caligula1979
Semprot Addict
- Daftar
- 24 Jun 2012
- Post
- 488
- Like diterima
- 2.850
Selamat berjumpa lagi dalam cerita-cerita Caligula Universe, kali ini saya mempersembahkan sebuah antologi/ cerita-cerita pendek. Sebelumnya mohon maaf, proyek ini adalah proyek terlambat karena wangsitnya muncul beberapa hari sebelum Imlek. Awalnya ditargetkan Imlek beres, eh... ternyata tidak semudah itu jadi mundur lagi targetnya Cap Go Meh beres.Eh ternyata ada kesibukan dunia nyata dan mood nurun, ya sudah akhirnya baru beres hari ini, lebih baik telat daripada mangkrak kaya proyek-proyeknya rezim prihatin kan? Berita baiknya adalah proyek ini yang tadinya direncanakan hanya lima episode berkembang menjadi sepuluh episode. Karena setiap episodenya relatif pendek, maka saya asumsikan mupengers bisa mencernanya dalam dua hari saja. Karena itu cerita ini akan diupdate setiap dua hari sekali, ga usah nagih-nagih, sudah beres semua, kecuali kalau ada halangan di dunia nyata atau ada revisi. Untuk cari update, ga usah repot2 cari halaman lain, semua tersedia di halaman pertama, gampang kan?
Cerita-cerita Caligula Universe lainnya adalah sbb:
Tanpa buang waktu lebih lama, kita langsung saja masuk ke cerita, ok! Selamat menikmati! Selamat crot!
Imlek adalah perayaan tahun baru bagi orang Chinese dan keturunannya di berbagai tempat di penjuru dunia. Perayaan ini dimulai pada hari dan bulan pertama penanggalan China dan pada malam sebelumnya keluarga biasanya berkumpul untuk makan bersama. Pada hari pertama itu, orang Chinese bersilaturahmi atau saling mengunjungi antara kerabat ataupun teman, mereka yang sudah menikah memberi angpao pada yang muda/ belum menikah. Ini berlangsung selama lima belas hari yang ditutup dengan Cap Go Meh. Hari raya yang identik dengan warna merah, petasan, barongsai dan angpao ini juga dirayakan oleh beberapa tokoh dalam Caligula Universe (CGU) dengan cerita-cerita seru setiap tokohnya. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, langsung saja kita simak cerita-cerita pendek bagaimana para karakter CGU melewati Imlek.
Imlek H-2
Widya (31 tahun), ibu muda cantik berwajah oriental itu menoleh ke jam dinding yang menunjukkan pukul 13.40. Ia baru saja makan siang dan sedang mengatur pengiriman hantaran Imlek via online sambil mencocokkan dengan list yang ia buat untuk memastikan tidak ada keluarga dan teman yang terlewat. Beberapa pesan dari jasa go-send sudah mengkonfirmasi paket sudah diterima, juga pesan terima kasih dari yang menerimanya. Tiba-tiba terdengar suara musik dari bel, pertanda ada tamu. Wanita itu beranjak dari sofa melihat lewat jendela. Ternyata Pak Nidaul, sopir dan pelayan setia mertuanya, Anas menunggu di depan pagar. Widya merasakan darah di tubuhnya berdesir dan bulu kuduknya merinding melihat kedatangan pria itu. Kedatangannya pasti hendak mengirim hantaran Imlek dari sang mertua, tapi pasti pria itu juga menginginkan yang lainnya.
“Siang Pak!” sapa Widya berjalan keluar membukakan gerbang.
“Siang Bu! Ini ada hantaran dari bapak, biar bapak yang bawain!” kata pria itu, “gede soalnya!”
Pria itu membuka pintu belakang mobil dan mengeluarkan sebuah kotak besar berwarna merah.
“Wah gede bener pak!” kata Widya, “yang ini juga?” tunjuknya melihat sebuah kantong plastik berisi jeruk.
“Iya itu juga Bu!” jawab pria itu.
“Ini saya yang bawa aja!” kata Widya mengambil kantong itu.
Mereka pun masuk ke dalam, Widya menyuruh pria itu meletakkan hantaran di meja ruang tengah di mana juga sudah banyak hantaran lain di sana.
“Wah udah dapet banyak yah si ibu!” kata Pak Nidaul meletakkan kotak itu di meja.
“Iya nih, sampe bingung gimana habisinnya, kita kan cuma berdua sama satu bayi” kata Widya, “saya potongin kue yah, bapak bantu habisin”
“Eh udah bu, jangan repot-repot!” kata pria itu namun Widya sudah keburu menuju ke dapur belakang.
Ia membuka kulkas dan mengeluarkan senampan black forest yang sudah terpotong. Dikeluarkannya kue itu dari kulkas dan diletakkan di meja dapur untuk memotongnya.
“Heeii!!” Widya terkejut saat baru mengambil pisau hendak memotong kue itu tiba-tiba ada tangan kokoh yang memeluknya dari belakang.
“Gak usah repot-repot siapin kue Bu, mending kita ngentot aja” kata Pak Nidaul dekat telinganya diiringi dengus napas yang menderu, “kangen saya, udah lama loh”
Widya sebenarnya sudah menduga ini bakal terjadi dan hati kecilnya juga sebenarnya sedang menginginkannya, ia rindu penis perkasa pria itu merojok-rojok vaginanya, apalagi Tedy, suaminya sudah beberapa hari ini sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak maksimal memuaskan nafsunya yang menggebu-gebu.
“Eeeemmh... bapak!!” desah Widya membiarkan lidah panas Pak Nidaul menjilat-jilat tengkuknya
Tangan pria itu mendekap kedua gunung kembarnya dari luar pakaian.
"Masa ibu gak kangen kontol saya ini?” tanya pria itu dekat telinga Widya sambil menggosokkan selangkangannya ke belahan pantat wanita itu.
Widya semakin pasrah karena takluk oleh desakan nafsunya yang menuntut pemenuhan. Terlebih tonjolan di balik celana Pak Nidaul yang keras makin menekan dan menggesek-gesek pantatnya. Ia mengangkat kedua lengan membiarkan pria itu melolosi kaos longgarnya, lalu disusul celana pendeknya sehingga yang tersisa di tubuh indahnya hanya bra dan celana dalam pink. Tangan kokoh Pak Nidaul segera mengangkat dan mendudukkannya di pinggir meja dapur. Mulutnya lalu dengan ganas melumat bibir wanita itu, sementara tangannya bergerak ke belakang melepaskan kaitan branya. Widya mengikuti naluri seksnya, menggerakkan tangannya melepas penutup dadanya sehingga tangan pria itu dapat meremas-remas payudaranya yang sudah terbuka.
“Mmmhh...” desah Widya di tengah percumbuannya.
Tubuhnya menggelinjang saat jemari kasar pria itu memencet-mencet putingnya. Tak lama kemudian bibirnya mulai turun ke leher hingga kedua payudara montoknya menjadi sasaran mulutnya yang bergairah. Widya merasakan nyeri-nyeri nikmat saat kedua payudaranya secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut pria itu.
"Ssshh... enakhh pak!!" desah Widya secara refleks menikmati lidah pria itu mempermainkan puting payudaranya yang sudah mengeras.
Sambil masih tetap memeluk tubuh dan menciumi payudara Widya, Pak Nidaul menarik lepas celana dalam wanita itu. Kini Widya pun telanjang di meja dapur, ia membantu pria itu membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah keras. Ditempelkannya kepala penis yang bersunat itu pada bibir vagina Widya.
"Oohhh.. shh!" Widya mendesis saat batang penis pria itu melesak masuk ke vaginanya hingga mentok.
Mereka berpelukan makin erat sehingga payudara wanita itu semakin menekan dada si pria. Tangan kiri Pak Nidaul meremas payudara Widya dan tangan kanannya mengelusi paha hingga meremas pantat wanita itu. Lalu mulailah pria itu mengayunkan pinggulnya maju mundur. Batang penisnya semakin lancar keluar masuk liang vagina Widya yang sudah sangat licin.
"Ughh... uughh!!” Pak Nidaul mendengus-dengus seperti kuda liar.
“Akhhh… terus Pak… yah terusshh!!” Widya mendesah keenakan, kedua kakinya memeluk pinggung Pak Nidaul seolah tidak ingin lepas darinya.
Pria itu mempercepat genjotan, sensasi hangat menyelubungi penisnya ditambah jepitan otot vagina serta aroma harum tubuh Widya mendatangkan sensasi nikmat yang luar biasa. Suara nafas terengah- engah sahut-menyahut di ruangan dapur. Nafsu Pak Nidaul naik ke batas tertinggi menyaksikan wajah cantik menantu majikannya yang sedang menikmati persetubuhan ini. Widya sendiri menatap berani wajah mupeng pria itu yang membuatnya geli sekaligus semakin terangsang. Sedikit demi sedikit wanita itu semakin mendaki naik, badannya semakin menegang.
"Sedikit lagi paakk! Yang keras... ohh yaahh.... aaaaahhhh" ia mendesah panjang
Widya memeluk erat tubuh pria itu, seluruh tubuhnya bergetar menyambut orgasme. Pria itu memagut bibir tipisnya, lidah mereka bertemu untuk kesekian kalinya, saling memilin, menjelajah, dan bertukar air liur.
“Enak yah bu? Tapi saya masih belum nih" Pak Nidaul nyengir di depan wajahnya.
“Sini saya sepongin Pak!” kata Widya yang merasa wajib berterimakasih untuk orgasme yang diberikan pria itu.
Ia turun dari meja menarik sebuah bangku dan duduk di atasnya. Tangannya meraih batang berurat yang mengkilat karena cairan cintanya. Tanpa ragu langsung ia masukkan penis itu ke mulutnya, rasa asin dan gurih yang khas terasa memenuhi rongga mulutnya.
"Uughh... sip bu! Sepongannya mantap tenan!!” desah Pak Nidaul memegangi kepala wanitaitu.
Widya memaju-mundurkan kepalanya mengulum penis pria itu, lidahnya bergerak liar menyapu-nyapu kepala penis memanjakan pria itu. Penis itu semakin terasa menggembung di mulutnya, ia terus mempergencar teknik oralnya membuat pria itu membeliak-beliak nikmat dan menceracau tak karuan.
"Duhh... bu, bapak mau keluaarrrhh... uurrghh!" Pak Nidaul memegang erat kepala Widya dan mendorong seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya
Ujung hidung Widya menyentuh bulu kemaluannya, cairan kental yang hangat dan beraroma tajam menyembur-nyembur di dalam mulut wanita itu. Sebagian besar cairan itu ditelan oleh Widya, sedikit meleleh di sela bibirnya hingga akhirnya pegangan pria itu pada kepalanya mengendor berganti dengan elusan, ia menarik penisnya yang sudah susut keluar dari mulut wanita itu. Melihat masih ada setitik sperma yang tersisa di ujung, tanpa ragu Widya menghisapnya sampai tidak bersisa mengakibatkan Pak Nidaul sedikit menggeliat tanda penisnya masih sensitif setelah ejakulasi. Selang beberapa saat, keduanya mulai dapat bernafas dengan teratur lagi, senyum puas tersungging di mulut mereka. Sambil membenahi diri, Widya mengatakan bahwa ia sangat puas yang membuat pria itu merasa bangga.
“Mau lagi bu? Sekarang? Masih kuat nih!” kata Pak Nidaul antusias.
“Hihihi... gak sekarang ah, saya mau jemput anak saya di rumah orang tua” jawab Widya
Pak Nidaul minta ijin ke toilet untuk kencing sekalian membersihkan bekas pertempuran. Sekeluar dari situ, secangkir kopi dan kue dihidangkan sang nyonya rumah di meja dapur. Nikmat sekali rasanya menyantap snack setelah bersetubuh. Sekitar sepuluh menit kemudian pria itu pun pamit.
“Bu! Pulang dulu yah!” pamitnya
Widya yang sedang berbicara di telepon hanya bisa melambai membalasnya.
Pak Nidaul baru saja hendak membuka slot pintu gerbang ketika Widya tiba-tiba memanggilnya.
“Pak! Tunggu bentar, bisa sekalian antar yang ini gak, ke....?”
Wanita itu baru teringat untuk mengirim sebuah paket hantaran melewati daerah yang jauh dari daerah tujuannya ke rumah orang tuanya, sehingga ia meminta tolong pada pria itu.
“Hhhmmm... sebenernya sih gak lewat situ bu, agak jauh malah” kata pria itu.
“Ayo dong pak! Bisa yah, saya lebih jauh lagi, mana lewat daerah macet lagi, kasian dong nanti si Leo” Widya membujuknya, ia mendekati pria itu dan meraba selangkangannya dengan senyum menggoda.
Dalam waktu tidak sampai tiga menit, pakaian Widya telah berserakkan di moncong mobilnya di carport. Pak Nidaul yang masih berpakaian lengkap menghimpit tubuh telanjang menantu majikannya itu di dinding carport, memaguti bibir dan menggerayangi tubuh mulusnya. Perbuatan mesum itu hanya terhalang oleh gerbang tinggi yang dilapisi fiber warna biru tua, di atasnya pun terlindung oleh atap fiber sehingga terhalang dari pandangan rumah lain yang lebih tinggi. Jalanan di depan kompleks itu memang lenggang namun tidak menutup kemungkinan orang lewat melihat lewat celah gerbang. Inilah yang memberikan sensasi mendebarkan dan memicu adrenalin. Setelah puas menciumi Widya, Pak Nidaul membalikkan tubuhnya sehingga wanita itu menumpukan kedua sikunya pada dinding dengan agak menungging. Sambil sesekali melihat ke gerbang, pria itu menurunkan celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras lagi.
“Ouhh… !”erang Widya menahan suaranya agar tidak terlalu keras dengan tubuh terlonjak saat Pak Nidaul menekan kepala penisnya hingga melesak masuk ke vaginanya.
Tanpa berlama-lama lagi, pria itu segera menggenjotinya, kedua tangannya mengeksplorasi tubuh telanjangnya dengan kedua tangan kasarnya. Pinggul padat Widya bergerak menyambut mengimbangi sodokan-sodokan pria itu, terkadang berputar-putar sehingga membuat penis pria itu serasa diplintir. Pak Nidaul lalu menyorongkan kepalanya ke samping tubuh wanita itu mencaplok payudaranya. Mulutnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut putingnya.
“Ooohhh... yyaahh!!” desah Widya saat orgasme akhirnya melanda dirinya, tubuhnya tersentak seperti kesetrum, kewanitaannya berdenyut-denyut memerah batang Pak Nidaul dengan kuat.
Pria itu menoleh ke arah gerbang memastikan tidak ada siapapun dekat situ sambil menancapkan penisnya sedalam mungkin. Setelah yakin aman, ia meneruskan genjotannya hingga lima menit ke depan.
“Hhhhrrrhhh!!” geram Pak Nidaul mencapai klimaksnya
Ia melepaskan sperma kental di rahim wanita itu mengakhiri pergumulan outdoor mereka. Setelah memakai kembali pakaiannya Widya kembali ke dalam untuk mengambil paket yang akan dititipkan pada pria itu.
“Mari Bu!” Pak Nidaul kembali pamitan dan meninggalkan rumah anak majikannya itu dengan hati puas.
Cerita-cerita Caligula Universe lainnya adalah sbb:
Tanpa buang waktu lebih lama, kita langsung saja masuk ke cerita, ok! Selamat menikmati! Selamat crot!
Imlek adalah perayaan tahun baru bagi orang Chinese dan keturunannya di berbagai tempat di penjuru dunia. Perayaan ini dimulai pada hari dan bulan pertama penanggalan China dan pada malam sebelumnya keluarga biasanya berkumpul untuk makan bersama. Pada hari pertama itu, orang Chinese bersilaturahmi atau saling mengunjungi antara kerabat ataupun teman, mereka yang sudah menikah memberi angpao pada yang muda/ belum menikah. Ini berlangsung selama lima belas hari yang ditutup dengan Cap Go Meh. Hari raya yang identik dengan warna merah, petasan, barongsai dan angpao ini juga dirayakan oleh beberapa tokoh dalam Caligula Universe (CGU) dengan cerita-cerita seru setiap tokohnya. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, langsung saja kita simak cerita-cerita pendek bagaimana para karakter CGU melewati Imlek.
Hantaran Plus
Imlek H-2
Widya (31 tahun), ibu muda cantik berwajah oriental itu menoleh ke jam dinding yang menunjukkan pukul 13.40. Ia baru saja makan siang dan sedang mengatur pengiriman hantaran Imlek via online sambil mencocokkan dengan list yang ia buat untuk memastikan tidak ada keluarga dan teman yang terlewat. Beberapa pesan dari jasa go-send sudah mengkonfirmasi paket sudah diterima, juga pesan terima kasih dari yang menerimanya. Tiba-tiba terdengar suara musik dari bel, pertanda ada tamu. Wanita itu beranjak dari sofa melihat lewat jendela. Ternyata Pak Nidaul, sopir dan pelayan setia mertuanya, Anas menunggu di depan pagar. Widya merasakan darah di tubuhnya berdesir dan bulu kuduknya merinding melihat kedatangan pria itu. Kedatangannya pasti hendak mengirim hantaran Imlek dari sang mertua, tapi pasti pria itu juga menginginkan yang lainnya.
“Siang Pak!” sapa Widya berjalan keluar membukakan gerbang.
“Siang Bu! Ini ada hantaran dari bapak, biar bapak yang bawain!” kata pria itu, “gede soalnya!”
Pria itu membuka pintu belakang mobil dan mengeluarkan sebuah kotak besar berwarna merah.
“Wah gede bener pak!” kata Widya, “yang ini juga?” tunjuknya melihat sebuah kantong plastik berisi jeruk.
“Iya itu juga Bu!” jawab pria itu.
“Ini saya yang bawa aja!” kata Widya mengambil kantong itu.
Mereka pun masuk ke dalam, Widya menyuruh pria itu meletakkan hantaran di meja ruang tengah di mana juga sudah banyak hantaran lain di sana.
“Wah udah dapet banyak yah si ibu!” kata Pak Nidaul meletakkan kotak itu di meja.
“Iya nih, sampe bingung gimana habisinnya, kita kan cuma berdua sama satu bayi” kata Widya, “saya potongin kue yah, bapak bantu habisin”
“Eh udah bu, jangan repot-repot!” kata pria itu namun Widya sudah keburu menuju ke dapur belakang.
Ia membuka kulkas dan mengeluarkan senampan black forest yang sudah terpotong. Dikeluarkannya kue itu dari kulkas dan diletakkan di meja dapur untuk memotongnya.
“Heeii!!” Widya terkejut saat baru mengambil pisau hendak memotong kue itu tiba-tiba ada tangan kokoh yang memeluknya dari belakang.
“Gak usah repot-repot siapin kue Bu, mending kita ngentot aja” kata Pak Nidaul dekat telinganya diiringi dengus napas yang menderu, “kangen saya, udah lama loh”
Widya sebenarnya sudah menduga ini bakal terjadi dan hati kecilnya juga sebenarnya sedang menginginkannya, ia rindu penis perkasa pria itu merojok-rojok vaginanya, apalagi Tedy, suaminya sudah beberapa hari ini sibuk dengan pekerjaan sehingga tidak maksimal memuaskan nafsunya yang menggebu-gebu.
“Eeeemmh... bapak!!” desah Widya membiarkan lidah panas Pak Nidaul menjilat-jilat tengkuknya
Tangan pria itu mendekap kedua gunung kembarnya dari luar pakaian.
"Masa ibu gak kangen kontol saya ini?” tanya pria itu dekat telinga Widya sambil menggosokkan selangkangannya ke belahan pantat wanita itu.
Widya semakin pasrah karena takluk oleh desakan nafsunya yang menuntut pemenuhan. Terlebih tonjolan di balik celana Pak Nidaul yang keras makin menekan dan menggesek-gesek pantatnya. Ia mengangkat kedua lengan membiarkan pria itu melolosi kaos longgarnya, lalu disusul celana pendeknya sehingga yang tersisa di tubuh indahnya hanya bra dan celana dalam pink. Tangan kokoh Pak Nidaul segera mengangkat dan mendudukkannya di pinggir meja dapur. Mulutnya lalu dengan ganas melumat bibir wanita itu, sementara tangannya bergerak ke belakang melepaskan kaitan branya. Widya mengikuti naluri seksnya, menggerakkan tangannya melepas penutup dadanya sehingga tangan pria itu dapat meremas-remas payudaranya yang sudah terbuka.
“Mmmhh...” desah Widya di tengah percumbuannya.
Tubuhnya menggelinjang saat jemari kasar pria itu memencet-mencet putingnya. Tak lama kemudian bibirnya mulai turun ke leher hingga kedua payudara montoknya menjadi sasaran mulutnya yang bergairah. Widya merasakan nyeri-nyeri nikmat saat kedua payudaranya secara bergantian digigit dan disedot dengan liar oleh mulut pria itu.
"Ssshh... enakhh pak!!" desah Widya secara refleks menikmati lidah pria itu mempermainkan puting payudaranya yang sudah mengeras.
Sambil masih tetap memeluk tubuh dan menciumi payudara Widya, Pak Nidaul menarik lepas celana dalam wanita itu. Kini Widya pun telanjang di meja dapur, ia membantu pria itu membuka celana dan mengeluarkan penisnya yang sudah keras. Ditempelkannya kepala penis yang bersunat itu pada bibir vagina Widya.
"Oohhh.. shh!" Widya mendesis saat batang penis pria itu melesak masuk ke vaginanya hingga mentok.
Mereka berpelukan makin erat sehingga payudara wanita itu semakin menekan dada si pria. Tangan kiri Pak Nidaul meremas payudara Widya dan tangan kanannya mengelusi paha hingga meremas pantat wanita itu. Lalu mulailah pria itu mengayunkan pinggulnya maju mundur. Batang penisnya semakin lancar keluar masuk liang vagina Widya yang sudah sangat licin.
"Ughh... uughh!!” Pak Nidaul mendengus-dengus seperti kuda liar.
“Akhhh… terus Pak… yah terusshh!!” Widya mendesah keenakan, kedua kakinya memeluk pinggung Pak Nidaul seolah tidak ingin lepas darinya.
Pria itu mempercepat genjotan, sensasi hangat menyelubungi penisnya ditambah jepitan otot vagina serta aroma harum tubuh Widya mendatangkan sensasi nikmat yang luar biasa. Suara nafas terengah- engah sahut-menyahut di ruangan dapur. Nafsu Pak Nidaul naik ke batas tertinggi menyaksikan wajah cantik menantu majikannya yang sedang menikmati persetubuhan ini. Widya sendiri menatap berani wajah mupeng pria itu yang membuatnya geli sekaligus semakin terangsang. Sedikit demi sedikit wanita itu semakin mendaki naik, badannya semakin menegang.
"Sedikit lagi paakk! Yang keras... ohh yaahh.... aaaaahhhh" ia mendesah panjang
Widya memeluk erat tubuh pria itu, seluruh tubuhnya bergetar menyambut orgasme. Pria itu memagut bibir tipisnya, lidah mereka bertemu untuk kesekian kalinya, saling memilin, menjelajah, dan bertukar air liur.
“Enak yah bu? Tapi saya masih belum nih" Pak Nidaul nyengir di depan wajahnya.
“Sini saya sepongin Pak!” kata Widya yang merasa wajib berterimakasih untuk orgasme yang diberikan pria itu.
Ia turun dari meja menarik sebuah bangku dan duduk di atasnya. Tangannya meraih batang berurat yang mengkilat karena cairan cintanya. Tanpa ragu langsung ia masukkan penis itu ke mulutnya, rasa asin dan gurih yang khas terasa memenuhi rongga mulutnya.
"Uughh... sip bu! Sepongannya mantap tenan!!” desah Pak Nidaul memegangi kepala wanitaitu.
Widya memaju-mundurkan kepalanya mengulum penis pria itu, lidahnya bergerak liar menyapu-nyapu kepala penis memanjakan pria itu. Penis itu semakin terasa menggembung di mulutnya, ia terus mempergencar teknik oralnya membuat pria itu membeliak-beliak nikmat dan menceracau tak karuan.
"Duhh... bu, bapak mau keluaarrrhh... uurrghh!" Pak Nidaul memegang erat kepala Widya dan mendorong seluruh batang penisnya ke dalam mulutnya
Ujung hidung Widya menyentuh bulu kemaluannya, cairan kental yang hangat dan beraroma tajam menyembur-nyembur di dalam mulut wanita itu. Sebagian besar cairan itu ditelan oleh Widya, sedikit meleleh di sela bibirnya hingga akhirnya pegangan pria itu pada kepalanya mengendor berganti dengan elusan, ia menarik penisnya yang sudah susut keluar dari mulut wanita itu. Melihat masih ada setitik sperma yang tersisa di ujung, tanpa ragu Widya menghisapnya sampai tidak bersisa mengakibatkan Pak Nidaul sedikit menggeliat tanda penisnya masih sensitif setelah ejakulasi. Selang beberapa saat, keduanya mulai dapat bernafas dengan teratur lagi, senyum puas tersungging di mulut mereka. Sambil membenahi diri, Widya mengatakan bahwa ia sangat puas yang membuat pria itu merasa bangga.
“Mau lagi bu? Sekarang? Masih kuat nih!” kata Pak Nidaul antusias.
“Hihihi... gak sekarang ah, saya mau jemput anak saya di rumah orang tua” jawab Widya
Pak Nidaul minta ijin ke toilet untuk kencing sekalian membersihkan bekas pertempuran. Sekeluar dari situ, secangkir kopi dan kue dihidangkan sang nyonya rumah di meja dapur. Nikmat sekali rasanya menyantap snack setelah bersetubuh. Sekitar sepuluh menit kemudian pria itu pun pamit.
“Bu! Pulang dulu yah!” pamitnya
Widya yang sedang berbicara di telepon hanya bisa melambai membalasnya.
Pak Nidaul baru saja hendak membuka slot pintu gerbang ketika Widya tiba-tiba memanggilnya.
“Pak! Tunggu bentar, bisa sekalian antar yang ini gak, ke....?”
Wanita itu baru teringat untuk mengirim sebuah paket hantaran melewati daerah yang jauh dari daerah tujuannya ke rumah orang tuanya, sehingga ia meminta tolong pada pria itu.
“Hhhmmm... sebenernya sih gak lewat situ bu, agak jauh malah” kata pria itu.
“Ayo dong pak! Bisa yah, saya lebih jauh lagi, mana lewat daerah macet lagi, kasian dong nanti si Leo” Widya membujuknya, ia mendekati pria itu dan meraba selangkangannya dengan senyum menggoda.
Dalam waktu tidak sampai tiga menit, pakaian Widya telah berserakkan di moncong mobilnya di carport. Pak Nidaul yang masih berpakaian lengkap menghimpit tubuh telanjang menantu majikannya itu di dinding carport, memaguti bibir dan menggerayangi tubuh mulusnya. Perbuatan mesum itu hanya terhalang oleh gerbang tinggi yang dilapisi fiber warna biru tua, di atasnya pun terlindung oleh atap fiber sehingga terhalang dari pandangan rumah lain yang lebih tinggi. Jalanan di depan kompleks itu memang lenggang namun tidak menutup kemungkinan orang lewat melihat lewat celah gerbang. Inilah yang memberikan sensasi mendebarkan dan memicu adrenalin. Setelah puas menciumi Widya, Pak Nidaul membalikkan tubuhnya sehingga wanita itu menumpukan kedua sikunya pada dinding dengan agak menungging. Sambil sesekali melihat ke gerbang, pria itu menurunkan celananya dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras lagi.
“Ouhh… !”erang Widya menahan suaranya agar tidak terlalu keras dengan tubuh terlonjak saat Pak Nidaul menekan kepala penisnya hingga melesak masuk ke vaginanya.
Tanpa berlama-lama lagi, pria itu segera menggenjotinya, kedua tangannya mengeksplorasi tubuh telanjangnya dengan kedua tangan kasarnya. Pinggul padat Widya bergerak menyambut mengimbangi sodokan-sodokan pria itu, terkadang berputar-putar sehingga membuat penis pria itu serasa diplintir. Pak Nidaul lalu menyorongkan kepalanya ke samping tubuh wanita itu mencaplok payudaranya. Mulutnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut putingnya.
“Ooohhh... yyaahh!!” desah Widya saat orgasme akhirnya melanda dirinya, tubuhnya tersentak seperti kesetrum, kewanitaannya berdenyut-denyut memerah batang Pak Nidaul dengan kuat.
Pria itu menoleh ke arah gerbang memastikan tidak ada siapapun dekat situ sambil menancapkan penisnya sedalam mungkin. Setelah yakin aman, ia meneruskan genjotannya hingga lima menit ke depan.
“Hhhhrrrhhh!!” geram Pak Nidaul mencapai klimaksnya
Ia melepaskan sperma kental di rahim wanita itu mengakhiri pergumulan outdoor mereka. Setelah memakai kembali pakaiannya Widya kembali ke dalam untuk mengambil paket yang akan dititipkan pada pria itu.
“Mari Bu!” Pak Nidaul kembali pamitan dan meninggalkan rumah anak majikannya itu dengan hati puas.
Terakhir diubah: