Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Anya, binor bacolan dari jaman SMA

“How I wish, how I wish you were here
We're just two lost souls swimming in a fishbowl, year after year
Running over the same old ground
What have we found?
The same old fears
Wish you were here…”

Salah satu lagu kesukaanku berputar di playlist saat berkendara pulang dari kantor, di tengah kemacetan dan ruwetnya lalu lintas Jakarta, iseng kucek hp dan ternyata ada pesan salah satu aplikasi pesan yang jarang kupakai, “Hi apa kabar? Gue mau ke Jkt lg next week, ada event kuliner umkm sekitar 3 harian”, setelah kuperhatikan ternyata dari Anya, tumben dia tidak chat via WA, kubaca lagi lanjutan di bawahnya, “Kalo bisa ketemuan yaakk, kepikiran teruss…”, kulihat lampu merah masih cukup lama dan kuketik balasan, “Fine as usual, kepikiran apa yaaa? Hmmm”, pancingku, tak langsung jawaban dan lampu sudah hijau tanda aku harus injak gas.

Sepanjang jalan aku jadi tidak konsentrasi, lebih tepatnya penasaran dengan balasan chat dari Anya, bolak-balik kucek hp dan tidak ada balasan apapun. Dari satu kemacetan ke kemacetan lainnya, tak kunjung datang juga balasan chat dari Anya, apa dia sengaja memancing rasa penasaranku, atau aku perlu agresif untuk menanyakannya kembali, pikiranku kalut dan saat mendekati gerbang rumah tiba-tiba, “Kepikiran punya loe…”, sial! Dia balas saat aku sudah hampir tiba rumah, dan kebetulan istriku sudah menanti di gerbang rumah membukakan pintu. Selesai makan dan mandi, kucari waktu untuk minum kopi sebentar di luar dan sambil melihat situasi kubuka kembali chat dari Anya, aku senyum-senyum sendiri dan membalas, “Gue udah di rumah, hmm punya gue yg mana ya”, aku berharap Anya menjawab dengan cepat supaya aku tak terlalu lama di luar minum kopi sendirian.

Hampir dua batang rokok sudah kuhisap dan akhirnya muncul juga balasan chat yang kunantikan, “Uppss sorry, gue juga hbs siapin makan laki gue barusan hahaha, hmm punya loe yang panjang itu lohh”, kembali aku senyum-senyum sendiri membaca balasan chatnya, “Iya gue juga kepikiran…”, “Pah, udah dulu ngerokoknya, ngobrol dulu ama anak-anak sblm pda tidur tuh”, aku dikagetkan istriku yang tiba-tiba muncul di belakangku, untungnya dia tak sempat melihat ke hpku, kuturuti apa kata istriku dan lupa untuk mengecek hp kembali karena berikutnya kugumuli istriku dengan penuh semangat…sambil membayangkan Anya.

Keesokan hari di tengah kemacetan Jakarta saat berangkat kerja, kucek hp untuk melihat jika ada balasan dari Anya, tak ada balasan apapun, agak kecewa tapi aku sadar dia juga sudah memiliki keluarga yang harus diperhatikan. Sibuk dengan rutinitas pekerjaan, aku benar-benar hanya sesekali melihat hp jika ada call atau pesan dari customer atau kolega bisnis sehubungan pekerjaaan. “Next week ya…gue stay di hotel X…kali aja bisa ketemuan, ga usah info anak-anak yang lain”, muncul pesan dari Anya saat aku hendak pulang kantor, dia memintaku tidak info ke teman-teman lainnya yang biasa ikutan nongkrong saat dia ke Jakarta, aku cek jadwal dan ternyata aku harus ke luar pulau dan pulang saat hari kedua Anya di Jakarta.

“Hmm sorry ternyata gue ada tugas keluar pulau, tp bisa ketemuan hari kedua sih…hmm ntar gue atur biar bisa stay sama loe…if you don’t mind”, balasku sambil berpikiran bagaimana caranya aku bilang extend di luar pulau dan bisa menghabiskan satu malam dengan Anya.

“It’s okay, kerjaan loe lbh penting, day-1 gue kayaknya juga bakal sibuk…hmm stay? Really?…”, balas Anya yang membuatku bingung, sebenarnya dia okay atau tidak jika aku stay semalam dengannya dan entah kenapa rasa aku kurang percaya diri menghadapi wanita ini.

“Ya kalo cuma mau ketemuan aja juga gpp, ntar dari bandara langsung ke hotel bentar”, jawabku dengan ragu-ragu.

“Hmmm gitu ya…kalo bisa stay would be better sih…tp terserah senyamannya elo aja yaa hehe”, balas Tania seperti membalikkan padaku untuk membuat keputusan.

Hampir sepekan tak ada chat dari Anya, aku sendiri sibuk dengan pekerjaan dan persiapan keluar kota, untuk cek proyek dan tentunya meniduri Tania. Sehari sebelum kembali ke Jakarta, kukirim pesan ke Anya, “Safe flight ya, see u tomorrow”, singkat jelas padat, aku tak mau terlalu banyak basa-basi dengannya.

“Hmm kirain lupa, iya sampe besok ya…gue tunggu loh”, balasnya di sore hari setelah aku menyetubuhi Tania, bawahan yang menjadi selingkuhanku.

Setelah delay beberapa saat, akhirnya landing juga di Jakarta, sengaja aku pilih pesawat setelah makan siang supaya tidak kemalaman bertemu Anya, apalagi macetnya Jakarta di sore hari sulit ditebak. “Hi, gue udh landing, mah di event?”, chatku ke Anya mengingat waktu masih jam 4 sore.

Sambil menikmati padatnya perjalanan dari bandara ke tengah kota Jakarta, aku bolak-balik melihat hp dan tiba juga chat yang kunantikan, “Udh mau selesai setengah jam lagi, langsung ketemu di hotel atau mau hang out bentar?”.

“Gue bawa koper kecil sih, ribet kali ya hang out bawa-bawa koper, dikira kabur dari rumah haha”, balasku sambil senyum-senyum sendiri.

“Hahaha bener juga, ya udh ke hotel aja, ntar tunggu di lobi kalo gue blm dateng…hang out di bar hotel aja sambil makan kali ya”, balas Anya kemudian.

“Okay atur aja, take ur time, gue juga msh kena macet dikit ini”, jawabku lagi.

Sekitar jam setengah enam sore, akhirnya aku tiba juga di hotel dimana Anya menginap, aku merasa seperti kebalikan saat ini, biasanya aku yang di kamar hotel duluan dan janjian dengan wanita-wanita selingkuhanku, tapi kali ini aku seperti lelaki panggilan atau lebih tepatnya lelaki pemuas istri orang lain.

“Hey, daritadi ya? Sorry agak macet pdhal deket..”, Anya menepuk pundakku yang sedang asyik chat dengan Tania.

“Ah enggak juga, paling setengah jam lah nunggu…gimana seru eventnya?”, jawabku sambil berbasa-basi.

“Ya mayanlah, buat network bisnis kuliner gue juga, ya kecil2an lah haha”, katanya sambil tertawa dan mengajakku ke kamar, penampilan Anya benar-benar seperti mahasiswi dengan celana hitam ketat, kemeja bercorak dengan tas brand terkenal.

Mulustrasi outfit Anya:


Sesampai di kamar, Anya dengan santai membuka kancing kemejanya seperti lupa kalau aku ada di dalam situ, “Eh lupa ada elo hehe…nanti dikira mancing lg haha”, katanya sambil tertawa dan mengatupkan kemejanya kembali, aku sekilas melihat dia mengenakan bra berwarna hitam yang kontras dengan kulitnya.

“Ehmm gpp, pancing aja terus…gue suka kok mancing…mancing keributan haha”, jawabku sambil bercanda dan sebenarnya berharap dia membuka kemejanya di hadapanku.

“Gue mandi duluan deh, loe santai-santai dulu aja…capek kan hbs terbang”, katanya santai mengambil pakaian untuk keluar hang out sambil dinner ke bar resto hotel.

“Okay siap, gue kira mau diajak mandi bareng…hehe”, kataku sambil memancingnya.

“Hmm good idea…tp nanti dulu ya, gue butuh privacy kalo mandi wkwkwk lama”, katanya sambil tertawa dan berlalu ke kamar mandi.

Aku tak biasa langsung rebah ke ranjang sebelum berganti baju dan mandi, aku duduk di sofa sambil menyalakan tv, jujur saja pikiranku menerawang dengan apa yang akan kulakukan malam ini bersama Anya, malam yang selalu kuimpikan sejak SMA dulu. Setelah lebih dari setengah jam, Anya keluar dari kamar mandi mengenakan jeans dan kemeja putih dengan bra hitam yang menerawang, “Damn, sexy banget nih cewekk”, pikirku dalam hati seakan tidak percaya usianya sudah kepala empat, memang.

Mulustrasi outfit Anya:


“Ayo buruan mandi, malah bengong…”, kata Anya sambil berkaca memakai lipstik.

“Eh iya, kesirep gue…”, kataku sambil bercanda.

“Hah kesirep apaan?”, tanya Anya yang tak sadar kalau dirinya benar-benar membuatku merasa kagum.

“Kesirep elo lah…dari dulu tetep cakep aja…hmmm”, kataku sambil berjalan melewatinya dan menghirup wangi parfum mahal yang digunakannya.

“Halah bisa aja, baru kali ini gue denger loe ngegombal haha, udah buruan mandi”, katanya sambil tertawa dan mendorongku sambil bercanda untuk segera masuk ke kamar mandi.

Segar rasanya bisa mandi air hangat setelah perjalanan dari luar pulau, untuk mengimbangi Anya, kukenakan jeans dan kaos polo sambil mengatur rambutku dengan pomade supaya keliatan klimis.

“Duh ganteng bener sih haha”, kata Anya saat melihatku keluar kamar mandi.

“Ah ngeledek aja loe…yuk laper nih”, kataku segera mengajaknya ke bar resto, supaya cepat makan dan terutama cepat menggumuli dirinya.

Hang out sambil dinner bersama Anya benar-benar waktu yang menyenangkan, banyak hal yang bisa kita bicarakan bersama dan karena usia kita tak jauh berbeda, frekuensi pembicaraan pun cepat terhubung baik soal musik, makanan, kenangan jaman sekolah maupun perkembangan ekonomi dan politik yang ada. Setelah menengguk beberapa gelas alkohol, kita putuskan untuk kembali ke kamar, waktu pun sudah menunjukan jam setengah 10 malam.

Saat masuk lift, ada beberapa yang ikut masuk dan agak sedikit berhimpitan, tak kuduga, Anya yang berada di sebelah kananku tiba-tiba meraih telapak tangan kananku dan menggenggamnya, kuremas dengan lembut dan melihat kepadanya, dia hanya tersenyum dan itu cukup membuatku berbunga-bunga. Keluar lift menuju kamar, kita berpegangan tangan sepanjang lorong seperti muda-mudi yang sedang pacaran, Anya tak banyak bicara dan lebih banyak kita saling bertatapan saja.

Ketika pintu kamar baru di tutup dan kita berdua sudah ada di dalam kamar, Anya langsung menyergapku, memelukku erat dan menarik leherku untuk mencium bibirnya, “Uhmm gue pengen cium elo daritadi…”, bibir kita saling berpagutan dan melumat bergantian, tanganku memeluknya sambil meremas pantatnya. Tangan Anya tak kalah nakalnya, dia meraba penisku yang masih ditutupi jeans dan begitu bernafsu melumati bibirku.

“Gue boleh isep ini ya…mmm ahh”, tiba-tiba dia berbisik saat kujelajahi lehernya dengan kecupan-kecupan lembut, dia mengusap penisku dan meminta untuk menghisapnya.

“Iya keluarin aja, sini gue buka dulu”, kataku pelan sambil membuka tali pinggang, restleting celana dan dibantu Anya menurunkan jeans dan celana dalamku sekalian.

“Uhmm panjang…hisap ya?”, katanya saat melihat penisku yang sudah terbebas mengacung tegak.

“Iya, asal jangan digigit hehe”, kataku sambil bercanda dan mengusap pipinya.

Dia berlutut di hadapanku, tangannya mulai menggenggam dan mengocoki penisnya, lidahnya menjilati kantung buah zakarku terus sampai ke batang penisku dan berakhir dengan jilatan lembut di lubang kencingku. Kuhusap rambutnya, benar-benar terasa seperti mimpi merasakan penisku sedang dinikmati wanita yang menjadi salah satu idolaku saat SMA, Anya mulai membuka mulutnya dan mengulum kepala penisku dengan lembut, matanya menatap kepadaku dan dia lesakkan hampir seluruh batang penisku ke dalam mulutnya.

“Huekkss…ga muat ternyata..hehe”, dia tersedak dan mendongak melihatku sambil tertawa.

“Ya jgn sekaligus gitu…sshhh ahhh”, kataku sambil membelai rambutnya.

Dia mulai mengulum kembali penisku dan masuk sekitar ¾ bagian, entah sudah berapa banyak penis yang pernah dikulumnya, yang pasti malam ini penisku lah yang beruntung bisa merasakan hangat rongga mulut Anya. “Arghhh sshh ahh…Anya, enak sepongannya”, kataku sambil mendesah dan membelai rambutnya, sesekali kudorong penisnya ke dalam mulutnya juga hingga beberapa kali tersedak.

Mulustrasi adegan:





Aku hampir tak tahan lagi menahan ejakulasi, sambil memikirkan pekerjaan-pekerjaan di kantor, sekuat mungkin aku mengalihkan pikiran dan menahan agar tidak keluar lebih awal.

“Hmm pegel mulut gue…kok ga keluar-keluar sihh..”, kata Anya yang tampak kehabisan nafas karena terus-terusan menyedot penisku.

Kuangkat tubuhnya berdiri dan kugendong hingga ke tepi ranjang, “Sengaja gue tahan ga keluar buat nyobain yang lain…, gue buka ya celananya…”, kataku sambil merebahkan tubuhnya ke ranjang, dia tampak pasrah membiarkanku melucuti jeans-nya dan juga celana dalam hitam berenda yang dikenakannya. Anya mengatupkan kedua pahanya seperti memaksaku untuk berusaha lebih keras untuk melihat kemaluannya, tak terpancing oleh aksinya, kubuka kancing kemeja putihnya satu per satu dengan sabar, aku ingin menelanjanginya, aku ingin melihat tubuh bugil wanita yang menjadi salah satu bahan masturbasiku selama ini.

“Hmm maluuu…gue udh ga muda lagi…”, kata Anya saat sebagian besar tubuhnya sudah terekspose, tak kuhiraukan perkataannya dan malah kubuka bra hitam yang dikenakannya, gundukan payudara indah dengan puting susu yang agak besar karena sudah pernah menyusui, payudaranya masih terlihat kencang dan begitu mulus.

Mulustrasi:



“Dilepas semua, gue pgn liat loe bugil…love ur body Anya….”, kataku sambil memujinya, Anya tersipu malu dan menanggalkan kemeja dan bra-nya.

“Boleh gue netek?”, tanyaku sebelum menikmati kedua payudaranya yang terpampang bebas.

“Boleh…jgn bikin memar ya, be gentle…”, katanya pelan, aku paham tak bisa meninggalkan bekas persetubuhan di tubuhnya, besok dia akan kembali ke rumah dan tentunya tak mau suaminya mendapati payudara istrinya penuh dengan memar.

Kukecup dengan lembut di sekitar aerola atau daerah sekitar putingnya, Anya mendesah sambil mengusap kepalaku, kulumat perlahan puting susunya yang mengeras, begitu kenyal dan menggemaskan, kuhisap selembut mungkin dan kuposisikan tubuhku tepat berada di atasnya mengambil posisi misionaris.

Anya tahu apa yang akan terjadi kemudian, dia membuka kedua pahanya dan menjepit tubuhku, “Boleh ya?”, tanyaku pelan sambil menatap wajahnya, dia hanya mengangguk dan kudorong penisku masuk liang vaginanya.

“Argghhh shittt Darren…ahhh enakkk”, erangnya saat penisku menerobos masuk liang vaginanya yang masih cukup sempit, “Auwwww arghh mentokkkkk”, erangnya kemudian saat kudorong penisku sekuat tenaga menumbuk dinding rahimnya.

“Fuck me please….sshhh ahhh”, kata Anya dengan muka penuh birahi, kupacu penisku keluar masuk dalam liang vaginanya, tangan kiri Anya tampak memainkan klitorisnya sendiri, dia begitu binal seperti lapar akan kenikmatan seks.

“Kiss me…your lipss pleasee”, pintanya meminta cumbuan di bibirnya yang langsung saja kulumat dengan penuh nafsu, gesekan batang penisku di dinding liang vaginanya membuat ciuman bibir kami begitu liar, saling menggigit dan mengulum lidah masing-masing.

“Sshhh ahhh…ga nyangka bisa ngentotin elo…ssshh enak banget”, kataku yang teringat hanya bisa melihat Anya dari kejauhan dengan seragam SMA menerawang kelihatan bra hitamnya, serta rok abu-abu yang sedikit di atas lutut.

“Duhhh mentokk bangeett, yg cepettt arghhh shhh ahhh”, kata Anya sambil menghimpit tubuhku dan mencengkram pantatku, dia begitu menikmati liang vaginanya dipenuhi penisku hingga amblas seluruhnya.

“Gue mau sampeee…argghh…isepin pentil gueee”, katanya sambil mendesah, mengerang tak karuan. Kuhisap puting susu bagian kanannya, saking gemasnya kugigit pelan hingga Anya memekik mencapai orgasmenya, “Ohhh shittt gue sampeee…arghhh…titit loe masukin yg dalemmm…arghh iyahhh”, Anya menggelinjang dan melenguh panjang, kubiarkan penisku menusuk liang vaginanya dalam-dalam hingga dia selesai mencapai orgasmenya.

“Gamau keluar? Gila lemes banget gue…loe kuat banget sihhh”, tanya Anya sambil memujiku.

“Belum, biar elo puas dulu…”, kataku sok gentle, padahal tadi sebenarnya hampir saja ejakulasi.

“Gantian gue sekarang…”, kubalik tubuh Anya telungkup di kasur, dia agak kaget, kuganjal perutnya dengan bantal, bongkahan pantatnya terlihat begitu menggiurkan. Kuremas kedua pantatnya dan kuciumi dengan lembut, kubuka belahan pantatnya sehingga lubang anal dan kemaluannya terbuka lebar.

“Hmmm nafsuin banget ini…boleh nyoba ini…”, kataku sambil mengelus lubang analnya.

“Ehmm sakittt pastii, memek gue aja dehh”, katanya.

Aku turun sebentar merogoh tasku, kuambil kondom dan pelumas yang selalu ada di tasku, “Ngapain? Serius loe?”, kata Anya agak panik.

“Coba bentar ya…ga sakitt pake ini”, kuludahi lubang analnya sambil kulumasi dengan pelumas yang kubawa, kusarungkan kondom tipis di penisku.

Mulustrasi:


“Tahann yaa…”, kataku yang mengarahkan penisku ke lubang analnya.

“Auwwww sakittt…”, pekik Anya saat aku berusaha melesakkan kepala penisku ke lubang analnya yang sempit, aku tak menyerah dan pelan-pelan memasukkan penisku hingga amblas setengahnya.

“Argghh Anyaaa, sempittt bangettt”, erangku sambil mendorong keluar masuk penisku di lubang analnya, memang hanya separuh karena aku tak mau dia lebih kesakitan.

Mulustrasi:


“Arhhh shittt lama-lama enakkk…hmm pelann ajaa”, kata Anya yang mulai bisa menikmati persetubuhan di lubang analnya.

“Udah, gantian memek gue aja…mulai perihhh”, kata Anya merintih.

Kucabut penisku dan sempat melihat lubang analnya yang tampak menganga kemerahan, kucopot kondom yang kugunakan, kuarahkan penisku ke liang vaginanya dan kelesakkan dalam-dalam.

“Auhhhh shhh ahhh tambah mentok dari belakang gini…”, kata Anya setelah mengerang kenikmatan.

Kuangkat kepalanya dengan memegang lehernya, “Enak ngentot ama gue?”, tanyaku sambil menggenjot kencang liang vaginanya.

“Iyaahhh enakk…enak bangett…sshhh ahh”, katanya.

Mulustrasi:


Sambil kuremas kencang payudaranya, kupompa vaginanya dengan kasar hingga tumbukan tubuh kita menimbulkan bunyi yang cukup kuat, aku suka melihat pantatnya saat kutumbuk penisku dalam-dalam dengan cepat.

“Darrennn…gue mau keluar lagi…loe gilaaa bikin gue giniii… ssshh ahhh”, erang Anya yang benar-benar menikmati persetubuhan yang terjadi.

“Iyahh gue jg mau keluar…mau dimanaa? Shh ahhh gelii…”, kataku terengah-engah.

Mulustrasi:


“Gpp dalem aja…arghhh gue…arghhhh”, tak sampai selesai Anya mau berkata sesuatu, liang vaginanya kembali berkedut-kedut tanda mencapai orgasmenya, penisku yang terasa dipijat semakin tak terkendali dan, “Anyaaaa…arghhhh guee keluarrr”, aku ikut mengerang memuncratkan spermaku dalam liang vagina hangatnya, setelah mengejang beberapa kali, tubuhku ambruk menimpa tubuh Anya yang telungkup.

“Hmmm berat, geserr…pelan-pelan cabutnya”, kata Anya memintaku bergeser ke sampingnya dan meminta penisku dicabut pelan-pelan.

Aku rebah telentang di sampingnya, kukecup keningnya, “Thank you….”, kataku pelan.

“Lemess gue…hmm thank you juga udah muasin gue…loe nafsu banget ya ama gue?”, katanya polos.

“Bangettt, nafsu banget…itu gpp keluar di dalem…”, kataku yang baru sadar sudah memuncratkan seluruh sperma dalam liang vaginanya.

“Gpp, kalo hamil kan udh ada suami…tp elo tanggung jawab juga loh hahaha”, jawabnya malah bercanda.

“Damn, seriusss?”, kataku agak panik.

“Enggaklah, ntar gue minum pil KB…hehe panik amat sih”, katanya tersenyum dan meledek muka panikku.

Kita lalui malam dengan tidur telanjang berdua hingga pagi, Anya tak bisa berlama-lama di pagi hari karena masih ada acara event hari terakhir, setelah breakfast kita berpisah dan saat di taksi kubaca pesan darinya, “Thank you for amazing sex last nite…”, aku tersipu malu dan hanya menjawab, “You’re welcome dear…”.

“Dua bulan lagi gue plan ke Bali sama temen-temen gue…coba elo bisa ikut ya hehe…enggak deh, sibuk kerja jg kan ya”, balasan dari Anya berikutnya yang membuatku pusing harus jawab apa.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd