Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bunga Dikubangan Lumpur

:mantap: wulan jadikan tuanmu suamimu ....semoga direstuai Arini.....kalau bisa ada scene Arini ngliat bima nusuk wulan trs arini kesengsem malu malu sama kontolnya bima wwwkkkkk weru kali ya
 
*Update



Part 4
Sikap manja dan perhatian mas Bima semakin kesini semakin terasa sangat besar, terlebih setelah kejadian sore itu dikamar mandi. Lambat laun akupun seakan merasakan hal yang sama, entah dari mana datangnya perasaan itu tiba – tiba. Hatiku terasa berdesir setiap kali berada disampingnya. Walaupun kita hanya bercanda dan bercerita, seakan ada setetes embun dihatiku yang telah lama kering karena perceraianku dengan suamiku.

Perasaan yang nyaman dan ingin selalu berada di sampingnya selalu hinggap dihatiku. Sebelumnya aku tidak pernah punya fikiran yang serius kepada mas Bima, aku hanya kagum dengan batang penisnya yang bisa melampiaskan hasrat birahiku yang kian hari kian menggebu. Akan tetapi kini perasaan ini sudah tidak bisa dibohongi lagi, benih – benih cinta seakan tumbuh begitu saja dihatiku. Perasaan yang baru aku rasakan pertama kali selama hidupku bahkan perasaan ini belum pernah aku rasakan dengan mantan suamiku dulu.

Tetapi disisi lain hatiku seakan menentang perasaan ini, memaki diri diriku sendiri untuk berkaca sekali lagi siapa diriku. Aku hanya seorang pembantu yang tidak pantas memiliki perasaan lebih terhadap anak majikannya sendiri. Airmataku sering menetes dengan sendirinya.

---

“Mbak Narti jadi pulang besok pagi?” Tanyaku memperhatikan mbak Narti sedang sibuk memasukkan barang – barangnya kedalam tas didalam kamarnya

Mendengar suaraku, dia menoleh kearahku yang sudah berdiri tepat dibelakangnya sambil tersenyum,

“Iya Wulan, rencananya sih bulan depan aku pulangnya, tetapi kemarin ada kabar dari kampung kalau ibu sedang sakit, makanya aku harus pulang sekarang,”

“Oh iya, besok kamu ikut anter aku kestasiun ya, aku sudah ijin bu Arini tadi untuk ajak kamu,” lanjutnya

“Ya udah, mbak hati – hati ya. Aku juga mau titip sesuatu buat ibu dirumah,” Kataku

“Oh iya Wulan, aku ingin bicara serius padamu,” Kata mbak Narti tiba – tiba sambil menghentikan aktifitisnya

Aku seketika mengernyitkan kening mendengar itu,

“Bicara serius? Apa itu mbak?” Tanyaku penasaran

“Sini duduk,” Katanya seraya tangannya menyeret tanganku untuk duduk diranjang

Aku hanya terdiam dengan menatap mbak Narti penuh tanda tanya

“Kamu ingat gak, waktu aku bilang kalau mas Imam ini cocok buat kamu?” Tanyanya tiba – tiba

“Itu kan hanya bercanda mbak,” Jawabku enteng

“Ternyata gayung bersambut Wulan,” Ucapnya dengan mata berbinar

“Maksud mbak?”

“Tadi sore, mas Imam ngobrol serius denganku, dia sudah benar – benar mencintaimu, dan akan membawamu ke jenjang pernikahan dalam waktu dekat ini. Aku yakin kok, dia itu pria yang baik, aku sudah mengenal dia lama disini,” Ucapnya

Aku sangat terkejut mendengar cerita mbak Narti. Sejujurnya mas Imam sama sekali tidak ada didalam hatiku meskipun kita sudah sering melakukan hubungan badan. Aku hanya menganggap mas Imam hanya untuk melampiaskan nafsuku disaat sudah tidak terbendung lagi.

“Mbak Narti tidak bercanda?,” Kataku sedikit tersentak

“Tidak Wulan, aku tahu ucapan mas Imam itu benar – benar dari hatinya,”

Aku kembali terdiam mendengar itu

“Kenapa Wulan?, kamu tidak ada perasaan sama sekali buat mas Imam?” Tanyanya yang seakan menebak perasaanku. Aku yang mendengar itu tetap terdiam beberapa saat lalu menatap wajah mbak Narti dengan mengangguk dengan mataku mulai berkaca - kaca.

“Ada apa dengan mu Wulan, niat mas Imam sangatlah baik. Apa kamu ada masalah yang lain sehingga kamu menolaknya?” Tanyanya dengan menatapku tajam,

Aku kembali terdiam dan menundukkan wajahku, karena tak terasa airmataku mulai mengalir

“Ceritakanlah sebagai sesama wanita Wulan,” Suara mbak Narti terdengar lirih sembari menatapku

“Aku tahu, mas Imam ini adalah orang yang baik. Akan tetapi sepertinya saat ini aku belum bisa menerima mas Imam mbak,” Kataku sedikit bergetar

“Aku tak ingin menikah dengan orang yang tidak ku cintai, aku tak ingin mengulanginya lagi seperti aku menikah dengan mantan suamiku dulu,”

“Apakah ada seseorang yang sudah mengisi hatimu sekarang?” Tanyanya sembari tangan nya menyibakkan rambut yang hampir menutupi wajahku

Mendengar pertanyaan mbak Narti aku hanya mengangguk dan seketika air mataku mengalir di pipi,

“Lantas, apa yang membuatmu menangis Wulan?”

“Rasa cinta itu datang dengan sendirinya mbak, dan membuatku sangat nyaman selama ini. Akan tetapi perasaan itu jatuh kepada orang yang tidak tepat, jangankan untuk mencintainya, aku membayangkannya saja itu sungguh tidak pantas buatku,” Kataku lirih sambil menatap wajah mbak Narti

“Siapa dia?” Tanyanya dengan heran

Aku hanya terdiam dan menunduk kembali

“Ya sudah, aku tidak memaksakan hal ini kepadamu Wulan. Kamu sudah bisa memilih yang terbaik buat diri kamu sendiri dan yang terbaik buat orang terdekat kamu. Akan tetapi apakah tidak ada sedikitpun mas Imam dihatimu Wulan?” Tanyanya sekali lagi

Aku hanya menggelengkan kepala mendengar pertanyaan ini,

“Meskipun kalian berdua sudah pernah tidur sekamar?” Tanyanya lagi

“Deg..” Seakan aliran darah ditubuhku berhenti seketika mendengar pertanyaan dari mbak Narti ini, tubuhku serasa lemas. Aku sangat terkejut mendengar pertanyaannya

“Ma..maksud mbak Narti..?” kataku sedikit tersentak dengan menatapnya

“Aku tahu kok Wulan, dan itu tidak hanya sekali kalian melakukan itu.” ucapnya

“Maafkan aku mbak, aku sebenarnya bukan wanita yang baik seperti yang mbak kira..Aku hanya…” segera kupeluk tubuh mbak Narti dan tangisku pecah seketika seakan tak sanggup meneruskan kalimatku

“Sudah – sudah, kamu tidak perlu seperti itu Wulan. Aku mengerti kok. Aku akan jaga rahasia kalian berdua ini dengan tidak menceritakan kepada siapapun,” Ucapnya sembari melepaskan pelukannya lalu menatapku lekat

“Tapi ingat Wulan, aku cuma pesan kepadamu dan kamu harus berjanji kepadaku,”

“Apa itu mbak?” Suaraku masih sedikit sesenggukan

“Jangan hamil sebelum menikah ya Wulan, meskipun kita ini orang kampung dan disini cuma sebagai pembantu, kita masih punya harga diri, pegang kata ini baik – baik.” Ucapnya dengan senyum

Ucapan mbak Narti kali ini seperti pukulan yang keras dihatiku, andai dia tahu dengan apa yang aku lakukan selama dirumah ini. Karena nafsu yang semakin hari semakin berkobar seakan mengalahkan akal sehatku dan sudah tidak perduli lagi tentang apa itu harga diri seperti yang di ucapkan mbak Narti.

Aku hanya mengangguk pelan mendengar ucapan mbak Narti bersamaan dengan air mata yang kembali mengalir,

“Maafkan aku mbak…” Ucapku dalam hati..

Berlanjut ke Part 5
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd