Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

jangan2 si asep sebenarnya suka sama mas pai cuma dianya gengsi takut dibilang maho

cari baru aje om pai,
kan udah ngerasain kuahnya indri,
cari yg baru , asep sama adi kan ada tuh , siapa tahu dijadiin dapat kuahnya.. :D
jangan :bata: ,:beer: biar ga slek

oalah kak pai, baru mau melow si asep lewat, lha malah ngakak jadinya =))=))=))=))=))=))=))=))

Ini nih, langsung meraba adegan selanjutnya ya brotha...=)) =)) =))

iya bro, entah kenapa, terbayang begitu saja =)) =)) =))

owh, tidakkk. kak pai jd beneran hombreng :pandajahat:

Bisa jadi.... bisa jadi.....

=)) =)) =)) =)) =))

lumayan buat bahan pertimbangan apdet lusa

=)) =)) =)) =)) =))
 
Oh tidak...kok hri ini cerbung yg nubi baca baper semua...
Suhu pai pun d tinggal indri...
Makasi updatenya suhu pai...semakin membaperkan nubi

Welehh, mesakno mas pai, indri blum bs berpaling dr mantan . . .
:sendirian:

Duuuuuh, drama korea bung paid mulai dimainkan sodara" sekalian
Apakah ini akan berkelanjutan? Masih ditunggu kabar baik nya😂😂

Emank udh jelas sih klo pai gk sma indri.. kan udh ad d bab2 sblmx..

Setidakny update kali ini lbih baik drpd update gk jelas sblmx :jempol::pandaketawa:

Setelah lewat musim jilbab skrg musim cerita2 baper ya :pandapeace:

Baca endingya...
Pai bisa mewek juga ternyata...=)) =)) =))

itu cerita mewek ya?

ane aja ketawa baca endingnya =)) =)) =))

gak tahan bayangin apdet berikutnya :pandaketawa:
 
Bro paidi cerita Nya keren rada ngerasa pernah kejadian jg di hidup gw semangat update bro
Kita gak bisa milih dgn siapa kita jatuh cinta tapi setidaknya kita udh berusaha meraihnya
Jikalau memang tidak mampu digapai anggap saja itu sebuah pelajaran
 
Ah parah.. Padahal ending part itu sedih bener.... Malah jd adegan peluk pelukan cowok
 
Bro paidi cerita Nya keren rada ngerasa pernah kejadian jg di hidup gw semangat update bro
Kita gak bisa milih dgn siapa kita jatuh cinta tapi setidaknya kita udh berusaha meraihnya
Jikalau memang tidak mampu digapai anggap saja itu sebuah pelajaran

terima kasih om luki. ane berharap yang terjadi sama pai gak akan pernah terjadi pada suhu-suhu dimari. :sendirian:

Ah parah.. Padahal ending part itu sedih bener.... Malah jd adegan peluk pelukan cowok

Ah, yang komen juga parah. lihat dong kenapa tuh cowok dipeluk =)) =)) =))

AADA Ada Apa Dengan Asep ? :kaget: nanti ada cerita soal alasan indri ga om ? nice update om :ngeteh:

Asep? gak ada apa-apa dengan asep kok om, asep masih baik-baik saja :pandaketawa:

Alasan indri? tanya aja langsung sama anaknya :kacamata:
 
Hari-hari berat yang kulalui tanpa kehadiran Indri membuatku semakin murung. Kabarpun cepat menyebar, membuat banyak yang bersimpati kepadaku. Entah kepada Indri. Ah... kenapa kupikirkan lagi dia. Sekarang ngapain dia ya? sudah makan belum? Aaah... kepikiran mulu.

Hari demi hari aku berdiam diri di kamar. Atau sekedar nongkrong di teras depan kamar, membuatku kelihatan semakin terpuruk. Wajahku terlihat semakin kusam. Rambutku sekarang sedikit lebih gondrong dan acak-acakan. Badanku menjadi lebih kurus. Sorot mataku yang dulu bersemangat, sekarang hanya memandang kosong ke depan.

Pagi itu kubuka playlist lagu di komputerku. Kusetel lagu secara acak. Kuharap dapat menemani kesendirianku...

Aku tak percaya lagi
Dengan apa yang kau beri
Aku terdampar disini
Tersudut menunggu mati

Chapter 15 : Berhenti berharap


Sepi. Itulah yang kurasakan. Kosong, tiada lagi yang mengisi relung hati. Hanya diriku sendiri, tiada lagi yang lain. Dalam mimpi aku menjadi raja, aku menjadi ksatria, aku menjadi pahlawan, akulah sang penguasa. Aku orang yang berbahagia. Dalam dunia nyata, bahkan sang kekasihpun tak sanggup memberikan hatinya kepadaku.

Aku merasakan kenyataan pahit. Saat bangun tidur aku merasakan kosong teramat sangat. Kamarku terasa jauh lebih luas. Tiada lagi kebersamaan Indri di kamar ini. Hanya jejak lukisan kenangan yang ditinggalkannya membuat perih di hati. Dinding kamarku menampilkan imaji keberadaannya. Setiap tawanya ketika bercanda, tangisnya saat curhat, senyumnya yang manis, rona merah pada wajahnya ketika bercinta, pokoknya segala tentang Indri.

Dalam setiap gelas, mangkok, piring, dan sendok yang kupegang, selalu saja aku melihat wajahnya. Entah dengan pose tersenyum, ataukah lagi marah, sedih, suka, nakal, memerah, semua tergambar jelas. Indrilah sosok yang selama ini menghuni di dalam kalbuku, dialah yang selalu mengisi hari-hariku. Dengannyalah kulewati manis pahit hidup ini. Dan kini dia telah pergi, meninggalkanku kesedihan bagiku.

Aku tak percaya lagi
Akan guna matahari
Yang dulu mampu terangi
Sudut gelap hati ini

Perasaan pedih tak terperih, mengatur kehidupan di hari-hari rapuhku. Kemanapun aku melangkah, bayangan itu masih tetap ada, mengikutiku. Senyumnya, tawanya, tangisnya, rengekannya, cerianya, sedihnya, semua terpapar jelas di dalam pikiranku.

Suatu hari, di jalan sewaktu pulang dari membeli nasi bungkus dekat kost, aku merasakan kehadirannya. Dia tampak nyata. Kupeluk dia, kucium pipinya, tiba-tiba dia menghilang. Benar kata Cu Pat Kai. Dari dulu begitulah cinta... Deritanya tiada pernah berakhir. Ah, disitu kadang ku merasa sedih.

Aku berhenti berharap
Dan menunggu datang gelap
Sampe nanti suatu saat
Tak ada cinta kudapat


Tiada hiburan terbaik yang mampu menghiburku saat ini. Tiada lagi akting terbaik yang mampu membuatku gembira. Tiada lagi suara terindah yang menggetarkan hatiku, melambungkannya hingga ke langit ke tujuh. Diriku kini merasa sendiri. Bahkan dalam keramaian sekalipun ku masih merasa sepi. Tak ada yang menemaniku.

Tak ada lagi...

Kini aku mendapati diriku terbangun, dan mimpi tertinggal dalam ingatan yang tiada. Aku keluar kamar, duduk di teras. Aku merenung. Air mataku menetes. Indri benar, mungkin aku yang bermimpi terlalu tinggi.

Donny Dhirgantoro mengatakan bahwa “kamu bawa mimpi dan keyakinan kamu itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu bisa”. Michael Phelps pun pernah berkata “Semakin tinggi mimpi yang kamu punya, semakin besar pencapaian yang akan kamu dapat”.

Semua berbicara tentang mimpi mereka. Impian yang telah letakkan, tidak jauh dari jangkauan mereka. Tak lepas dari pandangan mereka. Yang bahkan hembusan nafas merekapun masih mampu mencapai mimpi mereka. Dan aku?

Kenapa ada derita
Bila bahagia tercipta
Kenapa ada sang hitam
Bila putih menyenangkan​

But what’s point on? Apa pentingnya mimpi? Alexander mati diracun ketika dia bermimpi menguasai dunia. Icarus mati, jatuh di laut ketika pada saat mencoba merealisasikan mimpinya mendekati matahari. Apa gunanya mimpi, kalau akhirnya terbangun juga. Indi bukanlah mimpi. Ini kenyataan. Kenyataan itu pahit, Jenderal.

Kenapa aku tidak pernah dikisahkan seperti cerita Flinstone? ataupun seperti kisah Sylvester Stalone? Ataupun cerita-cerita dalam FTV? Kenapa kehidupanku mesti sengsara? Persetan dengan sinetron Sengsara Membawa Nikmat. Yang ini gak ada nikmat-nikmatnya sama sekali! Pahit semua.

Orang bilang jamu yang manjur adalah jamu yang paling pahit. Orang bilang kalo gak pahit ya gak sembuh. Tetapi bagiku pahit kali ini seakan tak akan ada sembuh-sembuhnya. It will be last forever. Lirik lagu Jamrud “Bersakit dahulu Senangpun tak datang, Malah mati kemudian” sepertinya merefleksikan pikiranku saat ini.

Aku pulang....
Tanpa dendam....
Ku terima... kekalahanku...​

Sekarang aku menjadi orang paling pesimis sedunia. Persetan dengan mimpi-mimpi! Bulshit dengan harapan. Aku adalah aku dengan segala yang ada padaku. Walaupun aku merasa aku bukanlah apa-apa, dan tidak punya apa-apa. Bahkan semangatpun aku tak punya. Sekarang aku pasrah. Kuterima apapun yang akan terjadi pada diriku.

Aku hanya seorang durjana, yang telah bertekuk lutut di hadapan penegak keadilan. Aku hanyalah pungguk yang merindukan bulan. Aku hanyalah seekor kura-kura yang hidup dalam tempurung. Aku hanya seorang manusia yang tak berdaya. Itupun jika aku memang masih bisa digolongkan manusia.

Aku kalah.

Aku pulang...
Tanpa dendam...
Kusalut kan .. kemenanganmu...​

Setiap tempat mengingatkanku kepada Indri. Skripsiku tak terurus. Kuliah hanya nitip absen, males ke kampus. Bahkan bokep pun tak tersentuh. Sunny leone, Aino kishi, bahkan miyabi tak mampu membuatku ereksi. Di dalam otakku kini hanya ada satu kata “G A L A U”

Mau makan, galau. Mau minum, galau. Mau mandi, malah gak pernah. Bahkan untuk sekedar ngelamunpun isinya galau aja. Mungkin takdirku untuk berubah jadi manusia galau. Hihihi jadi miri satu nama superhero jadul.

Ah... akhirnya aku tertawa. Meskipun itu hanya sebuah tawa kecil...mentertawakan diri sendiri pula. Yah..betapa konyolnya aku!

Kau ajarkan aku bahagia
Kau ajarkan aku derita
Kau tunjukkan aku bahagia
Kau tunjukkan aku derita
Kau berikan aku bahagia
Kau berikan aku derita...

Teman-temanku entah itu teman kampus (tentu hanya mereka yang mau datang ke kostku), atau teman-teman kost, sering datang menghiburku. Mereka selalu melontarkan joke-joke lucu, atau kata-kata mutiara penyemanga, ataupun adegan-adegan konyol, yang membuatku terhibur seketika. Pikiran mereka sepertinya sama : Anak ini butuh hiburan sekarang.

Di antara berbagai drama yang terjadi pada masa itu, satu yang paling kuingat. Suatu siang di tempat kost. Tepatnya beberapa hari setelah peristiwa itu. Disaat aku sedang termenung di kamarku, Asep datang ke kamarku.

“Di, sepurane yo, aku gak nyongko lek awakmu wingi pedhot karo Indri” Ujar Asep saat menemukanku meringkuk di dalam kamar, sendirian.
(Maaf ya, aku gak menyangka kalau kamu kemarin putus sama Indri)
“Tak kiro awakmu wingi balik homo karo Lucky maneh”
(Tak kira kamu kemarin balik homo sama Lukman lagi)
“Di, ojo meneng ae tho Di”
(Di, jangan diam saja tho Di)
“Di?”

Kupikir akhirnya Asep mampu memahami perasaanku. Dia mencoba menghiburku. Perlahan dia mengelus pundakku, memberikan kehangatan padaku. Direngkuhnya pundak rapuhku. Memberiku sedikit kenyamanan dalam dekapannya.

Kusandarkan kepalaku ke dadanya. Kurasakan sedikit kedamaian di sana.

“Sabar yo Di. Gak usah galau nemen ngene. Wong wedok ayu sik akeh. Gak kurang-kurang ndik ndunyo iki” kata Asep mencoba menenangkanku.
(Sabar ya Di. Gak usah galau parah begini. Perempuan cantik masih banyak. Gak kurang-kurang di dunia ini)

Diusapnya lembut kepalaku. Terasa seperti belaian ibu yang sedang menenangkan anaknya yang sedang menangis. Sangat menenangkan.

Kupejamkan mata, meresapi yang telah terjadi, kurenungkan kembali perjalanan hidupku, dari pertama ku bertemu dengannya, bagaimana ku mendekatinya, bagaimana aku menerima keberadaannya, bagaimana kujalani hari-hariku bersama Indri, pertengkaran-pertengkaran kecil yang terjadi diantara kami, hingga bagaimana ku menyadari bahwa Indri masih gagal move on dari masa lalunya, yang membuat mimpi yang kubuat hancur berantakan.

Tanpa terasa, emosi membuatku mendekap tangan Asep, yang saat itu sedang merengkuh pundakku. Kudekap erat tangan itu. Aneh, yang terbayangkan tangan itu adalah tangan Indri.

“Di, masio awakmu lagi galau ngene, gak usah ngambung-ngambung tanganku po’o, nggilani!” ucap Asep pelan, tetapi mampu menyadarkanku, bahwa yang kupegang bukanlah Indri
(Di, meskipun kamu lagi galau begini, tidak usah mencium-cium tanganku kenapa, nggilani)

Kutatap mata Asep sekilas. Ingin kuucapkan kata maaf, tetapi bibirku kelu, tak dapat bergerak sama sekali.

“Yo wis, ra popo Di, awakmu lagi galon. Tak pukpuke ndiasmu Di”
(Ya sudah, gak papa Di, kamu lagi galon. Tak usap-usap kepalamu Di”

Kembali asep membelai kepalaku, kurasakan nyaman itu hadir kembali di hatiku.

Namun, disaat aku mulai merasa nyaman, saat itulah tragedi yang lain sedang menanti.

Di luar, Lukman yang baru kembali dari kampus, telah berdiri di pintu kamarku yang tidak ditutup.

“Hancik awakmu Sep! Paidi loro ngene mbok keloni! Homo koen saiki yo!”
(Hanjik kamu Sep! Paidi sakit begini kamu keloni! Homo kamu sekarang ya!)

Sontak Asep melepaskan dekapannya padaku. Mengejar Lukman yang patah hati, berjalan cepat menuju kamarnya.

“Men, rungokno disik talah. Ojo salah paham”
(Men, dengarkan dulu tah. Jangan salah paham)
“Emoh, lha wes ketok moto hare, awakmu lagi meluk Paidi koyok ngono. Napsu tah awakmu nang Paidi saiki?”
(Gak mau, lha wong sudah kelihatan, kamu sedang memeluk Paidi seperti itu. Nafsukah kamu ke Paidi sekaran?)
“Gak Men, Sumpah aku gak lapo-lapo”
(Tidak Men, Sumpah aku gak ngapa-ngapain)

Aku yang tanpa sengaja terlempar saat Asep mengejar Lukman, seperti tersadar. Kelakuan Asep dan Lukman membuatku sedikit terhibur. Aku tersenyum geli. Sejenak perhatianku teralihkan dari kesedihan ditinggal Indri.

Aku melangkah pelan ke kamar Lukman, kudapati Asep sedang melakukan penyangkalan kepada Lukman. Mulai dari memberikan logika-logika yang menurutku malah tidak masuk akal. Hingga berakting layaknya dalam reality show yang melegenda itu. Timbul keinginan untuk menggoda mereka.

Tanpa ekspresi aku berkata pelan kepada mereka “Hei Pren... trisum yuk”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd