Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Birahi Binal - Part 17

Iya @Neena pernah share cerita ini. Judulnya Birahi Liar - Di Dalam Keluarga Kami. Tapi thread nya udah dihapus.
iya maka nya ane kayak pernah baca dan ane inget inget lagi keinget nya sama PP nya @Neena ane cari cari ketemu dan siapa dulu yg post

tapi kalau mau dilanjut sampai tamat boleh sih sebab seingetku dulu @Neena kagak sampai tamat dan malah sudah lama kagak aktif tuh dia
 
iya maka nya ane kayak pernah baca dan ane inget inget lagi keinget nya sama PP nya @Neena ane cari cari ketemu dan siapa dulu yg post

tapi kalau mau dilanjut sampai tamat boleh sih sebab seingetku dulu @Neena kagak sampai tamat dan malah sudah lama kagak aktif tuh dia
Iya, Sdr. Mariodomo atas izin saya dan suami untuk mengupload kembali, sekaligus menuntaskannya sesuai dengan email dari yang namanya disamarkan sebagai Bona.
Semoga Sdr Mariodomo bisa menamatkan kisah yang tergantung bertahun tahun ini.
Terima kasih
Neena Maureen
 
Part 13







K
etika malam semakin larut, Yuniar merengek ingin disetubuhi sekali lagi. Aku pun mengabulkannya. Karena nafsuku memang sudah bangkit lagi.

Tapi dalam ronde kedua ini durasiku lumayan panjang. Sehingga Yuniar lebih dari dua kali orgasme. setelah dia tampak kepayahan, barulah aku berejakulasi.

Setelah bersih - bersih di kamar mandi, kami pun tertidur nyenyak sambil berpelukan.

Esoknya aku bangun kesiangan.

Ketika aku terbangun, aku tertegun melihat Yuniar sudah berubah 180 derajat. Memang dia masih mengenakan baju kaus dan celana pendek yang serba biru muda. Baju dan celana pendek yang dikenakannya waktu tidur semalam. Tapi wajahnya sudah bermake-up, meski cuma make-up tipis. Bibir sensualnya pun sudah dipolesi lipstick, juga cuma polesan tipis. Dan yang membuatku senang, ia menyambutku dengan senyum mankis. Manis sekali.

“Nah ... kalau sedang tersenyum begitu, kamu cantik sekali Yun, “ pujiku sambil membiarkan bibir sensualnya mencium sepasang pipiku.

“Sebenarnya aku ini anak broken home sejak ibuku meninggal dunia, pada waktu usiaku baru sepuluh tahun. Kemudian ayahku menikah lagi dengan seorang gadis yang usianya hanya lebih tua enam tahun dariku. Mungkin sejak saat itulah aku sangat jarang tersenyum, “ kata Yuniar sambil menunduk.

“Berarti sekarang ibu tirimu baru berusia tigapuluh tahun ?” tanggapku.

“Iya. “

“Apakah ibu tirimu galak seperti anjing boxer ?” tanyaku.

“Galak sih nggak. Mmm ... dia baik kok. Bahkan terkadang dia lebih baik daripada Papa. Tapi sebaik - baiknya ibu tiri, tentu takkan sebaik ibu kandung. Yah, minimal aku tidak bisa merasakan lagi pelukan hangat seorang ibu ... “

Lalu Yuniar menceritakan pengalaman masa kecilnya. Bahwa ketika pulang dari sekolah, ia ikut ke rumah temannya. Begitu temannya tiba di rumah, temannya disambut dengan pelukan dan ciuman ibunya. Sering Yuniar melihat temannya diperlakukan sepoerti itu oleh ibunya. Sementara Yuniar sendiri ?

Yuniar tidak pernah dimarahi apalagi dipukul oleh ibu tirinya. Tapi Yuniar tidak pernah dipeluk dan diciumi seperti perlakuan ibu kandung terhadap teman Yuniar itu. Padahal waktu ibu kandungnya masih hidup, Yuniar selalu disambut dengan pelukan dan ciuman sayang juga, seperti temannya itu.

Itulah sebabnya Yuniar menganggap sebaik - baiknya ibu tiri, takkan sebaik ibu kandung.

Selain daripada itu, ada hal yang tidak disukai oleh Yuniar. Pada waktu ibunya masih hidup, ayah Yuniar selalu dominan sebagai pemimpin di rumahnya. Tapi setelah ibunya meninggal dan ayahnya kawin lagi, keadaan menjadi sebaliknya. Ibu tirinya yang kelihatan berkuasa di rumahnya. Dalam hal apa pun ayahnya selalu mengalah. Dan apa pun yang dikehendaki oleh ibu tirinya, selalu saja dikabulkan oleh ayah Yuniar.

Semua itu diamati oleh Yuniar sejak kecil sampai dewasa.

“Mungkin hal itulah yang membuatku jarang tersenyum, apalagi ketawa, “ ucap Yuniar di akhir penuturannya. “Tapi sejak saat ini aku akan berusaha berubah, karena aku sudah jadi milikmu ... cowok yang kudambakan sejak semester pertama waktu masih kuliah dahulu. “

“Apakah kamu merasa bahagia setelah menjadi milikku sekarang. ” tanyaku sambil mendekap pinggang Yuniar.

“Sangat bahagia. Nih lihat ... apa yang Bona inginkan sudah kulakukan, “ kata Yuniar sambil melepaskan celana pendeknya. Lalu berlutut di lantai sambil melepaskan celana dalamnya.

‘Sudah bersih sekarang kan ?” Yuniar menatapku dengan senyum manis. Sementara aku terlongong setelah memperhatikan memeknya yang sudah bersih dari jembut. Bersih sekali.



“Hahahaaaa ... “ aku tergelak - gelak ketawa, sambil mendekap pinggangnya. Lalu mengangkatnya ke atas bed.

“Kalau sudah bersih begini, enak jilatinnya, “ kataku sambil mengusap - usap memek Yuniar yang sudah bersih plontos itu. “Tapi aku mau mandi dulu ya. Kamu sudah mandi ?”

“Sudah dari tadi, begitu bangun langsung mandi. Ohya ... itu ada toaster dan rotinya juga. Mau dibikinin roti bakar buat sarapan ?”

“Boleh, “ sahutku, “tapi yang terpenting harus ada kopi. Kopi hitam aja, jangan pakai apa - apa lagi. “

“Gula sih pakai kali ya ?”

“Jangan. Aku senang kopi pahit Sayang. “

“Mmmm ... bahagianya hatiku kalau sudah dipanggil sayang sama kamu Bon ... “ Yuniar memejamkan matanya sambil mengelus - elus telapak tanganku.

“Ya udah aku mau mandi dulu ya, “ ucapku sambil turun dari bed.

“Iya, aku mau nyiapkan sarapan buat pangeranku, “ sahut Yuniar sambil turun dari bed juga.

Sementara aku langsung masuk ke dalam kamar mandi.

Pada waktu sedang mandi, aku memikirkan masalah Yuniar itu. Sebenarnya dia sudah memenuhi kriteriaku untuk menjadi calon istriku. Terlebih lagi kalau aku mengingat pepatah, “Carilah pasangan yang mencintaimu, jangan hanya sekadar yang kamu cintai... “

Dan aku percaya bahwa Yuniar sangat mencintaiku. Tapi aku tak mau terburu - buru. Aku belum tahu karakter dia yang sebenarnya. Latar belakang keluarganya pun harus kuselidik dahulu lebih jauh. Karena sekalinya aku melangkah maju, pantang untuk surut lagi ke balakang.



Selesai mandi dan berpakaian casual, aku duduk di atas sofa ruang keluarga. Karena roti bakar keju dan secangkir kopi panas sudah dihidangkan di situ.

Tak lama kemudian Yuniar pun muncul dan duduk merapat ke samping kiriku, dengan senyum manis di bibir sensualnya lagi. Mungkin dia sedang melatih untuk tersenyum terus manakala berdekatan denganku.

Lalu ia merapatkan pipi kanannya ke pipi kiriku, sambil berkata setengah berbisik, “Abis sarapan, main lagi ya. “

“Main apa ? Pengen dientot lagi ?” tanyaku sambil menggelitik pinggangnya.

“Iya. Kan jembutku sudah dicukur abis. Harus dicobain apa bedanya berjembut dengan tidak. “

“Buatku sih yang berjembut dan yang botak punya kelebihan masing - masing. Jadi ... sama aja enaknya. “

“Pasti ada bedanya lah. “

“Mmm ... kalau digundulin, memang enak ngejilatinnya. Kalau gondrong kan bisa ada jembut bisa nyangkut di gigi. “

“Hihihiiii ... pengen nyobain kayak apa sih memek dijilatin ... “

“Dahulu orang bule banyak yang pelihara anjing, lalu dilatih untuk menjilati memek majikannya. Tapi sekarang manusia yang jilatin memek, “ kataku sambil menarik pinggang Yuniar, agar dia duduk di atas kedua pahaku.

Setelah Yun duduk di atas pangkuan, tanganku langsung menyelinap ke balik celana pendeknya yang longgar dan ... langsung menyentuh memeknya yang baru habis dicukur itu.

“Bekas kemaren sore, sakit nggak ?” tanyaku.

“Nggak, “ Yuniar menggeleng.

“Hebat. Kamu memang bukan cewek cengeng. “

Lalu aku bangkit sambil membopong tubuh Yuniar, menuju ke dalam kamar.



Ketika aku mulai menjilati memeknya, Yuniar pun mulai menggeliat - geliat. Sambil meremas - remas kain seprai yang baru diganti olehnya dengan kain seprai bersih pada waktu aku sedang mandi tadi.

Terlebih ketika aku mulai menjilati itilnya, Yuniar pun mulai mengusap - usap rambutku sambil mendesah - desah, “Booon ... aaaaaa ... aaaaah ... Booon ... dijilatin gini ... fantastis sekali Booon ... sama aja enaknya dengan dientot ... aaaaa ... aaaaah ... Booonaaaa ... aku ... aku jadi semakin dalam mencintaimu Booon .... “

Aku semakin gencar menjilati itilnya sambil sesekali kusedot - sedot bagian yang cuma sebesar kacang kedelai itu.

“Adududuuuuhhh ... Boooon ... kok rasanya aku ... aku mau orgasme Booon... gimana Boon ?’ ri ntih Yuniar pada suatu saat.

“Lepasin aja ... kalau mau orgasme ... lepasiiin ... “ ucapku sambil menghentikan jilatanku. Tapi lalu menjilati itilnya kembali lebih lahap ... juga kusedot - sedot, sampai itilnya kelihatan agak “mancung”.

“Boonaaaaa ... Bonaaaaa ... aaaaaaaaah ... Booonaaaa .... “ Yuniar memekik - mekik tertahan, sambil mengepak - ngepak kasur, seperti burung patah sayapnya, ingin terbang tapi tak bisa.

Yuniar berkelojotan. Sampai akhirnya ia mengejang tegang. Pada saat yang sama, kubenamkan kontol ngacengku ke dalam liang memeknya ... blesssss ... aku memang ingin merasakan nikmatnya menghayati liang memek yang sedang orgasme.

Pada saat itulah Yuniar meremas p- remas bahuku sambil menahan nafasnya. Kemudian kurasakan liang memeknya berkedut - kedut erotis. Nikmat ... nikmat sekali merasakan liang memek yang tengah bergerak - gerak spontan seperti ini.

“Oooooh ... Booonaaaa ... kok baru dijilatin aja luar biasa enaknya Bon ... “

“Terus, gak pengen dientot sama kontolku ?” tanyaku sambil mempermainkan pentil toket Yuniar.

“Maaauuu ... tapi sebentar ... istirahat dulu ... masih pada ngilu - ngilu nih ... mmm ... sekujur tubuhku sudah menjadi milikmu ... hatiku juga sudah menjadi milikmu. Tapi ... bisakah Bona menjadi milikku ?”

“Bisa ... tapi aku punya banyak perempuan yang menyangkut bisnisku. Sehingga aku harus membagi waktu dengan semuanya. “

“Perempuan menyangkut bisnismu ?”

“Iya. Aku takkan seperti ini kalau tidak ada mereka. Kamu mengerti apa maksudku kan ?”

“Iya, iya, iyaaa ... gak apa - apa. Aku hanya ingin nikah siri denganmu, lalu hamil ... aaaah ... betapa bahagianya hatiku kalau bisa mengandung anakmu kelak. “

“Bisa ... itu bisa. Memangnya kamu sudah siap untuk menjadi seorang istri dan seorang ibu ?”

“Kalau sama kamu ... aku sangat siap menjadi seorang istri Bon. “

“Meski pun kamu bukan satu - satunya istriku ?”

“Iya. Yang penting aku bisa ikut memilikimu seumur hidupku .... “

Tiba - tiba handphone Yuniar berdering, sehingga memutuskan percakapan kami berdua.

Dengan susah payah Yuniar meraih handphone yang tergeletak di atas meja kecil dekat bed, sementara kontolku masih menancap di liang memeknya dan belum digerakkan sama sekali.

Begitu melihat layar ponselnya, Yuniar berseru perlahan, “Dari Mama ... ! “

“Dari mama tirimu ?” tanyaku.

“Iya. Gimana ya ? Angkat jangan ?” tanya Yuniar tampak bimbang.

“Terima aja. Keluarin suaranya biar aku bisa ikut dengar, “ kataku, “Bilang aja kamu sedang bersama calon suamimu. “

Sambil celentang, dengan memek masih menjepit konyolku, Yuniar membuka call dari ibu tirinya itu.

“Hallo Mam ... “

“Yun ... kamu sebenarnya di mana sekarang ?”

“Jauh dari kampung Mam. “

“Iya di mana ? Kamu gak sayang ya sama mama dan papamu ? Sekarang Papa sakit tuh, gara - gara kamu kabur dari rumah. “

“Iya, tapi kalau Papa dan Mama berkeras mau menjodohkanku dengan lelaki tua bangka itu, aku takkan mau pulang. anggap aja aku sudah mati Mam. “

“Sayang ... kamu gak boleh ngomong gitu. Soal rencana perjodohanmu itu, biar nanti mama yang desak Papa supaya jangan memaksamu. Sekarang katakan dong, di mana kamu berada ? Mama akan menyusulmu, karena mama kuatir ... takut terjadi apa - apa padamu. “

“Aku di rumah calon suamiku Mam. “

“Calon suami siapa ? Kok tiba - tiba kamu mengaku punya calon suami segala ?”

“Iya Mam. Dia siap untuk menikah denganku, asalkan lewat nikah siri dulu. Karena dia juga sudah dijodohkan oleh orang tuanya, tapi dia inginnya menikah denganku. “

“Kalau mama boleh tau, siapa calon suamimu itu ? Apa pekerjaannya ?”

“Dia bossku Mam. Pemilik perkebunan yang sedang kugarap itu. “

“Ohya ?! Bisa mama ngomong sama dia sekarang ?”

Yuniar menatapku sambil memberi isyarat, seolah bertanya apakah aku mau menerima keinginan mama tirinya untuk berbicara denganku ?

Aku mengangguk sambil menengadahkan telapak tanganku. Yuniar pun meletakkan hapenya di telapak tanganku. Lalu aku berkata di dekat handphone Yuniar, “Selamat pagi Bu. “

“Pagi. Maaf ya ... apa benar yang berbicara ini pemilik perkebunan tempat Yuniar bekerja ?”

“Betul. Ada yang bisa kubantu ?”

“Anda kan tadinya teman kuliah Yuniar. Betul ?”

“Betul. “

“Bisakah Anda menjawab secara gentleman, di mana sekarang Anda dan Yuniar berada ?”

“Di Jogja Bu. “

“Bisa aku ke tempat Anda untuk menemui Yuniar besok ?”

“Kalau niat Ibu baik, silakan. Kami akan menerima kedatangan Ibu dengan kedua tangan terbuka. “

“Tentu aja dengan niat baik. Besok aku akan ke Jogja. Bisa Anda dan Yuniar menjemput di stasiun kereta api ?”

“Bisa. Telepon aja kalau keretanya sudah dekat Jogja. “

Sepertinya aku sudah bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh Yuniar. Tapi Yuniar malah menatap langit - langit kamar sambil berkata, “Kalau mau jemput ke stasiun, bisa Bona sendiri aja yang jemput ?”

“Lho kenapa gitu ?” tanyaku heran.

“Aku takut Papa datang ... bawa teman - temannya yang biasa mendukung di belakang. Lalu aku dibawa dengan paksa ke Madiun. Kalau bisa, aku sih dimunculkan setelah keadaan benar - benar udah clear aja Bon. “

“Kalau mau clear sekali, kamu ngumpet di kantorku aja. Di ruang kerjaku ada bed dan kamar mandi segala. Gimana ?” tanyaku.

“Iya, itu lebih baik. Nanti kalau sudah benar - benar clear, call aku aja. Dan aku akan secepatnya ke sini. “

“Iya. Nanti bilang aja kamu lagi ada tugas yang harus diselesaikan dulu di luar kota. Terus kasihkan nomor hapeku ke ibu tirimu. Ohya ... nama ibu tirimu itu siapa ?”

“Fience. Kalau Papa sih manggilnya Fien aja. “

Obrolan serius itu, membuat kontolku melemas sendiri di dalam liang memek Yuniar. Tapi kupaksakan juga agar ngaceng kembali.

Memang berhasil tegang dan siap tempur lagi. Tapi suasana perasaan masih galau, sehingga aku tidak bisa menikmati persetubuhan ini secara sempurna.

Biarlah, yang penting sudah ngecrot. Lalu aku turun dari tempat tidur, dengan pikiran masih bercampur aduk.



Keesokan harinya, pagi - pagi sekali Yuniar mendapat call dari ibu tirinya, mengatakan bahwa sang Ibu Tiri sudah berada di jalan menuju Jogja. Pada saat itulah Youniar berkata, bahwa ada masalah pekerjaan yang mendadak dan membuatnya harus ke luar kota. Lalu nanti yang akan menjemput ke stasiun adalah aku. Kemudian Yuniar pun memberikan nomor hapeku kepada ibu tirinya.

Kemudian kuantarkan Yuniar ke kantor.

“Nah di balik partisi itu ada bed buat istirahat. Kamar mandi dan toilet juga ada. Kalau mau makan, suruh pelayan kantor menyediakannya, “ kataku setelah berada di ruang kerjaku.

“Bona mau pergi sendirian ke stasiun ?”

“Aku akan bawa beberapa orang petugas security. Tapi mereka pakai mobil lain. Mereka hanya ditugaskan mengawal di stasiun aja. Kalau kelihatan aman, mereka akan kusuruh meninggallkan stasiun lagi. “

Setelah berunding sebentar dengan Yuniar, aku pun kembali ke sedan hitamku dan menjalankannya ke arah stasiun Tugu. Diikuti oleh mobil security di belakang.

Seolah mau “show of force”, sengaja aku membawa 12 orang security berseragam hitam - hitam semua. Jadi seandainya ayah Yuniar datang dan membawa teman - temannya, aku pun sudah siap dengan membawa “pasukan”ku.

Tapi ternyata semuanya itu seperti komedi belaka. Karena kebetulan penumpang yang keluar dari pintu kedatangan hanya beberapa orang. Kebanyakan wanita tua semua. Hanya seorang wanita muda di antara mereka, yang mengenakan blazer dan rok span biru tua, dengan blouse putih di dalamnya. Cocok seperti laporan Yuniar tadi, bahwa ibu tirinya mengenakan blazer dan spanrok biru tua dengan blouse putih di baliknya.

Spontan aku menghampirinya dan bertanya, “Maaf ... Ibu Fience ?”

“Iya, “ sahut wanita 30 tahunan itu sambil tersenyum, “Ini Bona ?”

“Betul Bu, “ sahutku sambil menjabat dan mencium tangannya, sebagaimana layaknya seorang calon menantu kepada calon mertuanya, meski calon mertua itu terlalu muda.

“Waduuuuh ... pantesan Yuniar gak mau dijodohkan. Ternyata pacarnya begini gantengnya ... “ Bu Fien merangkul dan menciumi sepasang pipiku. Membuatku jadi salah tingkah. Apalagi kalau mengingat adanya para petugas security yang berderet di belakangku.

Kemudian salah seorang petugas security kuperintahkan untuk membawa kopor pakaian yang dibawa oleh ibu tiri Yuniar itu ke dalam bagasi sedan hitamku.

Bu Fience yang berkulit sawomatang dan berbibir sensual itu terlongong melihat para pengawalku dan sikap mereka sedemikian hormatnya padaku.

Namun setelah koper Bu Fience sudah dimasukkan ke dalam bagasi sedan hitamku, kusuruh para petugas security itu kembali ke kantor. Sementara aku membukakan pintu sedan hitamku yang di depan sebelah kiri, kemudian kupersilakan Bu Fience masuk ke dalamnya.

Setelah ibu tiri Yuniar duduk di dalam mobil, bergegas aku masuk ke belakang setir.

Begitu mobil kujalankan, ibu tiri Yuniar itu mulai berkicau. “Pantesan Yuniar dibelain lari dari rumah setelah mendengar akan dijodohkan dengan orang. Ternyata pacarnya ganteng sekali. Hihihihiiii ... makanya kamu harus berbaik - baik sama mama ya. Karena papanya Yuniar bisa mama kendalikan. Kata mama hijau, ya hijau pula dia. Kata mama merah, ya merah juga dia. “

“Iya, “ sahutku, “aku akan berusaha untuk sebaik mungkin kepada Ibu. “

“Panggil mama aja, jangan ibu - ibuan ah. “

“Iya Mam, “ sahutku.

“Duh dipanggil Mam sama kamu ... kalau lagi berdua begini sih aku juga mau manggil Pap sama kamu ya Bon. “

“Hahahaaa ... ya suka - suka Mama lah, “ sahutku dengan perasaan yang ganjil menyelinap ke dalam batinku. “Mama mau makan dulu ?”

“Nggak ah masih kenyang. Tadi makan di kereta api. Ohya ... Yuniar pulang ke Jogja lagi kapan ?”

“Paling juga besok pagi baru pulang mam. “

“Terus di rumah ada siapa aja ?”

“Nggak ada siapa - siapa. Rumah itu belum lama kubeli. Sebenarnya rumahku di sebelah utara Solo, masih jauh lagi. Rumah di Jogja sih hanya untuk tempat istirahat aja Mam. “

“Berarti nanti hanya kita berdua aja di rumah itu ?”

“Iya Mam. Sampai besok pagi hanya kita berdua di rumah itu. “

“Asyik dong ... kamu bisa nemenin mama tidur kan ?”

“Takut Mam. “

“Takut apa ?”

“Takut nggak kuat nahan nafsu. “
“Hihihihiiii ... emwuaaaaah .... “ Mama Fien ketawa yang berujung dengan kecupan hangat di pipi kiriku, “Memangnya mama masih menarik di matamu ?”

“Masih menarik. Mama item manis dan seksi, “ sahutku nyeplos begitu saja.

“Syukurlah. Kirain mama gak menarik lagi di mata cowok semuda dan seganteng kamu. Jadi mama bisa menjalankan rencana. “

“Rencana apa ?”

“Rencana agar kita kompak. Sementara masalah papanya Yuniar, mama yang jamin. Pernikahan kalian akan berjalan lancar. “

“Tapi aku hanya bisa nikah siri Mam. Soalnya aku ... “

“Sudah dijodohkan sama orang tua ?” potong Mama Fien, “Kan Yuniar juga udah ngasih tau masalah itu. “

Aku tidak menanggapi karena sedang membelokkan mobil ke depabn garasi rumahku.

“Ini rumahmu ?” tanya Mama Fien.

“Iya Mam. Masih banyak yang harus direnovasi, tapi belum sempat. “

“Waaaah ... rumah segede dan semegah ini, mau direnovasi apanya lagi ?”

“Di lantai dua, direnovasi oleh pemilik lamanya. Belum selesai keburu butuh duit lalu dijualnya padaku. Tapi di lantai bawah sih sudah lumayan rapi. “

Lalu wanita bertubuh tinggi langsing berkulit sawomatang itu masuk ke dalam rumahku.

“Nanti setelah nikah Yuniar akan tinggal di rumah ini ?” tanyanya sambil memandang ke sekeliling ruangan demi ruangan yang dilewatinya.

“Proyeknya kan di Jawa Timur. Jadi mungkin hanya hari - hari weekend aja dia bisa tinggal di rumah ini. Nah ... ini kamar untuk Mama tempati selama tinggal di Jogja. “

“Berarti kalau mama mau ke sini, harus di hari - hari yang bukan weekend ya. Supaya tidak bentrok waktunya dengan Yuniar. Hihihihiiii .... “ Mama Fien ketawa cekikikan sambil mendekap pinggangku dari belakang.

Aku semakin mengerti apa yang dipikirkan oleh ibu tiri Yuniar yang manis dan lincah itu.

“Jadi Mama ingin ketemu sama aku secara rutin ?”

“Iya ... entah kenapa ... begitu melihat Bona, mama jadi kesengsem Bon ... sambil membayangkan betapa indahnya kalau ... ah ... malu mengatakannya ... “

“Kalau apa Mam ?”

“Kalau didekap dan digumuli oleh anak muda seganteng Bona .... “ sahutnya agak bergetar.

Aku pun berpikir dengan cepat. Bahwa tiada salahnya kalau aku dekat dengan ibu tirinya Yuniar ini, meski mungkin mengandung resiko kalau ketahuan oleh Yuniar nanti.

Dan aku tak mau munafik, bahwa sejak melihatnya di stasiun Tugu tadi, aku sudah tertarik pada Mama Fien ini. Terutama kulitnya yang berwarna kecoklatan itu, memang sudah lama kuidam - idamkan. Karena perempuan - perempuan yang punya hubungan rahasia denganku, termasuk Mama dan Mamie, berkulit putih bersih semua (putih untuk ukuran bangsaku).

“Kalau diizinkan, mama pengen mandi dulu, boleh ?”

“Tentu aja boleh. Apa mau kutemani mandinya biar bisa gantian menyabuni. “

“Aaaaaw ... ayoooo ... justru mama seneng kalau Bona mau mandi bareng ... biar bisa saling selidik sekujur tubuh kita .... bisa saling menyabuni dan aaaah ... ayo Bon ... di mana kamar mandinya ?”

“Kamar yang kuberikan untuk tempat istirahat Mama itu ada kamar mandinya Mam. Ohya ... kopernya ketinggalan di mobil ya. Sebentar ... kuambilin dulu ... !”

Aku bergegas menuju mobilku, membuka tutup bagasi dan mengeluarkan koper pakaian Mama Fience. Lalu membawanya masuk ke dalam rumah dan menghampiri Mama Fien yang sudah berada di kamar yang sudah kuperuntukkan baginya itu.

“Ini kopernya Mam, “ kataku sambil meletakkan koper berwarna orange itu di atas meja kecil yang fiapit oleh dua sofa.

“Oh, iya ... terima kasih Bona ganteng, “ sahut Mama Fien yang disusul dengan kecupan hangat di pipiku. Maka kali ini aku yang merengkuh lehernya, untuk memagut bibir sensualnya ke dalam ciuman dan lumatan hangatku.

Mama Fien pun bereaksi, dengan meremas - remas bahuku sambil balas melumat bibirku.

“Jadi kita udah sepakat nih?” tanya Mama Fien sambil menanggalkan blazer dan spanroknya yang serba biru tua.

“Bahwa kita akan menjalin hubungan rahasia ?”

“Iya ... cerdas sekali bossnya Yuniar yang bakal jadi calon mantuku ini, “ ucapnya sambil menanggalkan blouse putihnya. Maka tinggal celana dalam dan beha yang serba putih masih melekat di badannya.

Pada saat itulah aku bergerak ke belakang Mama Fien, lalu mendekapnya dari belakang. Terasa hangat pinggang ibu tiri Yuniar ini. Tapi tujuanku bukan hanya sekadar ingin mendekap pinggangnya, karena tanganku dengan cepat menyelusup ke balik celana dalam putihnya.

“ Aaaaw ... langsung megang tempik ... !” seru Mama Fien yang tidak berusaha menepiskan tanganku dari balik celana dalamnya. Berarti dia juga ingin agar aku menyentuh memeknya yang ternyata tidak berjembut sama - sekali ini.

Yuniar kalah sama ibu tirinya ini. Waktu pertama kali aku menyentuh memeknya, masih ditumbuhi jembut. Baru besoknyalah jembut itu dicukur bersih.

Rambut di kepalanya pun Yuniar kalah satu langkah. Yuniar masih mempertahankan warna rambut aslinya yang hitam legam. Sementara rambut Mama Fience ini, diselang - seling warna hitam dengan warna cokelat.

“Ayo ah sambil mandi mendingan juga. Nanti di kamar mandi tempik mama mau diapain juga silakan ... “ kata Mama Fien sambil mengeluarkan tanganku dari balik celana dalamnya. Kemudian ia membuka koper pakaiannya. Dan mengeluarkan peralatan mandinya, kemudian melangkah masuk ke dalam kamar mandi. sementara aku sudah melepaskan segala yang melekat di tubuhku di luar kamar mandi. Hanya celana dalam yang masih kubiarkan menempel di badanku.

Lalu aku ikut masuk ke dalam kamar mandi yang bersatu dengan kamar tidur untuk ibu tiri Yuniar itu.

Begitu aku masuk ke dalam kamar mandi, Mama Fien langsung memamerkan memeknya sambil berkata, “Nih tempikku sing arep tak kei karo sampeyan ... ‘

“Mboten ngertos Mam. Kulo sanes tiang jawi, “ sahutku.

“Nah itu bisa ngomong halus. “

“Yah ... belajar sedikit - sedikit, karena aku lahir dan besar di Jogja. Tapi aku memang bukan orang sini Mam. “

“Sama dong. Mama juga bukan orang Jawa. Papa dan almarhumah ibu kandungnya Yuniar juga bukan orang Jawa. Semuanya berasal dari seberang, tapi pada besar di pulau Jawa. “

Pada waktu Mama Fien ngomong itulah, diam - diam kulepaskan celana dalamku. Kemudian kutarik tangan wanita itu dan kutempelkan telapaknya di kontolku yang langsung ngaceng begitu melihat memek Mama Fien barusan.

“Wooooow ... ! “ Mama Fien memegang kontolku dengan mata terbelalak, “Kok ada ya kontol yang segede dan sepanjang ini ... ?! Kebayang kalau sudah dimainkan di dalam memekku nanti ... !”

“Ayolah kita mandi. Setelah mandi kita mau ngewe kan ?”

“Iya Sayang ... iyaaa .... hihihiiiii ... senengnya hati mama punya calon mantu yang pengertian gini .... “ Mama Fien memutar kan shower utama yang lalu memancarkan air hangat dari atas kepalanya. Aku pun ikutan berdiri di bawah pancaran air hangat shower, sambil memeluk dan menciumi bibirnya yang benar - benar sensual itu.

Rasanya aku merasa bisa “sambil menyelam minum air”.

Sambil bertualang, akan mendapatkan dukungan Mama Fien untuk dijadikan menantunya kelak.

Dan yang jelas, setelah mandi dan mengeringkan badan kami, Mama Fien duluan keluar dari kamar mandi, dengan hanya membelitkan handuk di tubuh seksinya.

Goresan baru akan mengisi lembaran kehidupanku yang memang senang bertualang ini ...... lembaran kehidupan pemangsa segala genre .....
 
Part 14



M
ama Fience memang eksotis. Hitam manis dengan bibir yang sensual, membangkitkan gairahku untuk sering - sering mencium bibirnya.

Dan ketika aku yang sudah telanjang lagi ini baru naik ke atas bed, Mama Fien menyambutku dengan rangkulan hangatnya, dengan senyum manis di bibir sensualnya.

Aku pun menerkamnya dengan sepenuh gairahku. Menciumi bibir sensualnya sambil meremas toketnya yang tidak sekencang toket Yuniar, tapi masih sangat enak untuk diremas.

Mama Fien pun mendekap pinggangku erat - erat, seolah takut kalau aku menjauh. Namun target utamaku kali ini adalah ingin menjilati memeknya yang masih tampak “terkatup” itu. Masalahnya, aku sudah sering menjilati memek yang putih dan “isian”nya berwarna pink. Dan aku ingin merasakan sejauh apa bedanya dengan memek wanita yang warna kulitnya lebih gelap daripada kulit Yuniar ini.

Maka tak lama kemudian aku melorot turun. Mengemut pentil toketnya sejenak, lalu melorot lagi untuk menjilati pusar perutnya.

Dan akhirnya mulutku sudah berada tepat di atas memeknya yang berwarna lebih gelap namun masih terkatup rapat. Ketika kedua tanganku mengangakan bibir luar memek Mama Fien, tampak bagian dalamnya seperti merah darah ... merah membara yang sangat merangsang birahiku.

Lalu ujung lidahku mulai menjilati bagian yang merah membara itu dengan sepenuh gairah birahiku.

Mama Fien pun mulai menggeliat - geliat sambil meremas - remas kain seprai.

Ini membuatku semakin bergairah, ingin agar mama Fien klepek - klepek, lalu ketagihan dan jadi kompak denganku untuk meluluhkan hati suaminya. Agar menyetujui pernikahan siriku dengan Yuniar.

Jadi, sebenarnya aku melakukan semua ini demi ketenangan Yuniar juga. Agar dia bisa bekerja kembali sebagai manager pelaksana replanting perkebunan di lahan punya Mamie itu.

Dan kini aku sudah fokus untuk menjilati dan menyedot - nyedot kelentit Mama Fien, membuat wanita hitam manis itu semakin mengeliat - geliat disertai dengan desahan dan rengekan erotisnya, “Aaaa ... aaaaah ... Booonaaaaa ... ini luar biasa enaknya Booon ... ternyata kamu jauh lebih pandai daripada papanya Yuniaaar .... aaaaah ... aaaaah ... cu ... cukup Bon ... memekku udah mulai basah nih ... “

Mama Fience sudah bukan perawan lagi. Karena itu aku tak perlu berlama - lama menjilati memeknya. Yang penting mulut memeknya sudah basah.

Maka aku pun meletakkan moncong kontolku di mulut memek ibu tiri Yuniar itu.

Spontan Mama Fience merenggangkan sepasang pahanya. Sehingga aku pun langsung mendorong kontol ngacengku sekuat mungkin. Dan ... kontolku mulai amblas ke dalam liang memek ibu tiri Yuniar ... blessssssssss ... disambut dengan rengkuhan di leher dan ciuman yang nyelepot di bibirku.

Aku pun mulai mengentotnya perlahan - lahan dulu ... menimbulkan erangan perlahan dari mulut Mama Fience, “Ooooohhhh ... akhirnya bisa juga mama merasakan enaknya kontol sekeras dan segede ini ... kontol anak muda yang masih sempurna ngacengnya ... entotlah selama mungkin ya Booon ... “

Sambil meremas toketnya yang berukuran sedang dan masih sangat kenyal untuk kuremas, aku pun mulai mempercepat entotanku. untuk mulai membuktikan bahwa memek wanita berkulit sawomatang ini legit sekali rasanya.

Mama Fience pun menyambut entotanku dengan goyangan pinggulnya, yang begitu lincah memutar - mutar dan meliuk - liuk. Sehingga kontolku serasa dibesot - besot dan diremas - remas oleh liang memek legitnya.

“Mama ... ughhhh ... memek Mama legit banget ... “ ucapku terengah.

“Kontolmu juga luar biasa enaknya ... ereksinya sempurna ... maklum kontol anak muda ... entot terus Bon ... entooooooottttttt ... entoooooottttttt ... iyaaaaa ... iyaaaaaa... baru sekali ini mama merasakan dientot yang begini enaknya Booon .... entoooottttt ... entooootttttt .... “

Goyangan pinggul Mama Fien pun semakin lincah, memutar - mutrar dan meliuk - liuk. terkadang bokongnya menghempas - hempas ke atas kasur, sehingga itilnya seolah disengaja untuk bergesekan dengan badan kontolku. Dan mungkin memang disengaja. Agar bagian yang terpeka di kemaluannya itu senantiasa bergesekan dengan kontolku.

Namun hal itu membuatnya cepat orgasme.

Ya, baru belasan menit aku mengentot liang memek legit Mama Fien ini, tiba - tiba dia berkelojotan sambil berdesah - desah. Dan ... dia mengejang sambil menahan nafasnya, sambil mencengkram sepasang bahuku dan meremasnya kuat - kuat. Disusul dengan geliat liang memeknya yang sedang berkedut - kedut kencang, pertanda sedang melepaskan lendir libidonya. Lendir yang lalu membuat liang memeknya jadi agak becek.

Namun aku seolah tak mau memberi ampun padanya. Kontolku tetap kuayun. Maju mundur dengan gencarnya di dalam liang memek yang sudah becek itu. Sementara Mama Fience terkapar lunglai, sambil memejamkan matanya. Goyangan pinggulnya pun terhenti beberapa saat.

Namun pada suatu saat Mama Fience membuka kelopak matanya. Sepasang mata bundar bening itu pun menatapku sambil menyunggingkan senyum di bibir sensualnya.

“Mama udah orgasme barusan. Tapi kamu belum apa - apa ya. Ayolah mama ladeni. Sekarang udah hilang ngilu - ngilunya, “ kata Mama Fience sambil menggeolkan kembali pantatnya, laksana penari perut dari Timur Tengah yang jauh lebih hot daripada penari di negaraku.

Tapi Mama Fience tidak tahu kemampuanku yang sebenarnya. Dia juga tidak tahu bahwa aku akan memamerkan keperkasaanku yang semoga jauh melebihi lelaki mana pun yang pernah menggaulinya.

Aku mengentotnya habis - habisan. Sampai badanku mulai bercucuran keringat. Mamie Fien orgasme dan orgasme lagi, dalam bermnacam - macam posisi, dengan tubuh yang sudah basah oleh keringatnya bercampur aduk dengan keringatku. Namun aku masih perkasa untuk mengentot ibu tiri Yuniar itu tanpa ampun.

Sampai pada suatu saat, aku mendengar bunyi denting handphoneku ... triiiing ... !

Aku tahu bahwa itu bunyi WA dari Yuniar. Karena tone notifications-nya kubedakan dengan WA dari yang lain.

Maka aku pun konsentrasi pada legit dan nikmatnya liang memek Mama Fience meski sudah becek karena sudah berkali - kali orgasme dalam entotanku.

Maka pada suatu saat aku pun mulai tiba di detik - detik krusialku. Dan bertanya, “Lepasin di mana Mam ?”

“Udah mau ngecrot ? Owhhh ... lepasin di dalam aja. Barengin sama mama ... ini mama juga udah mau orgasme lagi ... ayo barengin Bon ... biar nikmat ... “

Lalu pinggul Mama Fience pun bergoyang gila - gilaan, untuk menyambut datangnya puncak nikmat yang ingin kami capai secara bersamaan itu.

Ketika puncak nikmat itu kami capai secara bersamaan, kami jadi seperti sepasang manusia yang sedang kerasukan. Mata sama - sama melotot, sambil saling cengkram dan saling remas, seolah ingin saling meremukkan tulang di dalam tuibuh kami.

Lianbg memek Mama Fien berkedut - kedut lagi, disambut dengan tembakan lendir kenikmatan dari moncong kontolku yang mengejut - ngejut juga .... croooooooooottt ... crooottttt ... croootttttttttt .... crooooooooooootttttttttttttt ... crotttt .... croooooooooottttt .... !

Lalu kami sama - sama terkulai lunglai. Perahu birahi pun terdampar di pantai, bernama pantai kepuasan ...



Mama Fien tampak tepar. Seolah tak peduli lagi apa yang sedang terjadi selanjutnya. Sementara aku sudah sangat penasaran ingin membaca WA dari Yuniar itu.

Setelah mencabut kontolku dari liang memek Mama Fience, bergegas aku menuju kamar mandi setelah mengambil handphoneku dari atas meja kecil di depan sofa.

Di kamar mandi, sambil kencing kubuka WA dari Yuniar itu. Ternyata isinya agak panjang : - Bona Sayang, bagaimana suasananya ? Baik - baik aja ? Aku punya saran, agar Mama berpihak kepada kita, gauli aja dia Bon. Kalau sudah kamu gauli, pasti dia akan bergabung dengan kita untuk melunakkan hati Papa. Lagian dia sangat dominan menguasai Papa. Apa pun yang dikatakannya kepada Papa nanti, pasti disetujui oleh Papa. Rayu aja dia Bon. Rayu sampai kamu bisa menggaulinya ya Sayang -

Aku tersenyum sendiri. Ternyata Yuniar punya pikiran yang sama denganku. Tapi aku masih berpura - pura bego. Lalu kubalas WA itu dengan : - Memangnya kamu tidak cemburu kalau aku sampai bisa menggauli Mama ? -

Yuniar : -Nggak Bon. Kita kan punya tujuan untuk melicinkan jalan kita ke depannya -

AKu : -Kalau kelak dia ketagihan gimana ?-

Yuniar : - Ya kasih aja. Gakpapa. Demi lancarnya rencana kita, aku harus berkorban kan ? -

Aku : - Oke deh. Aku akan berusaha merayunya ya. Mudah - mudahan aja dia mau. Kamu mau pulang kapan ? -

Yuniar : - Terserah instruksi darimu. Kapan pun aku siap pulang, asalkan situasinya sudah aman dan terkendali. Hihihihi ... kayak polwan aja -

Aku : - Oke, kalau gitu kamu pulang besok pagi aja ya -

Yuniar : - Siap Boss. Selamat ena-ena sama mama tiriku yang item manis itu yaaa. Aku bakal bangga kalau kamu berhasil mendapatkan Mrs. V Mama. -

Aku tersenyum sendiri. Karena aku berhasil mengelabuinya. Aku seolah - olah belum menyetubuhi Mama Fien. Padahal sejak dua jam yang lalu aku telah membuat Mama Fien klepek - klepek dan membuatnya berkali - kali memekik di puncak orgasmenya.

Dan aku menyuruh Yuniar pulang besok pagi, karena aku punya rencana untuk mengentot Mama Fien menjelang fajar menyingsing nanti ...

Rencana itu kulaksanakan. Ketika jam menunjukkan pukul 5 pagi, kontolku sudah kubenamkan lagi ke dalam liang memek Mama Fien.

Mama Fien pun membuka matanya. Lalu melingkarkan lengannya di leherku, diikuti dengan ciuman hangatnya di bibirku. Kusambut dengan lumatan penuh nafsu birahi.

Namun pada saat berikutnya aku pun mulai menjilati lehernya sambil sesekali kudaratkan gigitan gigitan kecil, sementara kontolku mulai gencar mengentot liang memeknya yang legit dan hangat ini.

Mama Fien pun ingin meladeniku sebinal binalnya, mungkin. Dia mulai menggoyang goyangkan bokongnya dengan gerakan memutar, meliuk liuk dan menghenpas hempas. Dan tiap kali pantatnya menghempas, kelentitnya bergesekan dengan batang kontolku. Mungkin hal ini yang diinginkannya. Supaya kelentitnya sering bergesekan dengan kontolku.

Maka rintihan rintihan histerisnya pun mulai berkumandang di dalam kamar ini. “Aaaah … Booonaaa … aku pasti bakal ketagihan dientot sama kamu Bon. Ini luar biasa enaknya Boooon …. ooooh … kamu bukan cuma ganteng. Tapi juga sangat perkasa. Ayolah entot aku selama mungkin Bon … entottt terusssss … iyaaaaa … iyaaaaa … entot teruuuuuusssss … entoooooootttttt …. oooh nikmatnya entotanmu Booon …aku bisa tergila gila olehmu nantiiiii …. “

Aku pun semakin bergairah untuk memamerkan keperkasaanku. Bahkan ketika Mama Fien sudah berkelojotan, lalu mengejang tegang diikuti oleh rintihannya, “ Boonaaa … oooh … mama udah lepasss … “ aku tak mempedulikannya. Malah semakin gencar menggenjot liang kewanitaannya yang mulai becek itu.

Mama Fien awalnya seperti tersiksa. Tapi beberapa saat berikutnya, dia mulai menggeol geolkan pantatnya lagi. Dengan sikap dan perilaku sedang menikmati keperkasaanku ini.

Namun pada saat itu pula terdengar suara Yuniar yang ternyata sudah muncul di dalam kamarku ini : “ Pagi gini sudah ena-ena ? “

Aku tidak terlalu kaget, karena aku sudah menyuruh Yuniar datang di pagi ini. Tapi Mama Fien benar benar terkejut.

“ Yu … Yuniar … oooooh … maafkan mama ya Yun … mama memang salah … maafkan mama yaaa … “ ucap Mama Fien tersendat sendat, karena aku sedang gencar mengentotnya.

“ Gak usah minta maaf Mama, “ sahut Yuniar sambil naik ke atas bed, “ Aku memang sayang sama Mama. Karena itu aku rela berbagi Bona dengan Mama. Yang penting Mama harus bisa menjinakkan Papa, agar tidak lagi memaksaku kawin dengan lelaki tua itu. “

“ Iya Yun … iyaaa … apa pun yang kamu inginkan, akan mama ikuti. Asalkan kamu tak marah sama mama, “ cetus Mama Fien dengan nada memohon.

Yuniar tersenyum sambil mengangguk angguk, sambil melepaskan segala yang melekat di tubuhnya, sampai telanjang bulat. Lalu ia merebahkan diri di samping Mama Fien, sambil memegang dan meremas remas toket ibu tirinya.

Mama Fien malah berkata kepada anak tirinya, “ Iya … remesin tetek mama Yun … mama udah mau lepas lagi Yuuun … ooooh … Boooonaaa … mama mau lepas lagi Booon ….. entot terus Bon … entotttt … entotttttt … Boooonnnnn … ooooooh … ooooo … oooooohhh … Booonaaaa … ini mau lep … lepaaaaassssss …… “

Mama Fien berkelojotan lagi. Dan mengejang lagi untuk yang kedua kalinya. Kemudian terkulai lemas. Sementara aku belum apa apa.

Kucabut kontolku dari liang tempik Mama Fien. Kemudian aku bergerak ke atas tubuh Yuniar. Tanpa mempedulikan Mama Fien lagi.

Kuselusupkan jari tengah ke dalam celah memek Yuniar. Ternyata basah. Mungkin karena Yuniar sudah horny sejak tadi, sejak melihatku tengah mengentot ibu tirinya.

Karena itu aku tak usah menjilati memek Yuniar, langsung saja kuletakkan moncong kontolku di ambang mulut memek Yuniar yang sudah tercukur bersih seperti memek ibu tirinya itu.

Lalu kudorong kontolku yang masih ngaceng berat ini (karena belum ejakulasi). Sedikit demi sedikit aku berhasil membenamkan kontolku sampai hampir separuhnya. Ini dengan mengerahkan kekuatanku, karena liang memek Yuniar masih sempit, jauh lebih sempit daripada liang memek ibu tirinya.

Tiba tiba Mama Fien meng”interupsi” : “ Nanti ejakulasinya lepasin di mama ya. “

“ Mau di memek Mama ? “ tanyaku.

“ Di sini, “ Mama Fien menunjuk mulutnya sendiri yang dingangakan, “ Biar ditelan habis. Takkan disisakan setetes pun. “

Yuniar tidak menanggapi. Aku pun tidak menanggapi, karena sedang mulai mengentot memek Yuniar perlahan lahan. Tapi permintaan Mama Fien itu kuingat ingat. Sekalian ingin tahu sejauh mana Mama Fien menggilaiku.

Lalu aku konsen ke Yuniar lagi. Yuniar yang tidak peduli dengan kehadiran ibu tirinya itu. Bahkan ketika kontolku mulai lancar mengentotnya, Yuniar memejamkan matanya dengan mulut ternganga dan mendesah desah, “ Aaaaaa … aaaaaahhhhh … aaaaaaa … aaaaaaaaah … aaaaa … aaaaaaah … aaaaaaaa ,,, aaaaaaaahhhhhh … Bonaaaaa …. aaaaaaah …. aaaaa … aaaaaaahhh … aaaaaaaa … aaaaaaaahhhhh … Boooon … aaaaaaaaaahhhh … Boooon … aaaaaaaaaaahhhhh …. “

Mama Fien pun duduk di dekat pangkal lengan Yuniar. Sambil tersenyum senyum. Seolah ingin melakukan sesuatu pada anak tirinya. Tapi lalu ia bergerak ke antara sepasang kakiku. Lalu terasa Mama Fien masih bisa menjilati pelerku dengan lahapnya.

Ketika berada di samping Yuniar lagi, Mama Fien “membantu” kenikmatan anak tirinya. Dia menggesek gesek kelentit Yuniar dengan ujung jemarinya. Karuan saja Yuniar semakin merintih rintih histeris. “Bonaaaa …. Ooooohhhhh … Bonaaaaa …. Oooooh … Maaamaaaa … Ooooooh …. Maaaaaamaaaaa … Oooohhhh … Booonaaaaaaaa Ooooh …. “

Aku pun tak kalah nakal. Ketika sedang asyik mengentot Yuniar, tanganku masih sempat meremas remas toket Mama Fien, masih bisa menggerayangi memek Mama Fien. Bahkan ketika Yuniar berkelojotan seperti mau orgasme, telunjuk dan jari tengahku masih bisa menyodok nyodok liang memek Mama Fien yang masih becek itu. Mama Fien pun menggeliat geliat dengan mata terpejam pejam. Pada saat yang sama Yuniar mengejang tegang. Lalu memekik lirih di puncak orgasmenya. Kubiarkan kontolku di dalam liang memek Yuniar, untuk menikmati kedat kedut liang surgawinya yang tengah mengalami orgasme. Sementara jari jari tanganku tetap asyik menggenjot liang kewanitaan Mama Fien.

Tak lama kemudian, ketika Yuniar sudah terkulai lemas, aku pun mencabut kontolku dari liang memeknya. Lalu kubenamkan kontolku yang masih belum ejakulasi ini ke dalam liang memek Mama Fien.

Mama Fien tampak senang sekali ketika menyadari bahwa liang memeknya sudah dientot lagi olehku. Tapi aku tak kuasa lagi menahan klimaks dari semuanya ini.

Dan aku teringat permintaan Mama Fien tadi, agar spermaku dimuntahkan di dalam mulutnya. Maka cepat kucabut kontolku dari memek wanita hitam manis itu. Lalu bergegas kumasukkan ke dalam mulutnya yang sedang ternganga.

Dengan binalnya Mama Fien memegang pangkal kontolku. Dan terasa kontolku disedot sedot olehnya. Kontolku mengejut ngejut di dalam mulut Mama Fien, sambil memuntahkan lendir kenikmatanku. Croooooooooooottttt … crotttt … croooooootttttttttttt …crootttcrotttt … crooooooooootttt … !

Mama Fien benar benar menelan pejuhku sampai habis, tak disisakan setetes pun.

Tapi Mama Fien seperti belum puas. “ Kalau anak muda, pasti bisa ngaceng lagi, “ ucapnya. Lalu kontolku dikulum dan disepongnya terus dengan binalnya.

Hanya dalam hitungan menit kontolku memang ngaceng lagi. Tanpa mengucapkan kata kata, Mama Fien mendorong dadaku sampai celentang. Kemudian ia naik ke atas pangkal pahaku, dengan sepasang lututnya berada di kanan kiriku. Sambil memegang kontolku yang sudah ngaceng lagi ini. Dan mengarahkan puncak kontolku ke belahan memeknya. Lalu ia menurunkan bokong semoknya. Dan … blesssss … kontolku sudah masuk lagi ke dalam liang memek Mama Fien.

Ternyata Mama Fien menikmati hubungan seks dalam posisi WOT. Sambil berlutut, dia mulai mengayun bokongnya. Sehingga kontol ngacengku mulai dibesot besot oleh liang memeknya yang becek tapi masih terasa legit. Sementara Yuniar sudah duduk dan menyaksikan binalnya Mama Fien yang tengah mengayun bokongnya.

Mungkin Yuniar sedang belajar tentang hubungan seks dalam posisi WOT.

Mungkin juga Yuniar sudah terangsang oleh apa yang sedang ibu tirinya lakukan bersamaku. Tangan kiri Yuniar mulai mengusap usap memeknya sendiri, sementara tangan kanannya mengusap usap dadaku. Dan bahkan pada suatu saat Yuniar menciumi bibirku dengan lahapnya.

Setelah ciumannya terlepas, aku memberi isyarat pada Yuniar. Agar ia berlutut dengan kedua lutut berada di kanan kiri leherku, agar aku bisa menjilati memeknya. Ternyata Yuniar cukup cerdas. Ia mengerti pada isyaratku. Kemudian ia berlutut sedemikian rupa, sehingga memeknya berada tepat di atas mulutku.

Lalu, ketika Mama Fien sedang gencar mengayun bokongnya, aku pun bisa menjilati memek Yuniar dengan lahapnya.

Maka kini jadi dua orang yang merintih rintih histeris, Yuniar dan ibu tirinya. Tentang keringat jangan ditanya. Sejak tadi badan kami bertiga sudah mengkilap oleh keringat.

Tapi permainan kami bertiga malah semakin syur. Mama Fien semakin gencar mengayun bokongnya, membuat kontolku dibesot besot terus oleh liang memek legitnya. Sementara aku sendiri semakin lahap menjilati memek Yuniar. Bahkan pada suatu saat kusedot sedot kelentit Yuniar, sementara telunjuk dan jari tengahku bergerak gerak seperti kontol sedang mengentot memek Yuniar.

Sampai pada suatu saat, Mama Fien mengangkat bokongnya, sampai kontolku terlepas dari liang memeknya. Kemudian Mama Fien menepuk bahu Yuniar sambil berkata, “ Sekarang tukar tempat. “

Maksud Mama Fien, menyuruh Yuniar beraksi dalam posisi WOT, sementara Mama Fien ingin merasakan nikmatnya posisi facesitting.

Yuniar mengiyakan saja anjuran ibu tirinya. Lalu meletakkan kedua lututnya di antara kedua pangkal pahaku. Sambil mengarahkan memeknya ke dekat puncak kontolku.

Mama Fien turut membantu, membetulkan kedua kaki Yuniar, agar arahnya tepat.

Lalu Yuniar memegang kontolku sambil menurunkan bokongnya. Akhirnya kontolku membenam ke dalam liang memek Yuniar. Sementara Mama Fien mulai “duduk” di atas leherku. Tentunya bukan duduk menghimpit leherku. Bokongnya masih ditahan agar jangan sampai menggencet leherku. Namun memeknya memang sudah bersentuhan dengan mulutku.

Lalu mulailah permainan segitiga yang biasa disebut threesome FFM ini. Bahwa liang memek Yuniar mulai membesot besot kontolku, sementara bibir dan lidahku mulai asyik menjilati memek dan kelentit Mama Fien.

Kenikmatan yang kurasakan jadi 2 kali lipat. Karena bisa merasakan nikmatnya kontolku dibesot besot oleh liang memek Yuniar yang masih sempit menjepit itu, sementara bibir dan lidahku sedang merasakan nikmatnya menjilati memek Mama Fien secara habis habisan.

Maka rintihan histeris pun berkumandang lagi. Dari Mama Fien yang memeknya sedang kujilati abis abisan. Dan dari Yuniar yang liang memeknya sedang bergesekan terus menerus dengan batang kontolku.

Keringat pun menetes netes di badanku. Keringat Yuniar dan keringat ibu tirinya.

Tapi semuanya itu membuatku semakin merasakan nikmatnya.

Belasan menit kemudian, Mama Fien malah memintaku untuk mengubah ke posisi doggy. Aku Cuma mengiyakan saja, agar dia semakin menggilaiku. Agar dia kompak dengan Yuniar, untuk membujuk ayah Yuniar, agar jangan memaksa menjodohkan dengan lelaki tua yang tidak disukai oleh Yuniar itu.

Lalu Yuniar jadi penonton lagi. Sementara Mama Fien sudah mendekam dan menungging di atas bed, sambil menyuruh Yuniar mengikuti posisinya. Yuniar menurut saja, mendekam dan menungging di samping ibu tirinya.

Aku pun mulai berlutut di depan bokong Mama Fien yang sudah menungging itu. Lalu kuarahkan kontolku ke mulut memek Mama Fien yang tampil full dari belakanngnya itu.

Tak sulit membenamkan kontolku ke dalam liang memek Mama Fien yang masih basah dan licin itu. Sementara Yuniar masih menganggur, tapi sudah menungging di samping ibu tirinya.

Permainan pun diawali dengan ayunan kontolku di dalam liang memek Mama Fien, sementara Yuniar menungging di samping kiri ibu tirinya.

Memang petualangan seksualku selalu indah dan mengesankan.

Ketika entotanku mulai gencar, aku masih sempat menepuk – nepuk bokong YHuniar dengan tangan kiriku, Terkadang tangan kananku pun digunakan untuk mengemplangi bokong semok Mama Fien. Bahkan terkadang aku pun sempat menyodok nyodok memek Yuniar dengan jari jemariku.

Beberapa menit kemudian kucabut kontolku dari liang memek Mama Fien, lalu kubenamkan ke liang memek satunya lagi. Liang memek Yuniar.

Pada saat inilah Mama Fien mulai kreatif. Dengan memegang pelerku yang tergantung dan bergoyang goyang waktu aku mulai gencar mengentot Yuniar. Bahkan pada suatu saat Mama Fien bisa menjilati pelerku, terkadang terasa mengisapnya juga.

Cukup lama semuanya ini terjadi. Sampai Yuniar mencapai orgasmenya lagi dalam posisi doggy ini. Sementara Mama Fien sudah celentang lagi di atas kasur, dengan kedua kaki yang mengangkang.

Yuniar pun ambruk tengkurap di atas kasur, dengan tubuh seperti lemas sekali.

Aku pun pindah sasaran ke atas perut Mama Fien. Karena ibu tirinya Yuniar tampak belum menyerah dan masih bergairah.

Dalam posisi missionary ini dengan mudah aku bisa membenamkan kontolku ke dalam liang tempik Mama Fien.

Mama Fien memang masih bergairah sekali. Dia menyambutku dengan pelukan hangat ketika kontolku mulai menerobos liang surgawinya kembali. Dan ketika aku mulai mengentotnya, Mama Fien menyambut dengan ciuman dan lumatan di bibirku. Sementara aku pun tak sekadar mengentot liang memeknya saja. Setelah ciuman dan lumatan Mama Fien terlepas, aku pun mulai menjilati lehernya, disertai dengan gigitan gigitan kecil yang tidak menimbulkan bekas.

“ Oooooh … Boooonaaaaaa … Boooonaaaa … permainanmu memang selalu membuatku keenakan Booon. Kamu tahu persis di mana titik titik sensitif di tubuh wanita. Ooooh Booonaaa … dientot sama kamu sih, sehari lima kali pun mama mauuu. Oooooohhhhh … kontolmu luar biasa enaknya Booon …. Iyaaaaa …. Entot terus Booon … entoooottttt … entooooootttttttt …. iyaaaaaaaaa … entooooooootttttttt … Bona sayaaaang … ini luar biasa nikmatnya Booooooooooonnnn … jangan brenti brenti Booon … entot terusssssssss … entoooooootttttt …. iyaaaaaa … iyaaaaaaa …. “

Mama Fien semakin bergairah lagi ketika aku mengentotnya sambil menjilati dan menyedot nyedot pentil toket kirinya, sementara tangan kiriku digunakan untuk meremas remas toket kanannya. Sehingga desahan dan rintihan histerisnya semakin menjadi jadi.

Tak cuma itu. Ketika tangan Mama Fien sedang terentang, aku pun menyerudukkan mulutku ke ketiaknya. Lalu kujilati ketiak Mama Fien yang bersih dari bulu ketek itu, disertai dengan gigitan kecil dan isapan kuat.

Kali ini Mama Fien menggeliat geliat sambil merintih, “ Bonaaa … oooooh … edaaaaan … ini akan membuat mama lepas lagi Boooon … lepas lagi … lepaaaaassssss … ! “

Mama Fien berkelojotan, kemudian menggeliat dan mengejang tegang. Dan … dia mencapai orgasmenya, entah untuk keberapa kalinya.

Sedangkan naku belum apa apa. Maka terpaksa aku mencabut kontolku dan pindah ke atas tubuh Yuniar yang sedang celentang di samping ibu tirinya.

Yuniar Cuma tersenyum ketika aku sudah berhasil menyelundupkan kontolku ke dalam liang tempiknya lagi.

“ Tadi Mama menelan air maniku samtak disisakan setetes pun. Kamu mau melakukan hal yang sama ? “ tanyaku.

“ Mau, “ sahut Yuniar.

“ Iya. Nanti kalau sudah mau ejakulasi, akan kumasukkan ke dalam mulutmu, “ ucapku.

Lalu aku mulai mengayun kontolku, bermaju mundur di dalam liang memek Yuniar yang masih terasa super sempit ini. Untungnya liang memek Yuniar sudah orgasme dan masih mekar liang memeknya. Sehingga aku lancar mengentotnya.

Namun setelah lebih dari seperempat jam aku menyetubuhi Yuniar, gejala gejala akan ejakulasi mulai kurasakan. Kebetulan Yuniar pun seperti mau mencapai orgasme lagi. Maka tanpa ampun lagi kupercepat entotanku, sementara Yuniar mulai berkelojotan. Tapi aku tetap gencar mengentotnya. Dan ketika sekujur tubuh Yuniar mengejang tegang, cepat kucabut kontolku dari liang memek gadis yang sudah kuambil keperawanannya itu. Lalu buru buru kudekatkan kontolku ke mulut Yuniar yang sedang ternganga. Lalu … blem …. Yuniar masih sempat memegang kontolku lalu mengulumnya.

Karena Yuniar belum berpengalaman, belum tahu apa yang harus dilakukannya, aku pun menggerak gerakkan kontolku, maju mundur di dalam mulut Yuniar.

Dan …kontolku mengejut ngejut sambil memuntahkan lendir pejuhku di dalam mulut Yuniar.

Crettt … crooooooooottttt … crettt …crooooooooottt … cretttttcroooooottttttt … crett … !

Tanpa kelihatan ragu ragu, Yuniar menelan pejuhku sampai habis. Lalu tersenyum padaku.

“ Gimana rasanya ? “ tanyaku

“ Agak asin dan gurih … kayak putih telor dikasih garam dikit, “ sahut Yuniar yang disambut dengan ketawa Mama Fien di sampingnya.









Suhu suhu sekalian yang rajin membaca thread ini,

Sebenarnya karya Sis @Neena sudah berakhir di part ini dari awalnya. Jadi sebagian besar part ini adalah karya saya. Memang masih ada sedikit lagi lanjutannya, tapi ada yang salah menurut pelakunya (Bona). Justru kesalahan itulah yang membuat kisah nyata 85 % ini jadi macet di tengah jalan.

Maka mulai dari part berikutnya, adalah 100 % karya saya.


Semoga suhu suhu maklum adanya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd