Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT [Diary Ari] The Story

Karakter Perempuan Ter-Favorit?


  • Total voters
    637
[HIDE]
WARNING!!!

Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

***************************************************************************************************************************************

[Diary Ari] The Story

Chapter 44: Sadar
***************************************************************************************************************************************

Aliyah

Setelah seminggu yang lalu aku digagahi oleh dokter kandungan yang memeriksa kehamilanku, tadi malam aku kembali harus menunaikan tugasku untuk memuaskan birahi pak soni. Dalam permainan birahi kami tadi malam, pak soni sempat bertanya “Say.. kok cepet banget beceknya?”, “Soalnya aku rindu kamu gagahi lagi mas” ucapku menggodanya. “Tapi kok rasanya memekmu sedikit melonggar ya dari biasanya” ucap pak soni. “Ah ssh perasaan kamu aja pak… namanya juga tinggal beberapa bulan lagi lahirannya” ucapku membela diri. “Oghh oghh… iya juga ya sayang… kapan lagi kamu cek ke dokter?” ucap pak soni seraya menggenjot kontolnya di memekku. “Sshh ahh besok kayaknya pak ahh” desah palsuku seraya menjawab pertanyaan pak soni. Dibenakku sungguh tak kurasakan lagi kenikmatan dari setiap sodokan kontol pak soni, karena kontol dr.budi terus mengawang-awang dalam pikiranku. “Apa sudah semurah inikah diriku?” aku membatin.

Ari

Tiada hari kulalui tanpa memuaskan birahiku pada perempuan-perempuan yang pernah kutaklukkan, siang ini aku berbaring menatap langit diatas ranjang seorang wanita yang tengah tertidur pulas disampingku setelah dua ronde kugenjot demi menggapai kepuasan duniawi, ia tak lain adalah bu yati. Terkadang aku berfikir, apakah aku akan terus seperti ini, menjadi ‘pria bangsat’ yang akan terus menaklukan wanita, aku memang pernah menikah, dan jauh di lubuk hatiku yang terdalam jujur ada secercah cahaya akan keinginan untuk kembali membangun rumah tangga.

Namun saat kulirik wanita yang tertidur dengan jilbab masih terpasang rapi dikepalanya dan area selangkangan yang lembab akibat semburan pejuku, aku kembali mengurungkan niatku untuk membangun rumah tangga, karena hal ini justru adalah kenikmatan dunia yang abadi bagiku. Tak dapat kupungkiri bahwa sebenarnya mulai muncul sebuah perasaan pada seorang akhwat yang kugagahi sebulan lalu, yaitu rini. Betapa jahatnya diriku kalau dipikir-pikir, rini lah orang yang telah menyelamatkanku dari tindakan bodohku, ia yang dengan tulus membujukku untuk mengurungkan niatku mengakhiri hidupku, tapi apa balasanku? Aku malah memperkosanya dan memuntahkan semua pejuku di dalam rahimnya. “Jika sekiranya nanti rini benar-benar hamil anakku, aku janji pada diriku akan menikahinya” aku membatin.

Rini

Aku masih belum bisa lepas dari pikiran bahwa aku akan hamil anak dari mas ari, pria yang pernah kutambatkan hati ini padanya. Namun aku sungguh kecewa dengan perlakuannya padaku sebulan yang lalu. Kak rida dan mas boby juga mulai bertanya-tanya kenapa sejak bulan lalu aku murung, aku enggan membicarakan hal ini dengan mereka berdua karena khawatir akan menjadi perpecahan diantara mereka. Tapi tak bisa kupungkiri aku juga menikmati saat sesi pemerkosaan diriku yang dilakukan oleh mas ari sebulan lalu itu, entah kenapa saat itu kurasakan memekku begitu gatal ingin disodok oleh kontol mas ari. “Arrrghh aku bingung” pekikku dalam hati seraya menutup kepalaku dengan bantal.

“Kamu kenapa rin?” tanya kak rida yang tiba-tiba muncul di depan kamarku. “Eee… enggak kenapa-napa kak” ucapku. “Bohong kamu! Pasti ada apa-apa… coba kasih tau kakak” ucap kak rida seraya mendekatiku. “Beneran kak… aku gak kenapa-napa” ucapku berbohong lagi. “Kamu itu adek kakak, jadi kakak bertanggung jawab untuk melindungimu, ayo pelan-pelan cerita” ucap kak rida lemah lembut seraya mengelus kepalaku. “Aku hamil kak” ucapku lesu, “Rini!!!!! Apa yang kau ucapkan rin! Bodoh kau!” pekikku dalam hati. “Hah! Hamil?! Hamil dengan siapa kamu?!” pekik kak rida. Aku hanya terdiam. “Jawab rin! Jawab! Kamu hamil sama siapa?” pekik kak rida. “Ta..tapi aku belum tau juga ini hamil apa gimana, aku ragu, aku takut kak” ucapku terbata-bata serasa sesenggukan di pelukan kak rida. “Sstt…sudah.. sudah maaf kakak malah jadi membentakmu… coba kamu ceritakan sekarang siapa yang berani menyentuhmu? Kakak tau selama di kota ini kamu sudah tak benar-benar suci” ucap kak rida.

Akhirnya demi kesehatan mentalku, kujelaskan semua yang terjadi ke kak rida. “Sialan! Ari sialan!” Pekik kak rida di hadapanku. Aku langsung nangis sejadi-jadinya. “Maaf rin kakak kelepasan” ucap kak rida kembali mengelus kepalaku. “I..iya kak… jadi gimana kak…” ucapku sesenggukan. “Kakak mau cerita sedikit, kamu mau dengar?” ucap kak rida. “Cerita apa kak?” ucapku seraya menatap matanya. Setelah kak rida menyelesaikan semua ceritanya barulah kuketahui bahwa mas ari juga lah yang mengambil keperawanan kakak kandungku ini, begitu panas rasanya hatiku mendengar penuturan kak rida barusan, namun muncul satu pertanyaan dibenakku dan langsung kuungkapkan “Kalau dia yang ambil keperawanan kakak, kok malah kakak bisa nikah dengan mas boby? Apa mas boby gak permasalahin mahkota kakak yang telah hilang itu?”

Pertanyaanku dijawab panjang lebar oleh kak rida dengan cerita yang kembali menyayat hatiku, aku tak berujung sakit hati pada abang iparku namun aku menumpahkan semua benciku pada mas ari, karena dialah sumber semua masalah ini. Kalau saja dia tak memerawani kakakku mungkin kini aku tak akan menjadi korban birahinya, semua hal ini seolah menjadi rantai kehidupanku dan keluarga kecil kakak kandungku ini.[/HIDE]
 
Widih udah kembali dari tempat bertapa rupanya
Izin :baca: suhu
 
Woalah enak betul dah si ary, bobi cuman dapat bekas dia, sekarang malah adik ipar ny yg bunting, di tunggu next ny gan..
 
[HIDE]
WARNING!!!

Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.

***************************************************************************************************************************************

[Diary Ari] The Story

Chapter 45: Lemah Syahwat

***************************************************************************************************************************************

Aliyah


Hari ini aku kembali lagi ke rumah sakit untuk mengecek kandunganku, tentunya dengan dokter idamanku yaitu dr.budi. “Mbak, saya mau cek kandungan dengan dokter budi?” ucapku di resepsionis. “Maaf bu… dr.budi sedang cuti di luar kota, yang ada saat ini hanya dr.yadi” jelas susternya. “Oo gitu…” ucapku singkat seraya manggut-manggut. “Jadi gimana bu?” tanya sang suster memecah lamunanku. “Gak apa-apa deh sus” ucapku. “Baik bu, atas nama siapa?” tanya sang suster. “Aliyah” jawabku. Tak berselang beberapa menit, “Bu aliyah.. silahkan ke lantai 2, lalu menuju ruang dr.yadi” jelas sang suster. Aku pun langsung menuju ruang periksa yang dimaksud, “Tok…tok tok…” aku mengetuk pintu. “Silahkan masuk” terdengar suara berat dari dalam. Saat kubuka pintunya, ternyata dr.yadi sudah masuk kategori dokter senior disini sepertinya, kutaksir usianya sekitar 60an. “Silahkan duduk bu… Bu aliyah” ucap dr.yadi yang sedikit kesulitan membaca namaku di kartu berobat yang kuberikan. “Jadi ada keluhan apa bu?” tanya dr.yadi ramah.

“Ini dok.. saya mau cek kondisi kandungan saya” ucapku. “Oh… silahkan ke ranjang periksa di sebelah sana bu” ucap dr.yadi seraya mempersiapkan alat periksanya. Saat kubuka tirai di dekat ranjang tersebut, aku terkejut melihat ada semacam penyangga di kanan dan kiri, sebelumnya di ruang periksa dr.budi tidak ada hal seperti ini. “Kok berdiri saja bu?” sapa dr.yadi mengagetkanku. “I..ini gimana saya mau baringnya dok?” ucapku menunjuk kedua penyangga itu. “Oo ini untuk penyangga kaki ibu… ibu silahkan baring seperti biasa dulu karena kan cuman pakai USG. “Maaf bu..” ucap dr.yadi saat menarik rok gamisku yang berwarna biru tua ke perut. Kebetulan hari ini aku tak mengenakan legging, hanya mengenakan cd berwarna hitam. Kulihat dr.yadi sedikit melotot dan menelan ludah saat menyaksikan tubuh bagian bawahku terpampang dihadapan matanya, “Dasar tua-tua keladi” batinku. “Mari kita mulai ya bu…” ucap dr.yadi dengan nada yang berat. Iapun mulai meletakkan beberapa alat scanner USG di atas perutku yang sudah membelendung karena hamil.

“Dari pantauan mesin USG, ibu mengandung bayi kembar, dan kedua bayi ibu dalam keadaan sehat” jelas dr.yadi. “Alhamdulillah deh dok” ucapku singkat. “Apa ibu ada keluhan lain?” tanya dr.yadi. Aku ada ide ingin mengerjai dokter tua ini. “Dok… saya kadang merasa nyeri di sekitar pangkal paha dan pinggang saya dok” ucapku. “Hmm… dengan tidak mengurangi rasa hormat dan profesionalitas saya, bolehkah saya membuka CD milik ibu untuk saya lakukan pemeriksaan?” tanya dr.yadi dengan nafas yang sedikit memburu. “Boleh pak” ucapku singkat. Beliau lalu membuka CD ku dengan cukup cepat, tangannyapun tak lepas dari menyusuri selangkangan, paha, betis hingga kakiku. Hal itu membuatku kegelian sehingga tanpa kusadari diri ini samar-samar mendesah. Kulihat dr.yadi berkali-kali menelan ludah saat melihat memekku yang ditumbuhi bulu cukup lebat, aku tertawa di dalam hati. Beliau dengan hati-hati mulai melakukan pijatan lembut di sekitaran pinggangku dan tak jarang jari kelingkingnya menyentuh jembutku. “Yang disebelah mana yang nyeri bu?” tanya dr.yadi. “Hmm dekat situ dok uhh” ucapku dengan sedikit mendesah.



“Bu coba kedua kaki ibu dinaikkan ke kedua penyangga ini agar saya dapat melihat titik-titik nyeri pada selangkangan ibu dengan lebih mudah” jelas dr.yadi seraya mengangkat betisku keatas penyangga. Kuyakin saat ini dokter yadi dapat menyaksikan lubang memekku terbuka indah. “Disini bu nyerinya?” tanya dr.yadi seraya meletakkan tangannya diatas jembutku. “Hmm kalau disitu bukan nyeri dok, tapi gatal” ucapku menggodanya. “Gaa.. gatal?” tanya dr.yadi terbata-bata, kulihat wajahnya merah. “Ma..maaf bu.. saya salah tingkah” ucap dr.yadi jujur namun jemarinya mulai nakal dengan perlahan ia masukkan ke dalam bibir memekku. “Uhh dok” desahku. “Bu.. sudah basah” ucap dr.yadi. Aku hanya tersenyum dibalik cadar biru muda ku. Satu jari… bahkan kini dua jarinya keluar masuk di memekku. “Ma..masih nyeri.. eh masih gatal bu?” tanya dr.yadi terbata-bata.

“Nikmaat dok ssh” desahku mulai tak karuan padahal hanya dimasukkan oleh jari kasar dr.yadi. Seketika ia mencabut keluar jarinya, aku hanya bisa menatap sayu seolah mempertanyakan ia melakukan itu. Namun tindakan beliau berikutnya seolah menjawab pertanyaanku, dr.yadi dengan tergesa-gesa membuka celana kain yang ia kenakan berikut cd miliknya dan seketika kontol miliknya yang telah tegang mengacung gagah, kutaksir ukurannya gak sepanjang milik dr.budi cuman ini gemuk banget menurutku ditambah bentuk kepalannya yang gepeng lebar. “Maaf bu… maaf saya lancang… istri saya meninggal tahun lalu… dan kini birahi yang sama seperti bersama istri saya kembali bangkit saat melihat ibu mengangkang seperti itu” jelas dr.yadi jujur seraya menggenggam kontolnya yang telah keras itu. “Begitu… saya paham kok dok” ucapku seraya kembali tersenyum. Dengan sedikit tergesa-gesa dr. yadi menurunkan kedua kakiku dari penyangga, menyingkirkan kedua penyangga itu dan bergegas naik ke ranjang periksa ini. Pelan tapi pasti, dr. yadi memasukkan kontolnya ke memekku. “Ughh dok..” lenguhku saat merasakan kontol besar itu merangsek memekku. “Kenapa bu? Konek suami ibu gak sebesar ini ya?” tanya dr.yadi dengan bahasa yang mulai cabul.

Aku hanya mengangguk. Tanpa babibu saat kontolnya sudah berada di dalam memekku, ia langsung menggenjotku dengan tempo yang begitu cepat, “Ughh sshh ahh dok… cepet amat…” desahku. Ia tak menggubris ocehanku. Dan terus menggenjotku dengan tempo cepatnya, sesekali ia menyodokkan keras berharap kontolnya dapat menyentuh pintu rahimku namun itu sia-sia karena kontolnya tak lebih panjang dari milih dr.budi. Dr.yadi berusaha mencumbuku dari balik cadarku namun kualihkan wajahku kesamping karena aku tak ingin dicumbu dengan pria tua bau kubur seperti dia ini. “Aliyah! Jahat banget fikiranmu!” aku membatin. Belum lama ia menggenjotku, tiba-tiba pintu ruang periksa ini terbuka, dan seketika aku panik karena ada perawat yang masuk sementara tirai tempat periksa ini terbuka. “Wah dr.yadi asik banget mainnya” kudengar suara pemuda.

Saat kulirik ternyata perawatnya bukan perempuan melainkan laki-laki muda. “Uggh eh kamu ron… iyaah bapak gak tahan habisnya” celetuk dr.yadi yang masih mengobok-obok memekku dengan kontolnya. Aku palingkan wajahku enggan melihat wajah perawat tersebut. “Mbak-mbak cadar rupanya… hoki banget kamu pak bisa genjotin mbak cadar begini” celetuk perawat tersebut. “Pak gantian dong… masa’ bapak terus” ucap sang perawat. “Gak.. gak boleh hmm… ini hanya saya.. dan sekali ini saja” ucap dr.yadi terengah-engah. “Yowes.. berarti saya minta sisi, si suster yang biasa bapak genjot aja ya” celetuk sang perawat seraya keluar dari ruang periksa ini. “Gak tahan karena istri meninggal yaa? Alasan yang bagus” aku membatin seraya tersenyum mengingat alasan yang dr.yadi utarakan sebelum menjamahiku tadi.

“Oughh oughh saya gak tahan mbak…” lenguh dr.yadi dan “Crottt..croott…croott” ada sekitar 4 semburan peju beliau yang langsung menghangatkna liang memekku. “Ahh lemah amat dah dokter tua ini… udah crot aja… aku belum dapet padahal” aku membatin kesal. “Makasih bu… maaf saya jadi begitu lancang pada ibu, maafkan juga perawat saya tadi” ucap dr.yadi seraya beranjak dari atas tubuhku.[/HIDE]
 
Bisa semua orang rumah sakit nih ngentot aliyah, mana dia sekarang liar banget, di tunggu next ny gan..
 
Nah itu dia kalau semua lihat dan sange bisa kemungkinan main semua gan haha..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd