher merupakan salah satu titik sensitifnya, dan Murad adalah pria yang telah berpengalaman menghadapi wanita diranjang, gestur tubuh Mya semakin merangsang Murad, jari jemari Murad dengan nakal menggesek belahan vagina Maya, bibir tebalnya kini tengah menyedot dalam dalam puting susu Maya yang semakin mengkerut menegang, Maya yang telah dipengaruhi obat perangsang hanya bisa melenguh merespon setiap rangsangan Murad.

Mulut dan lidah Murad begitu histeris melata di setiap jengkal kulit mulus Maya, tak puasnya dia menyedot puting susu Maya, dan Maya hanya bisa melenguh pasrah dibuai kenikmatan, tak terlihat sama sekali paksaan dalam gelutan kedua insan itu, kini Murad telah sampai pada tempat paling sensitif bagi setiap wanita, Murad melotot melihat gundukan memek yang terlihat indah merangsang setiap syaraf kelelakiannya, kontolnya semakin mengeras dan berteriak untuk segera mencicipi lubang yang semakin basah oleh cairan cinta Maya.

“Aaahhhhhh aghhhhh.” Maya melenguh panjang saat lidah kasar Murad mencongkel bibir vaginanya, rasa geli dan gagal berpadu dalam aliran nadinya, tangan Maya mencengkram apapun yang bisa dipegangnya, tubuhnya sedikit terlonjak saat Murad mengulum dan menghisap klitorisnya, sayahwatnya semakin menggeliat menyiksa, lubang itu telah melebur sebagai respon alami untuk segera dibuahi, lendir Maya semakin encer di an mengalir disela sela lubang senggamanya, Maya yang masih berusaha menahan diri untuk tak menyerah menikmati semua ini, kini dalam persimpangan, apa yang dirasakannya sungguh dahsyat, faktor obat perangsang jelas menjadi katalisator sayahwatnya menghebat, Maya semakin lepas kontrol, dirinya semakin dikuasi birahi, rasa malunya semakin terkikis, dan Murad tahu ini a di alah momen untuk menguasai permainan, tak sedikitpun Murad mengendurkan serangannya, malah dia semakin intensif menyerang setiap titik sensitif tubuh Maya, Murad tanpa jijik menjilati lubang anus Maya, bahkan lidahnya sengaja ditusukkan ke dalamnya, lubang anus Maya terlihat mengeriput dan basah oleh liur Murad.

Tubuh putih Maya terlihat mengkilat berselimut peluh, jantungnya berdetak kencang seiring syahwat yang semakin menggila, Maya semakin dekat untuk menyerah pada birahinya, napasnya semakin berat, Maya kini butuh sentuhan akhir untuk menuntaskan derita syahwatnya ini, dan Murad sangat tahu apa yang di rasakan perempuan ini, Maya bukan lagi perempuan yang sedang takut dengan ancamannya, tapi saat ini Maya adalah perempuan biasa yang tengah di bakar gairah, kontolnya uga sudah tak tahan untuk mencicipi memek merah merekah yang seolah memanggilnya untuk masuk, namun Murad ingin membuat Maya semakin gila dengan derita syahwatnya.

Murad membalikkan tubuh Maya hingga telungkup di ranjang, punggung putih mulus maya begitu menantang dan sangat indah dalam pandangan Murad, napas Murad semakin memburu di kuasai hawa napsu, Murad kini merubah gayanya menjadi lebih lembut, di belainya punggung mulus Maya dengan kuku-kuku jarinya, Maya menggelinjang kegelian, pori-pori kulitnya merinding kegelian, tanpa sadar Maya mendesah dengan mata terpejam, Murad tersenyum melihat wanita cantik ini mulai menyerah dengan hawa napsunya.

“Aghhhhhhhh…” Maya tersentak saat benda hangat dan basah menyusuri garis punggungnya, Murad dengan rakus menjilati punggung mulus Maya yang terpampang indah didepannya, betapa nikmat rasanya keringat perempuan cantik ini, kulitnya begitu lembut dirasakan lidah Murad, jilatan Murad semakin kebawah menyusuri unggukan pantat Maya, perempuan cantik itu menngoyangkan pantatnya karena rasa geli yang dirasakannya, jilatan Murad semakin kebawah mengelus paha gempal Maya, terus menuju lipatan kakinya, betisnya, dan Maya melenguh saat satu persatu jemari kakinya dihisap Murad, tangan Murad juga tak tinggal diam, dielusnya belahan memek Maya yang mencuat, Maya mengangkat pantatnya seolah memberikan akses lebih luas pada jari-jari pejantannya. Maya tak mampu lagi menahan desakan birahinya, tanpa sadar dia mengerang lirih, suara desahan Maya semakin membangkitkan birahi Murad.

Murad kini mengangkat pinggul Maya, perempuan cantik itu paham apa yang diinginkan pejantannya, Maya telah menyerah sepenuhnya, Maya menggigit bibirnya saat terasa hembusan napas Murad menerpa kulit memeknya, Maya menoleh ke arah meja riasnya, dari kaca meja rias Maya bisa melihat Murad yang sedang menungging didepan pantatnya, “Aaahhhhhh..sssss..ahhhh..” Maya mengerang dan melenguh lirih, memeknya terasa geli dan gatal akibat permainan lidah Murad, Maya tanpa sadar ikut memundurkan pantatnya agar lidah bajingan itu semakin dalam mengorek memeknya, dan tiba-tiba napas maya seolah berhenti saat terasa benda tumpul digesekkan ke memeknya, Maya tahu benda apa itu dan Maya juga tahu tak ada yang bisa dilakukannya untuk menghentikan semua ini, bahkan Maya juga tak tahu apa dia benar-benar ingin Murad berhenti melakukan itu, memek Maya semakin merekah tanda siap untuk segera dibuahi, lendir Maya semakin deras melumasi lubang senggamanya sebagai persiapan menerima batang pejantannya..sungguh memek itu telah lebih dari siap untuk dikawini.

Maya menunggu dengan hati berdebar-debar, detik berikutnya Maya menjerit kecil saat Murad malah membalikkan tubuhnya hingga terlentang, Maya melihat ke arah Murad, namun sebentar kemudian pandangannya berpaling, Murad tersenyum melihat wajah Maya yang semakin merangsangnya. “Sudah siap dientot cantik?..” Tanya Murad sambil tersenyum menyebalkan, Maya tak menjawab, wajahnya menoleh ke arah lain, tangannya berusaha menutup mulutnya.

Murad menggesek-gesekan ujung kontolnya ke belahan memek Maya, lendir Maya sedikit menempel di kontol itu, “ayo dong jawab cantik, lu pingin dientot gua kan hahahaha..” Maya tak juga menjawab pertanyaan tolol itu.

“Liat nih memek lu udah menjerit minta diewek…liat memeklu udah banjir gini…” Murad menarik rambut Maya, pundak Maya terangkat, matanya terpejam tak ingin melihat. “Buka matalu, kalau gak mau nurut gua gak segan-segan gamparin muka lu..” Gertak Murad.

Maya akhirnya membuka matanya dalam posisi setengah berbaring, Maya kini begitu jelas melihat Murad memegang kontol hitamnya yang sedang digesek-gesekan ke belahan memeknya, “Liat sendiri kan…udah napsu kan lu, mau dimasukin gak nih…hah!!” tanya Murad dengan nada melecehkan, Maya tak menjawab apapun, kepalanya menggeleng-geleng

Murad tersenyum melihat Maya, “Gak mau kok pantatlu di maju-majuin, dasar lonte…bilang aja napa! Pengen diewek sok malu.malu, nih rasain!!” Murad dengan gemas menghentakan kontolnya begitu saja masuk kedalam lubang memek Maya.

Maya menjerit tertahan, memeknya terasa di tumbuk benda tumpul, bibir memeknya terasa perih sedikit terjepit oleh batang berurat itu, Murad mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, di biarkannya kontolnya tertanam di dalam memek wanita cantik itu, terasa hangat dan lembab rongga kenikmatan Maya, memek itu seolah meremas batang berurat tebal itu…”hmmmmini rasanya memek orang kaya…” Batin Murad.

Murad memanang Maya dengan tatapan tajam, perlahan pantatnya bergerak memompa kontolnya keluar masuk kedalam lubang kenikmatan Maya, Murad menyeringai saat melihat Maya meringis dengan mulut menganga lebar, Murad memasukkan jarinya ke mulut Maya, kini goyangan pantat Murad semakin cepat, Maya tak tahan lagi untuk mendesah, memeknya benar—benar terasa perih, “Udahh…sakit..pliss..udahhhhh..” Maya menghiba dan merintih, tak ada nikmat dirasakan dalam penyatuan ini, yang ada hanya perih terasa di dalam rongga memeknya.

“Sabar non, bentar lagi juga negrasain enak lu hahahaha, bener-bener sempit ya memek lu, dah lama gak ngewe ya…” Kata-kata kasar Murad semakin membuat Maya sebal, Maya mengerang saat lehernya dicekik Murad, napasnya terasa sesak, Maya mencoba menarik tangan Murad yang mencekiknya, Murad melonggarkan sedikit cengkaramannya di leher Maya, namun kini Murad dengan kejam menghentakkan kontolnya dengan keras berkali-kali hingga Maya semakin merintih.

Suara plok-plok tumbukan kontol Murad dengan lendir Maya terdengar erotis, Murad kini mempercepat gerakannya tanpa ampun, cengkramannya di leher Maya semakin kuat, kekasaran Murad menimbulkan sensasi tersendiri bagi Maya, rasa sesak tercekik dan perih di memeknya berpadu menimbulkan sensasi unik, perlahan rasa perih itu menghilang seiring semakin banyaknya lendir yang melumasi batang kontol Murad, batang Hitam itu terlihat dikelilingi lendir kental Maya.

“Gila Non memeklu enak banget jepitnya, ngempot juga ternyata, hahahahah, lu udah bener bener horny kan cantik nih lihat kontol gua penuh ama peju lu..” Murad terus melontarkan kata-kata yang melecehkan tanpa sekalipun mengendurkan pompaan kontolnya di memek Maya.

Maya menggeleng berusaha mempertahankan harga dirinya agar tak terlena dengan rasa nikmat yang semakin menjadi ini, “ seneng gua ewe kan cantik…” tanya Murad sambil meremas kedua pipi Maya, perempuan cantik itu menggeleng dalam desahannya, Murad tiba-tiba menghentikan pompaannya, dia berupaya mempermainkan syahwat Maya, mata Maya yang terpejam sedikit terbuka, tubuhnya seolah protes kenapa kontol itu berhenti memompa memeknya.

Tanpa sadar Maya berusaha menggerakkan pantatnya, agar gesekan kontol itu masih terasa olehnya, “Hahahaha…ayo sayang jangan pura-pura lagi, kita nikmati malam ini, buat apa pura-pura hahahaha..” Murad kembali menggoyang pantatnya, Murad kemudin menindih tubuh Maya dengan Tubuhnya, dengan kecepatan penuh, Murad menghentakkan kontolnya keluar masuk memek Maya, salah satu tangannya menyelinap menutup lubang pantat Maya, desahan Maya terdengar parau, benteng pertahanan Maya semakin tipis, Maya tak bisa lagi menggapai sesuatu untuk melindungi dirinya dari desakan birahinya, Maya tahu sebentar lagi dia akan menyerah dan tenggelam menikmati persetubuhan ini, lelaki bajingan ini begitu dominan padanya, setiap tumbukan kontolnya membuat benteng pertahanan Maya rontok perlahan, Maya tak ingin tenggelam dalam kenikmatan ini, Maya tak ingin menikmati persetubuhan terlarang ini..namun Maya hanya manusia yang lemah, dan Murad begitu perkasa dalam kekasarannya..



***


Bersambung
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd