Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Bimabet
Saya setuju dgn pendapat suhu @pujangga2000 . Saya bisa dibilang kadang silent reader kadang nggak. Saya hanya penikmat karya. Saya nggak bisa membuat karya yg seperti suhu. Saya penulis amatiran, menulis karena hobi dgn dasar yg sangat beda jauh dgn suhu, ada yg saya publis di forum ini ada juga yg nggak.

Benar kata suhu mengapresiasi sebuah karya ditambah lagi di forum gratis ini sangat memacu bagi pemilik karya. Namun dgn tidak membagikan ke halaman tetangga lebih manusiawi. Yg pada akhirnya sukses buat suhu dan sehat terus.
saya juga amatiran hu, gak punya dasar menulis sama sekali, bahkan waktu saya publish di salah satu platform, sama editornya banyak banget kesalahan tanda baca dsb, menulis hanya hobi aja, apa yang terlintas di pikiran itu yang saya coba angkat
 
Diary Seorang Istri Season 2
part 17


by------waone53



Maya duduk bersimpuh di lantai kamar mandi rumahnya, air shower mengucur deras membasahi kepala dan tubuhnya, Maya menangis tersedu-sedu di antara air shower yang menyiram tubuhnya, pelecehan terbesar baru saja dialaminya, “ini baru angsuran pertama sayang…masih ada 5 angsuran lagi yang harus lu bayar hahahaha, setelah lunas, gua janji akan buang semua data video ini, ya gua emang bajingan tapi gua adalah orang yang menepati janji..3 hari lagi angsuran kedua akan jatuh tempo ingat ya..” Kata-kata bajingan itu masih terngiang-ngiang ditelinganya, Maya kembali terisak-isak menangisi nasibnya yang malang.

Di tempat lain, Murad mengisap rokoknya dalam-dalam, senyumnya mengembang mengingat permainannya dengan Maya tadi, “Gua akan buat tuh cewek menghiba-hiba minta dientot, liat aja nanti permainan berikutnya hahahahahaha..”

Murad membuka celananya, dikocoknya batang kontolnya sambil membayangkan tubuh mulus Maya, sekejab batang itu mulai membesar, Murad mengambil Hpnya, di fotonya kontol besarnya itu beberapa kali, Setelah puas dengan hasil fotonya, Murad menarik kembali celananya, dikirimnya foto-foto yang barusan diambilnya ke Maya, Murad mengetik, “Lu pasti kepingin dientot bang jago ini kan hahahahaha, tenang sayang, gua akan bikin lu merem melek lebih dari yang lu dapat dari lakilu atau bahkan si bangsat Anto!!!”

Maya mengeringkan rambutnya dengan hair dryer, ditatapnya wajah cantiknya di cermin, kembali terbayang lidah Murad melata di sekujur lehernya, Maya mengusap lehernya sendiri dengan jari lentiknya, kemudian Maya tersadar, “ahhh gila..kenapa aku mengingat semua itu lagi..” kembali Maya termenung, dia teringat saat moment dirinya bagai seorang pelacur yang haus kontol, saat dia berusaha menjemput kontol besar itu masuk ke memeknya, Maya menggigit bibirnya sendiri..”Apa yang aku lakukan tadi..” wajahnya tiba-tiba memerah, perasaannya mulai menghangat, Maya harus mengakui kalau kontol Murad jauh lebih besar dari kontol Anto, “ahhhhhhhhhhh….” Jemari Maya tanpa sadar mengelus sesuatu dibalik celana pendek yang dikenakannya.

Maya mengambil hpnya, dan dia terkejut saat melihat bajingan itu mengirimkan foto, dan Maya terkesiap melihat gambar yang ada di hpnya, tatapannya nanar memandang gambar kontol dengan urat tebal di sekujur batangnya, sambil menatap gambar itu, jemari Maya semakin intens mengusap belahan vaginanya yang tersembunyi di balik celana, karena faktor terapi hormon, libido Maya semakin gampang tersulut, hanya dengan mengusap vaginanya dari luar celana, dia bisa mendapatkan orgasme, Maya terengah-engah dan melemparkan Hpnya, “Ya Tuhan..kenapa aku seperti ini……”



***


“Weh anak Papah udah cantik nih, beneran kamu udah siap sekolah sayang?” Tanya Kompol Teguh saat sedang duduk sambil mengikat sepatu putrinya.

“Ya aku udah siap sekolah dong, ya kan nek…kata nenek, Mamah pasti seneng liat aku sekolah, pasti di Surga Mamah sekarang lagi senyum liat aku pakai baju sekolah..” Jawab putrinya.

Kompol Teguh tersenyum memandang putri cantiknya, semakin lama wajah putrinya mirip dengan mendiang ibunya, mata kompol Teguh berkaca-kaca, diangkatnya wajahnya agar air matanya tak turun, sebenarnya momen masuk sekolah pertama adalah momen yang ditunggu setiap ibu didunia ini, namun Amira harus kehilangan kasih sayang ibunya di usianya yang belia. Kompol Teguh memandang putri cantiknya yang terlihat riang di hari pertama sekolahnya, Amira begitu antusias mempersiapkan segala keperluan sekolahnya, mulai dari tas, hingga sepatu, semua sudah dipersiapkannya sejak kemarin.

“Udah rapih semua, dah maemnya diabisin ya, papah panasin mobil dulu.” Kompol Teguh mengusap lembut rambut putrinya, kemudian beranjak keluar. Kompol Teguh menyalakan mobil dinasnya, radio komunikasinya sibuk memberikan info tentang berbagai hal, Kompol Teguh memeriksa kembali semua perlengkapannya seperti ID Card, Badge Polisi, agar tak ada yang tertinggal, tak lama melalui kaca spion terlihat Amira keluar rumah sambil membawa tas yang berbentuk koper kecil dengan warna pink cerah, Nenek membuka pintu Mobil di sebelah sisi pengemudi, “Guh apa ibu harus ikut? Ibu khawatir nanti Amira nangis.” Tanya Nenek.

“Gak usah bu, biar Amira belajar berani, nanti kalau di tunggui malah kebiasaan, soalnya di sekolah itu orang tua tak boleh menunggu putra-putrinya bu, kalau ibu ikut nanti mau nunggu dimana?” Jawab Teguh.

“Coba mbak Maya ada disini ya, bisa ikut sekalian, kalau ada mbak Maya, ibu gak terlalu khawatir sama Amira, walau baru kenal sebentar, kelihatannya Amira cukup nyaman dengan mbak Maya.” Ujar nenek, Kompol Teguh menangkap maksud tersembunyi dari ucapan ibunya itu.

Kompol Teguh keluar dari mobilnya, dihampirinya sosok wanita paruh baya itu, Kompol Teguh mencium tangan ibunya sambil berpamitan, “Kita pergi dulu ya Bu, gak usah sedih lah hehehe.” Kompol Teguh berusaha menghibur hati ibunya yang terlihat murung.

“Nenek jangan nangis ya, Amira sekolah Cuma sebentar kok, nanti siang juga udah pulang..” Ujar Amira menjulurkan lengan mungilnya pada sang nenek, perempuan paruh baya itu menciumi tangan mungil cucunya, hatinya benar-benar sedih sama seperti pikiran putranya, Harusnya Amira ditemani oleh ibunya di hari pertama sekolah.

“Amira gak boleh nangis ya disana, kalau ada apa-apa bilang ama bu guru ya sayang..” Ucap Nenek Amira dengan suara terbata-bata.

“Nanti pulangnya jangan lupa loh Guh, takutnya nanti ada kesibukan kamu lupa jemput Mira.” Lanjut Nenek.

“Gak kok Bu, gak usah kuatir, dah ya, udah siang nih, nanti telat, assalamualaikum..” Ujar Teguh sambil naik ke kursi pengemudi, Mira melambaikan tangan pada neneknya, dibalas dengan senyum haru sang Nenek dalam lambaian tangannya.



***​



Anto terjaga dari tidurnya, terlihat suasana sepi di kamar tempatnya di rawat, Anto mencoba bangun dari tempat tidurnya, namun kepalanya terasa pusing dan berat, kamar tempatnya dirawat cukup dingin pagi itu, Anto menarik selimutnya, dalam posisinya berbaring mata Anto menerawang ke sekeliling ruangan, baru disadarinya kamar yang ditempatinya cukup besar dan mewah, sesaat Anto lupa kalau ini adalah bangsal rumah sakit, Anto meraba perban di kepalanya, dilihatnya selang kecil menempel di punggung tangannya, Anto menghela napas, dia baru sadar dimana dirinya berada sekarang, tiba-tiba Anto teringat pada sosok wanita cantik yang kemarin dilihatnya sekilas, dia mencoba menoleh ke kiri dan ke kanan, namun tak ada siapapun di ruangan ini, “mungkin halusinasiku saja, hhhhhhmmm.” Kembali Anto menghela napas, tubuhnya terasa lebih baik dari kemarin, hanya tersisa rasa kantuk yang terus menyerangnya.

Terdengar pintu ruangan dibuka, seorang perempuan mengenakan hijab dan baju batik berwarna oren masuk ke ruangan sambil membawa Baki, saat melihat pasien telah bangun, perempuan itu menyapa Anto, “Selamat pagi pak, ini sarapan paginya..” Perempuan itu meletakkan baki yang berisi sarapan di meja sebelah Anto, perawat itu mendekati Anto.

“Kalau Bapak kurang nyaman dengan posisinya, bisa pencet tombol ini untuk menaikkan kepala ranjang, jadi bapak bisa duduk menyender, kalau ingin merubah kembali tinggal tekan tombol ini, apakah bapak mau di naikkan bagian kepala ranjangnya?” Tanya perawat tersebut ramah.

“Ya mbak tolong ya..” Jawab Anto.

“Baik Pak, maaf ya..” perawat tersebut kemudian menekan tombol yang ada di sisi kanan Anto, perlahan kepala ranjang yang dipakai Anto mulai naik perlahan, “Apa sudah cukup?” Tanya perawat itu lagi, Anto mengangguk, kini posisi Anto menjadi sedikit duduk menyandar, Anto merasa lebih nyaman dengan posisinya sekarang.

“Makanan ini apa mau dimakan sekarang? Biar saya bantu letakkan di dekat bapak?” Tanya perawat itu lagi, Anto yang merasa lapar pagi itu mengangguk cepat. Anto mencoba duduk lebih tegak, perawat itu meletakkan semacam alas untuk meletakkan baki makanan ke paha Anto, “Nah sudah pak, silahkan dinikmati sarapannya.” Ujar perawat itu.

“Terima kasih mbak..” Ucap Anto.

“Kalau ada apa-apa, atau bapak sudah selesai makannya, silahkan tekan tombol itu ya, nanti biar saya bantu bereskan.” Perawat itu menunjuk pada sebuah benda yang mirip mic mini yang bagian atasnya terdapat tombol untuk memanggil perawat.

“Oh ya, saya lupa, tadi subuh istri bapak pesan, katanya kalau bapak bangun tolong sampaikan dia pulang dulu sebentar mau ganti pakaian, beruntung loh bapak, istrinya begitu setia menemani bapak selama dirawat disini.” Ujar perawat itu sambil membetulkan selimut Anto.

“Istri? Berarti gua gak berhalusinasi, apa yang dimaksud perawat ini, perempuan yang kulihat sekilas kemarin?” Batin Anto bertanya-tanya.

“Apa ada yang bisa saya bantu lagi pak?” Tanya perawat itu.

“Hmm ini kamar apa ya mbak?” Anto malah balas bertanya.

“Maksud Bapak, ruangan ini? Ini kamar kelas VVIP pak, kenyamanan pasien adalah prioritas kami di bangsal ini.” Jawab perawat tersebut.

“Ohh, oh ya mbak, tolong suhu ac bisa di kecilkan?” Pinta Anto.

“Ohh terlalu dingin ya pak, baik, saya setel di suhu 22 derajat ya pak, sebentar..” perawat itu mengambil remote AC yang terletak di meja tamu, terdengar suara AC yang sedang dinaikkan suhunya.

“Sudah saya atur suhu Ac di 22 derajat pak, apa ada hal lain lagi?” Tanya perawat dengan ramah, Anto menggeleng sambil tersenyum, “Baik Pak, saya keluar dulu ya, nanti kalau perlu sesuatu, jangan ragu untuk tekan bel, permisi..” Perawat itu kemudian keluar meninggalkan ruangan Anto.

“VVIP? V nya ada dua kan? Berarti lebih tinggi dari VIP ya, pantesan kayak hotel gini, tapi…kenapa gua di taruh disini? Masa perusahaan begitu royal kasih ruangan kaya gini buat supir, atau jangan-jangan cewek itu yang….sebenarnya siapa dia ya? Apa dia cewek yang sama yang gua tolong malam itu? Sumpah gua gak terlalu merhatiin tampangnya malam itu, lagian cukup gelap juga, tapi gua yakin kalau itu cewek yang gua tolong, gak mungkin orang lain juga..tapi siapa dia?” Suara Hati Anto begitu riuh, tiba-tiba Anto teringat dengan sosok wanita yang dirindukannya, sosok Maya, wajah Anto sedikit berubah menjadi agak murung.

“Dek…mas kangen banget ama kamu dek…di saat-saat gini, mas pingin kamu ada disini menemani mas…dek Maya kamu dimana? Semoga kamu baik-baik saja di manapun kamu berada ya..mas tahu perbuatan mas tak bisa dimaafkan, mungkin ini salah satu balasan Tuhan atas perbuatan mas itu. Mas ingin ketemu kamu lagi walaupun hanya sekali, mas ingin minta maaf padamu dek, mas benar-benar rindu ama kamu dek..” butiran bening meluncur begitu saja dari sudut mata Anto, Anto mengusap air matanya yang semakin deras, kerinduannya pada sosok Maya sungguh menyiksa relung jiwanya, andai waktu bisa diputar kembali, Anto sungguh tak ingin menyakiti perempuan lembut itu, Anto menarik napas panjang berusaha menenangkan gejolak perasaannya yang mengharu biru.



***​



“Mas…aku bahagia banget ketemu kamu…” Ujar Maya yang tengah bersandar di dada Anto.

“Ehmm, mas juga sayang, mas beruntung bisa kenal ama kamu dek..” Anto merapatkan rangkulannya pada sosok wanita indah yang ada didepannya, harum rambut Maya tercium di hidung Anto.

“Mas jangan tinggalin aku ya…aku ingin hidup menua bersama mas, aku rela meninggalkan semua yang kumiliki sekarang, karena aku telah menemukan kebahagiaan bersamamu mas.” Ujar Maya lirih semakin menyenderkan tubuhnya di dada bidang lelaki kekar dibelakangnya.

“Mas akan jaga kamu sayang, mas akan mencintaimu dengan sepenuh jiwa mas, mas tak akan pernah meninggalkan kamu, karena kamu adalah belahan hatiku sayang..” Balas Anto sambil mengelus lembut pipi mulus Maya.

Maya tiba-tiba berbalik dan kini wajahnya berhadapan dengan Anto, wajah cantik Maya terlihat merona dan berseri-seri, tampak jelas kebahagiaan di wajah itu, Maya memajukan wajahnya mendekat, bibir mereka bertemu, Anto membalas lembut kecupan Maya, perempuan cantik itu dengan manja melingkarkan lengannya di leher Anto, ciuman mereka tak lama berubah menjadi lumatan napsu, lidah mereka saling membelit, Maya terlihat begitu pasrah berada dipelukan lelaki penuh tato itu.

Tiba-tiba seseorang menarik paksa tubuh Maya hingga jatuh terlentang, Maya berusaha bangkit dan melihat apa yang sedang terjadi, dilihatnya gerombolan lelaki datang tiba-tiba, wajah mereka sangat dikenali Maya, ada Santoso, ada suaminya Adam, dan yang paling dikenali Maya adalah Murad, terlihat pria bertampang seram itu memukuli Anto dengan membabi buta, Maya berusaha menolong kekasihnya, namun tubuhnya di pegangi dengan kuat oleh Santoso, Adam hanya menatapnya dengan penuh kebencian, terdengar suara Anto yang berteriak kesakitan saat beberapa orang terutama Murad memukul dan menendang dirinya, Maya hanya menjerit namun sama sekali tak terdengar suaranya, Maya menangis histeris melihat kebrutalan gerombolan itu memukuli Anto.

Maya terbangun napasnya terengah-engah, peluh membasahi tubuhnya, Maya melihat sekeliling, rupanya dia baru saja mimpi buruk, Maya menghela napas lega, Maya turun dari ranjang dan mengambil segelas air putih, dia duduk dikursi, hatinya sudah lebih tenang, Maya berusaha mengingat mimpinya tadi, “Kenapa aku bermimpi seperti itu? Kenapa aku bermimpi bajingan itu lagi?” Maya menundukkan wajahnya.

Teringat kembali video mesumnya yang berada di tangan Murad, wajah Maya sedikit menegang, “Kalau video itu ada di tangan Murad, pasti terjadi sesuatu dengan bajingan itu, apa dia ahh…benarkah…gak mungkin…tapi…..” tiba-tiba air mata Maya menetes tanpa bisa dicegahnya, hatinya kembali resah, perasaanya tiba-tiba menjadi gelisah karena menyangka telah terjadi sesuatu yang buruk dengan Anto, Maya memang berusaha melupakan sosok Anto dengan terus menganggapnya bajingan, namun perasaan terdalamnya tak mungkin bisa di ingkarinya, meskipun berusaha dipendamnya dalam-dalam, namun perasaan itu terus menguat bagai sel kanker yang menggerogoti setiap rongga dalam relung sukmanya, Maya berusaha keras mengingkari kalau dia mencintai Anto, namun air mata yang jatuh adalah bukti betapa dalamnya perasaan cintanya pada lelaki yang berusaha keras dianggapnya bajingan.



***

Bersambung
 
Lah lah kok part adegan yg ditunggu tunggu di skip suhu ?
Romansanya dapat, kentangnya pun juga dapat
 
Adam lagi menyimpan duri dalam daging. Gak tau kalau maya udah doyan konti besar. Semoga ada di endingnya ada happy buat Adam.
Dan sia-sia juga pengorbanan nisa yang udah minjemin rahimnya buat gedein jabang bayi dari maya dan Adam.
 
Thank you, Suhu Pujangga. Walaupun duel panas Maya Vs Murad 1 di lewat. Harapan ane tetap menyala untuk menyaksikan duel pejantan dan betina yang sama sama diselimuti gairah ini.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd