Hari berikutnya, Justi dan Samo pulang dengan wajahnya yang sumringah sedangkan aku, aku santai saja menyambut kedatangan dua anak manusia yang sedang dalam masa kasmarannya. Tapi setelah mereka masuk ke kontrakan, giliran aku yang kemudian pergi. Karena ada sms dari Ana dan Ani yang minta ditemani seharian ini, maklumlah namanya juga adik baru, beruntung aku dapat adik cantik-cantik seperti mereka.
Eh, aku mau pergi kalian gantian jaga kontrakan ya? tepat ketika mereka mulai duduk bersamaku di ruang kontrakan kecil ini
Marah... marah, ditinggal marah... ledek samo, dengan gaya sok manisnya
Wah ada yang marah ini? ha ha ha ha aku membalas Samo dengan tawa kerasku
Kamu maksudnya su! ucap Samo, mendelik ke arahku
Ouwh... ngapain marah sama kalian? Jujur saja ada kesibukan aku sam aku berdiri, meregangkan tubuhku
He he he iya.. iya... lha tumben pakaianmu biasa saja dengan pandangan heran, samo bertaya kepadaku
Oh, iya ya... ha ha ha... ndak, aku mau main sama orang warung sam
Oia sam, ati-ati sama Justi sam lanjutku, masih meregangkan tubuh sembari menjawab pertanyaan samo
Maksudmu?... balas Samo
Lha kok ati-ati sama aku? Aku kan ndak ngapa-ngapain Samo sela Justi dengan gaya khasnya, gaya lemotnya
Kali aja kamu kehilangan otak, lihat dada Samo kaya lihat susu perempuan ha ha ha... ucapku
Matamu ah ar! ucap Justi
Kampret
kowe (kamu) ar ucap Samo
Makanya sam, kalau punya susu itu dikasih BH atau apalah, nggandul kaya gitu ha ha ha candaku
Waaaah... bahaya Arta sekarang jus, sudah tahu susu sekarang ucap Samo
Kampret, cuk!
Sing ngajari kan yo kowe! (yang ngajari kan ya kamu!) ucapku
Lho sam, kalau susu, Arta ya tahu to ya kan... di warung juga ada kok, bener kan ar? ucap Justi
Hadeeeeeeeh... otaknya berhenti ini pasti ucap ku dan Samo bersama-sama
Kami tertawa sejenak dan kemudian aku meninggalkan mereka di kontrakan. Tapi nampaknya mereka tidak akan kemana-mana selama liburan ini. lisa dan linda kata mereka, sedang sibuk dengan kerjaannya. Dan jelas mereka nahan konak mereka, palingan... aku juga belum tahu mereka sudah ngenthu dua perempuan itu apa belum. Secara menurut penuturan mereka awal, Cuma si Samo yang sudah jauuuuh... dapat susu katanya.
Ah, kenapa malah ngomongin mereka. Ini sms tadi pagi dari ana nyuruh aku naik taksi, mana ndak ada duit lagi. Aku kemudian mencoba mengirim sms lagi, kalau aku akan naik bisketika menuju rumah mereka. eh, dapat balasan dari mas raga kalau uang taksinya akan diganti. Berarti sejauh ini amaaaan, uang utuh dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Menunggu di didekat halte, berharap ada taksi lewat dan untunglah, sebuah taksi aku hentikan dengan lambaian tanganku. Aku kemudian masuk ke dalam, dan duduk di samping sopir.
Kemana mas? ucap pak sopir
Ke Perumahan Megah dan Tropis no. 123 pusat kota pak ucapku, membuka sms dari mas anto
Mungkin karena gaya bicaraku yang berbeda dengan orang di Ibu kota, mereka selalu menanyakan asalku. Kami bergurau sejenak selama perjalanan menuju rumah mas raga. Selama perjalanan pak sopir juga memperkenalkan jalan-jalan yang kami lalui bersama, nama tempat dan juga beberapa tempat keramaian didekatnya. Setelah menempuh perjalanan yang menguras waktu ini, akhirnya aku sampai didepan rumah mas raga dengan gerbang besar. Keluar penjaga rumah mas raga dan langsung menyelesaikan masalah administrasi dengan pak sopir.
Pak terima kasih ya pak ucapku, sembari menunduk di dekat kaca mobilnya
Sama-sama mas... ucap pak sopir, mobil taksi itu kembali melaju dengan pelan meninggalkan aku
Ayo mas Arta, sudah ditunggu... ucap sang penjaga, aku mengangguk dan langsung melangkah masuk ke dalam melewati pintu gerbang besar itu. setelahnya aku sendirian menuju rumah yang jaraknya lumayan jauh dari pos jaga pintu
Kleeek...
Kak Artaaaaaaaaaaaaaaaaa... teriak ana dan ani yang langsung berlari ke arahku
Brughhh... tubuhku terjengkang ke belakang
Ugh... pelan aduh... ucapku ditimpa dua tubuh nan cantik ini
Yeee habis kakak gak main kesini, Ana sama Ani kan kangen ucap Ana
Iya kakak jahat banget gak jenguk adiknya... ucap ani
Iya tuh kakak kamu sok sibuk ucap mbak Alma yang berdiri sambil meminum minuman dari cangkirnya berdiri tidak jauh dari hadapanku
Ha ha ha iya maaf, kan juga ndak bisa setiap hari kakak main kesini aku menjawab Ana, sambil mengelus kepala mereka. Terlihat cantik kedua adikku ini.
Lho mbak mas raga kemana? ucapku yang mengangkat tubuhku dan duduk, dua adikku memelukku disamping kiri dan kanan
Kerja nyari uang buat istrinya... ucap mbak alma
Ouwh... balasku
KAKAK! bentak ana
I-iya... jangan teriak kenapa? ucapku
Yeee... bukannya nanyain kabar adiknya malah nanyain kabar mas raga, mas raga kan sudah ada yang jaga, mbak alma huuuu... balas ana
Ha ha ha iya ya kakak lupa, gimana kabar kalian? Ndak nakal to disini? ucapku
Enak kak, mbak alma baik banget orangnya, kita diajarin cara dandan... ucap ana
Bibi juga kak, ngajarin kita masak, om bobo dan om baba juga kak ucap ani
Dan mereka itu adalah anak dari teman ayahnya mas raga, ar. semalam kita berbincang-bincang, eh tahunya adik-adik kamu itu anaknya rekan kerja dari ayah mas raga dulu ucap mbak alma
Eh, jadi kalian sudah kenal mas raga sebelumnya? tanyaku kepada ana dan ani, mereka berdua menggeleng
Ya jelas mereka gak tahu mas kamu, Ar. Yang temenan kan ayahnya, dari cerita mas Raga, mas Raga pernah ketemu sama ayah ana dan ani. Tapi dulu waktu mas raga masih kuliah, dan waktu itu juga ana dan ani pasti masih kecil ucap mbak alma
Kecil sama jengkelin mungkin mbak godaku sambil melirik ke ana dan ani
Bugh.. bugh...
KAK ARTA! teriak mereka, aku berlari setelah dua pukulan ringan mendarat di tubuhku
Setelah lelah aku bermain kejar-kejaran dengan ana dan ani. Kami berbincang-bincang sejenak, aku dan adik-adikku juga mbak alma, di ruang keluarga. kulihat kaca yang kemarin aku pukul hingga pecah sudah dalam keadaan normal lagi. Bobo dan baba kemudian datang dari arah belakang rumah. Waktu aku tanya kenapa tidak bersama mas raga, mereka menjawab karena hari ini mas raga ditemani bang Jali dan beberapa Keluarga yang lainnya.
Oia om, itu buat apa sih? ucapku mendekati mereka berdua yang berada di teras dekat kolam renang
Ouwh... itu buat sasaran tembak, mau coba? Jawab bobo sembari menyerahkan sebuah pistol kepadaku
Eh, boleh? Kalau boleh aku coba om aku sedikit terkejut namun aku ingin mencobanya
Diberikannya aku sebuah pistol dengan sebuah tabung panjang didepannya. Kalau pistol seharusnya tidak memakai tabung hitam panjang didepannya. Ketika aku bertanya apa kegunaannya kepada bobo, bobo menjawab benda yang ditaruh didepan mulut pistol berfungsi sebagai peredam suara temabakan. Jadi ketika kita menembak tidak akan terjadi suara keras ketika peluru meluncur dari mulut pistol.
Dari sampai dirumah mas raga, aku hanya bercakap sebentar dengan ana, ani dan juga mbak alma. Dan setelahnya aku berlatih menembak dengan bobo dan baba, mereka asyik sekali ketika diajak berlatih. Dengan sabar mereka mempraktekan cara menembak dan juga mengincar target. Lebih dari 3 jam aku berlatih, akhirnya selesai juga, walau sebenarnya aku belum ingin berhenti.
Kamu sebelumn belum pernah memegang pistol kan? ucap bobo, aku menggeleng
Hmm... aneh juga, 1 jam pertama kamu kelihatan sekali tak bisa menggunakan pistol ini tapi di satu jam yan kedua kamu mulai bisa mengendalikan dan mengarah ke target dan setelahnya kamu diatas rata-rata orang... seharusnya kalau orang yang belum pernah memegang pistol, butuh waktu lama untuk mempelajarinya... ucap baba
Lihatlah... ucap bobo memperlihatkan papan target yang selalu diganti setiap kali peluru habis
Bobo dan Baba secara bergantian menjelaskan kepadaku, tentang sasaran tembakku. Dari penuturan mereka, aku memiliki bakat dalam hal menembak. Ini bisa dilihat dari sasaran tembakku. Pada 1 jam pertama tembakanku kebanyakan meleset, namun pada satu jam kedeua tembakannku semakin mengarah pada sasaran. Dan pada 1 jam yang ketiga, tembakanku kini berada dalam sasaran dan tepat!
Bobo dan Baba terlihat heran ketika melihatku, namun aku meyakinkan mereka kalau aku benar-benar belum pernah memegang senjata. Kami berbincang sejenak, Bobo dan Baba sedikitnya kagum terhadapku. Mereka bahkan memintaku untuk kembali ke rumah ini, berlatih kembali. Aku mengiyakannya saja.
Bugh...
Auchhh.... aku menoleh kebelakang, dan kulihat di bawah terjatuh sebuah boneka beruang. Mataku kemudian memandang ke arah yang melemparku
Kakak jahat! Suruh jengukin adiknya malah asyik sendiri, huh! Besok gak usah jenguk adik lagi! ucap Ana keras dan berbalik, ani mengikuti ana dari belakang denga wajah musamnya
Tuh kan, kamu itu disuruh ngurusin adiknya malah mainan sendiri ucap mbak alma yang duduk memandangku dengan senyum tipisnya
Waduuuh... iya mbak, bentar om... ucapku yang langsung menyerahkan pistol dan bergerak mengejar ana dan ani
Sudah sana, temani mereka dulu saja... ucap bobo
Kleeek...
Yeeee adik-adik kakak yang manis marah nih ya? ucapku menggoda mereka berdua yang sedang tengkurap membelakangiku. Aku mendekatinya dan... tiba-tiba mereka berbalik dan langsung memukulkan bantal ke mukaku
Aduh... eh, nakal ya sama kakak sendiri ucapku menghindari pukulan ke dua mereka
Kakak jahaaaat ugh rasain! ucap ana
Nih sekalian kak ucap ani
Aku berlari, melompat, menghindar dari pukulan bantala mereka. Tawa riang menghiasi ruangan ini, kulihat mereka juga merasakan kebahagian juga. Hingga akhirnya kami lelah dalam permainan ini. aku tidur terletang dan ana tidu di dadaku sedangkan ani tidur di pahaku. Lelah juga rasanya, akhirnya aku tertidur.
Setelah peramainan hari ini, aku sedikit lelah. Aku terbangun dengan bada pegal, jelas saja Ani dan Ana tidur menindih sebagian besar tubuhku. Aku bangunkan mereka, ku ajak mereka keluar kamar, disana sudah ada mbak Alma dan Bibi yang kemudian mengajakku makan bersama.
Hari ini cukup melelahkan, setelah makan dan beristirahat sejenak. Ana dan ani mengantarku pulang hingga didepan gang masuk kompleks gemah ripah loh jinawi. Wajah mereka tampak riang sekali setelah seharian bermain bersamaku, inikah rasanya mempunyai seorang adik. Sudah cantik-cantik lagi kaya gini, bukan adikku dah aku pacarin. Emang berani kamu ar? kagak berani, ha ha ha...
Kak... ucap ana yang berada dikemudi, membuka tangannya.
Hhmmm... dasar manja... ucapku memeluk ana
Cium pipinya juga sama kening... manjanya
Eh, anu itu kan... ucapku
Kakak gak sayang ana! ucapnya keras
Iya... ucapku mencium pipi kiri, kanan dan kening ana. Ada sesuatu yang berbeda aku rasakan
Ani juga kakaaaaak... ucap ani dibelakang,
Sedikit bingung, aku melepaskan pelukan ana dan kemudian memeluk ani yang bergerak ke depan. Ciuman yang sama aku daratkan di tempat yang sama. Mereka tersenyum bahagia ketika melihatku.
Jadi kakak kami terus ya kak? ucap mereka, aku mengangguk dan kemudian keluar dari mobil sedan yang berpintu empat itu.
---------------------
Selepas melakukan pekerjaan aku pulang dan disambut istri tercintaku, Alma. Dia membawakan tasku dan menemaniku sampai ruang keluarga. Aku duduk rebah melepas lelahku, istriku, alma membuatkan aku minuman hangat. Sudah ada bobo dan baba, yang berdiri disamping kanan dan kiri sofa panjang ini.
Alma, istriku, sembari menyerahkan segelas teh hangat, dia menceritakan tentang Arta yang datang ke rumah. Dari cerita istriku, Ana dan Ani, anak dari sahabat Ayahku, terlihat sangat bahagia dengan kedatangan Arta. Alma juga menceritakan kalau Arta berlatih menembak di rumah ini, aku sedikit terkejut. Aku kemudian melihat ke arah Bobo dan Baba, acungan dua jempol dari mereka.
Apa maksud kalian? ucapku, menyerahkan cangkir kepada alma
Dia berlatih menembak hari ini ucap bobo
Lho? Kalian ajari menembak dia? Coba ceritakan... heranku kembali bersandar pada sofa, alma berdiri menuju ke dapur
Satu jam pertama meleset, satu jam kedua nyaris dan setelahnya semua tembakannya tepat pada sasaran... ucap bobo, membuatku bangkit dan duduk
Dia pernah memegang pistol? ucapku, mereka berdua menggeleng
Kalau mas lihat, pasti mas kagum dengan cara dia belajar menembak ucap alma yang tiba-tiba datang dari belakangku dan memeluk leherku dari belakang
Egh, ngaget-ngagetin saja adek itu... ucapku, sembari memegang kedua tangan yang melingkar dileherku. Aku tatap mereka berdua...
Apa kalian melihat? ucapku, mereka berdua mengangguk
Huft... siapa dia sebenarnya? ucapku lirih
Tak perlu dicari tahu nanti juga tahu sendiri sayang... sudaaah, bubu, yuk... ucap alma
Lebih baik bos tidur dulu saja, besok dia akan datang kesini. Aku ingin memberinya latihan lebih ucap bobo
Arta memang menolongku tapi bukan berarti kita bisa mempercayainya 100%, aku saja masih mencari tahu jatidirinya... ucapku, seketika mataku sedikit heran dengan senyuman bobo dan baba
Tapi kami berdua, aku dan bobo sangat mempercayainya. Bos mungkin masih penuh pertanyaan tapi kami tidak... ucap baba dengan senyum khas
Uuugh... baiklah terserah kalian, kelihatannya kalian punya banyak cerita dalam kepala kalian yang harus aku dengar ucapku bangkit, alma melepaskan pelukan di leherku
Baru kali ini aku melihat Bobo dan Baba senang seperti ini, bahkan mereka selalu tersenyum ketika aku ampai dirumah tadi. aku gandeng istriku dan melangkah menuju kamarku dilantai bawah. Eh, ini cewekku kok baru aku sadar kalau dia terlihat tambah sangat cantik malam ini?
Mas, mandi dulu ucapnya, aku sedikit keheranan dengan sikapnya. Aku hanya tersenyum dengan alis sedikit aku angkat keatas.
Selepas aku selesai mandi... kleeek....
Eh, sayanghh.... aku terkejut ketika baru satu langkah didepan pintu kamar mandi. Alma yang sebelumnya berdiri dengan senyumannya itu tiba-tiba saja langsung berlutut dan menarik handuk yang melilit dipinggangku.
Cup... slurrrpp... mmmppphhh... alma mengecup batang penisku dan langsung mengulumnya
Sayaaang ughh... nantih duluh yanghhh... ucapku memegang kepalanya
Aaaaaaa... tiga hari sayang gak megang-megang istrinya, kan kangeeen yaaang... manjanya
Lha kan masih merah, masa merah dipegang-pegang? Ntar kalau mas nafsu gimana? ucapku
Minimal kan ngecooot diwajah ade, gak mau pokoknya dicrootin aaaaa.. rengeknya
Tapi habis itu mas dimandiin ya? ucapku, dia mengangguk dengan senyuman tipis di bibirnya
Mulutnya langsung terbuka, posisi kami masih didepan pintu kamar mandi. Mengulum kepala penisku, lidahnya bermain di lubang kencingku. Arghhh, sungguh nikmat apalagi dia masih mengenakan pakaiannya lengkapnya plus kerudung. Kulihat bibirnya maju semakin maju dan mulai melahap batang penisku. Lidahnya terus bergerak dibagian bawah batangku. Kepalanya maju mundur dengan ritme yang teratur.
Agh, sayang mas sudah gak tahan lagi... ughh.... yaaaaang... ucapku merasakan setiap permainan bibir dan lidahnya di kelaminku
Kupegang kepalanya dan aku maju mundurkan dengan cepat, lebih cepat dari ritme yang dia buat. Kedua tangannya berada di pahaku mencoba menahan gerakan kepalanya namun sia-sia saja. aku lebih kuat karena nafsu yang dia bangkitkan.
Mmppphhh... mmmmphhhh.... mmmmmphhhhh.... mulutnya masih tertutup oleh penisku
Terus dan terus, lama sekali aku menggoyang kepalanya maju dan mundur. Terlihat sekali kalau istriku sudah mulai kewalahan dengan gerakan tanganku. Matanya sudah layu dan sudah tak sanggup lagi.
Arghhh sayang mas mau keluarghhh... racauku sambil mendongakan kepalaku ke atas. selang beberapa saat aku merasakan laharku, dan kutarik kebelakang kepala istriku, tanpa komando istriku langsung membuka mulutnya.
Croot croot croot croot croot croot croot...
Semua spermaku meluncur ke wajah, mulut, dan juga beberapa ada yang tercecer di pakaiannya. Setelah semprotan terakhir, bibirnya maju dan mengulum kembali membersihkan batang penisku.
Ugh... mas itu kasar banget deh kalau dikulum ucapnya
Istriku yang cantik, nafsuin sih.. jawabku
Eeeew...... ucapnya sembari memukul pelan pahaku
Ayo, tadi yang janji mau mandiin mas siapa? candaku, dia tersenyum dan langsung berdiri melepas pakaiannya
.
.
.
Mas mikirin apa sayang? ucapnya, kepalanya rebah dibahuku dan memelukku. tubuh kami tertutup sellimut.
Yaaaah... begitulah... ucapku, kedua tanganku aku tekuk sebagai bantalan kepalaku
Pasti mikirin Arta, ya kan? ucapnya
Masih ingat cerita kakek yang dulu? ucapku
Yang mana? ucapnya
Pas kakek lagi ngrokok sambil lihat kolam renang itu, yang tiba-tiba kakek berbicara sendiri ucapku
Mmmmm....
Oh ya... istrimu yang cantik ini pasti selalu ingat... jawabnya dengan senyuman khasnya
Apa ada kaitanya sama Arta ya? ucapku
Mungkin... ucapnya kemudian dia bangkit dan wajahnya tepat diwajahku
Maaaassss... sudahlah, jangan kamu pikirkan lagi. Menurutku Arta orang yang baik, dan dia akan selalu bersamamu. Jadi tenanglah, bobo dan baba sangat yakin begitupula istrimu... ucapnya
Mas juga yakin akan hal itu, tapi dia masih menyimpan tanda tanya besar yang membuat mas terus berpikir ucapku
Tapi jangan lupa buatin dedek buat istrimu yang cantiiiikk ini ya senyumnya,
Pasti sayang... nunggu kamu putih lagi ucapku, dan dia mengangguk kembali dalam posisi semula
Akhir-akhir ini semenjak kakek meninggal, banyak yang kemudian muncul untuk menggoyahkan keluargaUcapku
Tenang... mas masih ingat ucapan kakek kan? Yakin mas... mas tidak sendirian ucap istriku
Heem... salah satunya ada istriku yang cantik nan jelita ini ucapku memiringkan tubuhku dan memeluknya
Mimik susu gak mas? Sini ade susuin biar cepet bobonya ucapnya, aku langsung beringsut turun dan mengulum puting kecil miliknya
Tidurlah sayangku... istrimmu ini akan selalu menemanimu... lirihnya dalam kantuku
-------------------------
Sial! Kampreeeet! Mereka bohong lagi ternyata ucapku sesampainya di kontrakan dan aku melihat sms bertuliskan Maaf bro, sahabat-sahabatmu nginep di rumah yayangnya
Samo dan Justi beruntung sekali menemukan tambatan hati. Lha aku? Kampreeet, kenapa masih tetap sendiri. eh, ndak ding, ada mereka yang selalu bersamaku. Well, apalagi aku sayang-sayangan sama bu RT-ku yang cantik. Bibirnya hmmm.. Heh!, kenapa malah ngeres kaya gini.
KAMPREEEEEEEEEEET!
Hari berlalu dan aku manfaatkan untuk beramin kerumah mas raga, sedangkan setiap pulang ke kontrakan Samo dan Justi tidak mengisi daftar hadir kontrakan. Paling mereka lagi asyik-asyikan dengan wanitanya. Dan ketika aku sendiri di kontrakan, menderita, sungguh mengenaskan kalau menurutku. Mau ke rumah Bu RT, ya lumayan kan bisa sayang-sayangan tapi entah kenapa itu si bapaknya kok malah di rumah terus apa dia tahu rahasiaku dengan bu RT ya? jangan-jangan? Weduus!
Semoga saja dia tidak tahu, kalau ketahuan ini gimana nasibku. Kuliah belum selesai, masa di keluarkan dari kuliah karena sayang-sayangan sama istri orang. Arta kamu layaknya anjing yang menjilat ludahmu sendiri. kemarin kamu maki-maki, kamu hajar teman kamu sendiri karena main sama perempuan bersuami. Lha sekarang, mati kamu ar, tutup mata, berdiri dengan tangan diikat dibelakang siap dieksekusi. Anjrit kalau kata orang tengah kebarat, asu kalau daerahku, jancuk kalau orang timur. Cempeeee cempeee... uasu! Yaelah kenapa malah maki diri sendiri?
Hubunganku dengan mas raga semakin dekat, begitu pula dengan mbak alma yang selalu menemaniku ketika aku bermain ke rumahnya. Ana dan ani, ah dua adikku ini manja sekali. Setiap main pasti ada acara tidur siang bareng setelah pukul-pukulan bantal. Setiap kali bermain kerumah mas raga aku terus berlatih menembak, dan bobo serta baba juga melatihku dengan sabar. Menembak dengan melompat dengan target ada disampingku, pokoknya macam-macam gaya yang aku praktekan.
Arta... kamu lebih mahir sekarang, dan mungkin bisa dibilang... lebih mahir dariku ucap baba yang berdiri di kanan belakangku sedangakan aku duduk di lantai memandang target. Beristirahat karena lelah.
Jika nilaiku 50, kamu 90 ar... ucap bobo dari arah belakang kiriku
Itu muji apa njatuhi om? ucapku, meletakan kedua tanganku ke belakang sehingga kepalaku dapat mendongak ke atas
Ha ha ha... terserah kamu ar, itu penilaianku ha ha ha tawa bobo
Suatu saat nanti... aku yakin kamu yang akan melindungi keluarga ini ucap baba
Ngomong pada ngelantur... kesini itu aku mau belajar om huh.. ucapku
Ha ha ha... tawa bobo dan baba
Artaaaa... makan, tuh dimasakin adik kamu ucap mbak alma dari dalam rumah
Iya mbak... ucapku
Aku bergegas, sebuah tepukan di bahu kanan dan kiriku dari bobo. Aku menoleh ke arah mereka berdua, dan melihat senyum mereka. kunaikan bahuku dan kembali menuju tempat makan.
Kakak, makan kak... ucap ana duduk di meja makan bersama ani dan disana juga ada bibi
Iya ucapku langsung aku duduk dan mengambil nasi dan juga sayur serta lauknya
Wah pedas! Aku suka ini bathinku dan langsung aku lahap habis
Enak kak? ucap ani, aku mengangguk. Ani kemudian mencoba merasakan masakannya sendiri
Kakak jahat bohong, pedesnya kaya gini dibilang enak... protes ani
Eh, coba... ucap ana
Huh, kakak gak jujur, jangan pura-pura keenakan makan kak! bentak ana
Nyammm... nyammm... kalian bilang apa sih! Glehkk...
Kakak itu suka pedas tahu! Dah, kalau kalian ndak mau ya kakak habiskan protesku dan kembali makan dengan lahapnya. Mereka berdua yang sebelumnya berwajah musam kembali tersenyum
Ari eh air air... ucapku, langsung ana memberiku seteko air dingin
Glek glek glek glek...
Aaaaaah... enaknya sudah lama ndak makan pedas uuuuuuuk... ah... ucapku sembari bersendawa
Beneran enak kak? ucap ana
Mangstab! ucapku sembari mengacungkn jempol
Wah beruntung kalian punya kakak doyan pedas, dirumah ini gak ada yang suka pedas ucap bibi
Ada bii, tapi sudah tiada orangnya ucap mbak alma yang ikut duduk
Eh, siapa mbak? ucpaku
Kakeknya mas raga ucap mbak alma sembari meminum air dari gelasnya
Ooooo... ah, kenyang... dik, pinjam kamarnya ya, numpang tidur siang he he ucapku
Ih kakak habis makan kok langsung tidur, gak baik tahu ucap ani
Bodoh amat, ngantuk! ucapku berdiri dan menuju kamar ana
Sesampainya di tempat tidur aku langsung merebahkan tubuhku, Ana dan Ani langsung memposisikan diri menjadikan tubuhku sebagai bantalan. Kuelus kepala mereka dan tak tahu apakah mereka tidur atau tidak yang jelas aku terlalu lelah namun aku tidak bisa tertidur. Pintu kamar sedikit terbuka, aku juga masih membuka mataku. Lirih aku dengar pembicaraan orang-orang yang berada diluar kamar.
Mirip banget... ucap Mbak Alma pelan namun aku mendengarnya
Iya non, banget... balas Bibi yang sedikit terdengar olehku
Kalau menurutku sih, lebih dari mirip... ucap bobo yang mulai angkat bicara
Cara belajar hal baru lebih cepat Arta ucap Baba yang sedikit terdengar olehku
Ya jelaslah dia masih muda, kakek kan sudah tua kata-kata mbak alma terdengar kembali
Ya mungkin itu salah satunya tapi... ucap bobo
Iya aku tahu, entah benar atau tidak... ucapku
Sudah non, kalau memang benar seperti yang selalu kakek den raga. Ya beruntungkan kita ucap bibi
Sebenarnya siapa yang mereka bicarakan, dan kenapa menyamakan aku dengan orang itu. Orang yang selama ini tidak pernah aku tahu identitasnya. Seperti halnya kemarin ketika aku keluar dari kamar dan mengenakan pakaian, jelas sekali mereka terkejut. Ada sesuatu yang tidak akumengerti di rumah ini. Mataku, lambat laun menjadi sangat berat, pikiranku sudah tidak ingin berpikir lagi. Aku tertidur....
Setelah seharian dirumah mas raga, aku kembali sendiri. Aku pulang diantar oleh kedua adikku, Ana dan Ani. Sesampainya dikontrakan, atau lebih tepat aku sebut dengan kadnndangku, aku hanya menghela nafas panjang. Sendiri, sendiri dan sendiri, ya, malam ini sendirian, besok sudah masuk kuliah tapi kegiatanku hanya berkisar, dikontrakan-mas Raga-kontrakan-mas Raga. Huh, jalan nasib yang memang berat buatku.
Kriiing kriiing kriiing... bu RT.
Halo bu (senyumku melebar)
Ih kok ibu? hi hi hi
Bu... kangen... (what?! Kenapa malah keluar seperti ini?)
Ditahan dong sayang, tuh si bapak lagi bobo masa mau macari istri orang ada suaminya (tepuk jidat)
Ma... maaf bu, hadeeeeh... kenapa malah seperti ini aku bu
Muach... sudah deh, gak usah bingung gitu
.... (bingung mau ngomong apa aku)
Kok diem? Kenapa? ibu suka lho kalau kamu bilang kangen gitu
Eh... anu itu, aku keceplosan, maaf bu... ndak jadi...
Lho kok gak jadi? hi hi hi kenapa? sendirian di kontrakan dan teman-teman kamu main sama cewek-ceweknya kan? Duuuh kasihan sini sayang... ibu peluk, kasihan bener jomblo ngenes ibu ini
Seneng ya bu? Mentangmengtang Ibu punya pasangan gitu, terus akunya ndak punya huh...
Lho lho lho, gak boleh marah sayang... kan kamu selingkuhan ibu hi hi hi
Mundur aku bu kalau istilahnya itu, mending sendiri, meratapi nasib daripada harus memiliki jabatan itu
Eh eh eh... kok malah marah sayang... iya iya bukan selingkuhan ibu, tapi sayangnya ibu
.... hufth....
Kenapa? sudah, kamu pasti kepikiran mengenai hubungan ini kan?
Heem...
Rileks sayang...
Dari tadi sudah rileks, ini juga lagi tiduran
Meluk guling ya?
Iya bu...
Duuh kasihan sini meluk ibu, sayang
Mending guling deh kayaknya bu
Hi hi hi....
Serius kenapa bu?
Lha emang mau bahas apa coba? Kamu aja tahu bapak dirumah gak pernah sms, gak pernah telepon
Haaaaash...
Eits, gak usah bahas tentang ibu dan kamu, kalau kamu bahas mending gak usah kenal saja
Iya iyaaaa....
Sejenak aku melihat jam pada hapeku ketika jeda pembicaraanku dengan bu RT. Dalam malam yang kulalui ini aku mengobrol dengan bu RT, kadang aku bercanda dengannya kadang pula aku diperdengarkan ngoroknya pak RT hanya untuk memastikan bahwasannya dia dalam keadaan aman.
Sudah ngantuk sayang?
Sudah bu...
Ya sudah bubu ya sayang ku Arta
Iya ibu RT-ku sayang
Met bubu have a nice drea, dear
Nice dream too tuuut...
Hubungan gelap ini kenapa malah membuatku merasa lebih nyaman ya? argh... aku jadi bingung sendiri dengan keadaan ini. benar-benar membingungkan, apakah ini yang dirasakan oleh Samo dan Justi saat itu? bagaimana kalau aku jatuh cinta beneran? Mati aku! Cempeeee....!
.
.
.
(nyanyian seorang wanita)
Tidurlah wahai kau Aghastya....
Jagalah... semua yang kau sayangii....