Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Annisa Febrianti (No Sara)

Part 9


Demi Suami atau ?



Hari itu, tepat disebuah tanggal merah di akhir bulan tampak sepasang suami istri sedang bergandengan tangan mesra. Jalannya berdempetan menyusuri setiap toko kosmetik yang ada pada sebuah mall besar di kota dingin itu.

Tampang suaminya yang ganteng begitu serasi dipadukan dengan wajah istrinya yang cantik menjadi daya tarik tersendiri dari kedua pasangan tersebut. Seperti biasa, banyak sekali lirikan tertuju pada pasangan ideal tersebut. yang perempuan melirik ke arah sang suami sementara yang lelaki melirik ke arah sang istri.

Terlihat sebuah kantung belanjaan ditenteng oleh sang istri dengan senyum manis bak malaikat tak bersayap terukir indah di wajahnya, Farhan selaku suami sahnya tentu bahagia bisa mengajak istrinya berbelanja.

Usai beberbelanja kosmetik, Farhan mengajak istrinya ke sebuah toko pakaian terkemuka. Beragam jenis pakaian terpajang di model manekin sebagai sampel. Mulai dari dress muslimah, kaus kasual, hingga lingerie semua tersedia lengkap. Rencananya ia hendak membelikan pakaian baru ke istrinya yang cantik. Dengan uang insentif hasil menang tender proyek yang dipimpinnya, ia ingin berbagi kebahagiaan dengan Annisa, istrinya tercinta.

Annisa yang telah memasuki area store tersebut dengan senang hati melihat-lihat ke bagian set pakaian kasual kekinian yang kebetulan sedang di diskon. Seolah tidak mau membebani suaminya, Annisa hanya memilih beberapa potong pakaian lalu menanyakan pendapat suaminya.

Sejalan dengan niatnya, tentu Farhan memberikan respon yang positif, ia mengatakan agar Annisa tidak mengkhawatirkan soal harga. Malah ia langsung menyuruh istrinya mencoba satu persatu pakaian tersebut di kamar ganti.

Annisa dengan lenggak-lenggok riangnya menuju kamar ganti sementara Farhan duduk disebuah kursi tunggu yang tidak jauh dari kamar ganti tersebut. Matanya melihat ke berbagai arah memperhatikan ramainya store itu, banyak sekali orang yang datang berbelanja di akhir bulan ini.

"Alhamdulillah hari ini bisa nyenengin istri. Mukanya nissa keliatan bahagia banget, cantiknya jadi kemana-mana deh. Sampe jd pusat perhatian gitu" batin Farhan mengingat begitu banyak orang terpesona oleh kecantikan Annisa.

Tiba-tiba datang seorang lelaki yang umurnya tidak terpaut jauh darinya namun berperawakan seperti orang arab duduk tepat disebelahnya. Farhan tidak mempermasalahkannya malah dengan sedikit menggeser duduknya, ia memberikan tempat ke lelaki tersebut.

"Nunggu juga bang?" Tanya lelaki itu ke Farhan membuka obrolan

"Eh iya bang. Istriku lagi coba baju di kamar ganti. Abang juga nunggu?" Jawab Farhan

"Oh istri toh. Kirain masih pacaran loh. Tadi saya sempat lihat kalian lagi pilih-pilih bang. Saya juga lagi nunggu teman ganti pakaian bang hehe" ucap lelaki itu sambil memperhatikan Farhan dengan stel pakaiannya yang sangat rapi.

"Oh ya. Aku Ali." Lanjut lelaki yang bernama Ali sambil mengajak Farhan berjabat tangan.

"Hehehe. Memang banyak bang yang kirain kami pacaran, belum menikah. Mungkin karena tampang kami yg masih awet muda gini kali ya. Hahaha. Btw aku Farhan bang" sahut Farhan menjabat tangan Ali.

Kulit tangan Farhan yang putih tampak kontras dengan kulit tangan Ali yang berwarna hitam. Ukurannya juga berbeda, telapak tangan Ali seakan menutupi tangan Farhan yg sedang menjabatnya.

Ali Husein, itu lah nama lengkap lelaki yang sedang bersama Farhan. Seorang lelaki keturunan campuran Senegal dan arab yang karena pekerjaannya, saat ini sudah menetap di Indonesia. Tadi ia sedang nongkrong bersama temannya ketika melihat Annisa jalan bersama pria yg ternyata adalah suaminya melewati tongkrongan nya. Seperti cinta pada pandangan pertama, Ali memberanikan diri mencari tau tentang Annisa hingga saat ini ia telah berkenalan dengan Farhan suaminya.

Farhan dan Ali yang baru berkenalan tampak akrab dengan Ali yang sebenarnya lebih gencar memberikan pertanyaan ke Farhan, berusaha mengorek lebih dalam informasi tentang istrinya.

"Oooh namanya Annisa. Cantik. Secantik orangnya bang. Hehe. Ajarin dong bang. Cara dapetin istri secantik Annisa" kata Ali penasaran

Farhan yang mendengar pujian Ali terhadap istrinya merasa bangga. Seperti ada kepuasan tersendiri baginya ketika orang lain menyanjung keindahan yang Annisa miliki.

"Tidak ada cara khusus bang. Mungkin jodoh aja kali. Pas aku lamar, doi nya nerima. Hehe" jawab Farhan malu-malu

"Gitu aja? Kirain harus berjuang kayak di film-filem itu mah. Demi dapet cewek primadona, hrs mati-matian merebut hatinya" timpal Ali memasang muka songong

"Haha.. Abang kebanyakan nonton film atuh"

"Iya kayaknya"

Lalu mereka berdua pun tertawa dengan puasnya.

Diruang ganti, Annisa sedang menanggalkan pakaian yg dipakainya untuk mencoba pakaian baru yg telah dipilihnya. Ada beberapa pakaian yang sudah dicoba sehingga Annisa telah menetapkan pilihan memilih sebuah baju semi rajut berwarna cokelat. Sebelum membelinya, Ia pun berencana menunjukkan terlebih dahulu pakaiannya ke Farhan.

"Abi.. gimana penampilan umi?? Eh..." Tanya Annisa terpotong karena tidak menyadari ternyata suaminya tengah berbincang dengan seseorang

Mendengar panggilan Annisa, Farhan langsung menoleh. Seketika Farhan seperti menyaksikan seorang Miss universe sedang berdiri dihadapannya. Tidak hanya Farhan, Ali yang ikut menoleh juga ikut terkesima melihat akhwat cantik itu. Bagaimana tidak, wajahnya yang cantik dibalut dengan hijab hitam khasnya dipadukan dengan sebuah baju rajut cokelat yang sedikit ngepas ke tubuhnya yang melengkung bak gitar spanyol membuat Farhan dan Ali tidak dapat melepaskan pandangannya dari Annisa.

"Can... Cantikk umi.." jawab farhan sedikit kagok. Farhan lalu memberikan jempolnya memberikan isyara bahwa istrinya sangat cocok memakai baju itu.

Annisa masih terlihat malu karena selain suaminya, ada sosok lain yang tengah memandangnya. Farhan merasakan keanehan pada istrinya lalu menyadari sesuatu.

"Oh ya umi. Abi lupa.. ini Ali. Teman Abi selagi nungguin umi fitting pakaian." Lanjut Farhan meneruskan

Ali yang sudah diperkenalkan pun segera bangkit dari duduknya mendekati Annisa, tangannya ia angkat kembali mengajak Annisa berjabat tangan.

"Annisa pak." Ucap Annisa memperkenalkan diri. Ia menjabat tangan Ali yang ukurannya sangat bersar itu.

"Jangan pak dong. Saya masih 34 tahun. Beda tipis dari kalian kan" ucap Ali mengajak bercanda

"Hehehe. Iyah.. bedanya cuma 10 tahun pak." Ucap Annisa ikut mencairkan suasana

"Bisa aja kamu dek. Saya panggil adek aja boleh ya? Kamu panggil saya Abang" kata Ali yang cengengesan melihat ke kiri ke kanan dimana annisa dan Farhan yg masih berhadapan dengan dirinya berada ditengahnya.

"Iya bang. Seterah aja kalo Nisa. Ya kan Abi?" Kata Annisa meminta persetujuan suaminya. Lalunia melirik ke bawah, menyadari di tangannya masih ada beberapa pakaian yg belum ia coba.

"ya udah Nissa lanjut fitting dulu yah bapak bapak.. silahkan lanjutin ghibahnya. Hihi" ucap Annisa seloro sambil meninggalkan mereka berdua kembali ke kamar ganti

Ali kembali duduknya disebelah Farhan. Mereka tampak tersenyum mendengar guyonan Annisa.

"Dilihat dari dekat istrimu makin cantik aja bang. Kalo wajahnya mendukung pake apa aja pasti cakep bang. Apalagi pake yang itu.." ucap Ali menunjuk ke arah bagian pakaian dalam dan lingerie wanita

"Yang mana?" Tanya Farhan yang bingung

"Itu bang. Yg di baris no 2. Yang warna hitam loh" kata Ali menunjuk ke arah sebuah manekin yg memakai lingerie seksi.

Lingerie itu sungguh seksi. Hanya beberapa utas tali dan kain transparan yang dapat memperlihatkan tubuh si pemakainya. Pada bagian dadanya tidak ada penutup selain sebuah tempelan berbentuk tanda cinta. Farhan pun langsung membayangkan betapa seksinya Annisa jika memakainya.

"Ambil aja bang. Buat pakaian tempur di ranjang" ucap Ali yg mengejutkan Farhan

"Iya juga bang. Emang Annisa belum punya tuh pakaian gituan. Hehe" balas farhan

Merasa istrinya masih akan lama dinruang fitting, Farhan permisi ke Ali untuk pergi membeli lingerie tersebut. Diam-diam Farhan mengambil pakaian tempur seksi itu dan membawanya ke kasir.

Sementara diruang ganti, ternyata Annisa sudah mengenakan kembali pakaiannya lalu keluar dengan membawa 3 potong pakaian yang akan dibelinya.








POV ANNISA FEBRIANTI

"Lho? Abi kemana pak?" Tanyaku ke pak Ali. Lelaki Afrika yang menemani suamiku selama mencoba pakaian

"Tauk. Td dia bilang sebentar. Gitu aja dek" jawabnya singkat.

Kujinjitkan kaki ku menoleh keadaan sekitar mencari keberadaan mas Farhan namun tidak kutemukan.

"Ke toilet kali dek. Mungkin laki mu sesak. Tunggu disini aja ntar juga balik" kata pak Ali menyuruhku duduk bersamanya.

"Eh iya pak eh, bang. Mungkin ke toilet yah. Ya udah Nisa nunggui disini aja," sambungku sambil menuju kearahnya.

Kutuju kursi tunggu tempat pak Ali duduk lalu sesampainya di sebelahnya, tidak sengaja kaki ku menyenggol sebuah rak dan tersandung. Aku terjatuh tepat ke arah pak Ali. Dengan refleksnya, pak Ali menahan jatuh ku sehingga secara tidak sengaja kini telapak tangannya yang besar itu berada tepat di dadaku.

Aku dan pak Ali sama-sama terkejut. Kini posisiku seperti sedang menindih pak Ali, tangannya mencengkram di dadaku agar tidak sampai menghimpit ke badannya.

"Ehhh.. maaf pak.. maaf.. aku gak sengaja" ucapku meminta maaf sambil membetulkan posisiku. Kucoba berdiri menjauhkan tubuhku dari pak Ali. Namun dapat kurasakan selama sepersekian detik, sebelum terlepas, cengkeramannya didadaku semakin kuat seakan sengaja meremas payudaraku.

"Ii..Iya dek. No problem.. toh namanya tersandung ya pasti gak disengaja hehe" jawabnya dengan sedikit kagok.

Kini kami berdua telah kembali berdiri. Pak Ali masih disebelahku merapikan kausnya yg sedikit tersingkap memperlihatkan pusarnya. Dibawah pusarnya, sesaat dapat kulihat bulu keriting membentuk sebuah garis mengarah ke area selangkangannya yg masih ditutupi oleh celana chinosnnya.

Tidak lama berselang suamiku datang menghampiri. Ia datang dengan sebuah senyuman manis yang tak aku ketahui apa penyebabnya. Setidaknya mas Farhan tidak mengetahui kejadian barusan.

*Hufft~*

"Abi dari mana aja? Kok gak bilang dulu kalo mau pergi" ucapku sebel ke mas Farhan.

"Abi kebelet umi. Nanti kalo ditahan malah jadi penyakit. Ya kan bang Ali?" Jawab suamiku seakan meminta pembelaan dari pak Ali.

Pak Ali yang di sangkut pautkan pun cuma bisa tertawa dan sesekali menyambung pembicaraan kami. Tak lama berselang suami ku mengajakku pulang dan berpamitan, sebelum pergi tentu mereka saling bertukar nomor. Tampaknya mereka akan jadi teman akrab.

Waktu sudah jam 8 malam. Sebelum pulang kami membeli 2 porsi sate Padang untuk disantap dirumah. aku sudah menawarkan untuk makan di tempat saja, selain sudah malam, akan mengurangi pekerjaanku untuk mencuci piring kotor setelahnya. tapi entah kenapa mas Farhan yang daritadi senyum-senyum sendiri kekeuh untuk segera pulang dan makan malam dirumah.

"Abi kenapa sih? Dari tadi umi liat senyum-senyum sendiri. Lagi mikirin apa sih?" Tanyaku penasaran.

Pandangan suamiku tetap fokus kejalan namun disertai dengan lirikan ke arahku. Kembali ia tersenyum yang membuat rasa penasaranku bertambah.

"Iiih Abi iihh. Umi tanyain bukannya jawab. Malah makin dibuat senyum-senyum nya" ucapku sebal.



Dengan sedikit manyun aku ikut memandang kedepan mengabaikan suamiku yang seakan sengaja tidak menjawab pertanyaanku. Ku raih hp ku lalu membuka Instagram dan seperti tidak punya tujuan, bolak balik aku melihat akun dari para selebritis yang sedang booming.

"Abi ada surprise buat umi. Tp surprise nya nanti aja ya dirumah. Jangan cemberut gitu dong sayang" ucap mas Farhan menyadari istrinya yang sebal atas tingkah lakunya.





"Aah abii nyebelin!" Jawabku terus merasa sebal.

Namun tidak bisa dipungkiri sebenarnya aku penasaran dengan surprise yang akan disajikan oleh suamiku hingga tidak biasanya ia bertingkah konyol begini.

Mas Farhan yang masih dengan senyuman misteriusnya mencubit pipiku. Ia menarik kepalaku agar menyender ke pundaknya. Seketika sebel yang kurasakan hilang, tergantikan oleh rasa romantis. Pundak suamiku yang tengah mengemudikan mobil terasa begitu gagah tengah menumpu kepalaku. Ku toleh mataku menatap suamiku, lalu ku kecup pipinya mesra.

*Cupp*

"Abii jangan nyebelin kenapa si" lirihku merasakan kenyamanan di pundaknya

"Kalo Abi bilangnya sekarang, jadinya nanti gak surprise lagi umi. Sabar ya ntar lagi kita nyampe kok" kata suamiku yang kini mengelusi kepalaku yang masih di lapisi hijab.

"Hmm iya abii. Umi tungguin surprisenya" jawabku

Tak lama berselang kami pun sampai dirumah. Aku pun mandi terlebih dahulu sementara suamiku masih menurunkan barang yang kami beli tadi. Memang sudah jadi kebiasaan ku untuk bersih bersih setiap pulang dari manapun.

"Umi.. piyamanya udah Abi letak di ranjang ya!" Teriak mas Farhan dari kamar tidur

"Iya abii.." jawabku yang masih menyabuni seluruh badanku.

Aku pun melanjutkan mandiku. Ku usap setiap jengkal tubuhku menggunakan sabun mandi untuk menghilangkan kotoran di kulitku. Ketika kuraba kulitku sendiri, aku baru menyadari ternyata selama ini aku memiliki kulit yang putih dan kencang. Sengaja ku tekan tekan setiap bagian tubuhku merasakan kekenyalan dagingnya. Bahkan di payudaraku, kurasakan kekenyalan yang selalu diidamkan setiap lelaki, yang bisa membuat batang kejantanan mereka mengeras.

"Ooh jadi ini yg mereka rasakan pas meremas tetekku. Pantes pada doyan" ucapku sambil terus menekan area payudaraku

Sekitar setengah jam lamanya aku mandi. Setelah berhanduk aku keluar dari kamar mandi. Kulirik ke arah tempat tidurku, sedang terkulai sebuah lingerie seksi diatasnya.

"Abii! Ini apa yang di atas tempat tidur??" Tanyaku memanggil suamiku

Suamiku langsung datang memasuki kamar. Ia mendekatiku yang masih dibalutkan handuk yang hanya mampu menutupi sebagian area dada dan paha mulusku.

"Surprise! Pakaian dinas umi." Ucap suamiku sambil mengambil lingeri dari atas ranjang lalu memperlihatkannya ke aku.

"Abiii! Dapat dari mana lingerie kayak gini??" Tanyaku dengan tangan yang menutup mulutku karena kaget.

"Ini Abi beli diam-diam di store tadi. Abi pengen tau gimana seksinya umi kalau pake pakaian yg kayak gini. Hehe." Ujar suamiku dengan senyumannya.

Sebagai wanita dan tentu saja sebagai seorang istri yg sholehah, aku tidak menyalahkan suamiku yang memiliki niat seperti itu. Bahkan sebenarnya aku menyukainya karena semenjak kami menikah dulu, mas Farhan tidak pernah memintaku berpakaian seperti yg ia mau. Ini adalah kali pertama ia memintaku memakai pakaian yang akan mengundang nafsu setiap kaum Adam yang melihatku.

Aku yang paham dengan maksud suamiku menerima sebuah lingerie seksi warna hitam dari tangannya. Sebelum kupakai, kuminta suamiku untuk gantian mandi.

"Iya abii ntar umi pake.. sekarang gantian Abi yg mandi. Biar Abi gak bauk" pintaku

Dengan cepatnya mas Farhan langsung menuruti perintahku. Ia dengan sedikit berlari mengambil handuknya lalu langsung masuk ke kamar mandi.

Bunyi guyuran air pun terdengar menandakan mas Farhan sedang mandi. Aku yang masih dibaluti handuk ini segera duduk didepan meja riasku. Kuambil tas make-upku lalu merias wajahku seadanya. Di bibirku, kupakai lipgloss di padukan dengan sedikit lipstik berwarna kemerahan.

Demi suami, Lingerie itupun kupakai. Seperti tidak memakai apapun, tubuhku yang montok masih dapat dilihat dengan jelas dibalik kain tipis menerawang lingerie ini. Kulitku yg putih nan mulus juga seperti berkilauan dibawah cahaya lampu kamarku.

Di depan cermin meja riasku, sengaja ku lenggak-lenggok kan pinggulku seakan menari. Tanganku menyusur turun dari bawah ketiak hingga ke pinggang, meresapi bentuk lekuk tubuhku yang seksi ini. Rambut panjang ku yg terurai juga kutata agar lebih tampak indah menyambut pangeranku yang sebentar lagi selesai mandi.

*Krieeekk*

Kudengar pintu kamar mandi membuka, dari sisi dalamnya muncul seorang lelaki rupawan dengan balutan handuk di pinggangnya. Rambutnya masih mengkilap basah setelah keramas.

"Cantik sekali kamu sayangku" ucap mas Farhan yang ternyata terkejut dengan penampilanku. Matanya seperti hewan buas yang sedang menelanjangiku.

Pipiku memerah mendengar pujian dari suamiku, tanganku kuangkat menutup pipi menandakan rasa malu. Kuberanikan melirik ke arah suamiku yang ternyata sedang berjalan mendekat. Bagai seorang puteri yang sedang di datangi pangeran, dengan polosnya aku menundukkan pandanganku ke lantai sampai tangan suamiku memegang daguku lalu kembali mengangkatnya.

"Cantik sekali kamu Annisa, istriku" ucapnya kembali dengan tatapan yang sangat dalam ke arahku

Tidak kujawab perkataan suamiku itu, terasa pipiku semakin memerah menahan rasa malu yg kurasa. hanya dengan kedipan manja mataku yang lentik kuarahkan ku isyaratkan betapa beruntungnya aku telah memilikinya.

Dengan tangannya yang masih didaguku, ia memiringkan wajahku. Sebuah kecupan lembut mendarat di pipiku yg sedang blushjng ini. Tidak lama berselang, ia miringkan kembali wajahku ke arah berlawanan. Sebuah kecupan kembali mendarat dipipiku yang satunya.

setelahnya sebuah desiran muncul dari dalam diriku ketika mas Farhan menuntun wajahku menghadap ke wajahnya lalu mengecup lembut bibirku dan mendiamkannya beberapa saat.

"Umii.. Abi boleh??" Tanya mas Farhan dengan senyumnya yang indah menghiasi wajah tampannya.

Seakan mengerti kemauan suamiku, aku pun memasang tatapan teduh. Kupandang suamiku dengan syahdu, kugenggam kedua tangannya.

"Boleh.. Abi boleh ngapain aja ke umi.. umi siappp~" jawabku dengan manja.

Bibir mas Farhan kembali menyisir bibirku. Kali ini lebih intens, bibir kami saling mencumbu, saling menghisap pelan bibir lawannya dengan gigitan lembut yang menyertai.

Tangan mas Farhan yang sedang kugenggam dilepasnya, tangan yg sudah bebas itu mengelusi bongkahan pantatku yg hanya ditutupi kain super tipis. Sesekali diremasnya lalu melanjutkan perjalannya ke punggungku.

"Ehhh??" Kagetku ketika menyadari mas Farhan tiba-tiba mengangkat tubuhku lalu berjalan menuju ranjang.

Ia turunkan aku dengan lembut lalu diarahkannya untuk berbaring. Pandangannya kali ini tidak hanya mengarah ke wajahku, namun ke seluruh tubuhku mulai dari kepala sampai kaki jenjangku.

"Cantik sekali istrinya Abi ini" katanya sambil duduk disebelahku. Tangan kanannya mengusap lembut kulit lembut didekat pusar ku yg tidak tertutupi kain lingerie. Seketika aku menggelinjang merasakan geli atas rangsangannya.

Pujian terus diucap oleh suamiku. Senyumanku terus merekah setiap kalimat gombal itu keluar dari mulutnya. Tangannya kini menyusur area dadaku merasakan empuknya gunung kembarku ini. Dengan gerakan memutar jarinya mengitari kedua payudaraku. Geli yang kurasakan membuatku menggigit bibir bawahku menahan desahan kecil yang keluar.

"Ssshh Abii.. umi meleleh tau kalau dipuji terus sama abi" ucapku mencoba membalas pujian suamiku. Tanganku kutaruh ke pipiku meresapi ketampanan wajah mas Farhan

"Kenyataannya umi memang cantik loh sayang. Wanita tercantik yang Abi cintai" jawabnya sambil menurunkan kepalanya. Kini keningku dicium oleh suamiku. Mataku memejam sementara hatiku langsung melayang dilambungkan oleh rasa sayang.

Setelahnya mas Farhan melepas handuknya yang melilit pinggulnya, perlahan ia buka sampai pahanya yang putih kini bisa kupandang. Bukan cuma itu, kulihat kemaluan miliki suamiku yang ternyata sudah menegang mencuat saat handuk itu terlepas seluruhnya.

"Itu nya Abi kok udah keras aja?? Gak nahan ya pengen gituan ma umi?? Hihihi" tanyaku sambil melirik manja

"Iya betul umi. Semua ini karena umi. Umi harus tanggung jawab!"jawab mas Farhan langsung menyergapku.

"Eeehhhhh???"

Kini tubuhnya menindih tubuhku, kembali ia menciumi wajahku hingga tidak ada bagian yang luput dari bibirnya. Dibawah sana terasa juga penis milik mas Farhan menekan area vaginaku. Tangannya menggenggam tanganku, sementara bibirnya sudah mencapai lembutnya bibirku.

"Hempppph"

Kami bercumbu dengan mesranya, tidak perlu di pandu, lidah kami saling mengikat yang membuat liur kami bercampur. Tampak cairan seperti benang ketika cumbuan kami terlepas.

Mas Farhan kembali duduk di tepi ranjang. Aku yang sedari tadi pasif, kini berpikiran menjadi lebih aktif. Dalam posisi duduk kupeluk mas Farhan dari belakang lalu kuraih penisnya yang sedang menjulang itu. Kudekap dengan tanganku lalu ku kocokin perlahan.

"Uuhhhh umiii" desis mas Farhan memejam.

"Iih Abi mukanya gitu amat.. baru juga umi kocokin, belum yang lain hihi" ucapku dengan manja terus menarik turunkan tanganku.

Daun telinga suamiku yg tepat berada di depanku kini kugigit dengan kedua bibirku. Tanganku yg satunya ku gunakan untuk mengusap bidang dada mas Farhan lalu menggelitik putingnya.

Muka mas Farhan yang keenakan membuatku semakin ingin memuaskannya. Ku pindahkan posisiku kedepannya lalu turun dari rangkangku. dengan berjongkok kini wajahku yang ayu ini sudah tepat berada di depan penisnya.

"Umi mau apa??" Tanya suamiku

"Umi mau nyepong ini" jawabku kembali memegang penis suamiku.

Saat semakin mendekatkannya ke bibirku, seketika aku mengingat penis lain yang pernah ku lihat dengan jelas. Penis hitam besar yang pernah menodai rahimku dengan kejantanannya. Penis perkasa milik pria kurus bernama Parjo.

"Mas Parjo gimana keadaannya yah?" Batinku penasaran.

Sungguh aneh sekali diriku ini, disaat aku akan memberikan servis ke suamiku ntah mengapa aku memikirkan lelaki lain yang kudengar dia masih mendekam didalam sel tahanan.

"Stop nisaaa! Ngapain mikirin dia sih!. Ini didepanmu ada kontol halal milik pasangan halalmu!. Fokus ke suamimu. Jgn ingat yg lain-lain!" Batinku terus berusaha melupakan penis lain ygoernah hinggap.

Penis mas Farhan yg sudah mengacung didepanku itu ku pegang, ku dekatkan sampai bisa ku hirup aroma kepala jamur milik suamiku. Sengaja ku senggolkan ke ujung hidungku yang mancung ini lalu dengan lidahku, ku sentil lubang kencingnya.

"Umii nakal ih.. ujung penisnya abii di colek colek gitu hehe uhhh" erang mas Farhan kegelian

"Biarin.. wekkk!" Jawabku terus menjilati lubang kencingnya itu

Tak lama berselang, aku memasukkan penis mas Farhan ke mulutku. Kulirik ke atas, kulihat suamiku masih tak percaya istrinya melakukan hal yang dari dahulu ia minta tapi tidak pernah kulakukan.

"Uuhhhh enaknya umii...." Desisnya

Didalam mulutku, kusedot pelan penisnya yang tidak terlalu besar ini. Didalam, lidahku jg ikut bergerak menggelitiki lubang kencingnya.

Semakin aku terlarut dalam birahi, semakin terbuka juga kesadaranku. Bahwa penis milik suamiku ukurannya lebih kecil dari penis lain yang pernah hinggap di vaginaku. Malah penis milik mas Farhan bisa seutuhnya masuk ke mulutku tanpa membuatku tersedak.

"Sudah lah. Ukuran bukan segalanya." Batinku mengelak

Terus kukulum penis suamiku sambil membuang jauh pikiran-pikiran kotorku. Harus ku penuhi kewajiban ku sebagai istrinya mas Farhan, aku tak boleh mengecewakannya lagi. Hanya suamiku ini, hanya mahromku ini yang boleh menikmati tubuh indahku.

Kulepas penisnya dari mulutku. Penis suamiku tampak sangat basah akibat liurku yang membuatnya mengkilap dibawah cahaya lampu neon kamar kami.

"Ehmm.. Abi.. baring sini. Kali ini umi yang akan memuasi suamiku" ucapku dengan genitnya. Mataku memandang sayu ke suamiku sambil meremasi kedua payudaraku sendiri.

Mas Farhan lalu menidurkan dirinya di ranjang. Dengan antusias matanya mengikuti gerakanku yang saat ini sedang naik ke atas ranjang. Aku kemudian berdiri di atas suamiku, lalu dengan perlahan berjongkok tepat di atas penisnya mas Farhan yang sedang ku pegang. Perlahan semakin kuturunkan pinggulku menuju penisnya yang sudah siap memasuki tempatnya bersarang.

Disaat kepala jamurnya menyentuh bibir vaginaku, darahku kembali berdesir. Terasa sengatan kecil menjalari tubuhku yang membuat birahiku meninggi.

"Kontolnya umi masukin ke rumahnya ya abii" tanya ku meminta izin ke suamiku.

"Silahkan. Jangan lupa ucap salam dulu umi sebelum masuk" kata suamiku sambil menaruh kedua tangannya kebelakang kepala agar posisi kepalanya sedikit meninggi.

"Tok tok tok...Assalamualaikum.. hmppphhhh" desisku sendiri ketika penis suamiku ku tepuk-tepuk pelan di area vaginaku, lalu perlahan kuturunkan lagi pinggulku sehingga penisnya kini mulai masuk kedalam rumah tinggalnya.

Wajah mas Farhan kulihat tersenyum sebelum matanya memejam sambil mendesah ketika merasakan penisnya mulai di caplok oleh sempitnya lubang vaginaku.

"Alhamdulillah.. masih enak. Penis suamiku masih terasa nikmat di memekku" batinku lega

"Uhhhhh"

Kutahan posisiku agar penis suamiku berdiam sejenak didalam. Lalu terdengar desahan suamiku menikmati pijatan hangat dari dinding rahimku.

Setelahnya aku mulai menaik turunkan pinggulku, tanganku menumpu ke bidang dada mas Farhan menopang tubuhku yg sedang mengulek penisnya.

Tangan mas Farhan yang sedang menganggur ia angkat berusaha menggapai bulatan indah di dadaku, meremasinya pelan. Putingku sepertinya telah mengeras sehingga dapat dengan mudah di pelintir oleh jarinya. Bagai sedang memainkan stik Playstation, kedua jempolnya berputar-putar memainkan pentil kecoklatan milikku ini.

"Enak miih.. Tetek umi jg makin ranum. Goyangan umi enak banget. bikin Abi aahhh " desah suamiku semakin bernafsu

Tak menunggu suamiku menyelesaikan perkataannya, kupercepat goyanganku yang membuatnya tiba-tiba mendongak keatas tidak tahan atas nikmat yang kuberikan. Tangannya sudah ia turunkan mencengkram erat sprei tempat tidur kami.

"Sshhh.. abii.. nikmati goyangan umi yahhh.. mulai sekarang umi akan sering bikin Abi di mabuk kepayang." Ucapku pelan dengan pandangan genit

Aku semakin bernafsu. Ketampanan wajahnya turut menjadi pemicu naiknya birahiku ini. Semakin kulihat suamiku semakin tampan, badannya juga bersih terawat, walau penisnya tidak sebesar penis pak kifli atau mas Parjo atau milik pria tua yang pernah membuatku belingsatan di taman.

Tunggu.. kenapa aku kembali mengingat para lelaki kotor itu?. Kembali kupandang mas Farhan yang sedang mengerang keenakan, ku pandang ke arah wajah yang seharusnya menjadi satu-satunya lelaki yang berhak atas tubuhku. Ku coba melupakan batang haram para lelaki yang pernah memberikanku nikmat dunia dengan keperkasaannya.

"Aahhh iyaa miih. Enakk. Nikmat sekali goyangan istriku ini ahhh" desahnya merem melek menerima ulekan vaginaku

Beberapa saat kemudian aku pun semakin menikmatinya. Desahan semakin keluar nyaring dari mulutku, rambutku yang tadi kuikat kebelakang kini sedikit terurai menjuntai kedepan menutupi leher hingga jatuh di bidang dada suamiku. Payudaraku ikut gondal gandul mengikuti irama goyanganku yang semakin mengencang. Posisi seperti ini membuat seolah diriku lah yang sedang mengagahi suamiku.

*Splokk splokkkk*

Seperti alunan musik, benturan antara kedua selangkangan kami menghasilkan bunyi merdu yang enak di dengar. Meski penisnya tak begitu besar, malah sepertinya yang paling kecil diantara mereka yg pernah memakaiku, aku terus meresapi nikmat persetubuhan halal ini.

Vaginaku semakin basah, terbukti dari mudahnya penis mas Farhan keluar masuk dari dalamnya. Karena penasaran, ku intip kearah selangkanganku, tampak penisnya yang basah terlumurin cairan cintaku hilang timbul dilahap oleh vaginaku. Jadi inilah pemandangan yang diliat lelaki ketika menyetubuhiku?

Setelah puas melihatinya, ku jatuhkan badanku sehingga payudaraku kini menempel terhimpit di dada mas Farhan. Langsung ku cium mesra bibir milik suamiku sembari terus menggempur penisnya dengan sempitnya vaginaku.

"Aahhhhh abii.. kontolnya Abi makin enak ajaa ahhhh" desahku sambil menatap binal ke suamiku

Rupanya mas Farhan seperti menahan sesuatu. Matanya memejam tapi seperti berusaha menahan sesuatu. Sesaat aku mencari tau alasannya sampai ia membuka mulutnya bersuara

"Mihhh.. Abi mau keluar"

"Sshhh Jangan dulu abii.. umi juga bentar lagi ehmmpp" balasku terus menggenjot suamiku yang sepertinya sudah diambang batasnya.

Aku yang sedang didera kenikmatan juga terus dan terus memompa vaginaku mencaplok seluruh penis suamiku, percaya suamiku akan tahan sampai kami berdua secara bersamaan meraih puncak kenikmatan itu. tapi sepertinya yang kulakukan saat ini merupakan suatu kesalahan!

Tiba-tiba aku merasakan adanya cairan lengket mengisi rahimku. ku tatap mas Farhan yang ternyata sedang mengangkat kepalanya ke atas, erangan keluar dari mulutnya. Tubuhnya seperti mengejang seraya rahimku kembali terisi oleh spermanya yang menyembur. Apa benar menyembur? Kenapa aku tidak merasakan semburan itu ketika suamiku ejakulasi? Tidak seperti pria lain, tidak seperti semburan sperma mang Jaka yang begitu terasa, pria terakhir yang menyetubuhiku sebelum malam ini.

"Arggghh ahhhh.. umii Abi udah keluar.. uhhhh" kata suamiku sambil mendorong penisnya untuk masuk semakin dalam.

"Ahhhh iyaah bi. Sperma Abi terasa banget di rahim umi ehmmmm" jawabku menurunkan badanku memeluknya.

Jelas saja aku tidak mau mas Farhan melihat ekspresi 'kentang' yang saat ini wajahku tunjukkan. Ku selipkan wajahku di lehernya sambil sedikit mendesah di telinganya, agar suamiku berpikir kalau aku pun sedang meraih orgasmeku.

Suasana di kamar ini mendadak hening setelahnya. Hanya ada suara napas tersengal-sengal dari suamiku yang masih mengatur napasnya paska ejakulasinya barusan

"Hahh.. hahhh.. malam ini umi beda banget. Lebih hot. Abi suka sekali hahh" ucap mas Farhan terus mengatur napasnya tatkala Ia mendaratkan sebuah kecupan di pipiku yang berada tepat disebelah wajahnya.

"Umi kayak tadi supaya Abi makin sayang ke umi. Umi tau para suami pasti suka kalo istrinya binal kayak yg umi lakukan tadi" jawabku pelan di telinganya

"Pantesan umi beda banget. Hehe... Perkataan umi juga jd agak vulgar. Belajar dari mana umi?? Hehe" Tanya suamiku yang sedikit mengagetkanku

"Ra.. ha.. si..aa" jawabku singkat sambil sedikit mengulek penisnya yang masih menancap di vaginaku.

"Uhhh umi nakal. Nih rasain!" Kata suamiku tiba-tiba menampar lembut pantatku yang sedang bergoyang.

"Iihh Abi malah nampar bokong umi. Nanti umi aduin baru tau" balasku dengan sedikit manja.

"Aduin aja. Aduin ke siapa coba? Ih sayangku ku ini gemesin banget deh" kata suamiku memeluk erat tubuhku yg masih menindihnya.

Seketika sebelku hilang. Rasa cintaku ke mas farhan mengalahkan rasa sebel yg tadi begitu bergejolak karena ia gagal membuatku orgasme. Pelukannya terasa begitu hangat, terasa begitu nyaman.

Di bawah tepat di selangkangan, penisnya yang terus mengecil setelah menuntaskan hajatnya, seperti tanpa disuruh perlahan keluar sendiri dari vaginaku. Diikuti dengan lelehan spermanya yang merembes keluar membasahi bulu kemaluan mas Farhan yang lebat.

"Sekali lagi makasih ya umi. Udah bikin Abi sepuas ini. Abi sayang sama umi" kata suamiku dengan lembut.

"Iya Abi ku sayang. Inget ya Abi, Abi udah ada umi. Ga boleh lirik wanita lain lagi. Kalo Abi punya keinginan atau fantasi, Abi bilang langsung ke umi. Jangan dipendem, biar umi tau harus gimana gitu" jawabku sambil sedikit ngomel.

"Siap bos.. laksanakan! Hehe" Kata suamiku mesra

"Selama ini umi selalu berpakaian tertutup, walaupun itu dirumah. Jadi tadi Abi sengaja beliin umi lingeri supaya tampil beda aja gitu. Ternyata diluar ekspektasi Abi, umi yang cuma make lingerie gini, cantiknya nambah berkali-kali lipat deh. nanti sering Abi beliin yg seksi2 gitu ya supaya umi pake kalo di rumah" ucapnya melanjutkan perkataannya.

"Makanya kalo Abi pengen umi gimana gimana itu ngomong. Biar umi tau. Kan umi sebagai istri pengen nyenengin suaminya loh bi hihi" jawabku manja

Senang sekali rasanya malam ini, suamiku yang biasanya selalu monoton ternyata menyimpan hasrat terpendam kepada istri cantiknya ini. Memang dari dulu semenjak menikah, tidak ada hal yang istimewa dalam hubungan ranjang kami. Hanya melakukannya lalu sudah, selesai sampai situ hingga kami tertidur.

Namun kali ini berbeda.meaki ia gagal memuasiku, Mas Farhan sudah berani mengatakan keinginannya agar aku tampil lebih hot dirumah. Tentu aku akan menuruti kemauan suamiku, selagi bisa apapun itu akan aku turuti. Hanya saja aku yang belum berani menyampaikan keinginanku, keinginan agar mas Farhan bisa lebih kuat dan tahan lama. Agar bisa memenuhi birahiku yang terkadang naik sampai lupa tempatnya berpijak, Lupa kalau saat ini diriku adalah seorang akhwat yang sudah bersuami.

Tidak lama kemudian mas Farhan yang memelukku dari belakang tertidur dengan pulasnya. Hembusan napasnya begitu terasa di tengkuk leherku sementara tanganku di genggam erat olehnya. Sesekali aku mendengar suamiku mengigau, "Abi sayang banget ke umi".

"Umi juga kok bii. Hehe" jawabku pelan sambil tersenyum lebar.



--------------------



Esoknya, tepat hari Senin di awal bulan. Kembali aku menjadi model dari sebuah produk. 3 jam sesi foto membuatku sedikit lelah, banyaknya revisi dan take ulang menjadi penyebab utama lamanya sesi foto tadi. Apalagi dengan konsep outdoor saat hari sedang panas-panasnya membuat keringatku meleleh. Berulang kali aku harus berkipas untuk mendinginkan suhu tubuhku.

Namun kondisiku yang usang ini tetap menjadi santapan mas Budi sebagai fotograferku hari ini. Berulang kali matanya membidik kulit ku yang mengkilap dibalur keringat. Sepertinya ia dengan sengaja membuatku berulang kali melakukan pose yang tidak perlu, seolah hanya ingin mengambil gambar lebih untuk menjadi koleksi pribadinya.

Btw mas Budi ini berperawakan tinggi besar, usia sekitar 30an dengan brewok di wajahnya. Kulitnya putih dengan bulu yang tebal di sekujur tangan. Kalau dipikir-pikir sih, bukan hanya tangannya saja yg berbulu lebat hehe. Baru sebulan dia bekerja sebagai fotografer di sini menggantikan pak Anto yang resign karena dapet kerjaan ditempat lain. Sebenarnya ada sebuah isu yang negatif tentang mas Budi ini, tapi aku tidak termakan gosip semudah itu sebelum membuktikannya sendiri.

Saat ini kami sedang berada di sebuah cafe yang sudah di booking secara pribadi khusus untuk acara pemotretan ini. Tempatnya tidak jauh dari kantor dan areanya rindang dengan banyak pepohonan disekitarnya. Sesaat aku jadi mengingat aesthetic cafe ketika awal datang tadi. Tapi Alhamdulillah kejadian di cafe itu tidak mungkin terulang disini karena semua pelayan termasuk penjaga parkirnya adalah wanita.

"Dek Nisa.. ayo tukar pakaiannya. Ada 1 tema lagi sebelum kerjaan kita kelar nih" kata mas Budi yang melihatku lagi duduk santai sambil chatingan.

"Sebentar mas. Nisa ke toilet dulu ya" ucapku mengakhiri chatingan dengan mas Farhan lalu dengan membawa baju ganti, aku menuju ke toilet cafe.

Kini aku sudah memakai pakaian yg diminta oleh mas Budi, yakni setelah rajut putih yang dipadukan dengan hijab berwarna pink salem dan rok lebar yang berwarna pink juga. Tidak lupa mas Budi menyiapkan sebuah tas yang matching dipadukan dengan pakaian yang kukenakan sehingga penampilanku tampak begitu modis, bak seorang akhwat kekinian yang tidak hanya menutupi auratnya saja tapi menampilkan kesan indah untuk dipandang oleh siapa saja.



Mas Budi dan rekan yg lain tampak terpesona dengan penampilanku ini. Wajah ayu serta make up seadanya dipadukan dengan style akhwat kekinian, membuatku seperti tampil apa adanya diriku.

Sekitar 20 menit lamanya kamera mas Budi terus mengeluarkan suara Shutter nya, ntah berapa gambar yang diambilnya, aku tak tahu. Berbagai gaya juga sudah ku peragakan mengikuti instruksinya. Mas Budi tetap saja seperti biasanya, ia tetap menatap tajam diriku seakan sedang melirik mangsanya.

Tidak lama berselang sesi foto pun berakhir. Mas Budi memperbolehkan aku terus memakai pakaian ini, bukan aku yang minta, tapi mas Budi yg bilang aku keliatan makin cantik apabila memakai pakaian berwarna cerah seperti ini. Aku pun menerima tawarannya, toh tidak ada ruginya juga.

Aku pun bergegas menuju mobilku yang terparkir tidak jauh dari lokasi. Mataku melirik kesana-kemari memperhatikan keberadaan pak kifli, namun sore ini tidak kutemukan. Mungkin sedang mulung di tempat lain pikirku.

"Nissa.. udah mau pulang ya? Kakak boleh nebeng sampai sampe perempatan aja?" Teriak kak indah dari arah kantor.

"Boleh kak. Yuk" sahutku.

Aku yang hendak meninggalkan cafe ini tiba-tiba saja dikejutkan oleh teriakan seorang wanita yang biasa menjadi rekan kerja sekalian seorang kakak bagiku.

Namanya Indah Purwaningsih. Seorang gadis cantik tamatan S2 dari universitas ternama. Ia memilih menjadi model karena hobbynya sejak jaman SMA dulu. Saat ini kak indah masih lajang, bukan karena tidak ada lelaki yg mendekatinya tapi karena ia terlalu memilih dalam menjalani hubungan.

"Kamu tadi foto disitu niss? Cakep kan tempatnya?" Tanya kak indah membuka obrolan.

"Iya kak cakep kok, Kekinian gitu.. Td aku sama mas Budi lg endorse pakaian. Ini yg Nisa pakai juga sebenarnya pakaian hasil endorse tadi. Hihii" jawabku sambil menunjukkan baju yg kupakai

"Pantesan baru ini kakak liat Nisa make baju ini. Keliatan cantik banget loh. Berasa masih gadis tau" kata kak indah memuji penampilanku.

"Bisa aja si kakak. Padahal dianya juga cantik banget loh. Macem putri dongeng. Hihi" jawabku terkekeh

Kami berdua pun hanyut dalam pembicaraan yang sebenarnya tidak begitu penting, hanya saling lempar pujian atas kelebihan kami masing-masing.

Sebenarnya di kantor kami jadi cukup akrab karena sering terlibat di proyek yang sama. Tentunya ide pak Joko yang mengkolaborasikan dua akhwat cantik untuk kesuksesan pekerjaannya.

"Btw niss.. kamu sebaiknya agak hati2 dengan si Budi itu ya. Aku dengar dia dulu sempat kena kasus pelecehan kan?" Ucap kak indah memperingatkan ku.

Kali ini kak indah memasang mimik tegang pertanda dirinya yg sedang serius.

"Annisa baru dengar sih kak. Tapi apa iya kak?" Tanyaku penasaran

"Iya loh. Kakak ditunjukin sama si Desi. Videonya sempat viral beberapa tahun lalu loh" jawab kak indah mencoba mencari berita pelecehan itu melalui hp nya

"Serem banget kak. Padahal td waktu sama Nissa, keliatannya orangnya baik-baik aja sih kak. Tp siapa tau ya kan kak" timpal ku sambil berpikir. Untung aja mas Budi tadi gak macem-macem.

"Nah itu yg harus kamu wanti nis.. awalnya baik, akhirnya jd serigala. Apalagi modelnya secantik kamu. Pokoknya udah kakak ingetin ya. Nisaa harus hati-hati ma pak Budi" ucap kak indah sambil sedikit merepet

"Hehehe. Iyah kak. Makasih ya" jawabku girang.

Seperti mendengar omelan kakak sendiri, itulah yang kurasakan ketika kak indah mengomeli ku. Tapi ia seperti itu karena rasa perhatiannya. Hal itu tentu membuatku senang.



-_-_-_-_-_-_-



POV orang ketiga



Disuatu perumahan elit, tepatnya di sebuah teras rumah terdapat seorang lelaki bertubuh tambun dengan perut buncitnya sedang bermain game moba bersama ke-4 temannya.

Mukanya terlihat kesal karena terus kalah dalam 4 match terakhirnya. Di permainan ke-5nya, banyak kata umpatan yang keluar dari mulutnya yang hitam khas seorang perokok itu mencemooh permainan rekannya. Rekannya bukannya tidak marah hanya saja sudah seperti hal lumrah jika Bobby, berkelakuan seperti itu jika sedang badmood.

"Asu la hen. Kalah melulu. Bakar-bakar bintang ini namanya" ucap Bobby kesal

"Wkwk makanya main yg bener Lo gendut. Lo banyak matinya ketimbang ngekill" balas seorang temannya yang bernama Hendra

"Tau tuh si kerbo. Jd assasin bukannya ngebantai musuh, malah kebante sama musuh. Huh" timpal seorang temannya yg lain.

"Lanjut yok. Jangan tanggung gini lah. 5 lose streak ni woi. Kau Bob jadi tank aja. Jgn assasin lagi" lanjut seorang temannya yg lain

"Ayok. Mau 10 match juga gua ngikut aja" ucap temannya yg lain

"Au ah. Males gue. Lu pada lanjut aja. Aku mau jajan dulu" ucap Bobby dengan kesal.

Dibanding ke 4 temannya, Bobby tampak yang paling kesal. Sebenarnya bukan hanya karena lose streak yang dialaminya, namun karena ia memiliki unek-unek. Dirinya masih belum menemukan seorang wanita seksi mirip Annisa yg dijumpainya di taman kemarin, padahal sudah beberapa hari terakhir Bobby mendatangi cafe sebatas hanya ingin menemui wanita seksi tersebut. Di benaknya ia sama sekali tidak mempercayai ucapan tukang parkir cafe yang mengatakan wanita molek itu adalah pacarnya.

Bobby berjalan keluar halaman, kebetulan seorang penjual bakso bakar keliling lewat. Dengan cepat ia membelinya. Uang 50rb ia keluarkan dari kantungnya untuk membeli 50 porsi bakso bakar, porsi yg sangat banyak untuk mereka cemil sambil push rank ria.

Selagi menunggu bakso dibakar, Bobby seperti melamun. Pandangannya kosong menatap sebuah kertas kartun yg digunakan untuk mengipasi bakso bakarnya. Dipikirannya masih terbayang sesosok wanita. Setiap kali Bobby mengingatnya, setiap itu juga birahinya meninggi. Tonjolan di selangkangannya membesar tatkala ia mengingat susunya yang besar, lehernya yg jenjang, serta kulitnya yang putih dan mulus itu.

"Ah sialan la. Kebayang terus pun!" ketus Bobby

Pak Mamat, sang penjual bakso bakar yang bertubuh kecil dan kurus sedikit kaget ketika mendengar celetukan Bobby. Semula ia merasa umpatannya ditujukan kepada dirinya sampai ia memperhatikan kegusaran pria bertubuh gembrot didepannya itu.

"Keliatan setress amat sih bang. Banyak masalah ya?" Tanya nya terus mengipasi bakso bakar pesanan Bobby

"Eh engga pak. Lg mikirin kerjaan aja" balas Bobby yang tidak mungkin mengatakan hal sebenarnya ke penjual bakso yang baru ditemuinya.

"Oh kirain ada masalah cinta toh bang. Mukanya sampe kusut gitu Hahaha" ejek tukan bakso itu dengan berani

"Keliatan banget ya? Buset deh si bapak tau aja masalah orang. Ngaku deh, iya pak." Jawab Bobby kelihatan malu dengan masalahnya

"Biasa bang. Masalah anak muda jaman sekarang kalo gak habis uang, ya masalah percintaan. Bapak juga waktu masih muda dulu permasalahannya sama dengan kamu bang." Ucap pak Mamat terus mengipasi baksonya

"Masalahnya pak, cewek yg kusukai udah punya lakik. Eh jumpa sama yg mirip denganya, malah jadi lonte pula pak." Kata Bobby mulai menjelaskan kerisauan hatinya. Padahal ke teman-temanya saja pun, ia belum menceritakannya.

"Waduh bang. Agak Laen masalah Abang" jawab pak Mamat dengan sedikit gelengan kepala

"Tuh bingung kan? Bapak aja yg udah berpengalaman bingung apalagi aku yang masih kecil gini haha" ucap Bobby tertawa

"Buset kecil nya kayak Abang besarnya gimana lagi? Hahaha.. udah deh Abang cari pelampiasan aja. Cari tuh lonte terus pake terus sampe bosan. Tapi ada yg lebih menantang bang" ucap pak Mamat membuat Bobby penasaran

"Apa tu bang?"

"Mending Abang pepet yg udah binor itu aja. Naklukin binor lebih seru. Terus rasa binor jg pasti lebih wuenakk. Wkwkwk" kekeh pak Mamat sambil membolak-balik bakso dari panggangan nya.

Ucapan pak Mamat membuat Bobby terhenyak. Tampak dia seperti meng-iya kan saran dari penjual bakso bakar yg baru saja ia temui.

"Macem pernah jajan lonte aja si bapak. Hahaha"

"Abangnya sepele sama bapak. Saya mah sering jajan bang. Sebulan minimal 10x. Apalagi kalo dagangan laris. Hahaha" kekeh pedagang bakso bakar itu

"Kukira cupu ternyata suhu. Wkwk. Top deh lu pak. Hahaha" Bobby ikut terkekeh

"Bijak banget lu pak. Gue terima deh sarannya. Orang yg gue sayang iya, binor iya. Lengkap sudah" lanjut Bobby semakin yakin dengan pilihannya

Setelahnya dengan membawa kantung kresek penuh bakso bakar, Bobby dengan senyum menyeringai diwajahnya membuka pagar rumahnya lalu masuk ke area teras lalu duduk di tengah temannya yg masih asik bermain game moba.

"Malam ini jajan yuk. Lagi sange gue" ucap Bobby lantang. Seketika fokus temannya yg sedang bermain game pun buyar.

"Yaelah kenapa pada kaget. Ntar gua yg bayar deh. Yg penting kita senang-senang bareng!" Lanjut Bobby yang kini membuat temannya melotot kearahnya.

Bagai mendapat rezeki nomplok, teman-temannya melompat kegirangan mendapati Bobby akan mentraktir mereka jajan.

Bobby juga ikut senang dengan reaksi yg diberikan temannya. Kini di hatinya sudah ada keputusan bulat. Yakni ia akan menggebet Annisa yang sudah bersuami, tapi selain itu, jika perlu, ia akan bermain dengan lonte sebagai pelampiasan.



-_-_-_-_-_-_-_-_-



Disaat yang sama di sebuah komplek perumahan berbeda, sebuah mobil putih tampak memasuki garasi sebuah rumah minimalis. Dari mobil itu keluar sesesok akhwat cantik dengan pakaiannya yang berwarna putih-pink memasuki pintu rumahnya.

Dengan jalannya yg anggun ia langsung menuju kamarnya untuk berganti pakaian lalu menuju dapur rumahnya untuk memasak.

Annisa saat ini hanya mengenakan sebuah baju berlengan pendek model crop top dgn belahan rendah bersanding dengan celana kulot panjang longgar. Rambut panjangnya sudah dikucir kuda sehingga menampakkan leher jenjangnya yang begitu mulus. Bajunya sedikit ketat sehingga menampilkan bentuk tubuh Annisa yang proporsional.

Sebagai istri yang baik, Annisa tentu berniat mempersembahkan masakan terbaiknya. Berbekal sebuah buku resep, ia berencana membuat sayur lodeh kesukaan suaminya. Bahan baku juga sudah ia persiapkan. Dengan cekatan Annisa memotong beragam sayuran, namun saat akan merajang terong, tiba-tiba saja bulu kuduknya berdiri karena teringat akan sesuatu.

"Iih kok bisa ya? Bentuknya mirip banget sama punya bapak itu." Batin Annisa saat memegang sebuah terong berukuran cukup besar.

Ingatannya tentu menuju ke seorang lelaki tua yang pernah menyetubuhinya sewaktu di taman dulu. Entah mengapa saat ini ditangannya ada sebuah terong yang memiliki ukuran serupa dengan penis bandot tua itu.

Semakin dilihat Annisa semakin yakin dengan terong yang sedang digenggamnya. Ia masih tidak habis pikir benda sebesar itu pernah mengisi rahimnya yang sempit.

"Kalo dicoba lagi bisa masuk gak ya??" Batin Annisa penasaran

Tanpa sadar Annisa mengarahkan terong itu ke selangkangannya, tepat didepan pintu vaginanya yang masih tertutupi oleh celananya. Ia gesek-gesek perlahan sehingga rasa geli dibagian intimnya itu berubah menjadi rasa nikmat. Baru sebentar tangannya terus mengusap terong tersebut sampai dari arah luar, terdengar bunyi kepulangan suaminya.

"Assalamualaikum umii." Ucap mas Farhan sambil mengetuk pintu.

Annisa yg kaget langsung mengangkat terong tersebut menjauh dari vaginanya. Ia letak di atas telenan lalu dengan langkah cepat Annisa membuka pintu rumahnya.

Dengan wajah berseri Annisa menyambut kepulangan suami tercintanya, tangannya ia salim lalu dengan cinta Annisa memeluk erat suaminya. Mas Farhan yang tadinya terlihat letih atas pekerjaannya, seketika seperti sudah mengisi ulang energinya. Mukanya kembali ceria merasakan pelukan hangat dari istri cantiknya itu.

"Abi mandi gih.. acem banget badannya" pinta Annisa sambil menggaet lengan mas Farhan menuju kamar mandi didalam kamar tidurnya.

"Iya umiku yang cantik jelita.. btw umi lagi masak ya? Harum banget dari arah dapur" tanya mas Farhan sambil mengendus ke arah dapur

"Umi lg masak sayur lodeh kesukaan Abi. Tinggal masukin terong nya aja udah jadi deh" jawab Annisa dengan centil

Seketika Annisa seperti berpikir, seperti ada yang salah dari ucapannya barusan.

'Tinggal masukin terong? Ke panci atau ke..... Isshh pikiranku!, lagi ada mas Farhan pun kok bisa-bisanya nya aku bayangin itu terong masuk ke vaginaku. Dasar!' Batinnya nyegir sendiri

"Jadi lapar. Habis Abi mandi kita langsung makan ya sayang" ucap suaminya Annisa itu yang langsung dibalas setuju oleh istrinya

Annisa tidak mau terus kepikiran soal si terong yang mampu menaikkan birahinya, di pikirannya ia hanya ingin membuat kenyang suaminya agar fit untuk memuasi birahinya yang dari kemarin meninggi.

Setelah mandi dan mengenakan kaos oblong serta celana pendek, Annisa langsung mengajak suaminya duduk di meja makan. Tidak lama, Annisa datang membawa 2 buah piring, yang satu berisikan sayur lodeh dan yg satunya adalah sambal terong.

Farhan tampaknya kagum melihat istrinya. Bagaimana tidak?, seorang wanita seksi dengan rambut di kucir sedang bolak balik menghidangkannya makanan lezat. Setiap Annisa menaruh piring di meja yg mengharuskannya sedikit menunduk, setiap itu juga belahan payudara indah istrinya itu menjadi santapan mata nakal suaminya. Annisa yang menyadari tatapan mesum suaminya, malah semakin menggoda suaminya dengan sengaja menurunkan kaus berbelahan rendah yg dipakai sehingga belahan mulusnya semakin kelihatan.

"Mata nya Abi nakal deh liatin susunya umi mulu. Encesnya tuh awas jatuh ke nasi loh.. Hihi" ledek Annisa ke suaminya yg terlihat mupeng pingin nyusu

"Habis susunya umi tumpah tumpah gitu bikin ngiler aja. Untung aja cuma Abi disini. Kalo ada cowo lain, udah diterkam loh umi. Hehe" ucap Farhan melambaikan tangan memanggil Annisa duduk di pangkuannya

"Terkam terkam... Emang Abi mau berbagi susu umi ke cowok lain?? Kalo Abi izinkan sih bisa umi pertimbangkan deh" jawab Annisa seolah menggoda suaminya.

Setelah semua hidangan tersaji di meja, Annisa dengan gemulai berjalan mendekat lalu duduk di pangkuan suaminya. Tanganya merangkul ke leher Farhan lalu sebelah kakinya ia angkat keatas kaki satunya sehingga terlihat sangat feminim.

Seketika wanita seksi itu ingat kalau kedua susu montoknya pernah menjadi bulan-bulanan lelaki lain, bukan hanya satu tapi banyak lelaki lain. Bahkan temannya sendiri, bobby, sudah pernah menyentuh mulusnya bongkahan melon tersebut.

'Maaf ya sayangku. Sebenarnya susu aku udah pernah di terkam cowok lain kok. Cowok yg tua-tua malah. Hihi' batin Annisa mengingat kejadian dahulu

Sementara Farhan, rasa bingung melandanya. Ia takut membuat marah istri cantiknya. Sesaat tadi ia keceplosan mengatakan menyebutkan kalo cowok lain menerkam susu indah milik istrinya. Di satu sisi Farhan sebagai suami yang taat, tidak ingin istrinya menjadi wanita kotor. Ia ingin Annisa menjadi istrinya yg sholehah dan berbakti ke dirinya sendiri aja. Namun jauh dari lubuk hatinya, Farhan juga menginginkan sisi binal dari istrinya itu keluar. Bahkan sebenarnya farhan pernah membayangkan istrinya disetubuhi oleh lelaki lain.

"Hehe ya pasti engga sayang. Mana mau Abi berbagi susu indah gini ke orang lain. Ini cuma milik Abi sendiri hmpppp" ucap Farhan menelusup kan wajahnya tepat ke belahan payudara Annisa.

Ia hirup aroma wangi tubuh istrinya itu. Ia geleng-geleng kan kepalanya merasakan kekenyalan payudara Annisa yang sekel.

"Ehhmm abiii.. katanya laper mau makan" desis Annisa merasakan rangsangan di payudaranya.

"Nih Abi lagi makan.. emmmmm" jawab Farhan mengeluarkan bongkahan melon ranum Annisa lalu langsung melahap putingnya yg kecoklatan itu.

"Ehhmmm Abi.. padahal udah umi masakin sayur lodeh, malah makan tetek umi. Ehhmm" ucap Annisa menahan desahannya.

Farhan seperti kesetanan. Ia tidak menghiraukan ucapan istrinya. Mulutnya terus saja melahap payudara ranum Annisa. Bibirnya kerap kali menggigit manja puting Annisa, areolanya ia jilatin hingga terbasahi oleh liurnya.

"Aahh.. geli bi..." Desis Annisa kegelian dengan permainan lidah suaminya.

Hasratnya semakin menutupi akal sehatnya, perutnya yg tadi keroncongan sudah tidak terasa lagi. Rasa laparnya telah berubah menjadi nafsu. Tonjolan di celana boksernya kian membesar. Annisa yang berada tepat diatasnya tentu menyadari penis suaminya yang menegang.

"Umii. Kok cantik amat sih. Abi jadi ngaceng pengen nyetubuhi umi" ucap Farhan manja ke istrinya.

"Serius Abi pengen sekarang?? Ya udah. Ayuk kita ke kamar bii" ajak Annisa mengambil ancang-ancang untuk berdiri

Farhan yang sudah terujung malah menarik turun celananya lalu dengan cepat menarik turun celana panjang istrinya juga.

"Eehh abii??? Uhhhhhh" desah Annisa saat suaminya itu kembali mendudukkannya di pangkuannya. Namun kali ini berbeda, penis suaminya yg sudah menegang telah menancap di vagina Annisa.

"Ahhh Abi kok nakal banget.. malah langsung dimasukin. Kan memek umi belum terlalu basah.. ahhhh" ucap Annisa merasa sedikit ngilu di vaginanya.

"Maaf umi.. tahan sebentar ya. Biar Abi buat basah. Hengkkkk" ucap Farhan tiba-tiba mengangkat pinggulnya sehingga penisnya semakin menancap dalam.

"Iya abii.. ga papa kok demi abii. Ahhhh"

Annisa yang masih merangkul leher suaminya pasrah. Dirinya yang sebenarnya sedang dilanda birahi hanya mengikuti permainan suaminya. Tidak perlu waktu lama untuk vaginanya mengeluarkan oli pelumas khasnya.

Meski kesulitan Farhan tetap bisa memberikan pompaan, terbukti dari duduk Annisa yang sedikit tersentak sentak ke atas. Walau tubuhnya sintal, ternyata berat tubuh Annisa tidaklah begitu membebani suaminya. Wajahnya terlihat menikmati setiap kali penis milik suaminya berhasil menancap sempurna di vagina sempitnya.

"Aahhh abiii... Enak biiih... Aahhhh" racau Annisa semakin menikmati

Dengan posisi duduk,Farhan juga terus menguras tenaganya memberikan dorongan demi dorongan bertenaga. Sekitar 10 menit Farhan tahan di posisi itu sebelum akhirnya ia meminta berganti gaya.

Farhan memposisikan Annisa untuk membelakanginya, lalu satu kaki Annisa diangkatnya bertumpu di kursi makan dengan menggunakan tangannya. Kembali penis tegangnya ia arahkan mendekat.

"Sshhhhhh aaahhhh"

Annisa kembali mendesah nikmat saat kepala jamur penis suaminya itu perlahan membelah bibir vaginanya. Batang kejantanan milik Farhan perlahan menelusup mengisi lubang kenikmatan yang sudah becek itu. Saat udah masuk seutuh nya, Farhan kembali mengeluarkannya, lalu memasukkannya kembali, lalu mengeluarkannya lagi, terus memasukkannya kembali. Begitu terus gerakan yang dilakukan Farhan sampai ia keenakan lalu melakukan gerakan yg tidak sampai mengeluarkan penisnya dari dalam liang kawin Annisa.

"Ahhh umiii aahhhh ahhhhh" desah Farhan sambil menggenjot vagina istrinya.

Mereka sama-sama mendesah menikmati. Kaus yang Annisa kenakan digulung ke atas hingga payudaranya yg mantul itu keluar dari sarangnya. Farhan tidak mau melepaskan kesempatan untuk menyentuh bongkahan daging kenyal istrinya yg sedang gondal gandul itu. Dengan tangannya ia segera menangkap keduanya lalu ia remas dengan kuat.

Rangsangan di dadanya itu ternyata semakin menambah nikmat persetubuhan halalnya. Desahan manja terus keluar dari mulut mungilnya, sementara di vaginanya terdengat suara seperti gemercik air yang menandakan adanya penis tegang yang sedang keluar masuk.

"Aaaahhhh aahhhh yaahh terus biihh.. sodok umi yg kencang abiiihhh ahhhhh" racau Annisa yang terus didera kenikmatan bercinta. Rasanya ia sudah ketagihan akan sensasi nikmat ini.

Farhan terus menggoyang-goyangkan pinggulnya menggenjot Annisa. Deru napasnya terdengar kencang. Namun naas baginya, Annisa yang memejam menikmati persetubuhan halalnya kali ini harus kembali merasakan hal yang sama seperti kemarin.

"Aahhhh keluar miiiih!"

*Crott crott*

Dua semburan lengket kembali mengisi rahim Annisa. Annisa diam terpaku berusaha memahami apa yg baru ia alami.

"Abiii udah keluar???" Tanya Annisa

"Hahh.. hahh.. udah mi.. nikmat banget hahh" jawab Farhan yang masih ngos-ngosan

Tanpa permisi Farhan menarik lepas penisnya dari vagina Annisa lalu langsung terduduk lemas di kursi.

Wajah Annisa tampak memerah menahan kekesalan. Ini adalah kali kedua suaminya gagal dalam memuasinya. Padahal ia sedang berada di puncak syahwatnya, namun suaminya tidak mampu mengimbanginya.

"Abi rebahan dulu ya mih? Lemas banget ni abi" ijin Farhan. Tanpa menunggu jawaban Annisa yang masih bersender di tembok, ia berjalan meninggalkan menuju kamar lalu berbaring. Tak lama, ia tertidur pulas dengan wajahnya yang tampak puas.

Kali ini Annisa beneran kesal. Farhan bukannya meminta maaf karena telah gagal dalam memuasinya, malah meninggalkannya lalu dengan enaknya tertidur pulas. Hidangan yang sudah tersaji di meja makan juga tak ia sentuh.

"Huh. Kok mas Farhan seenaknya gitu! Terus aku gimana mas?? Aku masih pengen. Hemppp" desis Annisa memainkan sendiri klirotisnya menggunakan jari manisnya. Lalu ia mengarahkan jarinya menuju lubang kenikmatannya dan menusuknya. Vaginanya yg masih basah akibat persetubuhan tadi memudahkan jari lentiknya masuk kedalam.

Ketidaksanggupan suaminya membuat Annisa terpaksa memuasi dirinya sendiri. Dengan jari miliknya sendiri, ia mengobok liang kewanitaannya. Jarinya keluar masih dengan sangat cepat. Annisa memang merasakan nikmat, tapi tidak senikmat pomoaan penis milik suaminya.

"Aahhhhh hemmpphhhh ssssssahhhh aahhhhh" desis Annisa dengan napas memburu

Sekitar 5 menit Annisa mastrubasi di dapurnya, dtimbul penyesalan ia telah merajang semua terong yg ada di kulkas sehingga tidak bisa menjadikannya sebagai pengganti penis suaminya yg lemah.

"Kalo tau kamu begini, tadi engga umi masakin sayur lodeh kesukaanmu biih ahhhh" ucap Annisa kesal.

Annisa terus mengobok vaginanya sendiri. Suara cipratan cairan cintanya makin terdengar merdu akibat jarinya yang keluar masuk. Matanya sampai merem melek berusaha menikmati sensasi masturbasi yg sedang ia perbuat.

Di luar sana, sebuah sepeda motor berhenti tepat di luar pagar rumah annisa. Pengemudinya mengambil sebuah paket dari keranjang yang ada di bagian belakang motornya. Di wajahnya terpancar senyuman penuh arti.

"Gak nyangka bisa anter paket ke mbak cantik ini lagi" batinnya bahagia



"Pakeetttt! Permisi, PAKET!!"



bersambung
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd