Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Berakhir Indah, apa Tidak? By CrazySka

Bimabet
nyantai weh brad, nu penting mah enjoy nu kudu d utamakeun...

#tetep semangat ganSka...:semangat: :banzai:
 
hadeh lurr... lagi mumet ini pikirannye :galau:
tapi tenang aje.. bakalan ane lanjutin :papi:
so sabar semuany oke! :semangat:
 
[SIZE=+2]Chapter 15 - ke Bimbangan Dan Ke Sukaran[/SIZE]
POV#Author​

Suasana pagi yang berbahagia dan sangat ditunggu-tunggu kini luntur sudah setelah Rian mengucapkan bahwa pendakian batal.

Dinar dan Ratna kini berjalan bersama, dengan begitu lesunya mereka berjalan kembali untuk pulang.

"Kenapa sih, Rian tega bener.. Hufh..." ucap lesu Dinar sebari berjalan.

"Ya kan belain sahabatnya, Dinar." ujar Ratna membela Rian, ya Ratna tau bahwa Rian sangat menjunjung solidaritas dan Ratna mengerti itu.

"Ya aku kan mau nya ada Rian, asal ada Rian aku tak mengapa harus mendaki sampai kaki ini tak mampu dijalankan lagi juga." ujar Dinar tiba-tiba.

Ratna hanya tersenyum ceria mendengarnya. Dijalanan yang sudah mulai banyak kendaraan melintas, Ratna dengan santainya menepuk pundak Dinar dan menunjuk suatu pedagang air penyegar tubuh.

Mereka pun singgah di pedagang itu. Dengan duduk manis, Dinar dan Ratna meminum air penyegar tubuh itu.

"Aku tau Dinar, kamu sayang dan menyukai Rian bukan? Sampai tadi kamu bilang begitu." ujar Ratna tiba-tiba, membuat Dinar menatap tajam Ratna tak percaya.

"Ah tidak-tidak.." ucap Dinar serentak mencoba mengelak.

"Sudah lah jangan kamu tutupi perasaan mu itu, sama sahabat juga pelit, ingat no secret... Tak ada rahasia!" ujar Ratna mengingatkan suatu perjanjian.

"Iya aku ingat, hufh.. Sebenarnya memang aku mulai menyukai Rian saat dia menolongku waktu itu, ya aku sih ngarep banget Ratna, nanti saat kita mendaki aku bisa sangat dekat dengan Rian."

Dinar merenung, menatap jalanan yang selalu dilewati berbagai kendaraan. Dinar mencoba mengingat kembali masa dimana pertolongan Rian waktu itu.

"Sudah.. Jangan dipikirkan, lebih baik kita bawa asik saja Dinar!" ucap Ratna menepuk pundak Dinar.

"Ya tapi kan.." balas dinar terpotong.

"Sudah.. Kita pulang saja!"

Dengan kesal, Dinar berdiri dan melangkah pulang bersama Ratna.

[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]​

Rumah yang cukup besar namun sayang hanya ditempati seorang saja, mungkin akan berbeda kalau ibunya ada, namun sekarang tak ada dan Dinar merajuk sedih akan hal yang dia dapatkan hari ini.

"Ya sudah aku duluan." ujar lesu Dinar setelah sampai rumahnya.

"Hei jangan lesu gitu! Apa harus aku temani?" ucap Ratna sebari tersenyum menatap penuh kegelisaan Dinar.

Senyum Ratna tak terelakan membuat Dinar sedikit memaksa untuk ikut tersenyum.

"Ga papa... Aku ingin sendiri." ucap Dinar tersenyum palsu, meski tak mampu sebenarnya untuk merenung sendiri dan sangat butuh teman untuk mengobrolkan keluh kesahnya hari ini.

"Ya sudah aku pulang.. Butuh temen dirumah? Telepon aku oke!" ucap Ratna seraya melanjutkan perjalanannya pulang.

Dinar tak menanggapi Ratna dan memilih untuk kedalam rumah.
Suasana sepi kini mulai menghantui Dinar.

"Apa aku terlalu bodoh, atau Rian yang ga semestinya aku dekati?"

Dinar pun duduk merilekskan badannya, perlahan dia tertidur. Hamparan padang persawahan luas didepan matanya, dengan takjud dinar meratapi mimpinya itu. Telapak tangan lembut mengusap pundak dinar.

Dinar berbalik melihat orang yang mengusap lembut pundaknya itu. Didepannya berdiri seorang nenek yang tersenyum manis membalas tatapan dinar.

"Jangan bersedih! Nenek menyayangi mu cucu ku, dan Nenek ada untuk menemani mu dikala apapun, sekarang bangun lah! Kejar cinta mu! jangan terus bersedih!" ujar nenek dengan penuh rasa kesedihan hati melihat sang cucu bergelisah hati.

Dinar hanya terbengong tak percaya mendengar omongan nenek itu. Nenek itu pun berbalik dan mulai berjalan menjauh, setiap langkah sang nenek membuat penglihatan Dinar mulai menggelap dan menggelap. Kemudian mata yang terpejam lelap mulai kembali terjaga.

"Astaga, tadi mimpi, kenapa seperti nyata, dan kenapa nenek itu seperti aku sangat mengenalnya?"

Perasaan Dinar kini mulai dipenuhi banyak tanda tanya.

[SIZE=+2]~~~~^X^~~~~[/SIZE]​

Dengan berjalan santai Ratna menuju rumahnya, terbesit dipikirannya untuk kembali menuju rumah Dinar, teman sekelas dan juga sahabatnya, namun dirinya mengurungkan niatnya setelah mengingat bahwa Dinar tadi menolak untuk di temani.

Seseorang yang sedang mengendarai motor berhenti tiba-tiba di depan Ratna, mengejutkannya yang sedang memikirkan sahabatnya.

"Hey, Ratna." ujar lelaki yang berhenti didepannya.

"Oh, hey juga, siapa ya?" balas Ratna sopan.

"Ini aku loh, masa tidak mengenali." balas lelaki itu dengan kecewa.

"Kamu, kira siapa." ucap Ratna mengacuhkan lelaki itu setelah lelaki itu membuka Helmnya.

"Ada yang salah ya?" tanya lelaki itu dengan heran.

"Kagak!... Udah sana pergi! Aku mau jalan lagi !"

Dengan kesal Ratna meninggalkannya, dengan gusar lelaki itu mengejar Ratna.

"Hey tunggu dulu! Aku anter pulang ya!?" ucapnya setelah menahan Ratna dengan menggemgam tangan Ratna.

"Lepasin! Aku ga mau!" ujar Ratna sebari mencoba melepaskan tangan lelaki itu dari tangannya.

"Oh jadi kamu ga mau, apa bedanya aku sama siapa itu, ah tak tau lah, yang penting sekarang kamu ikut aku!"

Sementara dari kejauhan ada yang sedang melihat mereka, mimik mukanya tampak begitu kecewa, dan selanjutnya melangkah menjauh tak mau melihat apa yang sangat ingin dia liat namun berujung dengan kekecewaan.

"Mungkin aku harus.. Hemm.. Ah sudahlah dia mungkin bukan untuk ku."

[size=+2]Bersambung[/size]​
 
ga ada waktu buat nulis gandan..
jadi ga bisa cepet.. hehe :ngupil: :ampun:
 
nasib tread cerita tanpa ss pasti sepi
yang semangat y suhu ska untuk update y ... nubie slalu mantau tread ini ko
nubie seneng dengan cerita dua sahabat dalam gang jdi ke inget jaman sekolah sma dulu hehehe
 
nasib tread cerita tanpa ss pasti sepi
yang semangat y suhu ska untuk update y ... nubie slalu mantau tread ini ko
nubie seneng dengan cerita dua sahabat dalam gang jdi ke inget jaman sekolah sma dulu hehehe
maybe yes gan.. Karna forum kita ini paling depan kan urusan lendir jadi sf cerita non ss sepi. Tapi sr bnyk ko gan yg masuk sf cerita. Well, ane tetap semangat ko gan. :D
cuma bisa update dikit aka kurang dari 5000 karakter.
Intiny sama kaya chapter awal.
Kalau mau itu juga :D
 
[size=+2]Chapter 16 - Maut Dalam Sebuah Gang[/size]

POV#Author

Dijalan permukiman, Rian berhenti di tengah-tengah jalan menatap tajam sekelompok orang yang menghadang nya. Sedangkan mereka menatap tajam sebuah stiker bulat gambar musuh yang selama ini sudah menjadi rival sejak dahulu kala dan dengan santainya Rian perlahan turun dari motor sahabatnya, sedangkan mereka sudah mengepalkan tangan mereka yang sudah gusar menunggu komando untuk menghajar anggota yang sudah memasuki area kekuasaan mereka.

