Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERPEN ASI Anakku

begawan_cinta

Guru Semprot
Daftar
27 Oct 2023
Post
540
Like diterima
9.133
Bimabet


ASI Anakku
( i n c e s t )



KELUAR dari kantor, aku langsung memacu mobilku menuju ke rumah anakku.

Aku hendak menengok cucuku yang katanya badannya agak panas, sekalian aku mau menanyakan Budi, menantuku tentang tata cara tukar tambah mobil karena Budi tau prosedurnya, ia bekerja di dealer mobil.

Cucuku baru berumur 3 bulan. Jenis kelaminnya laki-laki. Istriku tidak bisa datang menengok cucunya karena pergi keluar kota dengan adiknya.

Vira yang membukakan pintu rumahnya untuk aku. "Jason bagaimana keadaannya?" tanyaku gelisah pada Vira, sekaligus Vira membuat darahku berdesir melihat payudaranya yang montok hanya dibalut dengan kaos tanpa lengan yang tipis. Putingnya yang besar tampak mencuat.

"Panasnya sudah turun, Pih... tadi siang waktu aku telepon Papi agak rewel, sekarang sudah bisa tidur."

"Budi, belum pulang dari kantor?" tanyaku.

"Keluar kota tadi pagi, urusan mendadak. Bisa nggak nginap, Pih? Papi tidur di sini aja... Papi sudah makan belum?"

"Makan tadi sore, sekarang belum begitu lapar..." jawabku. "Papi mau mandi, ada handuk nggak?"

"Tapi, bantu aku beli pompa ASI dulu ya Pih, di apotik. Pompa ASI aku rusak." kata Vira. "Dari tadi pagi ASI aku belum dikeluarin, Jason tidak mau minum... tetek aku rasanya jadi kencang dan sakit sekali, agak panas sehingga tadi aku sempat meriang."

Sekali lagi Vira membuat darahku berdesir saat dengan entengnya Vira menyebut 'tetek'. Kemudian Vira memegang payudaranya. “Coba Papih pegang deh, panas nggak?” suruhnya.

Saat itu darahku bukan berdesir lagi. Jika Vira mengenal wajah papinya, ia pasti tahu bahwa wajahku pucat pasi, karena jantungku seperti memompa darahku ke atas kepalaku. Tubuhku panas dingin berkeringat.

Tetapi mau tidak mau aku harus memegang payudara Vira untuk memastikan payudaranya bermasalah atau tidak. Kalau bermasalah aku harus secepatnya mengambil tindakan mengajaknya pergi periksa payudaranya ke dokter.

“Coba angkat kaosmu, Papih ingin lihat.” kataku.

Vira mengangkat kaosnya, sehingga kedua payudaranya yang berukuran cukup besar itupun terpental keluar dari kaosnya dan menggelantung di depan mataku.

Dulu, sejak ia remaja sampai menikah, payudara itu tertutup begitu rapat, namun malam ini terbuka sangat bebas di depan mataku.

Aku pegang payudara Vira dari segala arah, kemudian mau aku remas, mau aku tekan-tekan, Vira tidak berani protes. Mau protes bagaimana?

Baru pertama kali melahirkan, payudaranya sudah mengalami masalah ditambah suami tidak berada di rumah pasti ia ketakutan. Coba saja, kalau tadi aku juga keluar kota mendadak.

Beruntung penisku tidak tegang, barangkali penisku juga ketakutan.

“Nggak ah, nggak panas.” kataku. “Hanya kencang saja. Kalau nanti dipompa ASI-nya sudah keluar, masih terasa yang seperti tadi kamu katakan pada Papi, besok pagi Papi antar kamu ke dokter, ya.”

“Iya, Pih...” Vira bisa tersenyum, berarti ia percaya pada papinya.

“Sudah, tenang aja...” kataku. “Papi pergi dulu...”

Aku segera mengendarai mobilku pergi ke apotik dengan pikiran kacau balau dan ngelantur kemana-mana. Mending hal yang baik, tetapi hal-hal yang membuat penisku tegang.

Aku mencoba menyingkirkannya, semakin kusingkirkan semakin menyiksa pikiranku. Beruntung pompa ASI yang diminta Vira bisa kudapatkan hanya di satu apotik, tidak perlu aku kelililing jauh-jauh, sehingga aku bisa secepatnya membawa pulang untuk Vira.

Setelah kubawa pulang, aku membantu Vira mencuci pompa ASI-nya dengan air panas sebelum dipergunakan. Kemudian aku tidak tahu lagi apa yang dilakukan Vira di kamarnya, karena aku segera membawa handuk yang telah disediakan Vira untukku pergi ke kamar mandi.

Selesai mandi, melihat pintu kamar Vira terbuka aku datang ke kamar Vira dengan handuk melilit di pinggangku dan bertelanjang dada ingin meminjam pakaian suaminya untuk kupakai. Tidak mungkin aku memakai pakaian kerjaku untuk menginap.

Seketika aku berdiri terhenyak di depan pintu kamar Vira melihat Vira bertelanjang dada sedang duduk di tepi tempat tidur memompa ASI-nya, sementara bayinya tertidur nyenyak di ujung sebelah kanan tempat tidur dihalangi dengan dua bantal guling kecil.

Beruntung mulutku masih bisa mengeluarkan suara. “ASI-nya keluar nggak, sayang...?”

“Nggak Pih, hanya segini.” jawab Vira melepaskan corong pompa ASI dari puting payudaranya dan menunjukkan botol pompa ASI padaku.

Cairan berwarna putih yang berada di dalam botol pompa ASI tingginya tidak sampai satu jari telunjuk orang dewasa yang ditidurkan.

“Iya...” jawabku melangkah masuk ke kamar Vira. “Tuh ada gelas, Papi ingin coba bagaimana rasanya ASI-mu.” kataku spontan begitu saja.

“Ya Pih, ambil saja. Itu gelas bekas minum aku.” balas Vira dan segera aku menjulurkan tanganku ke meja.

Gelas pendek berukuran 100 cc itu aku sodorkan pada Vira dan Vira yang telah memisahkan pompa ASI dengan botolnya, menuangkan ASI miliknya ke gelas.

Inilah pertama kali aku minum ASI, karena aku belum pernah minum ASI istriku sejak dari ia melahirkan Vira maupun Gilang, padahal payudara istriku tak kurang montok dari payudara Vira yang sekarang dipamerkan di depanku.

ASI Vira rasanya seperti susu cair non fat dan sedikit lebih gurih. Kuteguk sampai habis dan penisku rasanya langsung berdenyut-denyut hendak bangun.

“Lumayan enak, Vir.” kataku. “Boleh Papi minta lagi...?”

“Hikss..” Vira tertawa meringis. “Susah pompanya, Pih...”

“Papi ngisep saja langsung dari tetekmu, ya...?” kataku seperti orang sudah tak waras karena kontolku sudah hampir menjulang mendongkrak handuk yang kupakai.

Langsung kududuk di sebelah Vira dan sebelum Vira menjawab aku, aku sudah menundukkan kepalaku ke dada Vira, lalu membuka mulutku meraih puting Vira yang bulat besar berwarna hitam dengan ukuran aerola yang luas lebih lebar dari ukuran koin 500 rupiah, dan terdapat bintil-bintil putih di sekeliling putingnya, sedangkan di payudara Vira sendiri yang putih mulus terbayang urat-urat kecil berwarna kebiru-biruan.

“Hikss...” Vira merintih saat kuhisap putingnya, sedangkan puting Vira seperti bocor, ASI-nya yang keluar sangat deras masuk ke tenggorokanku.

“Lancar, Vir...” kataku senang, tetapi penisku sudah menjulang tinggi di atas handukku sehingga membuat tenda kecil di handuk yang kupakai.

“Papi ngisep lagi, ya... paling tidak bisa membantu kamu tidur nyenyak malam ini dan tidak membuat kamu begitu menderita. Mudahan-mudahan juga tetekmu bisa menjadi tidak kencang dan sakit...” kataku.

Vira mengangguk memberikan persetujuannya.

Langsung mulutku menyambar puting susu Vira lagi. Kembali ASI-nya mengocor dari putingnya membasahi tenggorokanku. Tak berapa lama kuhisap, aku pindah menghisap yang di sebelahnya.

ASI dari tetek sebelah kiri Vira keluar tak kalah derasnya dengan yang sebelah kanan, tetapi kali ini kubelit-belit puting Vira yang terasa lebih besar dan tegang itu dengan lidahku.

Seketika Vira merintih-rintih, “Ohhh... Pii..ihh... Pap... ppihh... mau keluar, Pap... pih... aku mau keluar, Pihhh...”

Aku seolah-olah tidak mendengar rintihan Vira. Aku tahu Vira mau orgasme. Sengaja aku ingin membuat Vira orgasme beneran daripada kulepas nanti menjadi tanggung, malahan nanti membuat ia menderita jika tidak dikeluarkan dengan bantuanku, papinya sendiri.

“Pih... Pii..ihh... ooh, Papiii... Pii..iihhh...” kemudian tangan Vira merangkul erat leherku dan seperti ia menarik aku berbaring ke kasur.

“Kamu kenapa, wajahmu sampai pucat...?” tanyaku pura-pura tidak tahu, dan napasnya juga tersendat-sendat.

“Mmm... mmm... itu, Pih... ak... akk... ku... or... orgasme...!” jawabnya sepatah-patah.

“Maafkan Papi...”

“Nggak apa-apa, Pih... aku senang kok... jadi plong... sama Budi gak pernah, tapi sama Papi bisa... maka itu hanya ngisep tetek aja aku keluar...” jawab Vira.

“Penis Papi juga tegang.” kataku. “Boleh Papi masukin ke memekmu?”

“Mmm.... masa sih, Pih...?” tanya Vira heran ‘n bingung.

“Papi tidak akan membuat kamu hamil, nanti Papi atur...” kataku melepaskan handukku, lalu kutarik tangan Vira ke penisku.

Vira yang menggenggam batang penisku, langsung tertawa geli, “Hi... hikss...”

“Besar, ya...”

“Hiks... i..ya, Pih...” jawab Vira manja.

Dan tak tertahankan lagi bibir kami saling melumat, malah lidah Vira mencoba masuk ke mulutku meraih lidahku, sehingga dengan mudah kucopot celana pendek Vira dan Vita tidak memakai celana dalam.

Sewaktu kuraba vaginanya, vagina Vira juga sudah basah kuyup. Aku mencoba memasang penisku ke lubang vagina Vira dengan memegangi penisku.

Setelah kepala penisku sudah terpasang tepat di lubang vagina Vira kusingkirkan tanganku, lalu kutunggu sejenak menantikan apakah Vira protes atau tidak.

Ketika lidahnya masih terus bergumul dengan lidahku, seterusnya.... kudorong penisku ke depan menyarungkan penisku ke lubang vagina Vira.

Sleepp...

Slepp...

Vira menggigit bibir bawahku, terus kumasukkan sekalian saja penisku ke lubang vagina Vira, bluussss...

“Ahhh... Papp... pih...” jerit Vira tertahan.
“Sakit...?”

Vira menggeleng. “Pih...” desah Vira memeluk tubuhku yang telanjang erat-erat. “Setubuhi aku, Pih...”

Mulai kutarik-dorong penisku yang tegang besar itu di lubang vagina Vira yang ringan dan basah. Vira baru berusia 25 tahun. Lulus S1 pada usia 22 tahun, sempat bekerja di kantor Notaris sampai ia mau melahirkan, dan setelah ia melahirkan total ia menjadi ibu rumah tangga.

“Ohh... Pih...” rintih Vira saat kuhisap lehernya. Dari leher hisapanku pindah ke payudaranya dan Vira sudah lupa dengan payudaranya yang sakit dan bengkak saat semakin galak kugenjot lubang memeknya sampai kedua payudaranya terpental-pental

Plookkk... plokk... plokkk...

“Papih... oohh... oooh... Pap... pihh... oohhh...” rintih Vira semakin menjadi-jadi.

Kucabut penisku, dan kepalaku segera berpindah ke selangkangan Vira. “Ouuuuhhh... Papii..ihhh... nngghhmmm...” lenguh Vira saat lidahku menjilat belahan vaginanya yang terbuka melebar, sedangkan lubang vaginanya yang basah berwarna kemerah-merahan itu tampak merekah seperti bolong habis kemasukan penisku yang besar.

Jembutnya hitam berdiri jabrik seperti rambut anak-anak punk. Kumasukkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan kuputar-putar lidahku di dalam. “Sessthh... ooouhh... Papihh... jilat kelentitku, Pih...” racaunya.

Sehingga lidahkupun berpindah menjilat klitorisnya. Sekali-sekali lidahku berpindah menjilat anusnya, lalu klitorisnya lagi... anusnya... klitorisnya... anusnya... klitorisnya... Virapun berteriak, “Agggggrrhhhhh.... oooougghhhh... Piiii...iiihhh...” tubuhnya kaku dan mengejang hebat.

Vira orgasme untuk yang kedua kalinya.

“Ahhh... Papih...” desahnya lemas.
Kupeluk Vira. “Papi sayang kamu, Nak...”

“Aku juga, Pih. Papih sudah membuat aku sungguh-sungguh puas... benar-benar puas, Pih...”

Kupeluk Vira lebih erat dan Vira juga memelukku. Tidak lama kemudain, kembali kumasukkan penisku ke dalam lubang vagina Vira.

Selagi nikmat-nikmatnya kugoyang penisku maju-mundur keluar-masuk di lubang nikmat Vira sambil mulutku mengenyot puting susunya, tiba-tiba hape Vira berbunyi.

Suara Vira tidak tampak grogi atau ketakutan saat ia telepon dengan suaminya yang menanyakan keadaan anaknya, Jason. Malahan Vira bisa tertawa. Rahasia yang dimainkan Vira sungguh rapi.

Vira meletakkan hapenya, akupun segera meluncurkan air maniku di dalam lubang vagina Vira. Thesss... crroottt... crrooottt... thesss... crroottt... crroottt... crooott...

Rentetan air maniku yang keluar dari penisku seperti retetan peluru. Aku langsung lemas di atas tubuh Vira yang telanjang, anakku. Lalu berguling turun berbaring di sebelah Vira.

Vira menarik selimut menutupi tubuh kami berdua yang telanjang dan sejak saat itu tiada hari kami tanpa bercinta, apalagi Budi seakin acuh dengan Vira karena semakin sibuk pekerjaannya untuk mengejar jabatan, akhirnya bininya dikorbankan untuk mertuanya.

Tak heran kalau pil anti hamil yang diminum Vira tidak mempan mencegah kehamilannya. Jason baru berumur 9 bulan, Vira hamil lagi.

Vira hamil anakku. Mana berani Budi mengaku itu anaknya? (@2023_begawan_cinta)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd