Gosh31
Semprot Baru
- Daftar
- 29 Sep 2020
- Post
- 39
- Like diterima
- 607
Meskipun belum berpengalaman menulis, izinkan ts memposting tulisan yang tentunya belum ada apa apanya dibandingkan para master di sini yang sudah memiliki jam terbang tinggi. Mohon maaf baru sepotong, dilanjutkan secara berkala.
Hujan turun deras, mengusir keramaian bermalam Minggu di daerah ujung Jakarta. Perumahan Pondok Jahe biasanya dikerumuni warga yang ngaso menyaksikan pertandingan bola bersama-sama di sebuah balai yang dikelilingi pohon Mangga dan ketapang yang daun rapuhnya belum juga disingkirkan. Namun semenjak Wabah Corona menebar ketakutan, sirna kebersamaan itu. Ditambah hujan deras, kian menghilangkan minat mereka yang masih nakal tak mematuhi aturan protokol kesehatan. Pada akhirnya, dua penjaga keamanan bersama tukang nasi goreng berdebat soal bola.
"Buka dong sayang..."
"Sekali ini aja, ish..."
"Kamu sekali-kali terus, kemarin bilangnya juga gitu..."
"Tapi kali ini beneran deh"
"Be.. ne... ran..., aku mohon sayang..."
"Gak ada! udah, Ah! Aku gak mau!"
"Ayuk, cepetan ih kamu..."
"Aku udah sange banget ini..."
"Bodo amat! Pokoknya Aku gak mau!"
"Dosaaaa!!!!"
Gemuruh petir menyambar tegas, menggertak beberapa manusia yang sedang santai-santai berubah kecut.
Tidak kecuali Ando, meninggalkan siaran televisi di ruang keluarga, berlari mengejar birahinya di kamar. Ando sedang dikuasai gelombang nafsu, gara gara pacarnya yang acap menggoda saat video call, tergiur oleh cara berpakaian Lani. Bersandar di atas bantal, Ando tak terhitung sudah berapa sering menyentuh Senjata Laki-Lakinya. Kepada Lani ia berharap suasana bisa tenang. Nafsu tidak lagi menggerayanginya.
Namun, apa boleh dikata, Lani menolak bujukan Ando, rayuan tak mempan, kata DOSA yang diiringi suara petir menjadi kata yang membungkam Ando yang hampir selalu mendesak tak kenal ampun. Sebelumnya Ia bisa meluluhlantakkan birahi Lani, sehingga Lani mau bertelanjang badan di depan Ando saat Video Call. Mereka bersama-sama mendaki gairah seks. Masturbasi dan meraungkan desahan seakan betul-betul sedang bersetubuh.
"Aku gak mau! titik!"
"Hhh.. ayo dong sayang"
"Sebentar aja, aku udah kebelet banget inih!"
"Ih kamu kok jadi maksa-maksa yah!"
"Udah ah aku mau tidur!"
BLEPPHHH
"ARGHHHH"
"Ayo diangkat teleponnya sayang!", Ando berusaha menghubungi kembali Lani, akan tetapi tidak dijawab.
"Hergh, Awas kamu ya! Udah mulai ngelawan yah!" gerutu Ando dengan wajah masam. Suasana hatinya menjadi kacau balau, nafsu birahinya menggantung tak ada kepastian.
"Emosssiiii gue samaaa luuuh!!!!"
"Erghhhhh taik!", Ando meninju-ninju kasur, melampiaskan kekesalannya menggebu-gebu.
BRRRRAAAAAAKKKK
Buku kuliahnya pun terjatuh berserakan, diabaikan oleh Ando yang hanya sedang mau mendengar suara Lani mendesah.
"Kalau udah begini jadinya"
"Bingung kan gua..."
"..."
"Haduh, sumpah! jadi bete bange njay!" Hujan turun semakin deras tak peduli dengan ocehan-ocehan Ando, justru...
Gemuruh kembali menggebrak malam. Ando terkaget-kaget. Matanya terpejam kuat-kuat kala kilat lewat. Apalagi suara teriak Ayahnya muncul tiba-tiba seusai petir menyambar, semakin gentarlah jiwa Ando. Birahinya kemudian luluh, ditaklukan suara ayahnya yang seakan sedang diliputi ledakan amarah. Ando heran, lupa sejenak bahwa ada yang sedang tegang sembari tadi.
"Andoo!!! Andooo!!!"
"Keluar kamu!"
"Buka dong sayang..."
"Sekali ini aja, ish..."
"Kamu sekali-kali terus, kemarin bilangnya juga gitu..."
"Tapi kali ini beneran deh"
"Be.. ne... ran..., aku mohon sayang..."
"Gak ada! udah, Ah! Aku gak mau!"
"Ayuk, cepetan ih kamu..."
"Aku udah sange banget ini..."
"Bodo amat! Pokoknya Aku gak mau!"
"Dosaaaa!!!!"
PPPPEEESSSSTTTTTT
DDDDDDUUUUUAAAAAAAAARRRRRR
DDDDDDUUUUUAAAAAAAAARRRRRR
Gemuruh petir menyambar tegas, menggertak beberapa manusia yang sedang santai-santai berubah kecut.
Tidak kecuali Ando, meninggalkan siaran televisi di ruang keluarga, berlari mengejar birahinya di kamar. Ando sedang dikuasai gelombang nafsu, gara gara pacarnya yang acap menggoda saat video call, tergiur oleh cara berpakaian Lani. Bersandar di atas bantal, Ando tak terhitung sudah berapa sering menyentuh Senjata Laki-Lakinya. Kepada Lani ia berharap suasana bisa tenang. Nafsu tidak lagi menggerayanginya.
Namun, apa boleh dikata, Lani menolak bujukan Ando, rayuan tak mempan, kata DOSA yang diiringi suara petir menjadi kata yang membungkam Ando yang hampir selalu mendesak tak kenal ampun. Sebelumnya Ia bisa meluluhlantakkan birahi Lani, sehingga Lani mau bertelanjang badan di depan Ando saat Video Call. Mereka bersama-sama mendaki gairah seks. Masturbasi dan meraungkan desahan seakan betul-betul sedang bersetubuh.
"Aku gak mau! titik!"
"Hhh.. ayo dong sayang"
"Sebentar aja, aku udah kebelet banget inih!"
"Ih kamu kok jadi maksa-maksa yah!"
"Udah ah aku mau tidur!"
BLEPPHHH
"ARGHHHH"
"Ayo diangkat teleponnya sayang!", Ando berusaha menghubungi kembali Lani, akan tetapi tidak dijawab.
"Hergh, Awas kamu ya! Udah mulai ngelawan yah!" gerutu Ando dengan wajah masam. Suasana hatinya menjadi kacau balau, nafsu birahinya menggantung tak ada kepastian.
"Emosssiiii gue samaaa luuuh!!!!"
"Erghhhhh taik!", Ando meninju-ninju kasur, melampiaskan kekesalannya menggebu-gebu.
BRRRRAAAAAAKKKK
Buku kuliahnya pun terjatuh berserakan, diabaikan oleh Ando yang hanya sedang mau mendengar suara Lani mendesah.
"Kalau udah begini jadinya"
"Bingung kan gua..."
"..."
"Haduh, sumpah! jadi bete bange njay!" Hujan turun semakin deras tak peduli dengan ocehan-ocehan Ando, justru...
PEEESSSSSTTTTTTTT
DDDUUAAARR
DDDUUAAARR
Gemuruh kembali menggebrak malam. Ando terkaget-kaget. Matanya terpejam kuat-kuat kala kilat lewat. Apalagi suara teriak Ayahnya muncul tiba-tiba seusai petir menyambar, semakin gentarlah jiwa Ando. Birahinya kemudian luluh, ditaklukan suara ayahnya yang seakan sedang diliputi ledakan amarah. Ando heran, lupa sejenak bahwa ada yang sedang tegang sembari tadi.
"Andoo!!! Andooo!!!"
"Keluar kamu!"
See You Next Episode
disini suhu @