"baiklah, aku tak tau apa masalah kalian menghadang jalan ku jadi terus terang saja kalian ini mau apa?" ucap RIan menatap tajam mereka sebari melebarkan kedua tangan nya ke depan mereka seolah-olah menyerah dan pasrah.

Seseorang pun maju berjalan mendekati Rian dan menatap balik tatapan tajam Rian.
"hahahaha, kau bilang apa barusan? kalian mau apa? kami ingin nyawa mu itu sekedar untuk menambah korban geng mu yang telah mati disini dan ingat tak ada jalan lagi untuk mu kabur dari kematian." ucap Rizal dengan gelak tawa yang meremehkan lawan dan manganggap bahwa Rian seolah hanya anak ingusan yang di rekrut oleh musuh mereka, Rian mulai mamanas mendengar perkataan Rizal tapi dia mencoba tenang karna belum saatnya dia beraksi membungkam mulut yang sudah merendahkannya.

"baiklah, kapan kalian ingin melakukannya? aku tak takut malah mungkin kalian lah yang akan aku habisi." ucap Rian mencoba menyalakan emosi mereka dan sekaligus membalas perkataan Rizal barusan. Rizal pun berbalik ke kiri menghadap teman-temannya dan mengangkat kedepan kedua tangannya memberi isyarat.

"bagaimana teman-teman?" tanya Rizal setelah berbalik dan mendapatkan tatapan penuh emosi teman-temannya dengan segera Rizal berbalik menghadap Rian sebari melayangkan kepalan tangan kanannya menuju pipi kanan Rian. Mendapat serangan cepat Rian dengan cepat pula mengangkat tangan kanannya menghadang terjangan tangan kanan Rizal, pergelangan tangan mereka pun beradu dengan keras meninggal kan sedikit rasa sakit. Rian pun menyerang menggunakan tangan kirinya namun dengan cepat Rizal membanting tangan kiri Rian dengan tangan kanannya setelah tangan kiri nya menggenggam tangan kanan Rian yang tadi menghalau serangan tangan kanannya.

Rizal yang mendapat celah memukul pipi kiri Rian segera melesakan tangan kanannya dengan cepat sebelum tangan kiri Rian menghalau tanganya namun Rian yang mendapat serangan dari arah kiri segera memundurkan kepalanya karna tidak akan sempat untuk menghalau dan sebari menghindar Rian melesakan lutut kirinya mengarah ke perut Rizal, belum sempat lutut kakinya itu mengenai perut Rizal, tangan kanan Rizal yang gagal mengenai Rian dia gunakan untuk menarik bahu kanan Rian. Serangan lutut Rian pun mengenai perut Rizal namun tak bertenaga, mereka pun hampir seperti berpelukan.

Tangan kiri Rian yang bebas tanpa ada halangan yang akan mengganggu seranganya kini dia lesakan dengan keras ke kepala Rizal, sedangkan Rizal yang tak bisa lagi menghalau serangan Rian akhirnya memundurkan kepalanya dan dengan cepat dia memajukan kepalanya. Kedua kepala mereka pun beradu hingga mereka sama-sama menjauh, dengan santai Rizal mengangkat tangan memberi isyarat teman-teman nya untuk diam menonton pertunjukan nya.

"kau boleh juga." ucap Rizal memuji lawan nya dan dibalas seutas senyum kegembiraan karna akan ada kesenangan juga tak perlu berpikir keras akan strategi bertahan dirinya untuk menghadapi 8 orang sekaligus.

Rizal dan Rian pun bersiap bertarung kembali namun dari ujung jalan yang tak jauh dari mereka seseorang berjalan santai dengan anggun yang tak lain adalah Rika amelia atau sering di sebut Amel oleh Rian karna nama dia sama dengan pacar sahabat sekaligus teman sekelasnya. Amel mulai melihat kerumunan orang yang tak lain adalah anggota geng yang didirikan oleh sang kakak.

"aduh, kenanpa mereka terus berbuat onar, padahal sudah di bilang jangan lagi berbuat tanpa sebab yang pasti oleh kakak ku." ucap Amel pelan seraya berlari menghapiri mereka. Mata Amel terbelalak kaget melihat pria yang baru-baru ini dikenalnya sedang berhadapan dengan Rizal, Amel pun menyudahi apa yang mereka perbuat dan Rian pun mulai menjalankan motor nya kembali.

"awas kau Amel, akan ku balas nanti apa yang telah kau perbuat dengan semua kesenangan ku, tunggu tanggal dimana kau akan tunduk dan tak lagi mencampuri segala urusan ku." ucap pelan Rizal menatap Amel yang sedang asik memainkan telepon selulernya menunggu sang kakak datang.

[size=+2]~~~~X~~~~[/size]​

Diruangan yang lumayan kecil, Fajal yang sudah sedikit banyak memar berbicara dengan seorang laki-laki yang jauh diatas umurnya.
Lelaki itu pun menyodorkan sebungkus rokok dan dengan sigap Fajal menerima sekaligus menyulut rokok tersebut, asap putih pun bertebaran dan perlahan terbang menuju pentilasi ruangan itu.

"jadi kau serius akan hal itu Fajal?" ucap lelaki itu yang tak lain adalah ketua geng yang salah satu anggotanya ialah Fajal.

"ia kang, saya serius, karna sudah saya pikirkan dengan baik." jawab Fajal seraya mengeluarkan asap putih dari mulut dan juga hidungnya.

"baiklah, sebelum terlaksana keinginan mu aku ingin kau membantu suatu hal nanti setelah kau keluar dari sini!"

"siap sedia kang." ucap Fajal siap melakukan apa keinginan terakhir ketua geng nya.

Lelaki itu pun berdiri dan mulai berjalan mendekati pintu yang telah dijaga oleh dua orang polisi, sementara Fajal hanya duduk diam menikmati rokok yang sedang dihisapnya. Kemudian dua orang polisi itu pun mendekati Fajal dan sekaligus merusak kesenangan Fajal.

"tunggu dulu pak! saya belum menghabiskan rokok ini" ucap Fajal kesal kepada pak polisi.

Karna tidak bisa melawan Fajal pun menyerah dengan mematikan rokok yang baru setengah dia bakar dan membawa bungkus rokok yang baru diambil 2 batang saja pemberian sang ketua.

Dari luar Rian yang baru datang ke kantor polisi kota segera memarkirkan sepeda motornya. kemudian Rian pun berjalan memasuki kantor polisi setelah tadi berpapasan dengan seorang lelaki yang tak lain adalah sang ketua geng Fajal.

"siapa dia tadi, sangat tajam tatapannya kepada ku."

[size=+2]~~~~X~~~~[/size]​

Dibelakang rumah yang dikelilingi area persawahan Caezar sedang duduk melamun mantap tebaran rerumputan hijau. Hatinya sedang mengalami kebimbangan hanya karna seorang gadis yang telah dia sukai sejak lama. Baginya mendekati Ratna saja sudah begitu sulit meyakinkan pikiran nya yang pemalu itu dan setelah sudah dekat ada lelaki yang menjadi pesaing nya mendapatkan Ratna.

"dunia ini sungguh sangat memilukan." teriak Ezar dengan lantang kearah persawahan hingga suaranya menggema keras.

Caezar pun berdiri dari duduk nya, dengan mengpalkan tangan dia mengangkat tangannya menghunus ke arah langit yang di penuhi awan awan yang begitu santai tertiup angin.

"sepertinya kau belum puas tuhan telah menyiksaku, baiklah aku akan mengikuti permainan yang sangat tak bisa ku tebak ini."

[size=+2]Bersambung[/size]​

mohon maaf bila mengecewakan, maklum belum berpengalaman, ada kritik, saran monggo di keluarkan!
cendol atau thanks diberikan.. terima kasih sekali :D
 
memilukan seperti dirimu Zar...:galau:

#njier..kapotong ku si amel.

tetep lnjut ganSka..
:jempol:
 
Aslina mumet ngabayangken figthna jadi di potong hehe :piece:
#update lg minggu depan. :D
 
kari maca cersil atuh gan...
lumayan ker rekomend prtarungan tangan kosong jarak dekat...
:jempol:
 
Bimabet
kari maca cersil atuh gan...
lumayan ker rekomend prtarungan tangan kosong jarak dekat...
:jempol:
okelah tar baca rekomend na, si Ezar dibawa ngedrug jeng gelut BISA MEREN :lol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd