Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Istri Pelaut

BAB XXVII



Menyemai Angin



Bunyi telepon di kamar Nakhoda berdering kencang, dan Capt Alex pun terbangun dengan deringan dari internal telepon baik yang disamping tempat tidurnya, maupun di meja kerjanya.

“good morning, Sir…”

“morning 2nd…”

“one hour notice, Captain”

“copy that….”

Persiapan satu jam atau suka disebut one hour notice artinya kapal dalam waktu satu jam ke depan akan segera bersiap untuk bergerak.

Dia lalu bangun, masuk ke kamar mandi, membersihkan dirinya, lalu kembali ke ruangannya, jam di dinding kamarnya menunjukkan waktu pukul 03.15 LT, dan jam 4 subuh kapal akan bergerak kembali.

Dia mengambil ponselnya, dan setelah mengenakan seragamnya lengkap dengan epulet atau tanda pangkat, dia lalu membuka whatsapp, dan kemudian mencari sebuah nomor dan memencetnya

“assalamualaikum, Neng

“waalaikumsalam Aa… udah bangun?”

“udah…”

“jam berapa disana?”

“jam 3….”

“oh, beda 5 jam yah…” waktu di Jakarta sudah menunjukkan pukul 08.15 pagi.

“iya atuh….”

“ masuk selat yah?”

“terusan Suez….”

“ Eh, iya….” senyuman manis terkembang di sebelah sana

“sepi?”

“iya, Wulan udah ke sekolah… Mamah di kamar….”

“oke Neng…..”

“ senang liat Aa pake seragam…”

Alex tersenyum

“ keren kah…”

“meuni kasep pisan….”

Tawa dan canda diantara kedua insan yang sedang jatuh hati itu, karena binar mata Soraya terlihat sekali saat memandangi wajah sang kekasih

“ nanti dari Korea jadi permohonan?”

“iya… sampai di Korea, Aa akan buat one month notice….”

Kali ini senyum di bibir Soraya

“kangen sama aa….”

“sama atuh, kangen juga sama neng….”

“dua bulan lagi bisa ketemu dong kita….”

“iya, insyaallah….”

“masih lama….” agak merajuk sedikit

“ngga lah….”

Lalu

“yah sudah, nanti sambung lagi, Aa mau ke anjungan dulu….”

“iya Aa… hati-hati dan selamat dalam menjalankan tugas…”

“aamiin, Neng….”

Sebuah isyarat tanda ciuman pun tercipta sebelum Alex naik ke anjungan melaksanakan tugasnya. Satu hal yang selalu disukai dari Soraya ialah penegrtiannya dan perhatiannya yang tulus terhadap Alex, sesuatu yang sulit dia dapatkan dari Ina, yang akan sangat baik jika moodnya sedang bagus.

“Good morning, Captain…”

“morning…..”

Suasana gelap di anjungan saat Captain Alex masuk.

“inform Chief Mate for starting heave up anchor…” perintahnya ke Mualim II menelpon Chief Officer agar bersiap mengangkat jangkar.

“copy that, Sir….”

Kapal sedang berada di zona selatan area labuh jangkar di Bursaid, Mesir, atau suka disebut Port Said. Pelabuhan di utara atau timur laut Mesir, tepatnya di laut Mediterania, yang merupakan gerbang utara kapal-kapal yang akan turun atau masuk ke Terusan Suez untuk kemudian menuju Laut Teberau, Laut Merah dan Samudera India.

Pukul 04.00 pagi merupakan awal perjalanan konvoi kapal-kapal yang masuk ke Terusan Suez, dan perkiraan waktu akan memakan 13-14 jam perjalanan konvoi untuk tiba di teluk Suez nanti, sebelum kemudian mereka akan lanjut ke Daesan, Korea.

Alex lalu bergerak ke arah radar, dan saat dia melihat ke main deck, dia memantau, nampak Chief Officer, Boatswain, dan beberapa crew dengan seragam werpak orange lengkap dengan helm berjalan ke depan untuk bersiap untuk mengangkat jangkar kapal.

“inform port control, that we ready to proceed…” perintahnya lagi ke 2nd Officer

“roger, Sir….”



****************************

Sementara itu di rumahnya di kawasan Harapan Indah….

Pagi ini Kayla sudah berangkat sekolah bersama Mbaknya, mabk yang satu lagi sedang mencuci pakaian di atas. Ina nampak sedang menikmati sarapan dengan santainya di meja makan, dengan kaos singlet ketat dan belahan dadanya terlihat, dan celana pendek yang merupakan pakaian dinas di rumah.

Bedanya kali ini dengan memakai bra. Mungkin dia agak sadar jika buah dada indahnya suka jadi santapan mata Satria, makanya dia memilih untuk agak membatasi cara berpakaian di rumah selama anak itu ada, meski kesan seksi pun tetap saja sangat kental terlihat.

Sudah dua minggu Satria ada di rumah, dan memang dia lumayan bisa membantu banyak hal pekerjaan dirumah. Meski gaya songongnya kadang suka muncul, namun dia rajin dalam bantu-bantu, dan sering mengantar atau menjemput Kalia, atau sekedar antar atau beli belanjaan di mini market terdekat

“pagi Tante…” tiba-tiba dia muncul dari arah kamarnya. Dengan kemeja flanel kotak-kotak berwarna biru, celana jins biru, anak ini terlihat agak berbeda dengan dandanan rapi seperti ini

“eh… pagi… sarapan…”

“iya Tante….”

Satria lalu menghampiri meja makan, mengambil piring lalu menyendok nasi goreng dari tengah meja

“rapi amat, mau kemana?”

“eh… mau ke STIP, Tan….”

“oh, udah mulai kursusnya?”

“baru mau daftar, Tan…”

“ngga bisa online?”

“enakkan kesana Tan…. biar langsung daftar, kalau online takutnya kesodok sama peserta lain…”

Ina tersenyum saat matanya tanpa sengaja melihat ponakannya itu melirik ke arahnya

“sertifikat apa yang mau diambil?”

“sertifikat tanker, Tan…..”

“oh….”

“AOT, ACT, BLGT dan ALGT….”

“oke, biar bisa di tanker yah…” sedikit banyak Ina mengerti sistem sertifikasi bagi para pelaut, sehingga bicara seperti ini.

“ya sudah…..”

Suara kunyahan dan air minum dituangkan kemudian terdengar.

Diam-diam Ina merasa jengah dan sedikit aneh sebetulnya jika dipandang oleh Satria. Usia Satria yang masih 23 tahun dan baru lulus dari Poltekpel, artinya dia 13 tahun lebih muda dibandingkan Ina yang hendak menginjak usia 36 tahun.

Ada rasa tersanjung didirinya, meski Satria bisa dibilang keponakannya, namun anak ini termasuk tampan dan menarik,walau gayanya yang songong, mungkin karena selalu dimanjakan di rumahnya oleh orangtuanya, sehingga kemana mana gayanya selalu terlihat seperti itu.

Kulitnya putih khas pria Minang, wajahnya juga cute, dan badannya yang tinggi tegap, rasanya anak ini memang menarik bagi lawan jenisnya. Dan tatapan liar ke bagian tubuhnya, baik secara langsung maupun diam-diam, membuat Ina merasa sangat bangga dalam hatinya, karena di usia seperti dirinya, masih ada brondong tampan seperti Satria yang meliriknya.

Meski masih keponakan, namun tetap saja Satria sebagai pria punya daya tarik. Dan Ina berusaha bersikap sewajar mungkin. Karena baru kali ini rasanya dia menemukan anak semuda ini, meski sering juga dia bercinta dengan pria yang usianya dibawahnya, namun seusia Satria, rasanya terlalu muda, apalagi ini keponakannya.

“nanti naik motor?”

“iya Tante, saya kalau boleh pinjam motor Tante….”

“oh, silahkan… pake yang Vario aja, yang beat dipake si mbak buat antar jemput Kaila…”

“iya Tan…..”

Ina lalu membereskan piringnya, dan meletakkan di area cucian piring, sebelum kembali duduk sejenak sambil minum jus sehat sebagai salah satu menu paginya.

“sebetulnya tadi Ibu sama ayah minta ditemanin Tante…..” ujar Satria pelan

Ina kaget

“ditemanin Tante?”Keningnya naik

“iya Tan… biar jelas biayanya… “ dia sambil menundukkan berbicara

Ina masih agak kurang mengerti, kenapa anak ini mau daftar kursus saja harus ditemani olehnya

“ngga ngerti, Tante….”

Satria masih menundukkan kepalanya, piringnya sudah ludes dan licin

“iya Tan… soalnya ini khan masih ayah dan ibu yang bayar, jadi…..”

Ina segera mengerti maksud dan tujuannya kenapa dia diminta tolong ikut

“oh…. wkwkwkwkwk” tiba -iba dia tergelak

“ngga dipercaya yah kamu?”

“bukan Tan…” Satria dengan cepat mengelak

“biar Ayah sama Bunda yakin aja…..” wajahnya agak merah menerangkan ke Ina yang masih tertawa geli

Satria terdiam sesaat dan meunduk malu

“tapi kalau Tante lagi sibuk, saya bisa sendiri……”dia buru-buru mengklarifikasi

Ina tersenyum, dia berpikir sejenak

“ke Marunda yah?” sambil memutar mutar gelasnya yang sudah kosong

“iya Tan….”

Satria masih sedikit terdiam menunggu keputusan sang tante. Meski mereka jarang berinteraksi, namun dia mengakui tantenya ini sangat ramah dan baik terhadap dirinya. Apalagi dia memang tidak bisa memungkiri, sebagai laki-laki normal, da kagum akan keindahan tubuh dan kecantikan tantenya ini.

“ya sudah, Tante temanin kali ini…..”cetus Ina akhirnya.

Satria senang dalam hatinya

“ngga ganggu kan Tan?”

“ngga lah, demi keponakan Tante siap bantu….”

“makasih Tan…..”Satria tidak bisa menyembunyikan wajah senangnya

Ina tertawa kecil melihat gelagat Satria yang senang

“ya sudah, Tante mandi dulu…”

“iya Tan…”

“ngga buru-buru kan?”

“ngga Tan, saya khan cuma daftar dan bayar….”

“oke….”

Lalu

“tante telp Pak Kuswan dulu biar dia antar….”

“ngga usah Tan… biar saya yang nyetir aja….” potong Satria

“kamu punya SIM?”

“punya Tan…..”

Ina tersenyum sambil berdiri dari kursinya

“ya sudah, kita berdua saja….”

“siap Tante….”

Selain memang dia lebih nyaman berdua dengan tantenya, dia juga kurang suka melihat tampang Kuswan yang agak kurang bersahabat dengan dirinya, setiap Kuswan datang pagi ke rumah atau kebetulan mengantar Ina pulang. Jadi dia memilih hanya berdua saja dengan Tantenya saat ini.



**************************

Senyuman rasanya tersungging terus di bibir anak muda ini, dari sepanjang perjalanan, mereka berbincang ringan, dan sosok Ina yang gaul dan mudah beradaptasi memang serasa jadi teman yang menyenangkan bagi Satria.

Apalagi sosoknya yang cantik, dengan balutan busana santai dan celana selutut dan baju senada warnanya serba biru tua, dan sepatu sneaker putih, Ina memang agak berbeda dengan dandanannya jika ke kantor, kini lebih santai dan terlihat seperti gadis yang masih belum punya anak.

Setiba di Marunda, mereka langsung menuju ke loket pendaftaran, dan selesai mendaftar, dia lalu menuju klinik mengambil surat keterangan sehat, dan kemudian kembali untuk membayar biaya training.

Satria sangat bangga karena berjalan bersama Ina, dan tak pelak mereka berdua menjadi sorotan banyak laki-laki, dimana lokasi mereka berada memang mayoritas diisi oleh banyak pria. Bangga rasanya dia berjalan dengan wanita semodis tantenya ini.

Dan selesai mendaftar, saat hendak kembali, mereka bertemu dengan beberapa kawan Satria, dan juga ada beberapa pelaut yang mengenal Satria

“siapa tuh, Bro?”

“eh….”

“cakep pacarnya nih….”

Ina hanya tersenyum ke arah mereka. Dia merasa geli saat disebut pacarnya Satria.

“kenalin lah….”

Bahasa liar ala laki-laki kemudian menghampiri mereka.

Bagi Ina, ini hal yang sudah biasa dan sering dia alami, namun sampai dikagumi para perwira muda seperti ini, memang rasanya agak lain saja di hatinya. Dia bangga sekali, ternyata banyak orang menyangkanya masih muda dan sepantaran dengan Satria

“ bahaya nih kalo ajak Tante kesini lagi…” komentarnya saat mereka sudah di mobil dan hendak kembali pulang ke Bekasi

“kok bahaya…”ujar Ina sambil menahan senyum

“banyak yang naksir….”

Ina tertawa terkekeh

“senang dong kamu, Tante kamu artinya masih cantik…..” ledek Ina ke Satria

“bangga banget Tan…..”

Ina tertawa kembali

“sampai disangka pacar saya…..”

“masak sih…. sudah tua gini lho….”

“ngga Tan, masih cantik kalo tante….”

Ina tertawa mendengar pujian Satria. Diam diam dia merasa tersanjung mendengarnya.

“kalo gitu, lain kali Tante ngga ikut ah….”

“jangan Tan…. aku senang kok ditemani Tante….” gelagapan Satria

“senang lah…. ditemanin tante cantik begini yah….”sambung dia lagi.

Giliran Satria yang tertawa

Dia sekilas melirik ke Tantenya yang sedang memainkan ponselnya. Anak muda ini emang mengakui seksinya dan cantiknya sang Tante. Wajahnya mungkin terkesan tidak seanggun para wanita-wanita cantik lain. Namun kesan liar dan seksinya yang membuat dia terlihat menarik dimata para laki-laki. Perutnya masih rata karena rajin senam, dan buah dadanya mumbul indah dibalik blouse birunya itu.

“nanti jangan lupa, kalao sudah naik kapal, jatah Tante yah….” ledek Ina

“siap Tan…”

“ah, janjinya pas nganggur aja… kalo udah kerja pasti ngirimnya ke pacarnya….”

“lho, khan pacar saya ini….” isyarat sambil menganggukan wajahnya dan menunjuk dengan dagunya ke arah Ina

“eh, dasar yah… tantenya dibilang pacar…” dengan gemas Ina mencubit lengan Satria

“khan kawan-kawan saya bilang begitu….” ujarnya lagi sambil tertawa lepas.

Obrolan seru mereka pun berlanjut sepanjang jalan dari arah BKT menuju Harapan Indah. Satria senang sekali bisa berduaan dengan Tantenya yang seksi dan cantik ini, meski banyak cerita kurang enak yang dia dengar di kalangan keluarga orangtuanya, namun dia akui Ina selaku Tantenya memang menarik, cantik dan seksi, serta mudah dalam bergaul, ini yang terpenting baginya.

Ina sempat berbicara dengan ibunya Satria, dan mereka sangat senang saat tahu jika Ina ikut membantu dan menemani anak mereka ke sekolahan untuk daftar kursus, dan suasana yang selama ini kaku diantara keluarga itu agak melumer sedikit jadinya, dan Satria juga ikut senang, karena bisa berjalan dan berduaan dengan tantenya.

Ina sendiri juga demikian. Dia merasa agak lebih muda jadinya saat bersama Satria. Karena selama ini, semenjak dia lebih sering dengan Kuswan, memang Ina agak malas berurusan dengan anak muda yang hanya jual tampang tapi tidak berduit, apalagi di atas ranjang kalah terus.

Namun bersama Satria dia bagaikan jadi anak muda lagi barusan, apalagi semua tatapan banyak tertuju ke dirinya. Setelah kasus dengan Fadly itu, dia agak trauma jika harus berhadapan dengan para pelaut. Namun kali ini dia bisa lega, karena bisa datang ke sekolah para pelaut kembali, tanpa ada rasa takut seperti dulu.



************************

Sementara itu, di kontrakannya, Kuswan hanya bisa berbaring dan tidur seharian. Tadi pagi dia sudah mandi dan siap-siap untuk menjemput majikannya yang akan ke daerah Sukabumi untuk survey lahan, malah batal karena Ina harus mengantar keponakannya ke Marunda.

Dan celakanya dia pun diminta istirahat, karena hanya Ina dan keponakannya yang akan kesana. Bagi Kuswan, entah kenapa dia kurang suka dengan gaya anak muda itu. Meskipun keponakan, tetap saja anak itu laki-laki. Seperti ada rasa tidak menerima di hati Kuswan.

Apalagi melihat gaya sengaknya Satria yang seperti kurang menyukai dirinya. Kuswan kesal meski dia tahu itu keponakannya majikan prianya. Bagaimana pun Ina berjalan berdua dengan keponakan yang sudah dewasa, apalagi dia tahu persis gaya berpakaian Ina yang sering dengan baju seksi dan ketat, tetap aja Kuswan kesal dan cemburu jadinya.

Padahal dia sudah merencanakan dengan matang, jalan agak siang ke Sukabumi, survey ke beberapa tempat, malamnya pulang mereka bisa mampir menginap di Bogor berdua.

Dia rindu akan Ina

Selama dua minggu ini, baru sekali Kuswan dapat jatah, itu pun cuma sekali, karena Ina buru-buru ingin kembali ke rumahnya, alasannya ada keluarga dari Alex dirumah, dan jika dia pulang malam, akan ada laporan secara langsung ke suaminya. Ini membuat mereka jadi terbatas bertemunya, karena Ina setelah dijemput, langsung ke kantor, meski Kuswan sudah memberi isyarat jika dia mau mampir ke kontrakannya, namun Ina seperti pura-pura tidak tahu, dan langsung menyuruhnya agar jalan ke kantor.

Mungkin jika anak itu tidak ada, pastinya acara bercinta mereka tidak terganggu dan lancar, karena semenjak kedatangan bocah tengik itu, agendanya dengan Ina jadi banyak terbengkalai, demikian bisik kepala Kuswan, sambil menahan kekesalan. Beberapa kali dia mengecek ponselnya, berharap Ina tiba-tiba menyuruhnya menjemput, namun hingga sore ini sudah mau jam 4, tetap saja tidak ada satu pun panggilan atau whatsapp yang muncul dari Ina untuk dia.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd