Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT DAL SEGNO SERIES

Sundul juga. Biar segera update. Dah lama banget nih.
 
Ada sedikit kegaptekan di masalah online dimana sang TS kebiasaan pake window dan kini beralih ke mac :mati:

Wifi mana wifi :jimat:
 
DAL SEGNO
part 3


“kamu ga apa apa ?”

Aku membuka mataku dan aku melihat seorang bapak paruh baya yang sedang menggenggam secangkir minuman, mungkin teh hangat dan memberikannya kepadaku. Kepalaku masih pusing, aku hanya menganggukan kepalaku, mmm dimana aku ini? tempat ini penuh kain bahan berserakan seperti gudang.

“maaf pak, saya dimana ?”

“kamu di gudang toko saya, semalam karyawan saya denger ada ribut-ribut diluar, kamu dihajar 3 orang, kenapa?”

“oh iya, itu hhmm, yang hajar saya kakak pacar saya pak…”

“hahahha anak muda sekarang ya, kenapa kamu? ngehamilin adiknya? bapak kira kamu maling ayam hehe…”

“enak aja, nggak pak, biasalah masalah restu dan bla bla bla….”

“oh itu, nih minum dulu teh manisnya, istirahat aja dulu, ini barang-barang kamu, bapak belum liat isinya, cek aja kali ada yang hilang…” bapak ini kemudian memberikan tas kecilku.

“iya pak, nuhun pisan…” kataku mengucapkan terimakasih.

Aku mereguk teh yang terasa sungguh nikmat sambil berusaha mengingat kejadian semalam, ahh badanku sakit, mungkin memar dimana mana, hidung terasa besar dan ada sedikit robek di bibir, aduh sial banget, kakaknya Carol tega banget, mau aku lawan tapi mau gimana juga dia itu kakak kekasihku, lebih baik aku menghindar saja dan buktikan pada kakak Carol, bahwa aku sungguh sayang adiknya tanpa syarat. hmmm ini pasti gara-gara dia melihatku sedang berduaan dengan si anak tengil itu di resto, mungkin dikiranya aku selingkuh, sial.

Tas kecilku tampak baik-baik saja, beberapa masih ada walkman dan beberapa kaset, juga HP motorola ku. Aku mengecek HP dan ternyata ada beberapa panggilan dari rumah, aku telfon balik dan yang mengangkat ibuku. Dia menanyakan aku dimana, aku pun terpaksa berbohong ketiduran di kosan teman dan meminta maaf karena lupa ga bilang.

Dengan tertatih aku keluar dari ruangan penuh kain itu, dan memang benar saja, aku masih di lokasi semalam. Motorku nampak terparkir di pojokan toko. beberapa karyawan kulihat tampak sibuk menaikan kodian kain ke mobil bak terbuka, si bapak yang tadi memberiku teh tampak sibuk menghitung lembaran rupiah di meja kecil.

“kumaha a? ripuh? ripuh lah nya di babukan ku tiluan”. Seorang karyawan bertanya padaku soal keadaanku. (Gimana kak? payah? lumayan payahlah digebukin 3 orang).

“lumayan mang, eh mamang yang nolong? nuhun atuh ya”

“ahaha teu sawios, reuwas eta peuting suganteh aya bangsat atawa anu dibegal, gelo marake motor beberebetan siga gengster” (ahahha gapapa, kaget semalam dikira ada maling atau yang dibegal, gila pake motor berisik kaya gengster).

“sanes mang, biasalah masalah percintaan anak muda ahahah” (bukan mang, biasalah masalah percintaan anak muda).

Aku menghampiri bapak yang memberiku teh manis dan mengucapkan terima kasih.

“pulangnya kemana?”

“ke buah batu pak deket….”

“ohh iya, hati-hati atuh ya nak, zaman sekarang orang udah pada jahat gitu, kamu ga papa? apa mau dianter ke klinik dulu?” tawar bapak itu.

“ga usah pak nuhun, mau pulang aja istirahat…”

“itu luka kompres dulu bentar, kalau kelamaan trus kena angin nanti malah bengkak, bentar ya, bapak suruh dulu anak bapak.... neengg, nenggg, euhh kemana ya? jang jang itu si neng panggil…” bapak itu memanggil-manggil putrinya, namun karena sepertinya tidak kedengaran panggilannya, ia lantas meminta salah satu karyawan, untuk memanggil putrinya ke dalam.

Dan yang dipanggil neng itu adalah gadis berambut pendek sebahu, Hmm…mungkin dia sebaya denganku, berkaos hitam tipis dan celana tanggung, wajahnya terlihat sunda sekali dengan kulit kuning langsat dan badan yang ramping dengan gaya cuek mahasiswi Bandung dan dia keluar dari dalam mobil bak terbuka, hmm rupanya dia sedari tadi ada didalam mobil dan pastilah teriakan bapaknya ga terdengar telinganya tersumpal headset dari HP nokia miliknya.

“iya bah kenapa?” si eneng menghampiri kami.

“eta punten nyungkeun es ka kios payun sagandu kanggo ngompres si ujang ieu karunya” (itu tolong minta es ke kios depan satu bungkus buat kompres si ujang ini kasihan).

Gadis itu menatapku dengan pandangan menyelidik, mungkin dalam hatinya dipenuhi semacam tanya, siapa orang ini ? pagi -pagi ada di gudang ayahku dalam keadaan bonyok. Tapi rupanya tanpa banyak bertanya si gadis membalikan badannya menuju kios depan dan sedikit bercengkrama dengan pemilik kios yang terlihat sudah dia kenal, dan kembali menuju kami dengan membawa satu bongkah besar es batu.

“ini bah, mmmm buat ngompres luka aa ini ya?” tanya si Eneng ke abahnya.

“iya, sok atuh sama neng kompresin kasihan, jang sok duduk dulu disini…” si abah memberikan bangku kayu agak panjang hingga muat untuk duduk kami berdua.

“duh pak, ga usah repot-repot biar saya aja sendiri…….”

“udah a, diem aja, itu lebam gitu aduhh aa teh diapain atuh ini teh ?” kata si eneng.

“heuu, jatoh dari motor…”

“ah mana ada jatoh lebamnya kaya ditonjok gini, aa mah gelut (berantem) yah ?”

“ahha iya gelut atuh iya....”

“ah si ujang, kalo gelut sih buk bek (seru) , inimah di siksa namanya, kata karyawan bapak juga ujang digebugin sama 3 orang semalem hehe…”si bapak menimpali ucapanku.

“aduh bapak mah malah buka kartu, malu atuh pak di depan cewek nihh…”

Si gadis hanya tertawa sambil menggelengkan kepalanya, si bapak pun demikian, sungguh suasana hangat yang khas dari tanah pasundan. Si bapak memecahkan es batu menjadi beberapa bagian kecil, dan si neng mengambil sapu tangan dari saku tas kecilnya membungkus es batu dan mulai mengompreskannya ke luka lebam di wajahku. Sesaat ada suasana yang tak biasa, kenapa? Karena selama ini kupikir haanya mata Caroline yang sipit itu yang sangat indah untuk dipandang, kali ini di depanku ada seorang gadis sebaya denganku dengan mata yang cukup bulat khas pasundan dengan bola mata yang bersih dan sama indahnya, eh bahkan lebih indah dari Caroline. Aku hanya bisa melihatnya bergerak menelisik ke bagian luka lebamku, si gadis tampak serius mengompres lukaku sedang aku hanya "cengo" saja dan memperhatikan apa yang si gadis lakukan.

“sakit a ?” tanya si eneng kepadaku.

“lumayan hehe…”

“kunaon(kenapa) atuh aa teh ?”

“ah biasa lah urusan wanita”

“hmmm, ampe bonyok kayak gini, pasti layak diperjuangkan tuh wanita…”

“layak neng, sangat layak…”

Sieneng tersenyum mendengar ucapanku. Ya, Caroline layak untuk diperjuangkan.

“senengnya jadi wanita yang aa bilang, ampe dibelain kaya gini…”

“apapun, asal bisa bareng dia aa mah ikhlas…”

“semangat ya a….”

“nuhun hehe , eh kamu ga sekolah?”

“sekolah ? neng udah kuliah kali a, sabtu libur kebetulan”

“kirain masih SMA ahahaha….”

“awet muda akumah hihihi”

Sudah tidak terlalu sakit lebam ini, aku pamitan kepada bapak pemilik gudang dan si gadis yang tadi mengompres lukaku, sedikit gontai namun masih bisa mengendarai motorku menuju rumah. Sampai rumah, ibu yang melihat anaknya ini bonyok, lalu menanyakan keadaanku.

“kuanon eta meni bengep ?” (kenapa itu pada lebam ?).

“biasalah ma budak ngora, misah gelut malah kacitak” ( bisalah bu anak muda misahin yang berantem malah kena pukul).

“haarr, nya geus mandi kaditu tuluy sare meh gancang cageur”

“iya maaaa….”

Akupun menuju kamar dan mengambil baju ganti, ke kamar mandi dan benar saja badan ini sedikit lebih segar ketika air dingin menyentuh seluruh kulitku. Kulihat di kaca memang ada beberapa lebam di bagian tubuh, luka gores di tangan dan lebam dekat mata dan bibir. Aduh payah sekali. sesi mandi pun kuakhiri, aku memakai bajuku dan berlalu ke dapur. Kulihat ada sisa nasi goreng dipiring entah punya siapa, aku melahapnya karena memang lapar, meneguk segelas air putih dan dengan tertatih menuju kasur dan merebahkan tubuh yan terluka ini setelah menenggak sebutir paracetamol, ahhhh lelaahh.

===16.35 WIB===

Tubuhku masih kaku, beberapa bagian masih terasa sakit, namun ketukan keras di pintu membuatku bangun.

“Anggaa, hudang ih aya nu neangan….” (bangun ih ada yang cari).

“hoaammhhh, saha ma ?” (siapa ma?).

“teuing atuh ngarana Kerol cenah, ningan kamuh boga babaturan akew nya? Geulis deuih aheuu…” (ga tau, namanya Carol katanya, ternyata kamu punya temen tiong hoa ya? Cantik lagi aheuu ).

“eh serius mak? Bentar-bentar”

Aku merapikan bajuku, sedikit mengucek muka dan buru-buru menuju ruang tamu, seakan tidak percaya dengan yang ibuku katakan tapi benar saja, di ruangan itu sudah ada seorang bidadari cantik dengan kaos putih dan celana jeans, rambutnya diikat ekor kuda dan terlihat tersenyum dengan manis namun senyumnya hilang seiring aku mendekat dengan keadaanku yang terlihat seperti zombie.

“Angga, ya ampun kamu baik-baik saja?” sambil menatapku dengan raut muka sedihnya.

“eh, emang aku kenapa?”

“jangan bohong lah Angga, aku tau dari kakak aku, semalam kamu dipukuli kakakku dan temennya kan ?”

“ehm, ya gitu deh”

“si koko tega banget” Caroline menghampiriku yang duduk di kursi sebrang dan mengelus luka di wajahku.

“bilang apa koko sama kamu?” tanyaku pada Caroline.

“dia datang marah marah sama Carol, terus bilang Angga brengsek lah, Angga selingkuh lah, dia pergokin Angga lagi berduaan sama cewek lah, tapi Carol ga percaya, Carol coba telfon Angga tapi ga diangkat, Angga semalam dimana?” katanya sambil memegang kedua pipiku.

“eh itu, ada yang bantu aku, karyawan gudang kain, tadi pagi yang punya gudang kain dan anaknya juga tolongin aku, bener-bener orang baik”

“syukurlah, Angga masih dilindungi Tuhan, mmmmm semalam Angga makan bareng Lidya kan?”

“iya kan kamu tahu….”

“oh itu mungkin si koko lihat, jadi di sangkanya kamu selingkuh hmmm…”

“iya sih….aku juga lihat koko kamu, jadi udah ga enak perasannya, untung kamu tahu aku lagi sama siapa”

“ih…Angga, kasihan kamu….” Lagi-lagi dia memegang pipiku lagi.

Ibuku tiba-tiba datang sambil membawa minuman beserta camilan. Beliau layaknya tuan rumah yang baik menawari tamunya.

“di minum neng kerol, tuh lihat si Angga bonyok gitu, berantem aja kaya jagoan, duhh anak inii….”

“ah ibu makasih, maaf Angga jadi kaya gini gara-gara aku juga…” ujarnya. sebelumnya ia sempat kaget dan melepaskan telapak tangannya dari pipiku.

“eh..emang kenapa ?” tanya ibuku penasaran.

“Angga semalam digebukin kakak aku bu, maaf yaa…” ucap Caroline merasa tidak enak hati pada ibuku karena membuatku babak belur seperti ini.

“emang kamu kenapa Ngga ?”

“ah udah ah, gapapa kok mak…”

“udah Angga kita jujur aja, bu maaf sebelumnya, selama ini Angga pasti ga pernah cerita sama ibu kalau Angga punya pacar ?” kata Caroline.

“lah emang anak ibu payu ?” laku? Ya jelas lah mak.

“ahahah ibu bisa aja, aku ini pacarnya Angga lohh, duh aku jadi malu bilang pengakuan seperti gini…” Caroline memepetkan tubuhnya padaku sambil mukanya malu-malu.

“eleuuhh neng, ga rusak matanya? anak ibumah olol leho gitu ( semacam ingusan )….”

“ahahah ya nggak atuh bu, Caroline sayang banget sama anak ibu ini, boleh ga bu? anaknya disayangin sama Caroline?”

Ibuku memandang kosong atas pertanyaan Caroline.

“mmm ya mAngga aja ya kalo suka sukaan mah namanya juga anak muda, asal jaga diri baik baik, jangan sampe ada yang dirugikan, pacarannya sehat, dan jangan pake bonyok-bonyok gini aduh, hariwang”

“maafin kakak Caroline ya buu…” Caroline memegang tangan ibuku.

“koko memang ga setuju kita pacaran dari dulu, orang tua Caroline juga sama , mmm ibu pasti ngerti kan alasannya….”

“iyaa pasti ibu ngerti neng, kita beda dunia, tapi mana bisa ibu halangin kalau kalian saling suka, paling ibu doakan yang terbaik, mau gimana-gimana sok aja diatur, udah pada gede kan? cuman ya gitu, berat, keluarga Angga disini juga pasti bakalan agak-agak panas kalau tau pacarnya Angga keturunan kayak kamu neng….” Sambil memegang dagu Caroline.

caroline menitikan air mata
" makasih ya bu, beri kami kesempatan , mau siapa yang ikut siapa nanti bakal ada jalan kok , Caroline percaya itu " sambil memeluk ibuku

" iya neng iyaa , diminum dulu airnya udah jangan nangis"

" makasih bu"


Selepas matahari terbenam Caroline baru pamit dari rumahku, aku mengantarnya menuju depan komplek, menyetop angkot warna biru yang memang lewat di depan kompleks rumahku. Kulihat dia sangat bahagia dengan suasana ini, akupun juga, namun seluruh tubuhku masih sakit, ahhh tidur lagi ahhh.

=== 3 Minggu kemudian===

Hari-hari masa penyembuhan kulewati dengan kontakan via sms atau telfon, bertemu di kampusku atau Caroline datang ke rumahku di sore hari selepas dia memberikan les privat piano kepada anak didiknya yang masih belia. Aku juga kadang-kadang mengajar privat piano ke tetangga sekitaran kompleks, yaa walaupun muridku kebanyakan anak SD, tapi lumayan lah buat nambah nambah uang jajan.

Hari ini aku ada rencana nonton konser sebuah band di siang hari, konser gratis sih di mall terbesar di kota Bandung. Sungguh sangat sayang untuk melewatkan penampilan band favorit ini. Sekitar jam 1 siang kita berdua sudah ada di venue menyaksikan band pembuka acara, hingga acara utama dengan bintang tamu band indie favorit kita berdua.

“kyaaa keren……” Carol nampak begitu takjub dan antusias’

“iya intro yang keren….” Menyetujui pendapat Carol.

“iyaaa, kerenn….kerenn…” suara gadis familiar, terdengar di telingaku.

“loh kamu? sejak kapan?” tanyaku ke gadis disampingku.

“dari awal lagu baru nyampe hehe, pa kabar kak?” sapanya.

Gadis itu adalah cewek SMA dari jakarta yang tiga bulan lalu nonton konser bersama Carol dan aku, ya dia adalah Lidya.

“baik, hmmmm kamu yaa, bolos ya ?”

“iya heeeuu, kyaaa kak Carolinee….” Lidya memeluk Caroline dengan gemas.

“lidyaaaa, dateng juga yaa….kirain ga jadi datang…”

“ahahha iya kak, sekalian mau ke rumah tante lagi di Cimahi hehehe”

“tapi nakal yaa kamu bolos-bolos sekolah…” Carol sedikit menjewer telinganya Lidya.

“aduh..duh, hihihi ga tiap hari juga kok kak…”

“oohh kalian janjiann hmmm….” Kataku setelah membaca situasi.

“iya, kenapa ga boleh ?”

“ganggu aja orang lagi pacaran….”

“yeee itu derita elo, gua mah diajak kak Carol taukk”

“udah-udah, ihh kalian ini ah hahaha, abis konser kita makan bareng yuk” kata Carol.

“iyaaa kak, Lidya laperrr….kak”

“ah lu mah laper mulu emang” sindirku ke Lidya.

“yeee gua masih dalam maa pertumbuhan kaliii, butuh banyak makan….”

“udahh…udahh….hahahaha”


Dan Carol nampaknya menyerah mencari cara mengakhiri perdebatan diantara kami berdua.

Akhirnya kami bertiga menikmati siang itu dengan semangat hingga akhir acara, dan benar saja jam makan siang ini mmbuat perut kami kelaparan, dan kami menuju lantai 1 dimana ada resto pizza disana.

“mau langsung ke cimahi? atau mau ikut kita jalan-jalan dulu sampe agak maleman ?” tanya Carol ke Lidya.

“aku mau ke Cimahi aja kak, ini si kak Angga udah melotot-melotot gitu kaya keganggu banget hih...”

“hahaha, Angga udah dong…ih mukanya biasa aja hahaha”

“grrrrr wuf wuf !....” aku memberikan ekspresi mengerikan kearah Lidya.

“udah makan langsung cabs kok, lo tu ya hihh” Lidya melotot ke arahku.


Lidya pamit kepada Carol setelah menghabiskan salad dan sepotong pizza. Mereka berpelukan sedangkan denganku hanya menjulurkan lidah kemudian berlalu begitu saja, ah dasar anak kecil keparat, hahaha.

Cuaca yang cerah di sore hari, aku memutuskan berkeliling kota dengan motor 2 tak milikku. Carol duduk di jok belakang dan memelukku begitu erat. Kami menuju dataran tinggi kota bandung untuk menikmati pemadangan sore menuju malam, memang sungguh amazing kota ini, tampak tersenyum kepada kami yang sedang dilanda badai cinta yang sungguh dahsyat. Aku memegang tangan Carol erat seakan tidak ingin kulepaskan, suasana warung tempat nongkrong kami yang cukup tertutup memberikan keberanian bagiku untuk melakukan kiss ke bibir mungil Caroline, kami berdua berciuman dengan sangat penuh penghayatan hingga tanpa sadar pelukan kami mulai menjurus bagian sensitif masing-masing.

“ahh Angga, jangan disini malu…”

“maaf sayang maaf, kelepasan…”

“aduh aku juga kelepasan, mmm enak sih hihihi”

“hmm gimana ya ?”

“ga tau…” katanya sambil menunduk dan memegang tanganku.

“kita turun aja yuk”

“yuk….”

Motorku menuruni jalanan bukit berkelok, menuju kota dan sampai akhirnya hanya berjarak 200 m dari rumah Carol yang tampak sepi.

“aku turun disini aja…”

“takut sama koko mu ya?”

“nggak, koko lagi ga ada, lagi anterin ayah ke Jakarta belanja….mungkin baru pulang besok kali, nginep di tempat sodara disana dulu…”

“jadi sekarang ada siapa?”

“hanya ada mami sama dua orang pembantu…”

“oohhh….”

“Angga, Carol masih kangen….” Carol memegang pinggangku.

“aku juga say, tapi yaa mau gimana lagi…..”

“Angga ke kamar atas yuk ?” ucap Carol tiba-tiba.

“whattt? gimana caranya?” tanyaku padanya.

“motornya simpen disitu…” Carol menunjuk pom bensin dekatnya tak jauh dari rumahnya.

“trus ?”

“Angga lewat tangga darurat kaya waktu itu hihihi”

“waduh tar disangka maling lagi ah…”

“ga lah, makannya gerak cepat dong hihihi”

“walah, mau ngapain sih kita….”

“Carol masih kangen, pengen meluk Angga, masih belum larut juga kan? Angga anak cowok boleh pulang agak malem kan?”

“iya sih, hmm ok aku coba, udah kamu sana duluan, ntar turunin tangga nya”

Caroline bergerak lincah menuju rumahnya yang berupa ruko 3 lantai itu, sementara aku memarkirkan motorku dekat toilet pom berlagak numpang pipis kemudian berjalan agak santai menuju gang samping rumah Caroline. Kulihat tangga darurat tua itu sudah diturunkan, aku melihat keadaan sekitar dan disaat kukira aman aku mulai memanjat dan memang tak butuh waktu lama bagi tubuhku yang masih fit ini untuk sampai keatas.

Caroline sudah menungguku dengan senyum khasnya dan dua kalem minuman soda dingin, kulihat pintu masuk ke kamar Caroline yang memang ada di rooftop rumahnya sudah terkunci, sekarang hanya ada kita berdua disini menikmati lampu taman kecil di rooftop Caroline yang tertata apik menyaingi gemerlap lampu kota Bandung. Aku duduk di kursi sofa tua menghadap jalanan, membuka minuman bersoda dan Caroline menempel erat di sampingku, sungguh erat seakan dia tidak mau melepaskanku.

“Angga, aku sayang kamu…”

“aku juga Caroline, eh mami mu gimana dibawah ?”

“mami udah ketiduran sambil nonton drama hehe….”

“ohh kalau pembantu ?”

“aman lah Angga, mereka ga akan berani kesini kecuali pagi hari atau ada yang menyuruh…”

“hehe, bisa lanjutin kiss yang tadi dong…”

“mmmmm iyaaaa…..” Caroline lalu merangkulku.

Benar saja, kami sudah dimabukan oleh suasana intim yang terbangun semenjak siang tadi. Caroline seakan tidak mau melepaskan ciumannya di bibirku, hampir sesak aku menahan nafas di setiap kecupan panjang yang Caroline berikan. Aku memeluknya dan mengelus rambutnya yang sangat halus dan pinggangnya yang ramping. Caroline mulai menaiki tubuhku yang sudah mulai rebah di sofa tua itu, deru nafasnya sungguh tak teratur. Caroline yang kukenal kalem dan anggun kini sungguh sangat berbeda, aku dapat melihat aura wanita, aura panas wanita yang sedang dimabuk asmara, dan aku ? aku yang masih sama-sama pemulanya dengan Caroline tentu saja cukup wow dengan pemandangan ini, lututku bergetar hebat dan keringat bercucuran di peluhku, aku sangat-sangat panas.

Caroline mulai meraba seluruh bagian tubuhku walau terasa sangat serampangan, namun ciumannya semakin basah dan aku semakin berani menyentuh dadanya, ya dada khas wanita keturunan yang berukuran tidak terlalu besar, masih kenyal kurasakan. Hal ini membuat Caroline semakin meliuk tak jelas, matanya terpejam menikmati setiap sentuhan yang aku lakukan.

Dengan berani Caroline membuka kaos yang dikenakannya hingga tampaklah tubuh bagian atasnya yang sangat putih dan mulus terpapar cahaya lampu dengan balutan bra berwana ungu muda yang terlihat kontras dikulitnya, pandangan matanya sunguh sayu namun menantang. Tubuhku bangkit dan mulai meremas dada yang sungguh mulus itu, kuberanikan diri menyingkapkan cup bra nya dan nipple yang sungguh berwarna pink itu sangat menantang untuk kuhisap dan hisapan yang kuberikan kepada nipple milik Caroline sangat luar biasa efeknya terhadap tubuh indah Caroline, getaran yang hebat kurasakan, pekikan kecil dan desahan lembut kudengar saat Caroline menggapai kepalaku dan mengacak-ngacak rambutnya.

“Angga, jangan disini, dingin…….pindah ke kamar yuk”

“oke yuk…” aku menyetujui usulannya, karena sudah terbawa nafsu.

Aku menggendong tubuh Caroline yang memang ramping menuju kamarnya yang terbuka pintunya. Aku menutup pintu dan merebahkan tubuh ramping setengah bugil itu di kasur empuk milik Caroline. Kunikmati sesaat tubuh indah Caroline, namun Caroline menarik tanganku hingga membuatku menindih dirinya. Sekarang pergumulan episode dua sudah dimulai, dengan posisiku menindihnya, aku bisa melumat seluruh bibir Caroline dan meremas dadanya. di posisi bawah nafas Caroline tampak tersengal dengan tindakan yang kulakukan, dengan tergesa-gesa Caroline melepaskan celana denimnya hingga sekarang hanya cd berwarna ungu muda yang tersisa, aku pun memandangnya dengan takjub.

“are you sure ?”

“iya .... hhhhh Angga”

“ini pertama kan ?”

“iya, be gentle to me Angga….hhhhh”

“tapi ini kan harusnya ...”

“Angga sudahlah, aku sayang kamu, aku ga akan biarkan tubuhku dimiliki orang lain selain kamu, walau pada akhirnya kita berpisah dengan terpaksa atau maut yang memisahkan, tapi aku akan menyerahkan ini semua pertama kali hanya untuk kamu”

“aku sayang kamu…” aku merangkul Caroline dan membisikkannya ditelingannya.


Aku membuka kaos ku dibantu Caroline juga celana denim robekku, hingga kita sekarang sama sama hanya tinggal mengenakan cd. Tubuh Caroline sangat hangat kurasakan, setiap jengkal tubuhnya yang putih khas wanita keturunan, dan wangi tubuh yang takkan pernah kulupakan, bahkan saat pertama kali penis yang mulai mengeras ini bersentuhan dengan vagina milik Caroline yang masih terbungkus cd sangatlah luar biasa. Selanjutnya Caroline menurunkan cd nya hingga sekarang tak ada satu benang pun yang menutupi tubuh kekasihku ini, aku melakukan hal yang sama, kini akupun sama bugilnya dengan Caroline.

Dengan gugup aku mulai menggesekan kepala penis ku ke bibir vaginanya Caroline yang mengkilat basah dan berwarna pink muda, ahh rasanya sudah ada sesuatu yang akan keluar dari Penisku ini namun masih bisa kutahan. Sedikit kutekan namun susah untuk menembus Vagina virgin milik Caroline walau sudah sangat basah. Dengan sabar aku menggerakan Penisku hingga akhirnya penetrasiku sudah bisa menembus Vagina virgin Caroline walau hanya baru kepala P ku saja yang masuk.


“pelan Angga, sssshh agak perih”

“mmppphh….”

Aku menghentikan penetrasi dan hanya mendiamkan Penis ku disana, setelah Carol sedikit tenang akupun mulai kembali melakukan penetrasi. Dalam remang memang kulihat sedikit darah menetes di Vagina Carol, astaga dia memang menyerahkan semuanya kepadaku dan hal itu membuatku ingin menghentikan kegiatan ini, namun penetrasi yang belum pernah kurasakan ini membuat sensasi yang luar biasa yang tak bisa kutolak dan akhirnya aku menembus semua kedalaman Vagina Caroline diiringi sedikit pekikan sakit dari Caroline.

“Angga, hhhhh sebentar, hhhhh yuk lanjutin…”

“iya…..”

Caroline mulai menggerakan pinggulnya dan dia mulai menikmati proses pentrasi masuk dan keluar dari Penisku ku. Vagina milik Caroline benar-benar basah, antara cairan pelumas dengan sedikit darah segar namun, kurasakan Caroline sangat menikmatinya bahkan dia sekarang mengambil alih posisi menjadi diatasku dan menggoyangkan pinggulnya tak beraturan namun hanya dalam beberapa saat kulihat tubuh Caroline melengkung disertai lenguhan hebat dengan mata nyaris terbalik Caroline menggigit bibirnya sendiri kemudian ambruk diatas tubuhku dengan keringat mengucur dan nafas tersengal.

“Angga…. Aahhh…Aaahhhhh, luar biasa haah…haaah…jadi ini ya yang namanya orgasme?”

“iya mungkin seperti itu sayang, aku juga belum pernah mengalaminya langsung, kalau hanya bermain sendiri sih aku pernah, normal lah untuk anak laki-laki hehe….”

“oh ya? berarti Angga belum dapet seenak yang Caroline rasain sekarang?”

“hampir mungkin say, tapi tadi aku malah menikmati moment orgasmemu…”

“hhhh maaf, mmm tapi yang aku tahu kalau laki-laki orgasme berarti dia mengeluarkan sperma ya? mmm brarti bisa bikin hamil dong?”

“ahahha iya pasti, wahh bahaya ya? aku belum siap jadi papah Angga”

“iyaa, tapi aku harap Angga mau jadi papah buat anak-anak kita nanti…”

“aminn, tapi jangan sekarang ya kayanya…”

“iya hihihi, mmmm Carol bantuin Angga aja ya…”

“eh…..?”

Caroline bangkit dan melepaskan Penisku ku dari dalam Vagina nya, ada ekspresi perih saat dia melepaskannya. Kemudian Caroline mengambil box tissu dan melap Vagina nya sendiri dari lelehan darah segar. Caroline tampak tertegun saat melihat tissu bernoda itu namun tak lama dia menuju ke Penisku dan mengelapnya dengan tissu hingga bersih. Aku yang masih terlentang hanya melihat apa yang akan Caroline lakukan terhadapku, dengan wajah malu-malu Caroline mendekati Penisku yang masih keras dan mulai menciumnya dengan canggung, menjilatnya perlahan dan hal itu tentu saja membuat Penis milikku berkedut keras, ahhh sensasi yang belum pernah kurasakan sebelumnya.

Hangat dan basah, itu yang kurasakan ketika bibir mungil Carol mulai mengecup dan mengulum kepala Penisku, Caroline menurunkan kepalanya hingga setengah batang Penisku tertelan olehnya, ekspresinya sangat sexy saat itu, walau masih canggung namun Caroline bisa mengatasinya dengan baik namun cenut ! aahhhhh.

“kenapa Angga...?” Carol melepaskan penisku dari mulutnya.

“aduhh…kena gigi kamu ngilu…”

“aduh maaf Angga, abis aku baru pertama kali kulum Penis cowok maaf ya…”

“pelan-pelan ya sayangg…”

“iya, aku coba lagi yaa….”

Caroline kembali melahap Penisku kali ini dengan perlahan dan hati-hati, tapi hal ini malah membuat Penis ku berdenyut keras, ahhh aku sudah tak kuat menahannya. Ingin rasanya kubenamkan seluruh batang Penisku di dalam mulut Caroline namun aku tak tega, aku malah mengangkat kepalanya saat Penisku akan menyemburkan seluruh isinya.

“crraattzzzzhhhh….craatsss…..”

Semprotan sperma yang kental dan banyak menyembur ke segala arah namun paling banyak ke arah wajah Caroline yang tampak kaget akan hal itu ada beberapa yang menempel lengket di pipi hidung dan dekat mulut Caroline. Sesaat Caroline menutup matanya dengan geli.


“aduhh….duhh Angga, banyak banget ternyata ya orgasme cowok itu, aduhh….muka aku ampe penuh”

“maaf ya sayang aku ga kuat, daripada tadi pecah di mulut kamu gimana jadinya coba?”

“ya gapapa sih pecah dimulut juga, paling aku telan…mmm, pengen icip juga….hmmmm”

Caroline mendekatkan mulut tipis pinknya ke arah batang Penis ku yang masih keras dan melelehkan sperma perlahan, menjilatinya dan mengulumnya kulihat beberapa tegukan Caroline tampak menelan sisa spermaku, hal yang tak pernah kubayangkan bisa dilakukan gadis cantik dan polos seperti Caroline.


“sluurrrph…mmm gini ya rasanya ternyata, sperma cowok, asin-asin kesat hihihi”

“aduhh, Caroll…udahh, ngilunih…….ahhhhh”

“ohh maaf-maaf” katanya sambil mengocoik Penisku dengan tangannya.

“aahhh itu juga bikin ngiluu ampuunn…….

“ohh iya maaf ahahaha”


Caroline mengambil tissu kemudian bangkit dari kasur menuju meja rias dan melap wajahnya yang penuh spermaku sambil senyum senyum geli, sedangkan aku hanya pasrah tak berdaya terbaring di kasur khas gadis muda dengan warna cerah dan empuk ini. Caroline menghampiriku, ahh tubuh bugilnya tampak bercahaya dibawah paparan lampu kamar, putih dan halus mulus hampir tidak ada goresan sedikitpun, dia menghampiriku memeluku sambil menarik selimut untuk menutupi tubuh kami berdua, sekarang Caroline tampak manja di dekapanku, ya tepat diatas dada ini.


“Angga, ga boleh tinggalin aku…janji?”

“eh? pasti aku ga bakalan ninggalin Carol…”

“Caroline sayang Angga dan udah serahin semuanya, Angga jangan hilang ya…”

“nggak lah, mana mungkin Angga ninggalin gadis tercantik dan terbaik yang pernah Angga punya…”

“serius? kalau kita berjodoh pasti kita bisa menikah dan hidup bersama membangun keluarga sampai kita tua, tapi kalau tidak berjodoh, aahh….Caroline tidak berharap ada lagi di dunia ini”

“astaga Carol, kamu gak boleh bilang seperti itu…”

“ngga tau nih Angga, Carol rasa usia Carol ga selama yang Carol harap, makanya Carol ingin lewatkan masa-masa ini hanya untuk kebahagiaan kita...” kata Carol sambil memelukku erat.

“kita pasti bisa lewati ini semua kok, trust me…”

“mudah-mudahan, amin”

“TOK ! TOK! TOK ! Caroline! lagi apa? buka pintunya mamih mau simpen mini kaktus di rooftop!”

Aku dan Caroline terkaget, kita berdua panik. Ketukan pintu semakin keras dengan suara mamih Caroline yang terdengar lantang, sepersekian detik kepalaku blank tidak bisa memikirkan apapun apalagi sambil melihat ekspresi wajah cantik Caroline yang tiba-tiba memucat.


bersambung

Diedit ulang oleh @CrimsonArmored1686
 
Terakhir diubah:
huff... kok mkn lama makin galau ya :galau: mudah-mudahan gak berakhir tragis kaya romeo + Juliet deh :aduh:
 
Bimabet
Endingnya emang carol meninggal kok :norose:

Ini cuman balikin memori lama aja soalnya kalo disatuin sama seri 20 sec hug serasa kurang space buat kisah caroline nya :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd