Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Another Lonely Story

Selamat malam...

Buat momod, submod, pertapa, maha guru, guru besar, senior, ahli cerita, pendekar, suhu master, guru, holic, addict, kakak, dan seluruh suhu semprot yang berbahagia.


Ijinkan saya, Balak 6, nubie merah yang masih hijau dan kuncup ini, memberanikan diri untuk melanjutkan kisah cerita ini.

Cerita ini masih jauh dari kata lumayan apalagi bagus, masih sangat banyak kekurangan dan keburukan dari cerita ini.

Nubie berharap mendapatkan masukan, kritik dan saran dari para suhu master sekalian, agar nubie ini dapat memperbaiki kesalahan menuju arah yang lebih baik lagi ke depannya.


Akhir kata...

Salam Semproot...
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
MULUSTRASI


KAMILA PURNAMA GIMAN




IBU SUTARDI


AYU ASTUTI


MIRA KUSUMAWATI


RUMAH DINAS BUPATI


PASAR INDUK RAU


PENDOPO KABUPATEN


KANTOR BUPATI


PUSKESMAS LABUAN


PELABUHAN LABUAN


MITSUBISHI STRADA




SEBELUMNYA.....


Tapi tiba-tiba sebuah dering hp berbunyi di depan Karta yang jadi supir. Sueb yang ada di sisi kiri Karta mengambil hp itu, dan terlihat ada sebuah nama muncul...

"Kang.. Ini... Kang Pablu... Kang..."

"Hah.. Ayo di jawab cepet..."

"Assalamualaikum kang.. Aing Sueb kang..."


Lalu terjadi pembicaraan singkat...

"Ada.. ada kang.. Lagi setir..."

"Apa kang..? Ini eh.. Mau ke rumah pak bupati.. Ada yang bayar kita buat kasih pelajaran pak Sutardi dan diminta bawa putri nya..."

Diam sejenak...

"Apa kang...? Eh.. eh.. Haji Hasan kang..."

Diam lagi...

"Apa kang..? Mundur..? Ee.. Ah.. Perintah kang Rojak..? Abidin..? Ii.. Ii... ya kang.. iyaa.. kita mundur.. sekarang.. iya sekarang..."

Kijang Innova seketika berhenti mendadak. Beberapa motor di belakang innova yang tak siap menyeruduk mobil itu dan terjatuh.

Sesaat terjadi ke kacauan di rombongan itu. Tapi yang di dalam kijang innova tak satu pun yang keluar. Mobil Rubicon pun jadi juga ikut berhenti...

Semenit kemudian, pintu sisi supir terbuka. Lelaki Karta keluar.. Dan berteriak...

"Pasukan.. Semua... Munduurrrr...."

Mobil pick up dan puluhan motor sesaat terkejut, tapi tak lama. Sekejap kemudian, kendaraan itu segera putar balik masing-masing...

Pintu tengah kiri Rubicon terbuka, lelaki tua perlente itu segera meneriaki agar robongan tetap jalan, tapi tak ada yang patuh para rombongan Laskar Pendekar itu...

Lalu dengan wajah merah, si lelaki tua menghampiri Karta...

"Heh Karta, Sueb.. Apa-apaan ini...?"

"Maaf pak, kami batal.. Ini uang bapak kami kembalikan utuh tak kurang selembar pun..

Karta mengambil tangan si lelaki tua dan memberikan segepok uang merah di tangan di lelaki tua...

"Heh.. Gak bisa gitu.. Itu rumah nya udah kelihatan.. Ayo.. Jangan gini.. Apa uang nya kurang? Saya naikkan 4x lipat.. Jangan khawatir.."

Si lelaki tua merogoh jas nya dan mengeluarkan 4 gepok uang merah. Diangsurkan ke Sueb.

Tapi Sueb dan Karta menolak..

"Maaf pak Haji. Kami gak berani.. Pak haji aja sendiri, kami gak mau, kami mundur..."

Sueb menolak tegas.

"Hah.. Dasar preman bangsat, amatiran... Goblookkk... Kalian akan menyesal.. Kalian akan aku habisi... Tunggu pembalasan ku.. Aku akan balas penghinaan ini.."

"Terserah anda pak, tapi kami hanya ikut perintah kang Pablu dan atas instruksi kang Rozak... Pahaammm...?"

Karta masuk ke mobil, Sueb pun masuk, innova segera berputar balik dan meluncur meninggalkan jeep Rubicon hitam. Anggota yang lain pun segera mengekor..

"Hah.. Instruksi Rozak? Gawat ini. Berapa si Sutardi bayar si Rozak? Kalau sampai Sutardi bisa pegang si Rozak, habis aing.. Ini gak boleh.. Hmmm... Aing harus bisa pegang si Raga, dia yang bisa hadapin si Rozak. Aing kasih besar pokok nya. Gimana juga, preman harus di lawan sama preman. Awas maneh Rozak..."

Haji Hasan bicara sendiri, lalu mengeluarkan hp nya...


~~~©©©~~~


LANJUTANNYA.....



Kembali ke pasar induk Serang...

"Ki.. Hampir saja.. Karta dan Sueb tadi sama anggota nya mau menyerbu rumah pak Bupati di pimpin Haji Hasan. Sudah sampai depan gedung pajak, hampir sampe rumah pak Bupati. Tapi aing sudah minta mundur, dan mereka mundur..."

"Hah.. Heh Pablu.. Urus itu Sueb sama Karta. Aing sudah bilang jangan ada lagi laskar preman.. Bubar.. Ngerti nteeu..?"

"Ampun kang.. Ampunn.. Iya aing paham kang. Izin kang biar aing urus si Sueb dan Karta. Aing pasti bubarin laskar preman itu.. Kasih aing kesempatan kang..."

"Ya udah.. Sana pergi.. Aing gak mau tau, itu harus bubar hari ini juga. Kalau jadi laskar pembela kebenaran dan jadi pencipta kedamaian ga apa-apa, tapi sampai lagi bisa dibayar buat bikin kejahatan, aing pasti cari maneh Pablu, maneh yang aing kasih pelajaran. Ngerti maneh..?"

"Iya kang.. Iya.. Abdi pamit kang.. Kang guru.. Bapak dokter juga akang.. Saya pamit mau beresin ini dulu..."

"Assalamualaikum..."


"Wa'alaikumsalam..."

Jawab Arifin dan Aryo...

Kakek Saiman dan kakek Abidin mengangguk, Aryo dan Arifin juga menunduk hormat...

Pablu segera keluar ruangan dan menghilang secepat kilat.

Sepi sejenak...

"Kakek.. Maaf kek, kami juga pamit undur diri. Kami jadi khawatir keadaan pak Bupati kek. Apa setelah pasukan mundur, Haji Hasan masih nekat terus atau ikut pergi.. Aduhh.. "

"Ya, baiklah. Segera lah kembali ke Pandeglang.. Aku dan kang Saiman juga ada yang harus di beresin.."

"Siap.. Kami pamit ya kek... Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

Secepat-cepat nya Aryo dan Arifin berlari menuju mobil mereka di parkiran pelataran pasar Rau itu.

Setelah sampai, mobil di hidupkan dan langsung melesat secepat nya ke arah Pandeglang. Jalanan yang sudah di kuasai oleh Arifin, tanpa kesulitan berarti menggeber Pajero Sport nya membelah Serang dan meluncur laksana angin ke selatan kota Serang, Pandeglang...

Empat puluh menit setelah meliuk-liuk dan melewati beberapa lampu merah, pajero sport itu berbelok naik dan masuk gerbang rumah pak bupati yang memang sedang terbuka.

Sekelebat, mata mereka menangkap sebuah mobil double cabin terparkir di pinggir jalan di luat gerbang rumah itu. Tapi mereka tak sempat perhatikan.

Sesaat mobil pajero masuk halaman, di teras depan nampak 4 orang sedang berdiri berhadapan.

Pak Suryadi, Istri dan... dan...

Aryo dan Arifin melongo tak percaya...

Kakek Saiman dan kakek Abidin tengah menyalami pak Suryadi dan Istri bergantian. Seperti nya hendak minta diri...

Aryo melompat keluar dari pintu depan kiri, sedang Arifin langsung memajukan mobil dan memarkir di ujung halaman

Aryo segera melangkah cepat menuju ke balkon teras itu...

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

Jawab ke empat orang tua itu...

"Aa..aa... Kakek Saiman dan kakek Abidin...?"

"Iya dok.. Ini kami berdua... Ini kami mau pamit tadi udah yah 20 menitan lah kita bicara-bicara dengan pak bupati dan istri. Pak Bupati masih ada acara lain katanya..."

"Iya nak, ada rombongan dari kabupaten cilacap mengadakan kunjungan balasan sekalian study banding di kantor bupati. Ayah masih belum hadir sebab ke dua kakek hebat ini datang bertamu dan mau meminta maaf atas tindakan anak buah nya yang tadi mau mengepung rumah ini. Ya salah paham. Setelah di jelaskan, ayah lega luar biasa. Kedua kakek ini pasti menjadi teladan buat semua pemuda atau ormas yang ada di Pendeglang ini. Tak ada premanisasi, tak ada lagi golongan kriminal, apalagi yang menyimpang dari dasar Negara kita, PANCASILA. Ke dua kakek ini berkomitmen untuk ikut menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungan kita. Ayah merasa beruntung bertemu kedua tokoh ini nak..."

"Ah.. Itu kewajiban kami pak Bupati. Dokter Aryo juga menemui kami kok menjelaskan masalah yang menimpa keluarga pak bupati. Kami berdua pasti akan ambil peran pak. Kami akan ikut menciptakan lagi kabupaten Pandeglang ini menjadi aman dan lebih baik..."

Jawab kakek Saiman...

"Tapi.. Kok bisa yah kakek udah sampai ..?"

"Bisa kenapa.. Ah itu ga ada apa-apa. Itu di depan mobil kita tadi. Kami mau pamit ya pak, bu, dok, kita mau segera ke labuan. Ada yang mendesak juga harus kami kerjakan disana...."

"Iya pak.. Terima kasih atas kunjungan nya ya pak..."

"Assalamualaikum...."

"Wa'alaikumsalam...."


Kedua lelaki tua gagah itu putar badan dan berjalan ke arah luar.

"Nak.. Ayah masuk dulu mau siap-siap jalan lagi..."

"Iya pak.. "

Pak Bupati dan istri masuk rumah.

Aryo sesaat termenung. Ingin mengantar dua kakek itu sudah jauh, tadi mau bicara sama pak Bupati juga sudah tak mungkin karena pak Bupati ingin buru-buru bersiap. Akhirnya dia memutuskan menunggu di teras itu ingin melihat mobil ke dua kakek itu meluncur. Mitsubishi Strada Double Cabin hitam yang tadi sempat dia lihat.

Tapi semenit di tunggu.... Dua menit... juga yang di tunggu tak ada kelihatan. Aryo tetap mematung dan memperhatikan. Tiga menit berlalu, dia memutuskan melihat apa yang terjadi pada mobil yang terparkir tepat di samping tembok luar rumah itu, yang posisi nya terhalang tembok pagar, tapi ada sisi pagar lainnya yang terbuka hanya terdiri dari besi jeruji.

Aryo berlari turun dan melihat ke balik tembok pagar...

Dan...

Yang dicari tak ada disana...

Lenyap...

Aryo yakin betul dia tak luput memperhatikan sejak dua kakek itu berbelok ke balik pagar menuju mobil tadi...

Lalu kemana mereka ber dua...?

Tiba nya saja tak bisa di nalar, berangkat nya pun tak bisa di pahami.

Siapa sebenarnya mereka...?

Aryo tercenung... Matanya memutar dan melihat lagi...

Dengan penuh kebingungan, dia putar badan dan kembali melangkah naik ke arah rumah..

Saat tiba di ujung tangga teras, nampak Arifin keluar sambil menenteng tas pak Bupati dan bergegas menuju mobil Toyoya Camry, mobil dinas bupati.

Disusul pak Bupati yang memakai baju batik warna keemasan lengan panjang dan celana kain hitam. Ibu mendampingi di belakang bapak sedikit.

"Nak Aryo, ayo ikut ayah menemui delegasi rombongan tamu kita. Nak Aryo biar nanti bicara masalah kesehatan masyarakat pesisir. Salah satu bahan study banding nya ya itu soal kehidupan penduduk daerah pesisir. Kan Cilacap juga kota pesisir."

"Aduh.. Bukan tidak mau pak. Aryo kan baru bertugas di pusat layanan kesehatan di labuan. Harus nya Mila ya pak..."

"Mila..."

Aryo berbisik pelan...

Aryo tiba-tiba teringat dengan Mila..
Mila saat ini ada di labuan, dan kakek Saiman dan kakek Abidin tadi bilang ada urusan mendesak di labuan..

Ada apa ini yah...?

Anto membatin dan merasa sedikit resah...

"Mila kan ada di labuan nak sedang tugas, gak mungkin suruh Mila untuk pulang kesini. Ya kelamaan. Udah nak Aryo saja..."

"Ii.. ii.. iiya pak... Baik pak..."

"Nak Aryo bawa saja Pajero nya. Biar nanti kalau nak Aryo sudah selesai bisa langsung meninggalkan tempat, ayah soalnya masih harus ada kerjaan yang lain lagi hari ini.."

"Iiya.. iiya.. Siap pak..."

Mobil sedan Camry itu telah tiba di ujung tangga, Arifin hendak turun. Tapi di cegah pak Bupati. Ibu bupati salim ke pak bupati lalu Beliau masuk sendiri ke mobil melalui pintu kiri belakang...

Beberapa detik kemudian, mobil sudah meluncur dan meninggalkan rumah megah itu...

Aryo sekilas melihat ke dirinya. Dia terlihat cukup rapih dengan kemeja krem lengan panjang nya yang memang tadi berbusana cukup rapih sebab dia mau bertamu ke dua tokoh besar.

Sesaat merapikan pakaiannya lalu...

"Ibu.. Aryo pamit dulu ya bu, mau dampingi bapak kantor kabupaten.."

"Iya nak..."

Aryo maju dan menyalim ibu..

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

Aryo segera ke mobil Pajero dan segera meluncur ke arah jalan raya...

10 nenit kemudian Aryo sudah masuk gedung aula kantor bupati. Telah banyak pengunjung disana, dan setelah melewati beberapa meja tamu, Arifin menghampiri Aryo dan menuntun jalan nya menuju deretan kursi di podium. Di tengah telah duduk pak Bupati, Sekda dan jajaran penting pemerintahan lainnya.

Acara berlangsung dengan santai tapi serius.

Lalu moderator kemudian membuka kesempatan dari pihak tuan rumah memaparkan kondisi masyarakat di daerah pesisir yang di tinjau dari sisi kesehatan dan medis pada masyarakat kecil, dalam hal ini pelayanan kesehatan masyarakat terdekat yang menjangkau langsung ke masyarakat, yaitu melalui badan kesehatan PUSKESMAS.

Moderator mengenalkan, dr Aryo Sp.PD, mempersilahkan pada Aryo untuk memaparkan nya...

Aryo tak menyangka dia harus bicara langsung secepat ini di hadapan delegasi tamu, dari pemerintahan pula..

Sesaat Aryo tercenung... Tapi segera dia kendalikan diri nya...

Dia mulai dengan salam dan hormat pada tuan rumah, dimulai dari yang tertinggi posisi nya yaitu pak Bupati, Sekda, Kepala Bidang dan seksi juga para aparat pemerintahan semua. Dan juga salam pada delegasi tamu, dan semua yang hadir di acara itu.

Lalu mulai ke isi pemaparan dan problematika sosial yang di hadapi di lapangan dan di perbandingkan dengan ilmu pengetahuan yang dia punyai.

Pemaparan berlangsung dengan jelas dan lancar. Apalagi menyangkut daerah pengabdian nya yaitu, Labuan.

Saat menyebut lagi kata Labuan, kembali ingatannya otomatis pada kata-kata ke dua kakek tadi yang dia temui di rumah pak Bupati. Hati Aryo kembali bergemuruh. Sekuat nya dia menekan perasaannya. Dia ingin segera setelah bagian nya selesai, ingin segera minta diri dan meluncur ke Labuan.

Kekasih hati nya ada disana, labuan hati nya ada di desa pantai itu. Apa yang terjadi di sana?

Tapi Aryo tetap harus jadi tuan rumah yang baik, dia harus tampak profesional.

Harusss...

Diantara para rombongan delegasi itu...

Sepesang mata tak lepas menatap pada Aryo semenjak dia naik ke panggung, dan saat dia bicara, mata itu tampak tajam dan seolah tak berkedip, mulut setengah terbuka.

Beberapa saat kemudian, mata itu memerah, dan mulai basah. Nafas terasa berat, badan sedikit bergetar...

Tak ada yang memperhatikan, sebab semua tertarik pada pemaparan Aryo...

Sepasang mata itu, tak mendengar lagi apa isi dari penaparan atau penjelasan Aryo. Dia hanya termangu, mulut tampak sedikit komat kamit, dan sedikit menggeleng-geleng. Nampak suatu perasaan campur aduk menjadi satu.

Lewat 10 menit, pemaparan Arto selesai. Dibuka sesi tanya jawab. Di buka 2 termin yang masing-masing berisi 3 pertanyaan.

Aryo menjawab semua pertanyaan dengan lugas dan cepat. Ada beberapa yang dia memang belum paham, dengan satria dia mengakui belum bisa menjawab. Tak ada yang mengada-ada semua berdasar pada kebenaran dan kondisi yang dia temui di lapangan.

Memang sudah jadi sifat dari Aryo, dia tidak mau memakai topeng dan berperan seolah-olah tau, itu bukan karakter nya. Dia akan bilang tau kalau memang dia tau dan akan bilang tidak tau jika dia memang tak tau benar yang sebenarnya, asumsi tak akan di pakai Aryo sebagai bagian dari statement nya. Apa adanya dia akan bicara.

Tak ada rasa malu atau rendah akibat ke tidak tahuan itu, tapi di balik itu dia berjanji pada diri nya sendiri akan mencari tau jawaban akan pertanyaan yang dia belum bisa jawab itu.

Pak Bupati yang mengikuti tanya jawab dan diskusi itu, tersenyum lebar. Tampak ada raut ceria di wajah pak Bupati.

Keterus terangan Aryo, dan mengakui apa adanya, salah satu hal yang langka di wilayah birokrasi yang dia pimpin. Pak Bupati merasa, selama ini hanya mendapat lips service saja dari para bawahan nya padahal, tidak tepat seperti yang di katakan itu pada kenyataan nya. Aryo membuka suatu kebenaran baru dan sikap yang baru bagi pak Bupati dan beberapa pejabat tinggi terkait lainnya.

Walau tak semua pertanyaan delegasi tamu bisa di jawab, tapi ada suatu kejujuran disana.

Ada beragam raut wajah setelah acara tanya jawab itu selesai. Ada yang puas, tapi ada yang tak puas.

Pak Bupati mengambil alih..
Dan berjanji akan memberitahukan jawaban beberapa pertanyaan dari para tamu itu. Sebab tujuan dari study banding ini bukan lah mencari kelemahan dan menang-menang an tapi mencari solusi atas beragam masalah yang di temukan menyangkut kesehatan masyarakat di wilayah daerah pesisir tempat dokter Aryo mengabdi.

Setelah sesi Aryo selesai, Aryo mendekat ke pak Bupati dan berbisik sesuatu..

Pak Bupati memandang Aryo lalu mengangguk...

Secepatnya Aryo turun dari podium dan menghilang di balik pangggung...

Dan sesosok lelaki pun bangkit dari kursi rombongan delegasi tamu dan berjalan ke arah pintu keluar.

Lelaki setengah baya dengan batik biru nya melangkah keluar, di pintu bertemu staf dari tuan rumah yang bertugas di pintu keluar. Setelah berbicara sejenak, lelaki itu keluar dan berbelok menuju teras samping yang berbatas langsung dengan halaman Pendopo itu yang dijadikan lahan parkir roda empat.

Sejenak lelaki itu melihat ke sekeliling seperti hendak mencari sesuatu atau seseorang. Tapi yang di cari tak ada.

Lalu dari arah belakang muncul sebuah mobil pajero sport hitam dan melaju cukup cepat melewati samping sang lelaki dan terus menuju pintu keluar.

Sang lelaki tanpa sadar melihat ke arah pajero sport itu dan melihat sang pengemudi yang melewati nya dengan cukup cepat..

Matanya membelalak, airmata mengalir..

Dan mulut nya berkata sangat pelan....

"Aryadi...."

Pajero hitam melesat membelah kota Pandeglang, ke selatan ke arah Labuan.

Aryo merasa wad-was walau tak paham pastinya apa hal itu.

Setelah meluncur cepat satu jam lebih, ia masuk wilayah labuan. Ia tertahan karena kemacetan di simpangan pasar Labuan.

Sekilas ingatannya teringat akan ucapan Husen a.k.a Edwin, Ayu di titipkan pada seorang pemotong ayam yang ada di pasar ini. Dia belum mencari tau sedikitpun mengenai kebenatannya. Tapi Aryo percaya omongan Husen.

Semenit kemudian dia melaju lagi, menuju puskesmas Labuan.

Lima menit kemudian, dia telah masuk halaman puskesmas.

Nampak sebuah CRV Putih terparkir di depan puskesmas. Aryo memarkirkan mobil nya di belakang CRV putih itu dan berjalan ke dalam.

Aryo tak melihat ada hal yang ganjil...

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam... Eh dokter.. Silahkan dok.."

Pak Asep yang ada di meja front office manyambut Aryo...

"Dokter Mila ada pak?"

"Ada dok lagi praktek di poly, di ruangan nya.. Mau saya panggilkan dok.?"

"Jangan.. Jangan gak usah pak... Biar saja. Tapi dari tadi ada tamu ke sini ga pak yang cari bu dokter Mila?"

"Belum ada pak sampai sekarang..."

Aryo sejenak terdiam...

Apa ke dua kakek itu tidak menuju ke puskesmas ini..? Pikir Aryo...

Ada sedikit kelegaan di hati nya...

Mudah-mudahan tak ada apa-apa, hibur pikiran nya lagi...

"Dok... Praktek kan..?"

Tanya pak Asep lagi...

"Ya pak.. Saya praktek pak, maaf telat ada urusan yang tak bisa saya tinggal.."

"Iya dok.. Dokter Mila juga bilang gitu, malah katanya dokter hari ini belum tentu masuk.."

"Iya pak, tapi saya juga secepatnya ke sini.. Eh.. Perasaan saya gak enak soal nya.."

"Ah.. Si dokter, baru beberapa lama gak ketemu dokter Mila udah gelisah gitu.. Hehehe.."

Ledek pak Asep...

"Bukan.. Bukan itu pak.. Apa sih.. Gak ada gitu atuh pak, saya gak mau urusan pribadi di campur aduk ama kerjaan.. "

Aryo menjawab senyum tapi mimik serius..

"Maaf ya dok, jangan tersinggung. Saya cuma bercanda dok... Maaf yah..."

"Iya gak apa-apa pak.. Memang saya ada yang saya harus pastikan tadi... Eh.. Amih kemana pak..?"

"Lagi di dalam ruangan dokter Mila, tadi di panggil masuk, bantu pasien kayanya di dalam dok..."

"Eh.. Jadi yang bebersih siapa..? Husen kan udah ga kerja kan..?"

"Iya dok.. Katanya udah dapat kerjaan lain. Ini saya di bantu sama sepupu saya, yang kemarin saya bawa nemuin ibu dokter. Hari ini rencana kerja tapi masuk sore, shift malam dok.."

"Oh, syukurlah sudah ada yang ganti Husen dan bantu bapak..."

Pintu ruangan dokter Mila dibuka. Seseorang keluar. Seorang ibu tua dan di susul oleh Amih.

Si ibu langsung menuju pak Asep, setelah mendapat arahan dan keterangan tambahan, si ibu keluar meninggalkan puskesmas.

Amih menegur Aryo dan minta izin menyiapkan ruangan Aryo.

Aryo mengangguk. Walau ia ingin bertemu Mila, tapi karena tidak mau mengambil hak para pasien yang ingin berobat, Aryo menunggu di ruang tunggu membaur dengan pasien lain.

Kahadiran seorang dokter di tengah-tengah para pasien yang merupakan masyatakat umum dan yang mayoritas masyarakat menengah ke bawah, membuat para pasien menjadi terkejut.

Belum pernah terjadi yang seperti ini...

Seorang dokter yang dianggap orang hebat dan penting di pandangan mereka, mau membaur tanpa jarak dan menegur mereka dengan ramah.

Suatu hal yang sangat berbeda yang mereka rasakan. Ada kehangatan, keramahan dan kepedulian pada mereka, masyarakat kecil dan miskin ini.

Pasien berikutnya segera masuk ke ruangan Mila. Dan tampak nya memang tak perlu bantuan dari seorang Amih seperti ibu tua sebelumnya.

Tak lama Amih datang dan memberitahu Aryo jika ruangan nya telah siap.

Aryo segera masuk ruangan nya setelah meminta diri pada para pasien.

Aryo melirik jam tangan nya, sudah hampir jam 2. Pantas pasien terus masuk, karena waktu istirahat memang telah lewat. Sedang ia belum makan sejak pagi. Tapi tak ada waktu lagi, pelayanan harus dijalankan.

"Mih..."

"Ya dok..."

Amih mendatangi Aryo..

"Aku belum makan, tapi aku gak mau menunda pelayanan ini. Kamu ada makanan untuk mengganjal perut tidak, tapi tidak perlu harus khusus saya makan, ya.. Semacam snack aja..."

"Aah.. Dokter belum makan..? Dokter ga usah dulu praktek dok.. Makan dulu saja dok.."

"Nggak.. Nggak... Aku gak mau ganggu hak pasien. Kalo ada aja, kalau gak ada ga apa-apa Mih.."

"Eeh.. Sebenarnya ada dok.. Itu Amih bawa memang dari rumah buat dimakan disini, tapi masih ada sih di dapur karena Amih bawa agak banyak juga tadi.. Pak Asep juga tadi makan, tapi masih ada dok.. Tapi.. Tapi.. Gimana yah..?"

"Kenapa Mih.. Kalau memang Amih masih mau, ga apa-apa mih...."

"Bukan.. Bukan itu dokter... Hanya Amih merasa apa dokter doyan makanan kampung.. Gitu dok.. Amih malu.. Hanya bawa singkong rebus dari rumah tadi pagi dok.."

"Apa..? Singkong rebus..? Aku mau Mih.. Aku mau.. Ya udah bawa ke ruangan aku yah, nanti di sela-sela waktu praktek biar aku makan.."

"Dokter Aryo.. do.. yan.. singkong rebus..?"

Amih bertanya dengan mata terbelalak dan menegaskan lagi..

"Iya.. Aku suka.. Hei.. Jangan termenung gitu.. Aku ini juga wong ndeso Mih.. Aku pun sama sama kamu, aku makan juga makanan ndeso. Jangan merasa kalau dokter itu seorang yang aneh dan berbeda. Aku pun sama Mih, sama juga dengan para bapak ibu lainnya. Aku juga tadi merasa, sewaktu duduk bergabung dengan para pasien, mereka merasa aneh akan tindakan aku. Ini jangan dibiarkan.. Aku lebih suka dekat dengan pasien aku, biar para pasien mau terbuka dan merasa diperhatikan dan di pandang sama sebagai manusia."

"Oh.. Maafkan Amih dok.. Jujur Amih merasa terkejut.. Sesuatu yang tidak pernah terbayang sama Amih.. Aduhh.. Pak Dokter Aryo emang beda. Dok.. Praktek disini terus ya dok.. Amih merasa, ah.. Pasti bapak ibu pasien juga merasa hal yang sama.. Dokter akan sangat disukai dan di cintai di puskesmas sini. Pasti.. Dok.. Ubah pola pikir warga sini ya dok, biar pola hidup mereka menjadi benar dan lebih baik.. Amih senang banget dokter Aryo ada di puskesmas sini.."

"Iya Mih.. Aku sudah tetapkan hati akan mengabdi total di sini. Sama dokter Mila, kamu dan pak Asep.."

"Terima kasih ya dok.. Permisi.. Amih mau ambil singkong nya dulu.."

"Oh.. Iya.."

Amih melangkah cepat. Penuh semangat, seakan baru menemukan suatu kepastian dan kepuasan yang baru.

Iya.. Suatu kepastian dari Aryo dia akan mengabdi di tempat itu. Dan suatu kelegaan di hati Amih, bahwa Aryo tidak seperti dokter-dokter lain sebelumnya. Yang eksklusiv, terpisah, berbeda dan merasa diri lebih tinggi derajat nya dari yang lain.

Aryo bukan..

Dia ingin memandang semua sama, setara, sejajar. Tanpa ada yang merasa lebih tinggi derajat nya dari yang lain..

Aryo ingin para pasiennya dekat dengan dia..

Terbuka padanya mengenai pola hidup, kebiasaan dan kesehatan dalam hidup mereka. Buat Aryo.. Mencegah jauh lebih baik dari pada mengobati...

Aryo kembali masuk ruangan praktek nya. Tak lama seorang ibu paruh baya masuk..

Memakai kebaya sederhana dan kerudung merah hati sederhana, di dampingi seorang perempuan muda.

Aryo membuka omongan, dan memang mereka adalah dua orang, ibu dan anak. Sang Ibu yang sakit, putri nya hanya mengantarkan dan menemani ibu nya...

Aryo mulai memeriksa, dan menjalankan langkah-langkah pengobatan.


Dua menit berlalu...

Amih meminta izin masuk dan membawa sebuah piring beling yang berisi singkong rebus dan secangkir air.

Makanan di letakkan di sebuah meja tak jauh dari Aryo duduk.

Aroma singkong rebus yang ternyata sempat di hangati oleh Amih, menyebar dalam ruangan itu.

Setelah meletakkan makanan dan minuman, Amih pamit keluar. Aryo terus memeriksa dan mendiagnosa kondisi sakit dari ibu itu.

Setelah 10 menit, pasien dan putrinya keluar ruangan. Tapi segera seseorang masuk.

"Mas... Kamu udah datang mas.. Kok gak ke tempat aku.. Aku nunggu kamu lho..."

Mila tiba-tiba masuk dan menghampiri meja Aryo..

"Ya kamu kan ada pasien dok. Lagian udah bukan jam istirahat, ga baik mencuri waktu pasien. Lagi pula gak ada yang darurat ternyata, semua sudah bisa di atasi..."

Aryo menjelaskan

"Haah... Berarti tadi ada yang darurat dong.. Gimana mas.. Ayo aku mau tau..."

"Ga dok.. Nanti yah.. Kepentingan ibu dan pasien ini lebih penting, cerita nya nanti saja jam 4, saat jam poly udah habis."

"Hhmmm... Iya deh.. Maaf ya mas.. Aku tadi soalnya penasaran. Kamu kan tau aku sangat gak bisa nunggu..."

"Harus.. Kamu harus bisa mengendalikan diri sendiri dong.. Penting banget, buat kamu juga orang lain. Ingat, kita ini pelayan kemanusiaan lo. Jadi gak boleh menunda-nunda kalo soal urusan bantuan dan pelayanan."

"Iya sih.. Maaf ya mas.. Eh.. Mas nya udah makan..?"

"Ini makan ini.. Sama aja karbohidrat juga kan..?"

Jawab Aryo sambil memegang piring yang berisi singkong rebus dari Amih...

"Iihh... Kok makan gituan...?"

"Kenapa dok? Enak kok.. Dikasih kelapa parut lagi ama Amih diatas nya... Harum juga empuk. Aku udah habis dua tangkup.. Mau coba..?"

Mila melihat sesaat ke piring kaca itu, ada sebuah garpu disana..

Tampak dirinya sedikit ragu...

Aryo yang melihat itu, segera memajukan piring nya ke hadapan Mila..

Lalu Aryo mengambil garpu menusuk singkong yang agak kecil, mencocol nya ke kelapa muda parut, sedikit gula dan garam hasil rebusan singkong nya, lalu mengangsurkan ke wajah Mila..

Mila yang melihat itu, tersenyum lalu membuka mulut nya... Dan..

Singkong rebus telah masuk mulut Mila..

Sesaat Mila meresapi rasa dari singkong rebus yang empuk dan harum itu...

"Enaak..."

Mila berkata pelan sambil tersipu malu...

"Ini buat kamu, aku udah kok..."

"Nggak.. Nggak... Itu punya mas nya..."

Amih yang memperhatikan dari tadi sempat terbelalak, dia sempat gak percaya. Makanan sederhana buatan nya ternyata di sukai para dokter. Dokter yang dia anggap sangat hebat, maju dan pintar. Nggak mungkin mau singkong rebus, mana level..

Tapi ternyata, saat ini malah suka...

Melihat ke dua dokter saling mengalah, Amih memberanikan diri maju..

"Maaf dok.. Maaf.. Kalau dokter Mila mau, Amih bisa ambilkan di dapur. Masih ada kok tersedia.. Masih hangat juga tadi Amih hangatkan di magic jar.. "

"Mih.. Emang masih ada..?"

"Iya dok.. Ada.. Amih ambil kan buat dokter yah..."

"Iya Mih.. Enak Mih.. Aku mau..."


"Iya sebentar ya dok.. "

Amih mundur dan menghilang ke arah dapur..

"Mas.. Aku minta satu lagi yah.. "

Mila menusuk kan garpu ke singkong yang masih tersisa 2 tangkup itu, membalurkan kelapa parut dan sekejap saja sudah brrpindah ke mulut nya...

"Mas... Mila ke sebelah yah.. Makasih yah atas saran nya.. Heran aku dari kecil gak tau ada makanan kampung yang enak gini.. Hmmm... Aku mau cari cara ah gimana mengusahakan nya, orang-orang dan masyarakat perlu tau kalau ini pun makanan yang enak dan sehat. Tanpa pengawet, tanpa kimia.. "

"Udah nanti aja mikir nya, itu pasien nunggu.."

"Iya.. Iya.. Mila kesebelah..."

Mila melesat ke ruangan nya..

Aryo menggeleng-geleng....

Seorang ibu paruh baya masuk ruamgan Aryo..

"Selamat siang ibu.. Saya Aryo.. Ada keluhan apa ini..?"

"Dok.. Suka singkong rebus yah.. Ibu punya banyak pohon singkong, kalau dokter mau, nanti kirim ya dok... Ibu suka sama dokter Aryo, baik juga mau omong ama kita orang kecil. Tadi ibu udah liat waktu dokter duduk di luar tuh..."

"Eh.. Aduh makasih ibu. Emang ibu kerja atau mata pencahariannya apa?"

"Berkebun dok. Singkong, talas, ubi jalar, juga jagung.. "

"Oh.. Kalau itu mata pencaharian ibu, saya gak berani ibu.. Itu rizky nya ibu.. Saya gak berani kalau dikasih.. Nanti saya bayar aja..."

"Gak dok.. Ibu mohon dokter terima yah. Ibu pengen ngasih buat pak dokter. Ibu seneng banget, baru sekarang ini ibu berobat, belom di obatin hati udah seneng. Dok.. Ama dokter Mila emang demenan yah..?"

"Ah ibu.. Kita profesional kok bu.. Kita kerja ajah.."

"Ibu seneng suka kalo dokter nikah aja ama dokter Mila. Dokter teh kasep, dokter Mila cantik. Apalagi...??"

"Ah ibu bisa aja...

Pembicaraan terputus...

Aryo lalu memeriksa si ibu.. Mendignosa.. Lau memberi obat...

Si ibu keluar dengan muka ceria..

Aryo pun lega...

Sepertinya kekhawatiran nya akan kondisi Labuan, perlahan hilang. Tapi jauh di dalam hati kecil nya tetap masih ada yang mengganjal dan belum plong...

Pikiran nya melayang pada perkampungan nelayan sana..

Apa mungkin anak buah Arman mengacau ke sana, siapa yang disasar? Apa kabar Mira yah..? Aku jadi memikirkan nya...

Kalau disini jelas Mila sasaran nya...

Suatu pertanyaan yang masih belum terjawab.

Dua kakek gagah itu dimana yah? Kembali batin Aryo bertanya...

Lamunan nya terputus saat masuk pasien berikut nya...



BERSAMBUNG LAGI YA SUHU....
Mohon di lemparkan kritik dan saran ya suhu...

SALAM.....
 
Terakhir diubah:
tidur bentar sambil menanti update :pandaketawa:
 
Terimakasih updatenya suhu....
Diawal sempat bingung kok tiba2 ada yg mau nyerang rumah pak Bupati, eh ternyata saya yg ketinggalan satu update..:bata:
Terpaksa buka satu demi satu halamannya tuk nyari update yg tertinggal...
Seandainya saja ada index...:sendirian:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd