Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT Cerita Paidi

Bimabet
haduh kak pai,gmn c udah pangkat nya naik dr jombo, malh pangkat peltu'udah gt kere lagi,jand nasibmu ngesak ke men pai, :pandajahat: opomeneh nko d tinggal indri, nangis 7 ndino 7 wengi sampean
 
haduh kak pai,gmn c udah pangkat nya naik dr jombo, malh pangkat peltu'udah gt kere lagi,jand nasibmu ngesak ke men pai, :pandajahat: opomeneh nko d tinggal indri, nangis 7 ndino 7 wengi sampean
kalau baru pertama pacaran, terus diputus, enaknya nangisnya berapa lama ya?
:pandajahat:
 
hampir aja kak pai :kacau:
Sebelumnya kan udah pai bilang. Bagian ini sengaja pai pisah dari yang sebelumnya. Efeknya lumayan kerasa. Poin-poin yang pai harapkan, bisa terblow up dengan baik. Ya walaupun kelemahan utama masih nampak jelas hehehe.
 
Sebelumnya kan udah pai bilang. Bagian ini sengaja pai pisah dari yang sebelumnya. Efeknya lumayan kerasa. Poin-poin yang pai harapkan, bisa terblow up dengan baik. Ya walaupun kelemahan utama masih nampak jelas hehehe.

kelemahan utamanya? editansil? :ngacir::ngacir::ngacir::ngacir::ngacir:
 
Meskipun siang dan malam akan selalu berkejaran, mereka tak akan pernah bertemu
Akan selalu mengisi satu sama lain.

Apdet berikut akan berbicara tentang mimpi dan kenyataan. sedikit agak lebih panjang daripada apdet-apdet sebelumnya (sedikit aja tapi). penghayatannya harus lebih dalam, sehingga tingkat kesulitannya lebih tinggi (untunglah skrip yang kubuat referensi sudah sangat matang, jadi gak perlu mikir terlalu keras hehehe). Kalau masih kurang mengena, pai mohon maaf
:ampun:

Akhir kata, selamat menikmati sajian kami :hore:
 
Alexander bermimpi menguasai dunia
Icarus bermimpi terbang ke angkasa
Nemo bermimpi menyelam 20.000 kaki sampai dasar samudra
sementara mimpiku jauh lebih sederhana.
Aku bermimpi mencintai Liz, hidup bersama dengannya, dikelilingi anak-anak kami yang lucu.
Aku bermimpi terbangun di pagi hari dengan bidadari yang terlelap di sampingku.
Aku bermimpi menghabiskan ribuan malam dalam sisa hidupku dengan Liz.

-Jaya Suporno-


Chapter 13 : Mimpi

“Aah.. aah..”
“Ooh... oooh....”
“Mpppfh”
“Maaassssh.... oooh”
“Hmmh sayangh...”

Dua tubuh telanjang bergulat di atas ranjang. Saling bergulat dalam birahi yang purba. Peluh yang membasahi tubuh kami membuatnya terlihat mengkilap ditimpa lampu temaram.

Indri tampak cantik dihadapanku. Wajahnya yang manis. Pipinya yang menggemaskan. Matanya setengah terpejam. Bibir tipisnya merekah, mendesis menikmati setiap cumbuan yang kuberikan.

Aku melumat bibir tipis itu sesaat sebelum kuhujamkan dalam-dalam batang tegak milikku ke dalam vaginanya.

Dalam dunia medis disebutkan bahwa tubuh akan memberikan reaksi ketika ada benda asing masuk ke dalam tubuh. Sepertinya hal itu terbukti sekarang. Pinggulnya bergerak liar, meliuk-liuk seperti cacing kepanasan ketika batang keras milikku perlahan memasuki bagian tubuhnya.

Sesaat kemudian aku mulai memompa pinggulku, melaksanakan salah satu hukum alam yang telah, dan akan terus terjadi. Saling mencumbu dalam birahi yang purba. Menikmati segala keindahan ciptaanNya, dari sisi yang berbeda. Penisku menghujam vagina Indri. Vagina yang terasa begitu sempit. Vagina yang terus memijit penisku. Yang mampu membuatku melayang. Membuatku mengayuh kenikmatan menuju puncak segala kenikmatan di dunia fana ini.

Aku begitu menikmati permainan ini, hingga waktu seolah berlalu begitu saja. Entah berapa lama aku melakukannya, aku tidak peduli. Pinggulku bergerak semakin cepat ketika aku merasa sudah sangat dekat dengan penantianku. Puncak yang diidamkan mungkin oleh seluruh umat manusia.

“Ndri... aku mau keluar”
“Tahan ya mas... aku juga.. ooooh...”

Sesaat kemudian, kurasakan sesuatu yang hendak meledak. Kenikmatan yang menjalar dari bawah perut, dengan cepat mengontrol penuh tubuhku. Kumpulan calon anak telah siap keluar dari dalam kantung zakar, menuju ke tempat yang seharusnya di dalam tuba valopii. Badanku bergerak di luar kendali.

“Oooh” aku berteriak
“Ooooh... hhhh!” Indri melolong...matanya membalik ke atas. Sesaat tubuhnya bergetar keras. Memelukku keras. Jarinya mencengkeram kuat punggungku. Sedikit sakit kurasakan, tapi tak mengapa, nikmatnya jauh lebih banyak dari ini.
“Ndri...I love you”
“I love you juga mas”
“Aaaah... hahhh”
“Hah... hahhh”

“Hmmmph” kami berpagutan. Sebuah penyelesaian akhir yang indah. Seperti gol kedua yang dicetak oleh maradona saat melawan inggris di piala dunia 1986. Seperti sakura yang berguguran, yang menjadi latar belakang saat Katsumoto dibantu Nathan Algren menghunuskan katana ke perutnya.

Segalanya terasa sempurna, hingga sesaat kemudian, hanya ada keheningan diselingi desah nafas yang tersenggal.

Saat tersadar, aku mendapati tubuh telanjang kami berpelukan.

“Hhh.. mas”
“Hmmm? Hhh”
“Tadi... dikeluarin di dalam ya?”
“Iyah... hah...”
“Kalo aku hamil gimana?”

DEG....

Aku terpejam...Ketegangan langsung hinggap di pikiranku. Sebuah jalan suram tergambar dalam otakku, yang ironinya menjadi satu-satunya alternatif bagiku. Harus kulewati, tidak mungkin tidak.

Aku menarik nafas panjang.

“Aku nikahin kamu” kataku sambil nyengir
“Ha...ha..ha. trus anak kita mau dikasih makan apa? Kamu kan kere”
“Nasi lah. Masa kempyeng?”
“Jiah.... gak sudi aku sampeyan kasih makan kempyeng” Indri mencubit pipiku gemas.
“hehe... Ndri, mau anak apa?”
“Anak orang lah. Masa anak kucing?”
“Hahaha kamu tuh...” giliran aku meremas pipinya

Saat ini aku merasa selera humor kami berdua benar-benar pas.

“Ndri, kamu mau punya anak cewek apa cowok?
“Kalo mas?”

“Emmm Cowok“
“Cewek”

Ujar kami bebarengan. Kami berpandangan, terpana sesaat, sebelum kemudian tertawa terbahak-bahak.

“Mas kok bisa ya?”
“Napa? Aku mencintaimu gitu? Terus kita pacaran gitu?”
“Bukan...”
“Napa?”
“Kok bisa ya kamu bayarin aku nginep di hotel ini sekali lagi. Secara kamu kan kere”

Fakta yang menyedihkan memang. Dengan uang bulanan yang pas-pasan, kami harus mengubur birahi dalam-dalam. Tidak mungkin menginap di kost Indri, tamu hanya sampai di ruang tamu. Di tempatku juga ada trauma. Geng KK21 ganas bro... Hanya hotel, walaupun sederhana sekali, namun cukup untuk menjadikan, tempat ini, pelampiasan terbaik, yang bisa kami raih. Itupun dijatah, sebulan sekali. Kalau dipaksa dua kali, itungannya beda.

“Hahahaha au ah. Bisa-bisanya ngabisin jatah bulanan. Mana masih kurang seminggu lagi gajian. Ntar makan seminggu, aku nebeng sama kamu lho ya”
“Hahaha dasar suami kere” kami tertawa terbahak-bahak.

“Mas”
“Hmm”
“Nyanyiin aku lagu ya. Suaramu kan bagus”
“Lagu apa?”
“Terserah deh”

Otakku berputar cepat. Membuka playlist lagu yang tersimpan dalam memori. Sesaat kemudian aku mulai bersenandung.

Kau bunga di tamanku
Di lubuk hati ini

“Kau seputih melati? Dian Pramana Purba?” tanya Indri pelan
“Ho oh”
“Aku suka lagu itu”
“This for you, girl” Aku membelai Indri. Meninabobokkannya.

Mekar dan kian mewangi
Melati pujaan hati

Mata Indri sudah terpejam. Dadanya naik turun seiring nafasnya yang teratur, tenang. Terasa aura kedamaian terpancar dari tubuhnya.

Bersemilah sepanjang hari
Mewarnai hidupku
Agar dapat kusadari
Artimu bagiku

Aku mengecup keningnya, lembut.

Kau melati
Putih dan bersih
Kau tumbuh diantar belukar berduri
Seakan tak perduli lagi
Meski dalam hidupmu kau hanya memberi

Kuselimuti tubuh telanjang kami, dan berbaring di sampingnya. Aku menghirup dalam-dalam aroma parfum Indri. Lembut dan membiusku.

Kau tebar harum sebagai tanda
Cinta yang tlah kau hayati
Di sepanjang waktu

Tanpa sadar aku terlelap dalam mimpi. Dalam mimpi itu, aku menjadi seorang ayah, dengan dua orang anak yang lucu-lucu, keduanya berumur 5 dan 3 tahun. Aku berlarian mengejar mereka dalam suasana yang bahagia, ditemani Indri yang berteriak mengingatkan mereka agar tidak jauh-jauh dari mamanya.

Dalam mimpi itu pula, aku melihat masa depan yang cerah. Dimana aku bekerja dari pagi hingga sore, pulangnya disambut oleh rengekan anak-anak, suatu hiburan bagiku.

Dalam mimpi itu aku melihat masa tuaku, dimana anak-anak sudah bekerja. Aku dan istriku menjalani aktivitas seperti manula pada umumnya. Pagi, jalan-jalan ringan di taman. Siang membaca koran, sedangkan Indri membersihkan rumah. Sore harinya anak-anak datang beserta cucu-cucuku. Sungguh sebuah hiburan di masa tua.

Melalui mimpi, aku menaruh harapan, cita-cita, dan asaku. Kuletakkan beban itu di tempat yang seharusnya. Akan kuperjuangkan mimpi itu, hingga menjadi kenyataan. Kenyataan yang indah.

Manusia punya mimpi kawan. Alexander bermimpi menguasai dunia. Icarus bermimpi terbang ke angkasa. Nemo bermimpi menyelam 20.000 kaki sampai dasar samudra. sementara mimpiku jauh lebih sederhana. Aku bermimpi mencintai Indri, hidup bersama dengannya, dikelilingi anak-anak kami yang lucu. Aku bermimpi terbangun di pagi hari dengan bidadari yang terlelap di sampingku.
Aku bermimpi menghabiskan ribuan malam dalam sisa hidupku, menjemput hari tuaku bersama Indri.

Namun...


Mimpi itu sementara, kawan. Suatu pagi kau akan mendapati dirimu terbangun, dan mimpi tertinggal dalam ingatan yang tiada.

-Jaya Suporno-



-o0o-​


Aku mendapati diriku tertegun. Tas yang berisi 6 bendel skripsi kupeluk erat di dadaku. Di sekelilingku hanya ada mahasiswa-mahasiswa yang... entah tidak ada satupun yang kukenal.

Di luar panas, sangat panas menurutku.

Aku bertemu lagi dengannya. Lama kami tak bertemu. Pertemuan sesaat yang mampu menghanyutkanku dalam lembaran-lembaran lukisan masa lalu. Lukisan yang mampu menggetarkan hatiku. Menyentuh lubuk hatiku. Sampai di tempat yang paling dalam. Segala kenangan bersama Indri terputar kembali dalam imajiku. Dadaku terasa sesak. Sepertinya kali ini dia akan pergi jauuuh, dan takkan kembali. Walaupun aku sadar segalanya takkan kembali seperti dulu.

Aku memejamkan mata sekali lagi, mengingat satu per satu lukisan masa laluku. Kenanganku bersama Indri...
 
Chapter 14 : Sebuah kenyataan


Sore itu Indri masih di kamar kostku. Hujan deras sepanjang hari itu tidak memungkinkan kita keluar kamar, hanya untuk sekedar berjalan-jalan. Indri menggeliat, bangun dari tidur siangnya.

"Met sore suamiku sayang"
"Met sore istriku. Muach" aku mengecup kening Indri sekilas.

Indri merebahkan kepalaku di dadanya, membelai rambutku.
"Mas"
"Ya"
"Enak?"
"Banget"
"Tapi ini gak boleh lho"
"Ya aku tahu"
"Kumpul..."
"Kebo"
"Hehehe"
"Hehehe"
"Eh Ndri"
"Yah?"
"Udah setahun lebih kita bersama"
"Hmmm"
"Aku ingin menjadikan ini halal bagimu"
"Huuu beresin dulu kuliah tu"
"Beres... Semester depan sudah masuk skripsi. Abis itu lulus. Kerja, baru deh ngelamar kamu" kataku yakin.
"Ngayalnya jangan ketinggian. Ntar kalo jatuh, sakit"
"Kan ada kamu yang nangkap aku"

Indri hanya tersenyum. Manis...

Aku beringsut naik. Kukecup pipinya, kubelai rambutnya. Indri beringsut manja kepadaku. Direbahkan kepalanya ke dadaku.

"Ndri, kamu jadi istriku aja..." ucapku polos
"Gak mau ah. Masnya kere..."
"Sekarang kere. Lihat saja kalau lagu ciptaanku sukses"
"Mas nulis lagu ya? Emang judulnya apa?"
"Sampai kau jadi milikku" jawabku asal
"Jiah... ngarang" Indri tertawa perlahan
"Aku serius Ndri, beneran"

Indri menghela nafas "Jangan terlalu yakin mas, kamu masih belum tahu siapa aku yang sebenarnya"
"Apa? Jadi kamu dulunya cowok? Gak papa Ndri. Aku siap kok menerimamu apa adanya"
"Iiiih mas Paidi jahaat..." Indri memukul-mukul dada dan perutku.
"Hahahahaha"

Hujan masih belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, meskipun intensitasnya sudah menurun.

"Ndri, lapar"
"Maem...***k bisa ke warung ya? Mas punya mie kan?"
"Ada tuh di bawah meja"
"Tumben Kostnya sepi?"
"Tau, apa pada keujanan di kampus semua ya?"
"Iya paling. Ntar dulu ya, mau buatin mie nya"

Beberapa saat kemudian...

"Mantap. Ini baru istri idaman" kataku
"Huuu boong. Kebanyakan air tau!" Indri cemberut
"Enggak kok, mie nya enak. Gak kebanyakan air. Cuma... perlu dikurangi aja dikit" kataku sambil nyengir kuda
"Iiiih dasar jahat" Indri memukul pundakku

"Ndri" kataku beberapa saat kemudian
"Ya mas?"
"I love you"
"Me too" ujarnya manis

Aku mengecup bibirnya
Indri membalas. Ciuman berubah menjadi pagutan. Lama-lama menjadi lumatan.

Tanganku mulai bergerilya menjelajahi dadanya. Meremas mesra bukit indah di sana. Indri menggelinjang, nikmat. Tangannya meraih selangkanganku. Mengenggam sesuatu yang ada di sana. Langsung dari dalamnya.

"Mmmmph"
"Hmmmph"

Tanganku masuk ke dalam kaus, sekalian ke BH nya. Indri mulai mengocok batangku.
Merasa bosan dengan dadanya, kurebahkan Indri. Tanganku kini menjelajah ke pangkal pahanya. Jariku mencari klitorisnya. Ketemu. Kuusap lembut disana, berulang. Indri menggelinjang keenakan.

Kami terus berpacu mendaki gunung kenikmatan bersama. Sampai pada akhirnya, akupun tak kuasa menahannya. Badanku mengejang. Tubuh Indri juga.

"Oooh masss... aku nyampe..."
"Aku juga sayang..." Keluarlah spermaku di tangan dan dadanya.

Sesaat kami terdiam, berpelukan. Saling menguatkan dalam perjalanan kembali dari khayangan.
Brum...brum... suara sepeda motor mendekat. Gawat. Pintu kamar belum ditutup!

"Diii.... olaopo maneh koen Di" kata Lutfi sesaat setelah suara motornya mati.
(Ngapain lagi kamu Di)
"Gendakan ae rek, gak iling karo koncone" lanjutnya sambil berlalu ke kamarnya. Aku Cuma nyengir kuda.
(Kencan saja rek, gak ingat sama temannya)

Senja itu kami kembali berciuman...

TS : Tuh kan... Homo!
Paidi : Enggak kok. Aku masih normal!
TS : Lha itu? Kami? Paidi dan Lutfi kan?
Paidi : Eeeh bukan... Paidi dan Indri! Oke kalo begitu. Tak gantine sekarang juga!

Senja itu aku dan Indri kembali berciuman...

"Mas" Indri terlihat berat
"Hmm?"

Indri terdiam...

"Ndri"
"Hmm"
"Gak kerasa ya, aku...sama kamu"
"Iya. Padahal tahun lalu mas masih ngejar-ngejar Dhea"
"Seperti mimpi saja"
"Hmm... mimpi.. ya.."
"Kalau mas bangun.. gimana?"
Aku terdiam "Aku akan sampai pada kenyataan"
"Kalau kenyataan itu pahit?" Indri tersenyum getir
Aku menghela nafas "Aku akan bermimpi lagi, dan lagi"
"Kita gak bisa terus-terusan hidup dalam mimpi, mas" Indri merapatkan wajahnya di lenganku.
"Kalau gitu akan kubuat mimpi itu jadi kenyataan" kataku yakin
Indri tersenyum mendengarnya
"Ndri... menikahlah denganku"

Indri tidak menjawab. Terdengar suara isak tangis. Dadaku mulai basah oleh air matanya.


-o0o-​


Malam itu, Indri menginap di kostku. Aku membelai rambutnya. Pipinya tampak semakin menggemaskan.
"Ndri, I love you"
"I love you too"

Aku tersenyum bahagia. Sangat bahagia.

"Ndri... yang tadi belum dijawab"
Indri terdiam, lalu tersenyum. Terasa getir. Aku tidak tahu apa maksud dari senyumnya.

"Iya, aku kan kere..."
"Bukan, bukan itu mas"
"Terus?"
"Jangan kebanyakan bermimpi mas"
"Memang kenapa?"
"Aku terlalu lama hidup dalam mimpi"
"Masa lalu masih terus membayangi pikiranku mas"

Aku terdiam. Dadaku terasa sesak.

"Kenyataan itu pahit, mas"
"Sakit rasanya menerima kenyataan ini mas"
"Maaf mas, mungkin mas juga akan merasa sakit. Tapi aku masih benar-benar merasa sakit mas."

Indri menutup mulutnnya sebelum terisak.

"Bangun dari mimpi itu perih mas... kenyataan itu menyakitkan" Indri menangis sesenggukan
"Kehilangan harapan itu.... huuuuuuu"
"Aku... aku.... huuuuuu"

Aku memeluk Indri. Mendekapnya erat. Aku tahu ini tentang apa. Sudah setahun tetapi Indri masih belum bisa melupakannya. Sakit dadaku mengetahuinya. Perih rasanya menerima kenyataan. Aku belum bisa menjadi rumah yang baru bagi Indri. Aku belum bisa menjadi warna-warni barunya. Mungkin nanti. Belum sekarang.

Dalam tangisnya Indri tertidur. Mungkin dia kelelahan setelah semua ini. Aku mengecup Indri sesaat setelah dia tertidur.

Malam itu aku bermimpi. Aku sedang membaca koran. Indri sedang berteriak kepada anak-anakku yang sedang bermain, mengingatkan waktunya makan. Dalam frame berikutnya, aku bermimpi, di usia senjaku, duduk bersama dengan Indri, di kursi malas. Kugenggam tangannya yang keriput. Indri masih tampak cantik di usianya yang senja.


Tiap malam aku selalu bermimpi. Tentang khayalan-khayalanku bersama Indri, tentang harapan-harapanku bersamanya. Namun Indri seperti selalu menghindar. Ada batasan tipis yang tak terlihat. Seperti sebuah sekat yang kuat, yang memisahkan hatiku dengannya, yang menghalangiku untuk melangkah lebih jauh. Ada masa lalu yang menghambat perjalanan Indri menggapai impian itu.

Setiap kali aku melangkah lebih jauh, pasti berakhir dengan pertengkaran. Begitu berulang-ulang. Aku kesulitan menggapai masa lalunya. Masa lalu yang ingin kubuang. Akibatnya hubunganku dengan Indri menurun drastis. Bahkan aku mulai curiga yang bukan-bukan. Aku bingung. Aku tahu ini salah. Parahnya aku tidak tahu harus bagaimana untuk memperbaiki kesalahan itu.

Sampai akhirnya kami terduduk di taman kampus. Di tempat pertama kali aku menyatakan cintaku padanya.

"Maaf mas, sepertinya kita gak bisa bersama lagi"
"Kenapa? Ada yang lain?"
"Enggak mas"
"Terus?"
"Aku merasa belum pantas buatmu"
"Tapi..."
"Kamu terlalu baik buatku"
"Ndri..."
"Aku gak seperti yang kamu kira mas"
"Jadi, beneran kamu dulunya cowok?" "Aku terima kok, kalo kamu dulu beneran memang cowok"
Indri tersenyum geli "Kamu tuh...aku serius mas"
Indri menghela nafas "Aku gak mau nyakitin hatimu lebih jauh lagi mas"

Lama kami berdebat. Aku memintanya untuk tetap bersama.

"Maafkan aku gak bisa mewujudkan mimpi-mimpimu mas" kata Indri pada akhirnya
"Akunya aja yang mimpinya ketinggian" Aku tersenyum getir
"Kan udah aku bilangin"
"Iya"
"Kita tetap sahabatan kan?"
"Aku gak tahu Ndri. Aku hanya ingin kita terus bersama. Huuh... kalau itu yang kau mau, ya sudah"

Menjadikan seseorang menjadi kekasih, memang indah... tetapi membuat kekasih menjadi sahabat...
Ah segalanya tak akan bisa kembali seperti dulu lagi.

Tangisku pecah setelah Indri meninggalkanku sendiri di taman kampus.

Beberapa saat kemudian, Lukman yang melihatku sesenggukan di taman, datang menghiburku. Dipeluknya tubuhku. Aku menangis di bahunya. Kulampiaskan segala perasaanku tanpa kata-kata. Menjadikan diriku merasa sedikit lebih tenang...

Namun segalanya menjadi berbeda ketika Asep melihatnya....
 
Oh tidak...kok hri ini cerbung yg nubi baca baper semua...
Suhu pai pun d tinggal indri...
Makasi updatenya suhu pai...semakin membaperkan nubi
 
Welehh, mesakno mas pai, indri blum bs berpaling dr mantan . . .
:sendirian:
 
jangan2 si asep sebenarnya suka sama mas pai cuma dianya gengsi takut dibilang maho
 
Duuuuuh, drama korea bung paid mulai dimainkan sodara" sekalian
Apakah ini akan berkelanjutan? Masih ditunggu kabar baik nya😂😂
 
Emank udh jelas sih klo pai gk sma indri.. kan udh ad d bab2 sblmx..

Setidakny update kali ini lbih baik drpd update gk jelas sblmx :jempol::pandaketawa:

Setelah lewat musim jilbab skrg musim cerita2 baper ya :pandapeace:
 
Bimabet
cari baru aje om pai,
kan udah ngerasain kuahnya indri,
cari yg baru , asep sama adi kan ada tuh , siapa tahu dijadiin dapat kuahnya.. :D
jangan :bata: ,:beer: biar ga slek
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd