11.Pertempuran Kecil
Aku bekerja membersihkan Studio dan melayani para penyewa. Sapto sangat senang dengan kehadiranku dan aku pun senang berada disini. Setelah bekerja seharian, aku naik ke bagian paling atas studio untuk menikmati malam, itulah kegiatan baruku disini. Menatap langit malam dan ribuan bintang adalah suatu kegiatan yang membuatku tenang.
Anak pemilik Studio ini adalah seorang gadis yang masih duduk di kelas 3 Sma. Vira adalah nama gadis itu, Vira mempunyai sebuah Band, Band yang terdiri dari 4 personil. Vira berperan sebagai gitaris dan vocal di Band itu, sementara 3 Orang teman prianya berperan sebagai Gitaris,basis dan drummer.
Vira lumayan ramah menurutku, tapi teman temannya terlihat sombong dan angkuh. Mungkin karena anak dari kaum berada dan selalu di manjakan oleh orang tua mereka, membuat mereka jadi seperti itu. Studio ini lumayan ramai oleh para penyewa, Buka dari jam 10 Pagi sampai jam 11 Malam. Kebanyakan yang menyewa Studio ini adalah Band band dari anak anak kaum berada, jejeran Motor gede dan mobil sering menghiasi parkiran Studio.
"Bagaimana menurut mas tentang pekerjaan disini?"Tanya Sapto setelah mengahampiri ku di tempat favorit ku yang baru itu.
"Tidak buruk"Jawabku santai
"Ternyata permainan gitar mas bagus juga"Lanjutnya
Aku hanya tersenyum melihat ke arah Sapto
"Aku sering melihat mas bermain di dalam Studio selepas Studio tutup"Lanjutnya
"Maaf aku lancang"Ucapku
"Oh.. tidak apa apa mas, mas boleh mengunakan alat apa saja di Studio, mas kan juga karyawan di sini"Terangnya sambil tertawa
Sapto berasal dari keluarga kurang mampu, kejujurannya sangat di kagumi oleh Orang tua Vira. Dulu Sapto hanya bekerja hanya sebagai tukang kebun di rumah Orang tua Vira, tapi karena pekerjaannya yang bagus serta tidak pernah mengeluh membuat orang tua Vira menaikan jabatan Sapto jadi Security. Karena kejujuran dan kesetiaannya Sapto di tawari untuk mengelola Studio ini, hal itu di sebabkan oleh otak Sapto yang pintar dan mau terus belajar. Orang tua Vira adalah pengusaha properti yang lumayan di segani di pulau ini. Beberapa komplek perumahan dan ruko telah berhasil melambungkan namanya di Pulau ini. Tapi akhir akhir ini, usaha orang tua Vira sedikit terhenti karena ulah seorang Taipan yang sangat jahat dan licik.
Aku sering melihat Vira dan Band nya berlatih, tapi sore itu mereka latihan sangat serius, ada beberapa adu pendapat terjadi saat mereka latihan, sang gitaris utama sering jadi cecaran para personil lain karena terlalu individual. Vira yang terlihat jengkel tidak terlalu fokus dalam latihan itu. Puncaknya terjadi saat sang gitaris tiba tiba pergi begitu saja.
"Mungkin terjadi sesuatu, ah biasalah anak muda"Pikirku.
Aku sangat suka sekali dengan musik. Tidak penting jenisnya. Lagu lawas, Rock, Metal, Dangdut, Apapun itu yang penting bagus menurutku. Queen, GNR, Scorpio, Lp dan Band band beraliran Rock menjadi favoritku. God Blesd, Jamrud, Boomerang, Slank dan SID, adalah band band dari negeri ini yang ku gemari. Sering aku membawakan lagu lagu mereka ketika bermain gitar.
Malam itu aku menemukan sebuah gitar Fender yang sama dengan yang sering di gunakan oleh Matt Skiba di gudang Studio itu. Karena terbawa Kembali ke ingatan masa remajaku, Malam itu aku membawakan beberapa tembang terbaik milik Blink 182. The Rock Show, All The Small Thing dan I Miss You adalah tembang yang ku mainkan solo malam itu.
Tepukan tangan membuatku melenyelesaikan lagu ketigaku dengan lumayan terkejut.
"Ternyata benar apa yang di katakan Sapto"Ucap Vira yang masuk ke Studio bersama 2 Orang temannya
"Maaf saya lancang Nona"Tuturku menyesal, karena tanpa izin mengunakan Studio
"Aku tidak marah kamu mengunakan Studio ini, aku hanya kagum dengan permainan gitarmu"Lanjut Vira
"Aku hanya amatiran Nona"Terangku
"Tidak mungkin seorang amatiran begitu santai membawakan lagu lagu itu"Ucap salah seorang teman pria Vira
"Maaf, aku permisi"Lanjutku dan berjalan keluar dari ruangan itu
"Tunggu, Aku akan laporkan ke Papa kalau kamu sering memakai alat alat di sini tanpa izin"Teriak Vira dari dalam
Aku akhirnya terdiam mendengar omongan Vira. Vira dan ke 2 temannya datang menghampiriku yang sedang berdiri mematung. Sapto terlihat sangat cemas berdiri di bawah tangga melihat kejadian itu.
"Aku akan melaporkannya dan membuat kamu di pecat dari sini"Lanjut Vira
"Mhmmm... tapi kamu tidak perlu takut, aku akan diam saja kalau kamu mau bergabung dengan Band ku"Papar Vira
"Maaf aku tidak bisa"Jawabku santai
"Oh.. jadi kamu tidak takut di pecat dari sini, baiklah akan aku laporkan"Lanjut Vira
"Silahkan"Jawabku dan langsung pergi dari sana
Setelah kejadian itu Sapto merasa begitu bersalah padaku, dia terlihat sangat menyesal karena memberi tahu Vira tentangku.
"Sudahlah, tidak usah di pikirkan"Tuturku saat Sapto datang menemuiku di Atas Studio
"Aku menyesal sekali Mas"Ucapnya
"Aku tidak marah kok"Lanjutku
"Aku akan menjelaskannya dan meminta Papa Non Vira tidak memecat mas"Terangnya
"Itu tidak akan terjadi"Jawabku santai
"Madsud Mas?"Tanya Sapto binggung
"Sudah, tidak usah di pikirkan lagi, Vira tidak akan berani melakukan itu"Paparku
Beberapa hari kemudian aku di kejutkan dengan kedatangan Vira bersama temannya. Yang datang dengan Vira ini adalah gadis yang menamparku di pantai waktu itu. Tatapan tajamnya seolah ingin menerkam ku saat itu.
"Oh.. jadi si mesum ini yang loe madsud Vir"Ucapnya sambil berjalan ke arahku
Aku yang tidak ingin berurusan lagi denganya, melangkah pergi dari ruangan itu.
"Eh.. mesum berhenti"Panggilnya
Aku tidak menghindarkan panggilannya dan terus berjalan menjauh, tiba tiba bahuku di cengkram dan di tarik dari belakang, gadis blesteran itu tampak begitu kesal karena ku acuhkan mengejarku dan menyengkram bahuku. Sentuhan itu kembali membawaku kesebuah lamunan sambil menatap tajam tubuhnya.
"Takkkkkk"Tamparan itu kembali ku dapatkan
"Ihhhhh dasar messsummm"Ucapnya kesal
"Kenapa sih loe terus menatap mesum ke gue"Lanjutnya geram
Aku tidak menjawab dan berlalu pergi meninggalkan mereka. Sebelum berpaling tadi, aku sempat melihat sebuah senyuman terukir di wajah Vira. Vira sama cantiknya dengan gadis blesteran itu, tapi penampilan Vira yang agak tomboi.
"Nih aku buatkan coklat panas"Tegur Vira
"Dari mana Nona tahu kalau saya di sini?"Tanyaku binggung dan menghentikan petikan gitarku di atas Studio itu
"Ternyata tempat ini bagus juga untuk memandang langit, uhh.. betapa bodohnya aku tidak pernah menyadari kalau Studio ku ini punya tempat yang sebagus in untuk melamun"Lanjutnya
Aku hanya terdiam melihat sikapnya yang sangat ramah itu.
"Ini coklatnya, kamu tidak usah cemas, minuman ini tidak ada racunnya, aku masih taat hukum"Terang Vira sambil kembali menyodorkan gelas itu
"Sepertinya kamu dan Eilen terlihat cocok"Lanjutnya
"Madsud Nona apa?"Tanyaku bingung
"hahahaha.. Eilen cantikan?"Tanyanya kembali
"Aku sudah dengar cerita Eilen dan aku tidak pernah melihat sahabatku itu begitu kesal kesal, sampai terlalu menyimpan tentang seorang di pikirannya"Lanjut Vira
Akhirnya Vira bercerita tentang kehancuran band nya, sang gitaris ternyata berkhianat dengan bergabung dengan band lain. Festival musik paling populer di sekolahnya sekarang hanya jadi mimpi bagi band Vira. Keluarnya sang gitaris membuat band itu tidak mempunyai nyawa lagi.
Ternyata Vira enak di jadikan teman mengobrol. Candaan sering terlontar mengisi obrolan kami malam itu. Terbesit rasa kasihan ku pada Vira. Vira pun memuji ku karena telah menunjukan sebuah tempat yang sangat nyaman melepaskan ketegangan otak.
"Baiklah, aku mau membantu mu memenangkan festival itu"Ucapku
"Apaaaa? mmmmenang?Tanyanya kaget
"Ya.. kenapa tidak"Jawabku santai
"Banyak band band terbaik di pulau ini yang mengikutinya, berhasil ikut saja aku sudah senang"Paparnya
"Ah.. kalian ternyata hanya bocah bocah penakut"Lanjutku
"Madsudddmu...?"Tanya Vira
"Band yang tidak ada kelasnya ternyata"Ucapku meremehkan
"Band yang mengikuti festival itu kebanyakan adalah band band yang mempunyai skill tinggi, dalam bermusik, dan kami.. kami hanya band biasa yang mempunyai mimpi tercatat dalam sejarah band band yang pernah ikut serta festival itu, walau hanya sekedar mengikuti dan menjadi tertawaan para penonton"Papar Vira lirih
"Oh.. Kalian ingin membuat sejarah, baiklah"Ucapku
Kesibukan ku bertambah dengan mulai bergabung bersama band Vira.
"Apa nama band ini?Tanyaku sebelum memulai latihan siang itu
"Sakurairo"Jawab Vira
"Latar belakang musik kalian?"Lanjutku
Personil personil lain hanya terdiam dan saling bertatapan menerima pertanyaan keduaku.
"Baiklah, aku sudah tahu kalian tidak memahami band kalian ini band apa"Ucapku
Setelah memberikan nama baru dan aliran musik Rock Alternatif ke band ini, kami akhirnya menyelesaikan latihan perdana itu dengan kepuasan dan senyum lepas para personil personil lain. Sapto aku ajak bergabung juga, Sapto jadi keyboardis band yang ku beri nama ILYE itu.
Suasana begitu meriah di sebuah Hall yang di hiasi oleh panggung dan sound sistem dari pihak penyelengara. Iklan iklan yang menghiasi sekiran Hall itu membuat pihak sponsor lumayan mendapatkan keuntungan dari acara ini. Ketegangan dan kecemasan tergambar di wajah Vira dan personil band ILYE lainnya, aku terlihat begitu santai memperhatikan band band yang tampil di acara ini.
"Vira terlalu berlebihan menilai band band itu"Pikirku
Kami akhirnya tampil dengan membawakan 2 lagu dari Evanenscane, My immortal dan Bring me to live membuat band ILYE memenangi festival itu. Vira dan personil lain terharu ketika penyerahan piala dan hadiah oleh penyelengara.
"Terima kasih"Ucap para personil lain sambil memelukku, di ruang ganti.
Kami di kejutkan oleh teriakan girang seorang gadis yang tiba tiba datang. Vira dan para personil lain tertawa dan bercanda dengan gadis itu, kecuali aku, melihat kedatangannya saja aku sudah malas, apalagi ikut bergabung bercengkrama dengan mereka.
"Aku balik duluan"Ucapku, sambil berjalan membawa gitar yang ku gunakan kembali ke Studio
"Baguslah kalau begitu, aku jadi tidak perlu capek mengawasi orang yang menatap mesum padaku"Sindir Eilen
"Dasar nenek lampir"Ucapku pelan
"Loe bilang apaaaa"Bentak Eilen
Aku di hadang oleh Eilen, tatapannya sangat tajam dan penuh kekesalan padaku. Kami cukup lama saling bertatapan.
"Dari mata turun ke hati..hahaha"Kata Vira menghentikan tatapan kami.
"Cuihhh.. tidak akan"Terang Eilen
"Musibah buatku kalau itu sampai terjadi"Ucapku santai sambil berjalan keluar.