Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dawai Cinta Sang Penghibur

CHAPTER III



Anggi sedang mencuci piring di belakang, tiba-tiba ada sapaan dari depan

“Misi Mbak Anggi…”

Dia melongokkan kepalanya ke depan, Pak Husin nampak membawa tentengan laundry buat Anggi

“eh Pak Husin, taruh aja di depan situ Pak”

Tukang ojek langganannya dia ini memang sering dia suruh seperti mengambil laundrian, beli makan atau keperluan lain yang dia perlu, seperti pagi ini mengambil laudriannya yang sudah 2 hari di tempat laundry.

“pak saya beliin makan siang dong…”

“siap Mbak, mau makan apa?”

“nasi padang aja, pakai ayam pop yah, sambalnya yang banyak tapi yang merah ngga pakai sambal hijau” perintahnya sambil menyodorkan uang seratusan ribu.

“buat bapak juga beli buat makan siang”

“ngga usah Mbak…”

“ngga apa2…beli aja yah….”

Pak Husini menunduk selama berbicara dengan Anggi, dan Anggi pun tersadar bahwa saat berbicara dengan Pak Husin, baju ketatnya menyembulkan putting susunya yang tercetak didepan dadanya, karena Anggi tidak nggunakan bra jika dirumah.

Anggi lalu menyadarinya dan segera mengambil handuk dan menutupi badannya, lalu berjalan lagi kedepan menemui dan bertanya ke Pak Husin

“semalam bapak langsung pulang atau cari penumpang lagi di sana?”

Pak Husin tertunduk lagi…

“saya pulang jam 11 tadi malam”

“dari jam 5 sore?”

“iya Mbak…”

“kenapa?”

“kan kata Mbak disuruh tunggu, makanya saya tunggu…”

Anggi kaget mendengarnya, dia memang sempat mengucapkan untuyk menunggu, dia lupa bilang Pak Husin segera pulang setelah Pak Isman datang. Anggi merasa sangat bersalah… sudah sibuk dengan melayani Pak isman dengan segala kostum nakalnya, dia lupa untuk whatsapp ke Pak Husin agar pulang duluan.

“aduh…maaf yah Pak….saya lupa..” ucapnya menyesal

“ngga apa2 Mbak… jam 11 karena saya wa Mbak juga tidak dijawab saya pulang….”

Anggi benar-benar lupa, maklum pagi hari bangun dia langsung dihadapkan dengan banyaknya wa hanya menanyakan harga, foto, servis dan lain-lain, sehingga wa Pak Husin pasti terdorong ke bawah dengan masuknya banyak wa.

“adu hampura yah Pak…maaf anggi lupa…” dengan senyum penuh salah, dia kasian dengan orangtua ini yang sduah dibuatnye menunggu.

Anggi masuk, mengambil dompetnya lagi dan kembali menyodorkan uang selembar berwarna merah

“buat Bapak…”

“ngga usah Mbak…”

“ngga apa2 Pak…saya kebetulan ada rejeki lebih” Anggi memaksa

“semalam kan Mbak sudah bayar yang saya antar kesana”

“iya ngga apa2, ini buat bapak….” Sambil memasukan uangnya ke kantong Pak Husin

“makasih yah Mbak, Allah balas berlimpah..”

Anggi tersenyum

Di merasa Pak Husin sangat baik dan sopan, tidak pernah mematok harga untuk setiap layanan ojeknya, dan juga standby kapan saja jika ditelpon Anggi. Pernah jam 1 malam Pak Husin datang hanya untuk mengantarkan obat saat Anggi dilanda migraine parah, sehingga dia menelpon Pak Husin untuk membeli obat migrain.

Sudah seperti bapaknya sendiri, maklum usia Pak Husin mungkin sudah 60 tahun, setengah usianya Anggi sendiri, bahkan lebih tua dari bapaknya di kampung.

Dia juga tidak sungkan suka pakai uangnya untuk menangani belanjaan yang kecil-kecil jika disuruh Anggi, nanti kemudian diganti oleh Anggi. Hal-hal kecil yang membuat Anggi nyaman dan sering memakai jasa Pak Husin.

Pak Husin lalu segera bergegas menuju ke rumah makan padang yang diminta oleh Anggi untuk membeli nasi padang pesanannya, dia juga tidak lupa untuk membeli untuk dirinya, Rejeki memang tidak kemana, mendapat tambahan 100 ribu plus makan gratis.

Dia tahu persis apa pekerjaan Anggi, dan waktu dia masih juga mengojek di kawasan Tamasari dan Kota, sesaat setelah dia dipensiunkan sebagai karyawan kontrak dari sebuah perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan tenaga security dengan alasan usia, maka ojek pangkalan menjadi mata pencahariannya.

Itu sebabnya dia banyak tahu seluk beluk dunia malam, dan dia juga menyadari bahwa betapa dunia malam sangat membantu pekerja seperti dirinya. Menjadi Anjelo alias Antar jempot Lonte ialah istilah mereka sesama tukang ojek yang sering antar wanita seperti Anggi.

Selain dirinya, para pekerja dunia hiburan, hotel-hotel, penjual makanan di daerah sekitar itu, parkir, bahkan mini market semua merasakan dampak ekonomi dari kegiatan itu, meski banyak yang kemudian dengan alasan moralitas lalu menuding sebagai penyebab ambruknya akhlak.

“ini pak, totalnya 56 ribu sudah sama es jeruk” pelayan rumah makan minang itu mengejutkan dan menyudahi lamunan Pak Husin, dia lalu menerima bungkusan nasi padang tersebut dan segera menstarter motornya untuk kembali ke kontrakan Anggi.

Sementara Anggi sedang sibuk membalas semua pesan yang masuk, yang dianggapnya iseng langsung diskip dan tidak ditanggapinya.

Anggi cantik, 400 yah….main di tempat Anggi deh….

WA bernada kurang ajar dari Mas Mardi, yang mengontrak 4 petak dari petakannya itu. Profesi Anggi memang hampir semua tetangganya tahu, meski mereka tidak mempermasalahkannya, hanya saja Tukang bangunan yang bernama Mardi ini suka keterlaluan, sering secara terang-terangan menggodanya, meski istrinya Ulfa sangat galak dan judes.

Anggi memilih tidak menanggapinya, dia hanya membaca saja tanpa membalas, dia sadar bahwa profesinya memang rawan godaan, cemohan dan tentu tatapan sinis yang sering menghampiri, meski banyak juga tatapan kagum dan sange yang sering dia terima.

700 bisa ya Non? Uang ojeknya aku ganti.

Kali ini muncul wa dari pelanggan baru. Sepertinya profil Anggi di twit**ter dengan pemandangan dada terbuka diatas, dan senyuman manis di bibir seksinya membuat pria ini tertarik wad an lanjut membookingnya.

Melihat yang wa terlihat manis dan baik, Anggi lalu mengiyakannya. Maklum Anggi mematok harga 800 untuk sekali main, dan 2 juta untuk semalam atau longtime. Makanya dia sangat bersyukur jika bertemu tamu sebaik dan seroyal Pak Isman yang datang dan membookingnya.

Share loc Mas

Klakson motornya Pak Husin berbunyi di halaman kontakannya, membuat Amembuat dia langsung ke depan, menerima bungkusan nasi pesanannya

“buat Bapak sudah?”

“sudah Mbak..”

“oke, sejam lagi antar aku yah Pak, ke daerah Grogol.”

“baik Mbak…’

Anggi lalu masuk untuk makan dan bersiap siap, panggilan wajib sudah berbunyi kembali, dan dengan itulah dia harus bergerak, karena tagihan, kontrakan, makan dan biaya sekolah anak tidak bisa menunggu, harus diselesaikan tepat waktu, makanya setiap ada panggilan yang tepat dan pas hargnya, Anggi jarak menolak.

Share lock kemudian diterima dari pria tersebut, Anggi mebalas OK, lalu mengambil handuknya dan bergegas ke kamar mandi di belakang didepan dapur kecilnya, untuk mempersiapkan diri menuju ke Grogol ke hotel yang sudah dishare loc.​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd