Part 14
Mama Fience memang eksotis. Hitam manis dengan bibir yang sensual, membangkitkan gairahku untuk sering - sering mencium bibirnya.
Dan ketika aku yang sudah telanjang lagi ini baru naik ke atas bed, Mama Fien menyambutku dengan rangkulan hangatnya, dengan senyum manis di bibir sensualnya.
Aku pun menerkamnya dengan sepenuh gairahku. Menciumi bibir sensualnya sambil meremas toketnya yang tidak sekencang toket Yuniar, tapi masih sangat enak untuk diremas.
Mama Fien pun mendekap pinggangku erat - erat, seolah takut kalau aku menjauh. Namun target utamaku kali ini adalah ingin menjilati memeknya yang masih tampak “terkatup” itu. Masalahnya, aku sudah sering menjilati memek yang putih dan “isian”nya berwarna pink. Dan aku ingin merasakan sejauh apa bedanya dengan memek wanita yang warna kulitnya lebih gelap daripada kulit Yuniar ini.
Maka tak lama kemudian aku melorot turun. Mengemut pentil toketnya sejenak, lalu melorot lagi untuk menjilati pusar perutnya.
Dan akhirnya mulutku sudah berada tepat di atas memeknya yang berwarna lebih gelap namun masih terkatup rapat. Ketika kedua tanganku mengangakan bibir luar memek Mama Fien, tampak bagian dalamnya seperti merah darah ... merah membara yang sangat merangsang birahiku.
Lalu ujung lidahku mulai menjilati bagian yang merah membara itu dengan sepenuh gairah birahiku.
Mama Fien pun mulai menggeliat - geliat sambil meremas - remas kain seprai.
Ini membuatku semakin bergairah, ingin agar mama Fien klepek - klepek, lalu ketagihan dan jadi kompak denganku untuk meluluhkan hati suaminya. Agar menyetujui pernikahan siriku dengan Yuniar.
Jadi, sebenarnya aku melakukan semua ini demi ketenangan Yuniar juga. Agar dia bisa bekerja kembali sebagai manager pelaksana replanting perkebunan di lahan punya Mamie itu.
Dan kini aku sudah fokus untuk menjilati dan menyedot - nyedot kelentit Mama Fien, membuat wanita hitam manis itu semakin mengeliat - geliat disertai dengan desahan dan rengekan erotisnya, “Aaaa ... aaaaah ... Booonaaaaa ... ini luar biasa enaknya Booon ... ternyata kamu jauh lebih pandai daripada papanya Yuniaaar .... aaaaah ... aaaaah ... cu ... cukup Bon ... memekku udah mulai basah nih ... “
Mama Fience sudah bukan perawan lagi. Karena itu aku tak perlu berlama - lama menjilati memeknya. Yang penting mulut memeknya sudah basah.
Maka aku pun meletakkan moncong kontolku di mulut memek ibu tiri Yuniar itu.
Spontan Mama Fience merenggangkan sepasang pahanya. Sehingga aku pun langsung mendorong kontol ngacengku sekuat mungkin. Dan ... kontolku mulai amblas ke dalam liang memek ibu tiri Yuniar ... blessssssssss ... disambut dengan rengkuhan di leher dan ciuman yang nyelepot di bibirku.
Aku pun mulai mengentotnya perlahan - lahan dulu ... menimbulkan erangan perlahan dari mulut Mama Fience, “Ooooohhhh ... akhirnya bisa juga mama merasakan enaknya kontol sekeras dan segede ini ... kontol anak muda yang masih sempurna ngacengnya ... entotlah selama mungkin ya Booon ... “
Sambil meremas toketnya yang berukuran sedang dan masih sangat kenyal untuk kuremas, aku pun mulai mempercepat entotanku. untuk mulai membuktikan bahwa memek wanita berkulit sawomatang ini legit sekali rasanya.
Mama Fience pun menyambut entotanku dengan goyangan pinggulnya, yang begitu lincah memutar - mutar dan meliuk - liuk. Sehingga kontolku serasa dibesot - besot dan diremas - remas oleh liang memek legitnya.
“Mama ... ughhhh ... memek Mama legit banget ... “ ucapku terengah.
“Kontolmu juga luar biasa enaknya ... ereksinya sempurna ... maklum kontol anak muda ... entot terus Bon ... entooooooottttttt ... entoooooottttttt ... iyaaaaa ... iyaaaaaa... baru sekali ini mama merasakan dientot yang begini enaknya Booon .... entoooottttt ... entooootttttt .... “
Goyangan pinggul Mama Fien pun semakin lincah, memutar - mutrar dan meliuk - liuk. terkadang bokongnya menghempas - hempas ke atas kasur, sehingga itilnya seolah disengaja untuk bergesekan dengan badan kontolku. Dan mungkin memang disengaja. Agar bagian yang terpeka di kemaluannya itu senantiasa bergesekan dengan kontolku.
Namun hal itu membuatnya cepat orgasme.
Ya, baru belasan menit aku mengentot liang memek legit Mama Fien ini, tiba - tiba dia berkelojotan sambil berdesah - desah. Dan ... dia mengejang sambil menahan nafasnya, sambil mencengkram sepasang bahuku dan meremasnya kuat - kuat. Disusul dengan geliat liang memeknya yang sedang berkedut - kedut kencang, pertanda sedang melepaskan lendir libidonya. Lendir yang lalu membuat liang memeknya jadi agak becek.
Namun aku seolah tak mau memberi ampun padanya. Kontolku tetap kuayun. Maju mundur dengan gencarnya di dalam liang memek yang sudah becek itu. Sementara Mama Fience terkapar lunglai, sambil memejamkan matanya. Goyangan pinggulnya pun terhenti beberapa saat.
Namun pada suatu saat Mama Fience membuka kelopak matanya. Sepasang mata bundar bening itu pun menatapku sambil menyunggingkan senyum di bibir sensualnya.
“Mama udah orgasme barusan. Tapi kamu belum apa - apa ya. Ayolah mama ladeni. Sekarang udah hilang ngilu - ngilunya, “ kata Mama Fience sambil menggeolkan kembali pantatnya, laksana penari perut dari Timur Tengah yang jauh lebih hot daripada penari di negaraku.
Tapi Mama Fience tidak tahu kemampuanku yang sebenarnya. Dia juga tidak tahu bahwa aku akan memamerkan keperkasaanku yang semoga jauh melebihi lelaki mana pun yang pernah menggaulinya.
Aku mengentotnya habis - habisan. Sampai badanku mulai bercucuran keringat. Mamie Fien orgasme dan orgasme lagi, dalam bermnacam - macam posisi, dengan tubuh yang sudah basah oleh keringatnya bercampur aduk dengan keringatku. Namun aku masih perkasa untuk mengentot ibu tiri Yuniar itu tanpa ampun.
Sampai pada suatu saat, aku mendengar bunyi denting handphoneku ... triiiing ... !
Aku tahu bahwa itu bunyi WA dari Yuniar. Karena tone notifications-nya kubedakan dengan WA dari yang lain.
Maka aku pun konsentrasi pada legit dan nikmatnya liang memek Mama Fience meski sudah becek karena sudah berkali - kali orgasme dalam entotanku.
Maka pada suatu saat aku pun mulai tiba di detik - detik krusialku. Dan bertanya, “Lepasin di mana Mam ?”
“Udah mau ngecrot ? Owhhh ... lepasin di dalam aja. Barengin sama mama ... ini mama juga udah mau orgasme lagi ... ayo barengin Bon ... biar nikmat ... “
Lalu pinggul Mama Fience pun bergoyang gila - gilaan, untuk menyambut datangnya puncak nikmat yang ingin kami capai secara bersamaan itu.
Ketika puncak nikmat itu kami capai secara bersamaan, kami jadi seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Mata sama - sama melotot, sambil saling cengkram dan saling remas, seolah ingin saling meremukkan tulang di dalam tuibuh kami.
Lianbg memek Mama Fien berkedut - kedut lagi, disambut dengan tembakan lendir kenikmatan dari moncong kontolku yang mengejut - ngejut juga .... croooooooooottt ... crooottttt ... croootttttttttt .... crooooooooooootttttttttttttt ... crotttt .... croooooooooottttt .... !
Lalu kami sama - sama terkulai lunglai. Perahu birahi pun terdampar di pantai, bernama pantai kepuasan ...
Mama Fien tampak tepar. Seolah tak peduli lagi apa yang sedang terjadi selanjutnya. Sementara aku sudah sangat penasaran ingin membaca WA dari Yuniar itu.
Setelah mencabut kontolku dari liang memek Mama Fience, bergegas aku menuju kamar mandi setelah mengambil handphoneku dari atas meja kecil di depan sofa.
Di kamar mandi, sambil kencing kubuka WA dari Yuniar itu. Ternyata isinya agak panjang : - Bona Sayang, bagaimana suasananya ? Baik - baik aja ? Aku punya saran, agar Mama berpihak kepada kita, gauli aja dia Bon. Kalau sudah kamu gauli, pasti dia akan bergabung dengan kita untuk melunakkan hati Papa. Lagian dia sangat dominan menguasai Papa. Apa pun yang dikatakannya kepada Papa nanti, pasti disetujui oleh Papa. Rayu aja dia Bon. Rayu sampai kamu bisa menggaulinya ya Sayang -
Aku tersenyum sendiri. Ternyata Yuniar punya pikiran yang sama denganku. Tapi aku masih berpura - pura bego. Lalu kubalas WA itu dengan : - Memangnya kamu tidak cemburu kalau aku sampai bisa menggauli Mama ? -
Yuniar : -Nggak Bon. Kita kan punya tujuan untuk melicinkan jalan kita ke depannya -
AKu : -Kalau kelak dia ketagihan gimana ?-
Yuniar : - Ya kasih aja. Gakpapa. Demi lancarnya rencana kita, aku harus berkorban kan ? -
Aku : - Oke deh. Aku akan berusaha merayunya ya. Mudah - mudahan aja dia mau. Kamu mau pulang kapan ? -
Yuniar : - Terserah instruksi darimu. Kapan pun aku siap pulang, asalkan situasinya sudah aman dan terkendali. Hihihihi ... kayak polwan aja -
Aku : - Oke, kalau gitu kamu pulang besok pagi aja ya -
Yuniar : - Siap Boss. Selamat ena-ena sama mama tiriku yang item manis itu yaaa. Aku bakal bangga kalau kamu berhasil mendapatkan Mrs. V Mama. -
Aku tersenyum sendiri. Karena aku berhasil mengelabuinya. Aku seolah - olah belum menyetubuhi Mama Fien. Padahal sejak dua jam yang lalu aku telah membuat Mama Fien klepek - klepek dan membuatnya berkali - kali memekik di puncak orgasmenya.
Dan aku menyuruh Yuniar pulang besok pagi, karena aku punya rencana untuk mengentot Mama Fien menjelang fajar menyingsing nanti ...
Rencana itu kulaksanakan. Ketika jam menunjukkan pukul 5 pagi, kontolku sudah kubenamkan lagi ke dalam liang memek Mama Fien.
Mama Fien pun membuka matanya. Lalu melingkarkan lengannya di leherku, diikuti dengan ciuman hangatnya di bibirku. Kusambut dengan lumatan penuh nafsu birahi.
Namun pada saat berikutnya aku pun mulai menjilati lehernya sambil sesekali kudaratkan gigitan gigitan kecil, sementara kontolku mulai gencar mengentot liang memeknya yang legit dan hangat ini.
Mama Fien pun ingin meladeniku sebinal binalnya, mungkin. Dia mulai menggoyang goyangkan bokongnya dengan gerakan memutar, meliuk liuk dan menghenpas hempas. Dan tiap kali pantatnya menghempas, kelentitnya bergesekan dengan batang kontolku. Mungkin hal ini yang diinginkannya. Supaya kelentitnya sering bergesekan dengan kontolku.
Maka rintihan rintihan histerisnya pun mulai berkumandang di dalam kamar ini. “Aaaah … Booonaaa … aku pasti bakal ketagihan dientot sama kamu Bon. Ini luar biasa enaknya Boooon …. ooooh … kamu bukan cuma ganteng. Tapi juga sangat perkasa. Ayolah entot aku selama mungkin Bon … entottt terusssss … iyaaaaa … iyaaaaa … entot teruuuuuusssss … entoooooootttttt …. oooh nikmatnya entotanmu Booon …aku bisa tergila gila olehmu nantiiiii …. “
Aku pun semakin bergairah untuk memamerkan keperkasaanku. Bahkan ketika Mama Fien sudah berkelojotan, lalu mengejang tegang diikuti oleh rintihannya, “ Boonaaa … oooh … mama udah lepasss … “ aku tak mempedulikannya. Malah semakin gencar menggenjot liang kewanitaannya yang mulai becek itu.
Mama Fien awalnya seperti tersiksa. Tapi beberapa saat berikutnya, dia mulai menggeol geolkan pantatnya lagi. Dengan sikap dan perilaku sedang menikmati keperkasaanku ini.
Namun pada saat itu pula terdengar suara Yuniar yang ternyata sudah muncul di dalam kamarku ini : “ Pagi gini sudah ena-ena ? “
Aku tidak terlalu kaget, karena aku sudah menyuruh Yuniar datang di pagi ini. Tapi Mama Fien benar benar terkejut.
“ Yu … Yuniar … oooooh … maafkan mama ya Yun … mama memang salah … maafkan mama yaaa … “ ucap Mama Fien tersendat sendat, karena aku sedang gencar mengentotnya.
“ Gak usah minta maaf Mama, “ sahut Yuniar sambil naik ke atas bed, “ Aku memang sayang sama Mama. Karena itu aku rela berbagi Bona dengan Mama. Yang penting Mama harus bisa menjinakkan Papa, agar tidak lagi memaksaku kawin dengan lelaki tua itu. “
“ Iya Yun … iyaaa … apa pun yang kamu inginkan, akan mama ikuti. Asalkan kamu tak marah sama mama, “ cetus Mama Fien dengan nada memohon.
Yuniar tersenyum sambil mengangguk angguk, sambil melepaskan segala yang melekat di tubuhnya, sampai telanjang bulat. Lalu ia merebahkan diri di samping Mama Fien, sambil memegang dan meremas remas toket ibu tirinya.
Mama Fien malah berkata kepada anak tirinya, “ Iya … remesin tetek mama Yun … mama udah mau lepas lagi Yuuun … ooooh … Boooonaaa … mama mau lepas lagi Booon ….. entot terus Bon … entotttt … entotttttt … Boooonnnnn … ooooooh … ooooo … oooooohhh … Booonaaaa … ini mau lep … lepaaaaassssss …… “
Mama Fien berkelojotan lagi. Dan mengejang lagi untuk yang kedua kalinya. Kemudian terkulai lemas. Sementara aku belum apa apa.
Kucabut kontolku dari liang tempik Mama Fien. Kemudian aku bergerak ke atas tubuh Yuniar. Tanpa mempedulikan Mama Fien lagi.
Kuselusupkan jari tengah ke dalam celah memek Yuniar. Ternyata basah. Mungkin karena Yuniar sudah horny sejak tadi, sejak melihatku tengah mengentot ibu tirinya.
Karena itu aku tak usah menjilati memek Yuniar, langsung saja kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek Yuniar yang sudah tercukur bersih seperti memek ibu tirinya itu.
Lalu kudorong kontolku yang masih ngaceng berat ini (karena belum ejakulasi). Sedikit demi sedikit aku berhasil membenamkan kontolku sampai hampir separuhnya. Ini dengan mengerahkan kekuatanku, karena liang memek Yuniar masih sempit, jauh lebih sempit daripada liang memek ibu tirinya.
Tiba tiba Mama Fien meng”interupsi” : “ Nanti ejakulasinya lepasin di mama ya. “
“ Mau di memek Mama ? “ tanyaku.
“ Di sini, “ Mama Fien menunjuk mulutnya sendiri yang dingangakan, “ Biar ditelan habis. Takkan disisakan setetes pun. “
Yuniar tidak menanggapi. Aku pun tidak menanggapi, karena sedang mulai mengentot memek Yuniar perlahan lahan. Tapi permintaan Mama Fien itu kuingat ingat. Sekalian ingin tahu sejauh mana Mama Fien menggilaiku.
Lalu aku konsen ke Yuniar lagi. Yuniar yang tidak peduli dengan kehadiran ibu tirinya itu. Bahkan ketika kontolku mulai lancar mengentotnya, Yuniar memejamkan matanya dengan mulut ternganga dan mendesah desah, “ Aaaaaa … aaaaaahhhhh … aaaaaaa … aaaaaaaaah … aaaaa … aaaaaaah … aaaaaaaa ,,, aaaaaaaahhhhhh … Bonaaaaa …. aaaaaaah …. aaaaa … aaaaaaahhh … aaaaaaaa … aaaaaaaahhhhh … Boooon … aaaaaaaaaahhhh … Boooon … aaaaaaaaaaahhhhh …. “
Mama Fien pun duduk di dekat pangkal lengan Yuniar. Sambil tersenyum senyum. Seolah ingin melakukan sesuatu pada anak tirinya. Tapi lalu ia bergerak ke antara sepasang kakiku. Lalu terasa Mama Fien masih bisa menjilati pelerku dengan lahapnya.
Ketika berada di samping Yuniar lagi, Mama Fien “membantu” kenikmatan anak tirinya. Dia menggesek gesek kelentit Yuniar dengan ujung jemarinya. Karuan saja Yuniar semakin merintih rintih histeris. “Bonaaaa …. Ooooohhhhh … Bonaaaaa …. Oooooh … Maaamaaaa … Ooooooh …. Maaaaaamaaaaa … Oooohhhh … Booonaaaaaaaa Ooooh …. “
Aku pun tak kalah nakal. Ketika sedang asyik mengentot Yuniar, tanganku masih sempat meremas remas toket Mama Fien, masih bisa menggerayangi memek Mama Fien. Bahkan ketika Yuniar berkelojotan seperti mau orgasme, telunjuk dan jari tengahku masih bisa menyodok nyodok liang memek Mama Fien yang masih becek itu. Mama Fien pun menggeliat geliat dengan mata terpejam pejam. Pada saat yang sama Yuniar mengejang tegang. Lalu memekik lirih di puncak orgasmenya. Kubiarkan kontolku di dalam liang memek Yuniar, untuk menikmati kedat kedut liang surgawinya yang tengah mengalami orgasme. Sementara jari jari tanganku tetap asyik menggenjot liang kewanitaan Mama Fien.
Tak lama kemudian, ketika Yuniar sudah terkulai lemas, aku pun mencabut kontolku dari liang memeknya. Lalu kubenamkan kontolku yang masih belum ejakulasi ini ke dalam liang memek Mama Fien.
Mama Fien tampak senang sekali ketika menyadari bahwa liang memeknya sudah dientot lagi olehku. Tapi aku tak kuasa lagi menahan klimaks dari semuanya ini.
Dan aku teringat permintaan Mama Fien tadi, agar spermaku dimuntahkan di dalam mulutnya. Maka cepat kucabut kontolku dari memek wanita hitam manis itu. Lalu bergegas kumasukkan ke dalam mulutnya yang sedang ternganga.
Dengan binalnya Mama Fien memegang pangkal kontolku. Dan terasa kontolku disedot sedot olehnya. Kontolku mengejut ngejut di dalam mulut Mama Fien, sambil memuntahkan lendir kenikmatanku. Croooooooooooottttt … crotttt … croooooootttttttttttt …crootttcrotttt … crooooooooootttt … !
Mama Fien benar benar menelan pejuhku sampai habis, tak disisakan setetes pun.
Tapi Mama Fien seperti belum puas. “ Kalau anak muda, pasti bisa ngaceng lagi, “ ucapnya. Lalu kontolku dikulum dan disepongnya terus dengan binalnya.
Hanya dalam hitungan menit kontolku memang ngaceng lagi. Tanpa mengucapkan kata kata, Mama Fien mendorong dadaku sampai celentang. Kemudian ia naik ke atas pangkal pahaku, dengan sepasang lututnya berada di kanan kiriku. Sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi ini. Dan mengarahkan puncak kontolku ke belahan memeknya. Lalu ia menurunkan bokong semoknya. Dan … blesssss … kontolku sudah masuk lagi ke dalam liang memek Mama Fien.
Ternyata Mama Fien menikmati hubungan seks dalam posisi WOT. Sambil berlutut, dia mulai mengayun bokongnya. Sehingga kontol ngacengku mulai dibesot besot oleh liang memeknya yang becek tapi masih terasa legit. Sementara Yuniar sudah duduk dan menyaksikan binalnya Mama Fien yang tengah mengayun bokongnya.
Mungkin Yuniar sedang belajar tentang hubungan seks dalam posisi WOT.
Mungkin juga Yuniar sudah terangsang oleh apa yang sedang ibu tirinya lakukan bersamaku. Tangan kiri Yuniar mulai mengusap usap memeknya sendiri, sementara tangan kanannya mengusap usap dadaku. Dan bahkan pada suatu saat Yuniar menciumi bibirku dengan lahapnya.
Setelah ciumannya terlepas, aku memberi isyarat pada Yuniar. Agar ia berlutut dengan kedua lutut berada di kanan kiri leherku, agar aku bisa menjilati memeknya. Ternyata Yuniar cukup cerdas. Ia mengerti pada isyaratku. Kemudian ia berlutut sedemikian rupa, sehingga memeknya berada tepat di atas mulutku.
Lalu, ketika Mama Fien sedang gencar mengayun bokongnya, aku pun bisa menjilati memek Yuniar dengan lahapnya.
Maka kini jadi dua orang yang merintih rintih histeris, Yuniar dan ibu tirinya. Tentang keringat jangan ditanya. Sejak tadi badan kami bertiga sudah mengkilap oleh keringat.
Tapi permainan kami bertiga malah semakin syur. Mama Fien semakin gencar mengayun bokongnya, membuat kontolku dibesot besot terus oleh liang memek legitnya. Sementara aku sendiri semakin lahap menjilati memek Yuniar. Bahkan pada suatu saat kusedot sedot kelentit Yuniar, sementara telunjuk dan jari tengahku bergerak gerak seperti kontol sedang mengentot memek Yuniar.
Sampai pada suatu saat, Mama Fien mengangkat bokongnya, sampai kontolku terlepas dari liang memeknya. Kemudian Mama Fien menepuk bahu Yuniar sambil berkata, “ Sekarang tukar tempat. “
Maksud Mama Fien, menyuruh Yuniar beraksi dalam posisi WOT, sementara Mama Fien ingin merasakan nikmatnya posisi facesitting.
Yuniar mengiyakan saja anjuran ibu tirinya. Lalu meletakkan kedua lututnya di antara kedua pangkal pahaku. Sambil mengarahkan memeknya ke dekat puncak kontolku.
Mama Fien turut membantu, membetulkan kedua kaki Yuniar, agar arahnya tepat.
Lalu Yuniar memegang kontolku sambil menurunkan bokongnya. Akhirnya kontolku membenam ke dalam liang memek Yuniar. Sementara Mama Fien mulai “duduk” di atas leherku. Tentunya bukan duduk menghimpit leherku. Bokongnya masih ditahan agar jangan sampai menggencet leherku. Namun memeknya memang sudah bersentuhan dengan mulutku.
Lalu mulailah permainan segitiga yang biasa disebut threesome FFM ini. Bahwa liang memek Yuniar mulai membesot besot kontolku, sementara bibir dan lidahku mulai asyik menjilati memek dan kelentit Mama Fien.
Kenikmatan yang kurasakan jadi 2 kali lipat. Karena bisa merasakan nikmatnya kontolku dibesot besot oleh liang memek Yuniar yang masih sempit menjepit itu, sementara bibir dan lidahku sedang merasakan nikmatnya menjilati memek Mama Fien secara habis habisan.
Maka rintihan histeris pun berkumandang lagi. Dari Mama Fien yang memeknya sedang kujilati abis abisan. Dan dari Yuniar yang liang memeknya sedang bergesekan terus menerus dengan batang kontolku.
Keringat pun menetes netes di badanku. Keringat Yuniar dan keringat ibu tirinya.
Tapi semuanya itu membuatku semakin merasakan nikmatnya.
Belasan menit kemudian, Mama Fien malah memintaku untuk mengubah ke posisi doggy. Aku Cuma mengiyakan saja, agar dia semakin menggilaiku. Agar dia kompak dengan Yuniar, untuk membujuk ayah Yuniar, agar jangan memaksa menjodohkan dengan lelaki tua yang tidak disukai oleh Yuniar itu.
Lalu Yuniar jadi penonton lagi. Sementara Mama Fien sudah mendekam dan menungging di atas bed, sambil menyuruh Yuniar mengikuti posisinya. Yuniar menurut saja, mendekam dan menungging di samping ibu tirinya.
Aku pun mulai berlutut di depan bokong Mama Fien yang sudah menungging itu. Lalu kuarahkan kontolku ke mulut memek Mama Fien yang tampil full dari belakanngnya itu.
Tak sulit membenamkan kontolku ke dalam liang memek Mama Fien yang masih basah dan licin itu. Sementara Yuniar masih menganggur, tapi sudah menungging di samping ibu tirinya.
Permainan pun diawali dengan ayunan kontolku di dalam liang memek Mama Fien, sementara Yuniar menungging di samping kiri ibu tirinya.
Memang petualangan seksualku selalu indah dan mengesankan.
Ketika entotanku mulai gencar, aku masih sempat menepuk – nepuk bokong YHuniar dengan tangan kiriku, Terkadang tangan kananku pun digunakan untuk mengemplangi bokong semok Mama Fien. Bahkan terkadang aku pun sempat menyodok nyodok memek Yuniar dengan jari jemariku.
Beberapa menit kemudian kucabut kontolku dari liang memek Mama Fien, lalu kubenamkan ke liang memek satunya lagi. Liang memek Yuniar.
Pada saat inilah Mama Fien mulai kreatif. Dengan memegang pelerku yang tergantung dan bergoyang goyang waktu aku mulai gencar mengentot Yuniar. Bahkan pada suatu saat Mama Fien bisa menjilati pelerku, terkadang terasa mengisapnya juga.
Cukup lama semuanya ini terjadi. Sampai Yuniar mencapai orgasmenya lagi dalam posisi doggy ini. Sementara Mama Fien sudah celentang lagi di atas kasur, dengan kedua kaki yang mengangkang.
Yuniar pun ambruk tengkurap di atas kasur, dengan tubuh seperti lemas sekali.
Aku pun pindah sasaran ke atas perut Mama Fien. Karena ibu tirinya Yuniar tampak belum menyerah dan masih bergairah.
Dalam posisi missionary ini dengan mudah aku bisa membenamkan kontolku ke dalam liang tempik Mama Fien.
Mama Fien memang masih bergairah sekali. Dia menyambutku dengan pelukan hangat ketika kontolku mulai menerobos liang surgawinya kembali. Dan ketika aku mulai mengentotnya, Mama Fien menyambut dengan ciuman dan lumatan di bibirku. Sementara aku pun tak sekadar mengentot liang memeknya saja. Setelah ciuman dan lumatan Mama Fien terlepas, aku pun mulai menjilati lehernya, disertai dengan gigitan gigitan kecil yang tidak menimbulkan bekas.
“ Oooooh … Boooonaaaaaa … Boooonaaaa … permainanmu memang selalu membuatku keenakan Booon. Kamu tahu persis di mana titik titik sensitif di tubuh wanita. Ooooh Booonaaa … dientot sama kamu sih, sehari lima kali pun mama mauuu. Oooooohhhhh … kontolmu luar biasa enaknya Booon …. Iyaaaaa …. Entot terus Booon … entoooottttt … entooooootttttttt …. iyaaaaaaaaa … entooooooootttttttt … Bona sayaaaang … ini luar biasa nikmatnya Booooooooooonnnn … jangan brenti brenti Booon … entot terusssssssss … entoooooootttttt …. iyaaaaaa … iyaaaaaaa …. “
Mama Fien semakin bergairah lagi ketika aku mengentotnya sambil menjilati dan menyedot nyedot pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku digunakan untuk meremas remas toket kanannya. Sehingga desahan dan rintihan histerisnya semakin menjadi jadi.
Tak cuma itu. Ketika tangan Mama Fien sedang terentang, aku pun menyerudukkan mulutku ke ketiaknya. Lalu kujilati ketiak Mama Fien yang bersih dari bulu ketek itu, disertai dengan gigitan kecil dan isapan kuat.
Kali ini Mama Fien menggeliat geliat sambil merintih, “ Bonaaa … oooooh … edaaaaan … ini akan membuat mama lepas lagi Boooon … lepas lagi … lepaaaaassssss … ! “
Mama Fien berkelojotan, kemudian menggeliat dan mengejang tegang. Dan … dia mencapai orgasmenya, entah untuk keberapa kalinya.
Sedangkan naku belum apa apa. Maka terpaksa aku mencabut kontolku dan pindah ke atas tubuh Yuniar yang sedang celentang di samping ibu tirinya.
Yuniar Cuma tersenyum ketika aku sudah berhasil menyelundupkan kontolku ke dalam liang tempiknya lagi.
“ Tadi Mama menelan air maniku samtak disisakan setetes pun. Kamu mau melakukan hal yang sama ? “ tanyaku.
“ Mau, “ sahut Yuniar.
“ Iya. Nanti kalau sudah mau ejakulasi, akan kumasukkan ke dalam mulutmu, “ ucapku.
Lalu aku mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek Yuniar yang masih terasa super sempit ini. Untungnya liang memek Yuniar sudah orgasme dan masih mekar liang memeknya. Sehingga aku lancar mengentotnya.
Namun setelah lebih dari seperempat jam aku menyetubuhi Yuniar, gejala gejala akan ejakulasi mulai kurasakan. Kebetulan Yuniar pun seperti mau mencapai orgasme lagi. Maka tanpa ampun lagi kupercepat entotanku, sementara Yuniar mulai berkelojotan. Tapi aku tetap gencar mengentotnya. Dan ketika sekujur tubuh Yuniar mengejang tegang, cepat kucabut kontolku dari liang memek gadis yang sudah kuambil keperawanannya itu. Lalu buru buru kudekatkan kontolku ke mulut Yuniar yang sedang ternganga. Lalu … blem …. Yuniar masih sempat memegang kontolku lalu mengulumnya.
Karena Yuniar belum berpengalaman, belum tahu apa yang harus dilakukannya, aku pun menggerak gerakkan kontolku, maju mundur di dalam mulut Yuniar.
Dan …kontolku mengejut ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku di dalam mulut Yuniar.
Crettt … crooooooooottttt … crettt …crooooooooottt … cretttttcroooooottttttt … crett … !
Tanpa kelihatan ragu ragu, Yuniar menelan pejuhku sampai habis. Lalu tersenyum padaku.
“ Gimana rasanya ? “ tanyaku
“ Agak asin dan gurih … kayak putih telor dikasih garam dikit, “ sahut Yuniar yang disambut dengan ketawa Mama Fien di sampingnya.
Suhu suhu sekalian yang rajin membaca thread ini,
Sebenarnya karya Sis @Neena sudah berakhir di part ini dari awalnya. Jadi sebagian besar part ini adalah karya saya. Memang masih ada sedikit lagi lanjutannya, tapi ada yang salah menurut pelakunya (Bona). Justru kesalahan itulah yang membuat kisah nyata 85 % ini jadi macet di tengah jalan.
Maka mulai dari part berikutnya, adalah 100 % karya saya.
Semoga suhu suhu maklum adanya.