Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Balada Istri Pelaut

ciri khas dari suhu @Elkintong adalah adanya detil-detil kecil yang membantu memudahkan pembaca untuk ikut masuk dalam alur cerita tersebut. ceritanya juga tidak terburu-buru, semua plot ditulis dengan baik sehingga tidak tersisa bagian yang menjadi plot hole
 
CHAPTER V



RIAK OMBAK BAGI SANG CAPITANO



Dewi bagaikan dihantui banyak pikiran di kepalanya hari ini. Kebetulan dia cuti, dan semalam papanya menelpon, sehingga hari ini dia memutuskan untuk ke rumah papanya. Selain diminta oleh papanya Alex, dia juga rindu dengan adik bontotnya Kalia.

Kalia memang sangat menggemaskan. Dia begitu manja dengan kakak-kakaknya. Dewi yang awalnya tidak begitu menyukai ada adik lagi, luluh hatinya saat anak itu lahir. Dan meski jarak mereka terpisah jauh, dia selalu menyempatkan diri datang menemui adiknya.

Cluster di perumahan Harapan Indah ini memang rapih dan sangat teratur. Rumah mewah milik papanya ini dibeli setahun setelah mereka menikah, dan langsung direnovasi besar-besaran, terutama bagian belakangnya.

Suzuki Baleno yang dikendarai Dewi lalu berhenti dirumah dengan cat abu-abu dikombinasikan dengan warna kayu. Di garasi mobil yang muat dua mobil itu hanya ada mobil Hyundai Creta milik papanya. Dia yakin, jika Fortunernya tidak ada ditempat, kemungkinan ibu tirinya, Ina pasti juga tidak ditempat.

Bagus deh….. bisik hati Dewi.

Dia memang kurang happy dan kurang suka dengan ibu tirinya. Dia sudah berusaha untuk menerima dan tulus ikut apa yang diputuskan papanya. Namun entah kenapa dia tidak bisa menerima dengan sepenuh hati posisi mamanya digantikan oleh sosok yang mereka panggil mami. Dan hingga kini, Dewi dan adiknya Arya memanggil ibu tirinya itu dengan panggilan Tante Ina, meski Ina sering memamikan dirinya didepan anak-anaknya.

Ning Nong…….

Bunyi bel setelah tombolnya dipencet oleh Dewi.

“kaka……..” teriak girang Kalia setelah mengintip wajah kakanya dari balik gorden

“mbak….bukain pintu…cepat… ada kaka diluar…..”

Girangnya hati Dewi dan Kalia begitu bertemu. Anak itu memeluk kakaknya dengan sangat erat. Hamper sebulan lebih mereka tidak bertemu, membuat anak itu girang sekali melihat kakaknya. Dengan gembira dia lalu mencoba baju pemberian kakaknya.

Melihat adiknya berputar putar, lalu mengajak kakaknya ke kamarnya, dia lalu menunjukan kamarnya, serta semua mainannnya, buku-buku pelajarannya, ini seperti menyadarkan Dewi, bahwa adiknya ini sungguhlah kesepian setiap hari.

“ayolah Ka….. Ina akan jadi ibu yang baik…..” dia ingat bagaimana papa membujuknya saat meminta ijin untuk menikah lagi

Dewi dan Arya bersikukuh menolak papanya menikah lagi

“kalian sebentar lagi sudah besar….. papa nanti sendirian… papa kesepian… papa butuh teman…..”

Begitu banyak alasan, bujukan dan semua bujuk rayu papanya agar anaknya bisa menerima Ina ketika itu.

Dan meski mereka tidak setuju pun papa tetap bersikukuh menikah.

Entah kenapa, meski Ina berusaha mendekati mereka, namun mereka seperti sulit menerima Ina dalam hidup mereka. Almarhumah mamanya begitu sederhana, lemah lembut, sosok yang sangat keibuan, rasanya sulit mereka enyahkan begitu saja dengan kedatangan seorang wanita modis yang agak menor dalam berpenampilan, dan hanya berusia berbeda sekitar 10 tahunan dari dia, untuk kemudian jadi ibunya.

“papa akan sering kesini kok…..” akhirnya apa yang mereka kutirkan pun terjadi.

Rumah mereka yang tadinya tempat papanya pulang saat cuti, kini hanya jadi rumah singgah bagi sang captain. Dia datang hanya setiap dua hari, bahkan seminggu sekali, meski tanggungjawabnya sebagai orangtua tidak dia lepaskan sama sekali.

Uang sekolah, uang belanja, dan uang rutin rumah tetap dikirim seperti biasa. Bahkan oleh Ina langsung saat papanya dikapal. Dewi mengakui jika masalah itu memang orangtuanya tidak pernah lalai, makanya dia pun bisa selesai kuliahnya, dan bekerja.

Namun banyak cerita minor, termasuk hal-hal yang dia temui secara langsung saat berkunjung ke rumah, membuat dia sulit bisa menerima ketulusan hati Ina sebagai ibu sambungnya.

Dia bahkan terenyuh saat melihat ada airmata di wajah sang papa, yang akhirnya bisa video call dengan anak bontotnya. Rasanya teriris hatinya saat Kalia nangis minta papanya segera pulang.

“pulang Pi……”

“iya sayang…. Nanti papi segera cuti pulang yah….”

Melihat wajah papanya juga terlihat seperti menahan beban pikiran

Masyaallah pa…. captain kebanggaannku….

Dia ingat dulu waktu waktu menemani papanya wisuda waktu dia masih kelas II SMP, dan Arya kelas 6 SD. Alhmarhuma Mama masih segar-segarnya, mereka ikut wisuda terpadu department perhubungan di Sekolah Penerbangan Curug. Dia dengan bangganya melihat papa dengan balok III, sebagai tanda sudah bisa memegang ANT (ahli Nautika Tingkat) I, yang bisa menjadi nakhoda di kapal ukuran berarapun di seluruh dunia.

Dia bahkan tidak bosan-bosannya cerita siapa papanya. Ocean Going Master, punya anak buah orang asing, yang selalu menyisihkan uang jajan untuk anaknya, bahkan sering setiap ada film bagus, papa sering menyuruh dia dan Arya mentraktir teman-teman dekatnya untuk nonton bersama.

“Ka……”

“ya De…”

Dewi menghapus airmata haru dari matanya

“mau mixue….”

Dewi tersenyum

“ayo ke mall sama Kaka…”

“asyik……”

Anak kecil yang badannya agak gendut itu dengan cepat bersiap dan mencari sandal jalannya

“mbak…. Nanti ditanya sama ibu…..” art dirumah agak kuatir

“gue kakaknya…..” agak kesal Dewi

ART nya pun terdiam

“bilang gue yang bawa……”

Melihat celoteh adiknya yang heboh, rasanya sedih dan gundah Dewi terobati. Mereka jalan ke mall, dia membebaskan adiknya untuk memilih buku dan mainan yang dia mau. Bahkan mereka sempat ngobrol dengan Arya yang lagi kuliah di Sydney.

Ka, ade dibawa sama kaka?

Whatsapp dari Ina muncul di pop up ponselnya Dewi.

Dia sengaja tidak membuka dulu.

Iya Tan, ini Sudah mau balik.

Nginap dong, malaman Mami pulang, biar bisa ngobrol kita

Pesan dari Ina hanya dibaca oleh Dewi, tanpa dibalas.

Dan melihat adiknya menangis saat dia hendak balik, rasanya teriris hati Dewi. Dia akhirnya memutuskan menunggu hingga Kalia tertidur dulu, baru dia kembali pulang.

Papanya berkali kali menelpon dan bicara dengan adiknya. Dan Dewi lalu membelikan tabs mini untuk adiknya, agar papanya juga gampang menghubunginya nanti. Meski habis banyak hari ini, dia santai saja, karena dia tahu pasti papanya akan reiumburse uangnya kembali.

Dan hingga pukul 20.30 dia pulang, Ina masih juga belum balik.

Ka, maaf mami baru sampai dirumah, eh kaka malah sudah balik

Whatsapp Ina masuk saat dia sudah di parkiran apartemennya dia.

Iya Tan…. Besok masuk pagi soalnya

Ini Kalia dibeliin Tabs? Aduh kok ngga nanya mami dulu yah……

Ngga apa2 Tan, biar dia gampang kalua meu telpon aku sama Arya


Tidak dibalas lagi whatsapp nya oleh Ina



*************************



Indian Ocean, 09.00 LT



Kali ini lautan di Samudera Hindia sedikit bersahabat. Lautannya licin bak kolam, cuaca juga cerah diluar. Sambil memegang segelas kopi, Capt Alex naik ke anjungan komando kapal. Diatas ada Third Officernya Muhammad Roby yang sedang jaga laut

“speed bagus, Third?”

“bagus Capt…”

“ETA masih sama?” dia menanyakan Estimate time arrival

“masih Capt…..”

Alex lalu bergerak ke depan, dia menatap kearah lautan luas yang sedang dibelah oleh haluan kapalnya ini.

“sudah dapat tanggal kapan bisa off?”

“kata Miss Ivy, setelah voyage ini Capt…..”

Ivy Wong adalah HRD laut di kantor Hongkong yang khusus menangani crew dari Indonesia, Philipina dan Myanmar.

“oh oke…..”

Robby meletakan semua laporan dan file-file yang perlu disign oleh Captain

“ sudah siap untuk vetting dari Exxon kan?”

“sudah Capt…..”

Vetting ialah pemeriksaan dari perusahaan minyak besar untuk memastikan bahwa kapal ini bisa dan layak secara aspek keselamatan masuk ke terminal milik mereka dan mengangkut muatan milik mereka.

“ jadi married nanti?”

“jadi Capt……”

Alex tertawa

“nanti Capt sudah didarat juga kan?”

“kapan emang?”

“dua bulan lagi Capt….. tanggal 3 tepatnya…..”

Alex menghitung sejenak

“harusnya sih sudah….”

Robby tersenyum

“nanti datang yah Capt…..”

“iya…..”

“banyak yang diundang?” tanya Alex lagi

“dari Harmony sih yang pernah kumpul aja……”

Alex menganggukan kepalanya

Robby ini kadetnya dia dulu di kapal MT Harmony Capela. Setelah lulus sekolah, dia masuk bergabung lagi, dan kemudian setelah 2 kapal, dia kembali berkumpul dengan Alex di kapal ini.

“keluarganya Bass Ibrahim juga saya undang…..”

“oh yah…. Masih suka kontak sama keluarganya?”

Ahmad Ibrahim adalah Chief Engineer yang juga sedikit dari Indonesia yang pernah jadi Kepala kamar mesin di perusahaan ini. Mereka bertiga dulu kumpul di kapal yang sama, sehingga saling kenal. Bahkan dengan Ibrahim, Capt Alex sudah berkali kali kumpul semenjak masih jadi officer dan engineer.

“Bu Aya kan temenan dengan saya di FB, Capt…..” ujar Robby.

Soraya, istri dari Ibrahim pun dikenal baik oleh Alex dan mantan istrinya Satri. Sayangnya, Ibrahim juga sudah berpulang 2 tahun yang lalu akibat diserang Covid 19, saat sedang berlayar di perusahaan lokal.

Bahkan Alex pernah membantu saat Ibrahim dan istrinya merintis usaha keripik pisang online. Ina keberatan saat dia hendak membantu sahabatnya ketika itu. Maklum Ibrahim hendak meminjan dana Rp 25 juta rupiah. Meski istrinya melarang, namun tetap saja Alex dibelakang membantu kawan lamanya.

Nasib mereka memang berbeda. Ibrahim diblacklist oleh perusahaan akibat kapal terakhir dia di Harmony Tankers mengalami kerusakan retaknya cylinder head, sehingga kapal sempat mogok hamper satu bulan lamanya, dan oleh perusahaan dia dianggap tidak kompeten, dan tidak dipekerjakan lagi.

Dia lalu pindah ke perusahaan lokal, hingga akhirnya usianya dicukupkan 2 tahun yang lalu.

Dia ingat bagaimana Soraya yang begitu dipuji puji oleh Ibrahim, lalu harus menanggung beban 3 orang anak tanpa suaminya. Hanya saja yang dia tahu anak pertama dan kedua sudah mulai kerja. Menyisahkan anak bungsunya yang kalau tidak salah masih SMA.

Berbeda dengan Ina yang selalu tampil modis dengan pakaian yang menarik perhatian, maka Satri dan Soraya adalah tipikal istri Muslimah yang menjaga penampilan. Berhijab dan taat dalam agama. Bukannya Ina tidak taat. Istrinya juga selalu dan sering sholat. Namun ada beberapa hal yang kadang dianggap oleh Alex apa yang dilakukan oleh istrinya.

Ada ritual mandi dengan kembang yang dia rasa suka melenceng dari ajaran agama. Ina pun tidak jarang sering meminta petunjuk ke orang pintar, yang meski orang tersebut mengerti agama, tetap saja Alex tidak sependapat.

Alex kembali agak nyesak jika ingat istrinya.

Setelah pulang tengah malam menjelang pagi, besoknya seperti tanpa ada perasaan salah, dia menelpon Alex dan berbicara seperti biasa.

Ah…. Memang gue juga lemah didepan istri…. Desah gelisah Alex

Mengurus istri saja dia tidak mampu……

Diakui oleh Alex, dia memang lemah jika sudah berhadapan dengan Ina. Dia terlalu sayang ke istrinya. Dia terlalu tunduk ke istrinya, karena pelayanan dan servisan Ina yang luarbiasa, membuat dia sering takut kehilangan Ina.

Wanita yang jadi istrinya ini memang beda. Dia tanpa diberitahu, bisa dengan cepat dan mudah menyelesaikan semua masalah yang muncul. Dia pun cepat bertindak, tanpa diminta pun dia punya solusi untuk cara membantu Alex. Berbicara dengan Ina pun dengan mudah bisa dilihat betapa wanita itu termasuk cerdas, meski tidak makan bangku kuliah.

Dan untuk mengatasi masalah diantara mereka, biasanya mereka suka bercinta lewat telepon atau video call sex. Meski tidak sering, namun itu jadi solusi bagi mereka untuk bercinta. Dan sering sekali istrinya itu mengirim foto-foto indahnya ke suaminya.

Untuk hal seperti ini memang Ina tidak ada lawannya.

Namun dalam beberapa hal, sering sekali mereka berdebat, meski lebih sering Alex yang mengalah dan diam. Ancaman Ina seperti selesai, cari yang lain saja, sering buat Alex jadi terlihat tidak berdaya dan memilih untuk tidak memperpanjang masalah itu.

Beautiful wife

Demikian komen teman-teman pelautnya jika kapal stay lama di Singapore dan Ina ikut ke kapal. Mereka memuji Ina yang selalu modis dan tampil cantik dimata orang orang. Semenjak covid dan semua dibatasin memang kenjungan Ina ke tempat suaminya kerja pun jadi terbatas dan berkurang.

“ udah pacaran lama kalian?” tanyanya tiba-tiba ke Robby

“sudah dari jaman saya SMA, Capt…..”

Robby ini memang sedikit lebih tua dari anaknya yang pertama. Lulusan sekolah pelayaran dari swasta, namun punya kemampuan dan Bahasa inggris yang bagus, sehingga dia bisa dengan cepat beradaptasi di kapal yang multinasional seperti ini.

“setia banget yah…..”

Robby tersenyum malu

“dia selalu ada Capt…. Saat saya sempat nganggur waktu sekolah ambil kelas 2 kemarin juga dia banyak bantu saya……”

“oh… kerja dimana?”

“ di BNI Capt……”

Setia banget….. ungkapan Robby bagaikan mengiris hatinya Alex.

Dia seperti disadarkan akan sebuah kata yang mahal bagi dirinya dan istrinya.

Kesetiaan dan sayangnya ke Ina jangan dipertanyakan lagi. Bukan hanya masalah fisik, tapi masalah kecil-kecil pun dia sangat setia. Bahkan rumah mereka sekarang sudah atas nama Ina. Tanah mereka di kampung halaman Ina, tanah yang mau mereka buat rumah kebun di Kawasan Purwakarta pun sudah atas nama Ina.

Semua gajinya dia pun ditransfer atas nama Ina. Dan Ina tipikal istri yang sangat agresif dan berani. Mengirim email ke kantor menanyakan gaji suaminya, copy contractnya, hingga bonus itu bukan hal yang pantang bagi dirinya. Dia menempatkan diri sebagai manager dan juga bendahara bagi Alex.

Sayangnya, jangan pernah Alex mencoba menanyakan berapa saldo di rekening Ina.

“yang penting kebutuhan rumah ada…. Papi cuti uang ada…. Aku usaha pun lancar jalannya dan kelihatan… anak-anak sekolah ada semua….” Itu semua alasan yang selalu disampaikan Ina setiap Alex mencoba membuka pertanyaan itu.

Tegukan terakhir kopi di gelasnya membuat dia lalu segera turun ke kamarnya lagi.

“lifeboat jangan lupa dites mesinnya, cek semua yang didalamnya yah, Third…” pesan Alex sebelum turun dari anjungan….

Setibanya di kamar, dia melihat ada 4 missed call di ponselnya.

Segera dia membuka whatsappnya dan sudah 4 kali telepon dari istrinya masuk dan tidak terjawab. Jam 9.30 pagi, artinya di Jakarta sudah jam 7.30 pagi. Mereka memang dalam perjalanan sudah dua kali mengadjust waktu untuk nanti disamakan dengan waktu di Singapore yang berbeda 5 jam dengan waktu di Arab.

Dia lalu menelpon balik

“Assalamulaikan MI….”

“wa’alaikumsalam pi…..”

“kemana sih? Kok ponsel ngga dibawa? Aku telpon sampai berkali kali ngga dijawab?”

Perasaan kalau dia yang menelpon dan tidak terjawab, dia harus mahklum deh

“dari anjungan tadi…..”

Lalu

“itu Kalia kenapa sih sampe dibelin tabs?”

“itu kan kakaknya yang beliin…..”

“hmmmmmm….. jangan sampe dia reimburse ke papi yah…..”

Alex hanya bisa menggelengkan kepalanya

“apa yang salah sih, Mi….”

“kok apa yang salah?? Aku ngga mau yah anakku ketergantungan gadget….”

“yah mami tinggal atur…..”

“atur gimana? Emang bisa si mbak atur kapan maunya Kalia main gadget?”

“Itu kan biar kakanya bisa nelpon langsung ke adiknya….”

“kakaknya atau papi yang mau begitu?”

“mi….”

“udahlah lah…. Capek aku kalo gini terus…..”

Alex kaget mendengarnya

“aku bikin aturan malah kalian yang sibuk merusaknya sendiri….”

Alex terpana

“come on, mi…. itu kakaknya yang ngasih kok….”

“aku maminya…. Aku yang berhak atur apa yang pantas atau tidak ke anakku….”

Ponselnya tiba-tiba terdiam, ternyata hubungan telpon via wa sudah diputus.

Alex mencoba menelpon kembali. Dan meski sedang online, tetap saja telpon suaminya tidak digubris. Hal yang sudah biasa Alex alami selama ini, kelakuan istrinya jika sedang marah dan kesal. Pasti demikian selalu.

Poor Alex……

Akang itu Captain…. Harus punya wibawa atuh….. nasehat Imran adiknya yang laki-laki

Ngga beres itu istri akang…… sambung adik perempuannya Erina.

Kedua iparnya itu memang tidak menyukai istrinya Alex. Gaya dan dandanan Ina yang serba heboh, belum lagi kelakuan Ina yang tidak suka lama-lama dirumah mertuanya, suka jadi perbincangan dikalangan keluarga.

Dulu, semua ponakan pasti kebagian angpao jika ada pertemuan keluarga atau Alex pulang berlayar. Kini semua gigit jari semenjak Ina jadi penguasa di rumahnya Alex. Bagi Ina, Alex sudah cukup membantu keluarganya, dan kini dia punya keluarga dan anak yang perlu diberi nafkah dan dilihat masa depannya.

Sedangkan bagi keluarga, bukan besar atau kecilnya nilai angpao, tapi kebiasaan Alex, kebiasaan papanya mereka dulu yang sama-sama pelaut yang suka memberi itu jadi hilang karena ditekan oleh Ina. Bahkan sering jika keluarga minta bantuan, selalu mentok karena Alex kini tidak bisa memutuskan sendiri.

Sementara Erina punya alasan lain. Dia marah saat pembantu dirumah Alex dipecat oleh Ina. Pembantu itu sekampung dengan mereka, namun dipecat oleh Ina, karena disinyalir suka melaporkan kelakuan Ina yang pulang malam, kalua tidak pagi. Bahkan sampai Kalia pernah 5 hari ditinggal saat Ina ke Bali dengan teman-teman arisannya, itupun sampai di kuping keluarga Alex dikampung.

Cara Ina menerima telp dan berbicara dengan genit pun tidak luput ikut sampai disana, sehingga Ina dengan cepat memecatnya, dengan alasan malas, dan tidak becus bekerja. Dan ini yang membuat hubungan Ina dan keluarga Alex jadi memburuk.

Mereka hanya suka dengan kesuksesan papi…..

Mereka tahu tidak papi juga harus cuti nanti?

Apa mereka mengerti bahwa papi tidak selamanya punya gaji sebesar ini?

Itu selalu alasan dan sodoran kata-kata yang diutarakan oleh Ina setiap mereka membahas ini.

Ingat papi, gaya dan penampilan papi sebelum ketemu mami, ngga akan semodis ini. Dan papi juga harus tahu, mami ini bukan istri yang hanya bisa buka tangan terima uang dari suami. Mami ini bisa cari uang sendiri, jadi jangan disamakan dengan istri-istri pelaut lain yang tidak tahu cari uang.

Semua untaian kalimat yang membuat Alex terlihat jadi bodoh jika sudah berhadapan dengan Ina. Dia memang terlalu emncintai Ina. Dia meski marah, namun selalu luluh jika Ina sudah mulai lemah lembut dan menyodorkan keindahan tubuhnya utnuk sang capitano.

Mau dapat dimana coba istri seperti aku? Apa maunya papi yang ngga aku turutin??

Dalam hal sex, memang Ina adalah sang dewi. Dia kuat dalam meladeni suaminya, selalu siap dan siaga. Dan ini juga yang jadi kekuatiran Alex. Kebiasaan mereka bercinta yang rutin, dia takut jika Ina tidak ada suami disampingnya, bagaimana melampiaskan nafsunya?

Meski mereka sering bercinta secara online, namun tentu tetap saja penuntasan secara langsung juga sangat berbeda dengan bercinta online. Rumor rumor yang beredar tentang kelakuan istrinya memang pernah dia dengar, bahkan cerita langsung dari mantan pembantunya juga sudah dia dengar lewat rekaman yang dikirim adiknya Erina.

Dia memilih untuk tidak gampang percaya. Memang sulit untuk mencoba percaya dengan istrinya. Namun jika bukan dia sebagai suaminya yang harus percaya dan dukung istrinya? Siapa lagi? Dan kejadian barusan istrinya marah, membuat dia tidak habis pikir kenapa istrinya harus marah? Memang apa salahnya jika mereka langsung menghubungi anaknya Kalia tanpa harus lewat dirinya?

Lalu telpon di kamarnya bunyi

“captain, ada email dari kantor, penting…..”

“oke….”

Dia segera naik ke anjungan, karena email kapal memang disetup di computer di anjungan, sehingga setiap membalas atau membaca email, dia harus naik satu lantai ke anjungan.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd