Prolog
Delia namanya, percaya atau tidak dia adalah pacarku. Mojang priangan asal Cimahi, berhijab, wajahnya cantik, kulitnya putih, tubuhnya semok, banyak yang bilang wajahnya mirip Ummi Pipik. Jujur aku selalu tergoda menikmati tubuhnya saat sedang berkencan. Namun aku tidak mau buru-buru, aku yakin saatnya pasti tiba, saat aku menaklukannya. Aku yakin banyak lelaki yang iri kepadaku, karena berhasil mendapatkan cintanya. Dari segi fisik ya lumayan lah, dan kebetulan aku terlahir dari keluarga yang cukup kaya. Mungkin Delia memang cewek matre, namun tak masalah selagi tidak diluar batas, dan yang penting aku pun harus dapat kenikmatan darinya. Selepas lulus kuliah aku mengelola bengkel ayahku, sementara Delia menjadi teller di sebuah bank. Kami rutin ketemuan setiap weekend, kadang jalan-jalan, makan malam atau menemaninya belanja. Kami baru pacaran sebulan, walaupun begitu aku sudah mengenalkannya kepada orang tuaku, mereka pun suka dengan Delia.
Sebentar lagi long weekend, Jumat sampai Minggu tanggal Merah, aku merencanakan jalan-jalan dengan Delia. Daerah Cipanas Garut adalah tujuan kami, kebetulan Delia punya saudara disana, sekalian berkunjung ke rumah saudaranya. Aku membooking 1 kamar di hotel Sabda Alam untuk tempat menginap. Jumat pagi kami berangkat, Delia sangat cantik dengan celana ketat, baju kemeja dan jilbab ala hijaber. Sepanjang perjalanan kami mengobrol dan aku mencuri-curi pandang body mulusnya.
"Del, kamu cantik banget sih." kataku menggodanya.
"Dah sering banget kali kamu bilang gitu, udah fokus nyetir, jangan jelalatan ke body aku terus." Balas Delia.
"Ye, gak apa-apa kali aku liatin kamu Del, aku kan pacar kamu. hehe" kataku
"Ya tapi jangan pas nyetir juga kali, ntar aja kalau dah sampai hotel. hihi" kata Delia menggoda.
"Wah beneran ya, aku catet omonganmu barusan. Liat aja, aku buat kamu keenakan nanti." ancamku.
"Haha.. dasar ngeres melulu otakmu pikirannya." bantah Delia.
Suasana sejuk menyelimuti Garut hari itu, aku dan Delia cek in di hotel lalu masuk kamar.
"Lho Arya, kok kasurnya cuma satu sih?" Tanya Delia kepadaku.
"Satu juga kan besar, cukup buat kita tidur berdua disana. Hihi." kataku menggodanya.
"Ih dasar, maunya. Gak mau ah, aku kamu kita tidur terpisah!" kata Delia.
"Ayolah. Kamu kan percaya sama aku Del? Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok Del, paling cuma.." kataku.
"Cuma apa?" kata Delia.
"Liat aja nanti. Hihi.." kataku.
"Dasar! Udah ah. Aku mau mandi dulu, cape di perjalanan." kata Delia.
"Mau aku temenin?" kataku.
"Gak usah. Aku bisa mandi sendiri." kata Delia.
Delia pun keluar dari kamar mandi dengan jilbab merah dan pakaian yang lebih santai. Aku kemudian mandi dan berganti pakaian.
Index:
Prolog
Percumbuan Pertama
Orang Ketiga
Delia namanya, percaya atau tidak dia adalah pacarku. Mojang priangan asal Cimahi, berhijab, wajahnya cantik, kulitnya putih, tubuhnya semok, banyak yang bilang wajahnya mirip Ummi Pipik. Jujur aku selalu tergoda menikmati tubuhnya saat sedang berkencan. Namun aku tidak mau buru-buru, aku yakin saatnya pasti tiba, saat aku menaklukannya. Aku yakin banyak lelaki yang iri kepadaku, karena berhasil mendapatkan cintanya. Dari segi fisik ya lumayan lah, dan kebetulan aku terlahir dari keluarga yang cukup kaya. Mungkin Delia memang cewek matre, namun tak masalah selagi tidak diluar batas, dan yang penting aku pun harus dapat kenikmatan darinya. Selepas lulus kuliah aku mengelola bengkel ayahku, sementara Delia menjadi teller di sebuah bank. Kami rutin ketemuan setiap weekend, kadang jalan-jalan, makan malam atau menemaninya belanja. Kami baru pacaran sebulan, walaupun begitu aku sudah mengenalkannya kepada orang tuaku, mereka pun suka dengan Delia.
Sebentar lagi long weekend, Jumat sampai Minggu tanggal Merah, aku merencanakan jalan-jalan dengan Delia. Daerah Cipanas Garut adalah tujuan kami, kebetulan Delia punya saudara disana, sekalian berkunjung ke rumah saudaranya. Aku membooking 1 kamar di hotel Sabda Alam untuk tempat menginap. Jumat pagi kami berangkat, Delia sangat cantik dengan celana ketat, baju kemeja dan jilbab ala hijaber. Sepanjang perjalanan kami mengobrol dan aku mencuri-curi pandang body mulusnya.
"Del, kamu cantik banget sih." kataku menggodanya.
"Dah sering banget kali kamu bilang gitu, udah fokus nyetir, jangan jelalatan ke body aku terus." Balas Delia.
"Ye, gak apa-apa kali aku liatin kamu Del, aku kan pacar kamu. hehe" kataku
"Ya tapi jangan pas nyetir juga kali, ntar aja kalau dah sampai hotel. hihi" kata Delia menggoda.
"Wah beneran ya, aku catet omonganmu barusan. Liat aja, aku buat kamu keenakan nanti." ancamku.
"Haha.. dasar ngeres melulu otakmu pikirannya." bantah Delia.
Suasana sejuk menyelimuti Garut hari itu, aku dan Delia cek in di hotel lalu masuk kamar.
"Lho Arya, kok kasurnya cuma satu sih?" Tanya Delia kepadaku.
"Satu juga kan besar, cukup buat kita tidur berdua disana. Hihi." kataku menggodanya.
"Ih dasar, maunya. Gak mau ah, aku kamu kita tidur terpisah!" kata Delia.
"Ayolah. Kamu kan percaya sama aku Del? Aku gak bakal ngapa-ngapain kamu kok Del, paling cuma.." kataku.
"Cuma apa?" kata Delia.
"Liat aja nanti. Hihi.." kataku.
"Dasar! Udah ah. Aku mau mandi dulu, cape di perjalanan." kata Delia.
"Mau aku temenin?" kataku.
"Gak usah. Aku bisa mandi sendiri." kata Delia.
Delia pun keluar dari kamar mandi dengan jilbab merah dan pakaian yang lebih santai. Aku kemudian mandi dan berganti pakaian.
Index:
Prolog
Percumbuan Pertama
Orang Ketiga
Terakhir diubah: