Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Semoga lancar RLnya suhu. Ditunggu cerita selanjutnya
 
hai malam, masih nunggu update kah? mohon mangap, beberapa hari terakhir di RL lagi padet banget, ya padet kerjaan, padet juga problem, oke sebentar lagi kita akan update 2 episode ya...untuk langganan besok akan ada episode baru diary seorang istri season 2, mohon maaf buat keterlambatan
 
Selalu setia menunggu suhu. Semoga lancar RL nya 🙏🙏🙏
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 14

by pujangga2000



“Guh, kapan kamu mau daftarin Amira sekolah? Kasian dia dirumah-rumah aja setiap hari.” Tanya nenek Amira saat menemani putranya sarapan.

“Ya bu, rencananya siang ini saya akan ke sebuah TK untuk menanyakan pendaftaran, rencananya yang dekat rumah saja agar gampang nanti ibu jemput, jika saya berhalangan.” Jawab AKP Teguh.

“Eh ya, kalau gak salah mbak Maya yang tinggal di depan itu guru sebuah TK, tapi kok udah lama gak kelihatan ya.” Ujar Nenek Amira.

“Beberapa hari lalu saya ketemu di Bandara saat mengantar pak Kapolres, katanya mau ke Jakarta, mungkin belum balik.” Sahut Teguh.

“Ohh gitu pantas beberapa hari ini rumahnya terlihat gelap, oh ya kamu jadi kan ajak Amira ke mal sore nanti, anak itu seneng bukan main loh, jangan sampai gak jadi ya Guh, kasihan Amira, dia kesepian.” Ujar nenek.

“Ya bu, saya usahakan..” jawab Kompol Teguh sambil menghela napas, sebelum berangkat kerja dia menuju kamar putrinya, terlihat putri cantiknya tengah tertidur pulas, Kompol Teguh berjongkok di samping tempat tidur Amira, di usapnya rambut Amira dengan penuh kasih sayang, tak terasa air matanya kembali menetes, kepergian istrinya sungguh terasa berat bagi dirinya dan Amira, anak sekecil ini harus kehilangan kasih sayang ibunya, “Mah…papah janji akan merawat Amira dengan penuh kasih sayang, sungguh berat semua ini buat papah, kita masih butuh mamah disini..” suara Kompol Teguh terbata-bata menahan kepedihan hatinya.

Nenek Amira yang berdiri di depan pintu ikut mengusap matanya, dia sungguh iba dengan nasib yang dialami putranya, kepergian menantunya membuat dirinya juga kehilangan, menantu yang sikapnya malah seperti anak sendiri, begitu banyak kenangan indah bersama menantunya itu, “Ya Allah kuatkan mereka berdua melewati cobaan ini…” ujar Nenek Amira dalam hati.



***



“Kamu sakit yank?” Tanya Adam sambil memegang kening Maya.

Maya hanya menggeleng, “aku merasa gak enak badan aja, mungkin masuk angin yank.”

“Kamu kurang tidur mungkin, jadi masuk angin, nanti aku panggil si mbok yang biasa ngerokin Nissa, aku gak nyimpan nomornya, nanti aku tanya Nissa.” UjarAdam.

“Kok kamu pulang Yank.” Tanya Maya.

“Ya aku harus meeting siang ini yank, Cuma sebentar kok, soalnya gak bisa diwakilin staff, Nissa juga paham, tadinya aku minta kamu untuk Gantiin aku siang ini, Cuma kamu kayaknya kurang sehat..” Jawab Adam.

“Gak, aku gak apa-apa, nanti siang aku ke rumah sakit, oh ya, udah ada nama buat Baby?” Tanya Maya lagi.

“Udah dong, tapi gak sekarang, aku berencana kasih nama di hari ketiga, ehh kok baju tidur kamu seksi gitu, perasaan aku gak pernah lihat kamu pakai baju kaya gitu.” Adam balas bertanya.

Menyadari pakaian yang dikenakannya cukup seksi, spontan Maya menarik selimutnya, “Apaan sih…ini baju Milla, aku lupa bawa baju tidur..” Jawab Maya, wajahnya merona merah.

“Ya ampun kenapa gak beli aja sih.” Ujar Adam.

“Duh yank, kapan aku sempat beli pakaian sih..aneh kamu ya..” balas Maya merengut.

“Heeheh iya ya, ya udah nanti pulang dari rumah sakit kamu mampir aja beli ya, oh ya pakaian kotor kamu nanti tinggal di luar aja, biar si mbak yang biasa nyuci di rumah bisa jemput.”

“Gak usah lah, pakaian aku Cuma dikit, biar aku cuci aja sendiri.” Jawab Maya.

Adam membuka pakaian dan celananya hingga menyisakan celana pendek, Maya hanya menatap suaminya, “aku mau tidur dulu bentar, nanti bangunin jam 11 ya, oh ya tadi aku beli nasi uduk yang biasa kamu beli dulu, tuh di meja, kamu makan dulu aja, aku tadi sudah makan di rumah sakit.” Ujar Adam sambil berbaring di samping Maya.

Maya beringsut sedikit, dan berbaring menyamping menatap Adam, masa-masa indah saat mereka bersama dulu terlintas dalam memorinya, sepertinya Adam sangat lelah, tak lama terdengar dengkuran halusnya…



***



Kompol Teguh ditemani satu anggotanya mengunjungi Anto di kamar perawatan, kebetulan Manager personalia PT Serayu Tambang juga hadir disana, Kompol Teguh berusaha mencari informasi dari saksi korban yakni Anto, dan rupanya disana tanpa diduganya dia bertemu dengan wanita yang disebut-sebut ada di lokasi kejadian.

“Jadi Mbak Dahlia ini ada di lokasi kejadian malam itu.” Tanya Kompol Teguh, Manager personalia yang hadir juga tak menyangka akan bertemu saksi kunci peristiwa itu disana.

Dahlia hanya mengangguk, terlihat dua orang pengawalnya ikut masuk di ruang perawatan, “Maaf rasanya disini kurang tepat untuk menanyakan secara rinci kejadian malam itu, saya minta mbak Dahlia bisa datang ke kantor untuk memberi keterangan.” Ujar Kompol Teguh.

Sebelum mengunjungi Anto, Kompol Teguh telah meminta keterangan dokter yang bertugas, termasuk Dokter yang menangani Anto, berdasarkan keterangan Dokter ada luka benda tumpul di kepala Anto, yang kemungkinan karena terbentur aspal, selain itu tak ada luka lagi di tubuh Anto, Kompol Teguh memperhatikan kondisi Anto yang tengah berbaring, “Maaf pak Anto bagaimana kondisi bapak saat ini, apa bapak bisa ingat kejadian malam itu?” tanya Kompol Teguh.

“Maaf pak tadi kata dokter pasien belum bisa banyak bergerak, kayaknya beliau belum bisa memberi keterangan.” Potong Dahlia yang merasa kedatangan dua orang polisi ini menganggu istirahat Anto.

Manager personalia mengajak kompol Teguh untuk berbincang di sofa tamu, “Sepertinya apa yang dikatakan oleh mbak itu benar pak.”

“Saya paham pak, saya hanya ingin melihat kondisi saksi korban, karena tadi saya dapat informasi katanya korban telah siuman.” Ujar Kompol Teguh sambil matanya melihat sekeliling ruangan tempat perawatan Anto.

“Sepertinya ini ruangan VIP ya pak? Apa memang fasilitas asuransi karyawan seperti ini di PT Serayu Tambang.” Tanya Kompol Teguh yang merasa heran kenapa seorang supir ditempatkan di kamar mewah seperti ini.

Manager Personalia sedikit mendekat ke Kompol Teguh, “Saya juga kaget pas di beritahu oleh rekan Anto yang menungguinya di hari pertama, makanya saya kesini, seingat saya kemarin korban ditempatkan di ruang kelas 3 sesuai kapasitas asuransinya.”

“Rekannya?” Tanya Kompol Teguh.

“Ya pak, rekannya tapi dia lain posisi, rekannya itu bekerja di lapangan, menurut informasi rekannya yang bernama Muklis, mbak itu yang memindahkan mas Anto ke kamar perawatan ini.” Jawab Sang manager.

“Tadi juga saya sudah konfirmasi ke bagian administrasi rumah sakit, ternyata benar, bahkan kata bagian kasir, mbak Dahlia itu telah memberikan uang jaminan cukup besar untuk perawatan Mas Anto.” Lanjut sang manager.

Kompol Teguh memandang Dahlia dengan tatapan tajam, “Menarik juga, siapa dia ya?” Tanya Kompol Teguh dalam hati.

“Ya sudah pak, kalau begitu lain kali saja saya datang lagi, oh ya nanti saya akan meminta keterangan rekan korban yang ikut membantu mengantar ke rumah sakit.” Ujar Kompol Teguh sambil berdiri dan berjalan keluar, saat melewati Dahlia, Kompol Teguh berhenti sejenak.

“Maaf mbak bisa saya bicara sebentar di luar.” Ujar Kompol Teguh, Dahlia hanya menoleh dan tak menjawab, dia beranjak dari tempat duduknya dan keluar ruangan, Kompol Teguh mengikutinya dari belakang.

“Maaf pak, saya belum bisa kasih keterangan apapun, tapi tenang saja saya akan menceritakan semuanya nanti, termasuk biang kerok semua ini, tapi saya yakin mereka juga mungkin sudah lenyap.” Ucap Dahlia, wajahnya terlihat kesal.

“Baik saya paham mbak, kami nanti akan memberikan surat resmi untuk meminta keterangan mbak…?” Ujar Kompol Teguh.

“Dahlia, nama saya Dahlia.” Sahut Dahlia.

“Baik, kami permisi dulu ya..” Ujar Kompol Teguh, Dahlia tanpa bicara langsung saja masuk kembali ke ruang perawatan Anto. Sersan Arifin yang mendampingi Kompol Teguh terlihat kesal dengan sikap perempuan yang menurutnya kurang sopan itu.

“Fin segera cari tahu siapa perempuan itu, aku yakin dia bukan orang sembarangan, termasuk dua orang lelaki gondrong yang bersamanya itu.

“Siap Ndan, lalu apa sekarang kita kembali ke kantor?” tanya Sersan Arifin.

“Sementara kita kembali ke kantor, tapi aku merasa ini kok bukan kasus kecelakaan biasa, feeling aku ada sesuatu yang besar disini.” Ujar kompol Teguh.

Sersan Arifin tak bicara apa-apa, dia juga gak mengerti apa yang diucapkan Komandannya tadi, mereka berdua berjalan menuju parkiran untuk segera kembali ke Kantor.



***





Maya mengelus pipi bayi yang sedang menyusu pada Anissa, dia begitu gemas dengan pipi montok putranya itu, walau merasa iri dengan Anissa yang sedang menyusui Putranya itu, namun Maya tahu dia tak bisa berbuat apa-apa, takdir telah menentukan semua.

“Mbak Maya sudah makan?” Tanya Anissa, suaranya terdengar pelan, Maya hanya tersenyum mengangguk sambil mengusap punggung tangan Anissa.

“Ibu kemana Nis?” Tanya Maya, sejak tadi dia tak menemukan ibu di kamar ini.

“Kayaknya tadi ke ruang perawat mbak, tadi perawat masuk katanya ingin bicara dengan keluarga, ya karena mas Adam gak ada, akhirnya ibu yang kesana.” Jawab Nissa.

“Apa ada sesuatu yang penting?” Tanya Maya lagi.

Anissa hanya mengangkat bahu, “kurang tahu juga, tapi sepertinya gak sih..”

“Nis, apa kamu dan mas Adam sudah menyiapkan nama untuk baby?” Tanya Maya.

Anissa tersenyum memandang Maya, “Kalau gak salah mas Adam sudah nyiapin nama, tapi aku minta ama mas Adam, tunggu mbak Maya dulu..”

Maya balas memandang Nissa, kini Anissa terlihat begitu glowing di pandangan Maya, kecantikannya semakin bersinar karena Hatinya yang baik, Tiba-tiba Maya merasa bersalah menjadi perintang diantara Adam dan Nissa, sungguh dia merasa tak ada lagi getaran hasrat membara saat bersama suaminya itu, Maya juga merasa kalau Adam memiliki perasaan yang sama dengannya, Maya tentu saja masih sayang pada Adam, namun sayangnya sudah berbeda, namun kini semua menjadi semakin rumit, bagaimana dengan baby, lalu bagaimana cara mengatakan pada Anissa tentang niatnya untuk berpisah dengan Adam

“Mbak..kenapa? mbak Maya seperti tengah memikirkan sesuatu.” Tanya Anissa.

“Gak kok…mbak hanya sedang merasa bahagia sekali Nis..” Jawab Maya, Anissa meremas jemari Maya dengan lembut.

“Mbak mau gendong dedek bayi?” Tanya Anissa sambil beringsut agak tegak dan memberikan bayinya pada Maya.

Maya tentu saja kaget mendapat penawaran tiba-tiba itu, sungguh dia ingin membawa putranya dalam dekapannya, namun Maya agak takut untuk menggendong Bayi karena gak terbiasa.

“Ayo mbak, gak usah takut, gunakan naluri aja, ini kan putra Mbak Maya..” Ujar Anissa mencoba memberikan semangat.

Maya perlahan mengambil bayinya dari tangan Anissa, mungkin karena naluri keibuannya muncul tiba-tiba, Maya tanpa ragu membawa Bayi itu dalam dekapannya, Bayi lelaki itu terlihat nyaman di pelukan Maya, sesaat Maya merasakan emosional yang luar biasa, air matanya menetes merambati pipinya, Anissa tersenyum haru menyaksikan itu.

“Nak….ini mamah sayang…harusnya kamu menyusu pada mamah….maafkan mamah sayang..” air mata kebahagiaan Maya semakin merembes, tiba-tiba Maya sadar posisinya, jika terus begini, maka semuanya akan menjadi sulit, dia memang anakku, namun yang paling berhak adalah orang yang melahirkannya, Maya tahu Betapa besar cinta dan kasih sayang yang dimiliki Anissa, dengan mengandung bayi ini saja, sudah bisa membuktikan bagaimana hati Anissa sebenarnya.

‘Maafkan mamah sayang, bukan mamah gak mencintaimu, namun disini ada papah dan mamah Nissa yang akan menjaga dan memberikan cintanya yang besar padamu, selamanya kamu akan menjadi darah daging mamah..” Ujar Maya dalam hati, tekadnya sudah bulat untuk berpisah dengan Adam, untuk itu dia harus merelakan semua yang dicintainya termasuk bayi ini.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, seorang wanita paruh baya masuk ke ruangan, “Ohh ada Mbak Maya? Udah dari tadi?” Sapa Ibu Anissa.

“Baru datang kok bu.” Maya meletakkan bayinya dalam Box, “Tidurnya lelap..” bisiknya pada Nissa.

“Ada apa bu dipanggil oleh perawat?” Tanya Anissa pada ibunya.

“Ohh gak ada apa-apa, perawat menayakan apakah bayinya udah diberikan nama? Sepertinya mereka hendak bikin foto kalau ndak salah.” Jawab Ibu Anissa.

“Ohh mungkin foto kenangan Nis, ada nama, zodiac serta tanggal lahir..” Ujar Maya, Nissa hanya menganggukan kepalanya.

“Nduk kamu sudah kentut?” Tanya Ibu Nissa, perempuan itu hanya menggelengkan kepalanya.

“Itu loh mbak, kalau aku sudah kentut makannya gak bubur lagi hehehe..” Anissa menjelaskan pada Maya yang sepertinya bingung, Maya mengangguk sambil tersenyum.

“Adam pundi nduk?” Tanya Ibu Anissa pada putrinya.

“Mas Adam ada urusan penting di kantor bu, oh ya bapak pripun bu.” Anissa balas bertanya.

“Bapakmu sore nanti tiba, tadi ngabari ibu, beliau koyoe numpak sepur nduk.” Jawab Ibu Anissa sambil memberikan jeruk yang dikupas pada putrinya.

Maya memperhatikan kedua ibu dan anak itu berbincang, kembali dia merasa iri dengan Anissa, gadis itu sangat beruntung masih memiliki seorang ibu yang penuh kasih sayang, begitu banyak hal baik yang terjadi pada Nissa, sedangkan Maya merasa masalah selalu datang padanya, tepat saat dia memikirkan masalah, suara hpnya berbunyi, bunyi notifikasi chat, Maya mengeluarkan hpnya dalam tas, keningnya berkerut saat melihat nama pengirim chat, Maya berjalan dan duduk di sofa tamu, dan membaca chat yang dikirimkan Murad.

“Lusa saya ingin ketemu, tolong temui saya di Apartemen XXX, lokasi dan jam nanti saya akan share, saya harap Mbak Maya bisa datang karena ini sangat penting!!”



***



Bersambung
 
Terimakasih atas update ceritanya Om suhu pujangga2000......
 
udah posisi bahagia semua gini ada aja yang bakal ganggu ya
Maya bakal dipake lah klo dateng ke apartemen si Murad, ngeselin si Murad
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd